Anda di halaman 1dari 23

PAPER SISTEM PENENTUAN KOS PROSES

Guna Memenuhi Tugas Akuntansi Manajemen


Dosen Penganmpu: Ardilla Mahardhika Johan M.Ak.

Disusun Oleh:

Yudhistira Maldini Pradana 63030220159

Rifqi Putra Ananda 63030220167

Wiji Nur Sofieana 63030220167

Sofina Kamila Tsalas 63030220181

PROGRAM STUDI (S1) AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA 2024
ABSTRAK

Proses penetapan biaya adalah sistem penetapan harga produk dasar yang
digunakan dalam produksi industri yang mengatur kegiatan untuk produk tertentu
berdasarkan secara berkelanjutan tanpa tuntutan khusus. Prinsip dasar penetapan biaya
proses yang menghasilkan biaya operasi atau departemen tertentu untuk satu periode
penuh (bulanan, triwulanan, tahunan) dan kemudian dibagi dengan jumlah unit yang
diproduksi selama periode tersebut.
Tulisan ini menjelaskan Definisi dan Karakteristik dari Penentuan biaya Proses,
Konsep unit Ekuivalensi untuk mengukur output, dan laporan kos produksi metode
rata-rata tertimbang dan metode FIFO. Pada dasarnya ketiga hal ini berkaitan erat,
Dalam perhitungan biaya Proses akan membawa metode perhitungan baik rata-rata
tertimbang atau FIFO dan dalam perhitungan metode ini pastinya penting adanya
pemahaman terkait unit ekuivalensi. Penulis menyimpulkan bahwa pemahaman
menyeluruh mengenai Penentuan Biaya proses, unit ekuivalensi dan metode rata-rata
terimbang maupun FIFO penting bagi akuntan dan manajemen dalam lingkungan bisnis
saat ini.

Kata Kunci : Penentuan Biaya proses, Unit Ekuivalensi, Metode Rata-Rata


Tertimbang, Metode FIFO.

ii
I. PENDAHULUAN
Dalam kebanyakan bisnis manfaktur, biaya produksi
dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem
akumulasi biaya, yaitu sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job
order costing system) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses
(process costing system). Tujuan penting dari sistem dari perhitungan
biaya manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Penentuan kos proses (process costing) merupakan metoda
pengumpulan biaya produksi berdasarkan departemen atau pusat blaya.
Metoda ini cocok digunakan pada perusahaan yang menghasilkan produk
yang bersifat homogen melalui serangkalan proses yang sama. Di Bab 3
telah diuraikan perbandingan antara sistem penentuan kos pesanan dan
sistem kos proses. Oleh karena itu pada bab ini penjelasan perbedaan
tersebut tidakakan diulang. Bab ini akan memfokuskan pembahasan
tentang sistem penentuan kos proses secara lebih komprehensif.

II. PEMBAHASAN

2.1. KARAKTERISTIK DAN ALIRAN BIAYA MANUFAKTUR


Harga pokok proses adalah suatu sistem penetapan harga pokok produk
yang digunakan dalam industri yang menyelenggarakan kegiatan produksi
untuk suatu produk tertentu secara berkelanjutan tanpa berdasarkan
permintaan yang spesifik dari pelanggan tertentu. Sebagai akuntansi untuk
perusahaan industri, antara harga pokok pesanan dengan harga pokok
proses pada dasarnya memiliki banyak perseamaan. Pertama dilihat dari
tujuan dasarnya, kedua sistem produksi sama-sama membebankan bahan
baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pada produk dalam suatu
mekanisme perhitungan harga pokok per unit produk. Kedua, kedua

3
sistem menggunakan dasar akun pabrikasi yang sama, sebagai media
pencatatan dan pengumpulan data biayanya. Arus fisik produksinya sama-
sama melibatkan overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi. Ketiga, arus fisik dan biaya dalam akun pabrikasi pada
dasarnya sama pada kedua sistem tersebut
Meskipun perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa sama-sama dapat
menggunakan sistem penentuan kos proses, namun hanya perusahaan
manufaktur sajayang menghadapi persoalan yang terkait dengan penilaian
persediaan barang dalam proses akhir dan persediaan produk jadi Oleh
karena itu, pembahasan pada bab ini difokuskan pada kasus perusahaan
manufaktur saja.

2.1.1. Proses Manufaktur


Dalam perusahaan yang mengadopsi sistem penentuan kos proses,
barang diproduksi melalui serangkaian tahapan atau proses manufaktur
Setiap tahap melaksanakan satu atau dua aktivitas pembuatan produk
dengan mengkonsumsi bahan baku, tenaga kerja, dan overhead dalam
dosis yang sama. Setelan selesai satu tahap, maka akan diteruskan ke
tahap pemrosesan berikutnya, sampai menghasilkan produk jadi yang
akan ditransfer ke gudang produk jadi. Proses ini disebut dengan
pemrosesan berurutan (sequential pro- cessing).

Pemrosesan berurutan

sortir percampuran pembungkusan produk jadi

4
Proses pembuatan produk dapat pula dilakukan dengan
pola yang disebut pemrosesan paralel (paralel processing). Hal ini
terjadi kalau perusahaan menghasilkan lebih dari dua jenis produk,
yang menggunakan beberapa peralatan produksi yang sama.

2.1.2. Aliran Biaya


Aliran biaya manufaktur untuk sistem penentuan kos
proses pada dasarnya sama dengan aliran biaya pada sistem
penentuan kos pesanan. Ketika perusahaan membeli bahan baku,
kos bahan baku ini akan merigalir masuk ke dalam rekening
Persediaan Bahan Baku. Konsumsi bahan baku, tenaga kerja, dan
pembebanan biaya overhead pabrik akan mengalir masuk ke
dalam rekening Barang Dalam Proses. Ketika proses produksi
selesai, maka kos produk jadi akan mengalir dari rekening Barang
Dalam Proses ke dalam rekening persediaan Produk Jadi. Ketika
barang dijual kepada konsumen, kos produk jadi ditransfer ke
rekening Kos Penjualan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
transaksi tersebut sama dengan jurnal yang dibuat dalam sistem
penentuan kos pesanan.
Meskipun aliran biaya pada kedua sistem penentuan kos
tersebut relatif sama, namun ada beberapa kekhususan yang
berbeda satu sama lain. Dalam sistem penentuan kos proses, biaya
dikumpulkan per proses (departemen) produksi. Dengan demikian,
untuk setiap departemen produksi diselenggarakan rekening
barang dalam proses. Ketika produk selesai diproses dalam sebuah
departemen, produk tersebut ditransfer ke departemen produksi
berikutnya.
Aliran Biaya Manufaktur
barang dalam barang dalam barang dalam
proses proses proses
departemen departemen departemen
penyortiran pencampuran pembungkusan

5
Diasumsikan bahwa biaya produksi yang terjadi di setiap
departemen produksi adalah sebagai berikut:
Departemen Departemen Departemen
penyortiran percampuran pembungkusan
Biaya bahan baku Rp 17.000.000 Rp 10.000.000 Rp 8.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 500.000Rp 600.000 Rp 3.000.000
BOP dibebankan Rp 4.500.000 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000
Jumlah Rp 22.000.000 Rp 15.600.000 Rp 17.000.000

Ketika produk ditransfer dari departemen penyortiran ke


departemen pencampuran, produk tersebut membawa biaya
sebesar Rp22.000.000,00. Biaya ini diperlakukan sebagai biaya
bahan baku (input bagi departemen pencampuran). Di departemen
pencampuran, ada penambahan biaya sebesar Rp15.600.000,00.
Selanjutnya, produk tersebut ditransfer ke departemen
pembungkusan dengan membawa biaya sebesar Rp37.600.000,00.
Di departemen pembungkusan, biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya bahan baku.. Dengan menambah biaya sebesar
Rp17.000.000,00 maka total biaya produksi yang melekat pada
produk jadi yang ditransfer ke gudang adalah sebesar
Rp54.600.000,00. Jika jumlah produk yang diproduksi sebanyak
2.000 unit, maka kos (biaya) produksi per unit adalah sebesar
Rp27.300,00. Berikut ini adalah gambaran tentang proses
pencatatan transfertransfer biaya produksi dari satu departemen
pemrosesan ke departemen pemrosesan berikutnya, hingga ke
gudang produk jadi.
Ketika produk ditransfer dari departemen penyortiran ke
departemen pencampuran, jurnal yang dibual adalah:
Barang Dalam Proses (Dep. Pencampuran) Rp22.000.000,00
Barang Dalam Proses (Dep. Penyortiran) Rp22.000.000,00

6
Ketika produk ditransfer dari departemen pencampuran ke
departemen pembungkusan, jurnal yang dibuat adalah:
Barang Dalam Proses (Dep. Pembungkusan)Rp37.600.000.00
Barang Dalam Proses (Dep. pencampuran)Rp37.600.000,00
Ketika produk ditransfer dan departemen pembungkusan
ke gudang produk jadi, jurnal yang dibuat adalah:
Persediaan Produk Jadi Rp54.600.000,00
Barang Dalam Proses (Dep. Pembungkusan) Rp54.600.000,00
Biaya yang ditransfer dari departemen pemrosesan
sebelumnya ke departemen pemrosesan berikutnya disebut dengan
kos transfer masuk (transferred-in costs). Kos ini dipandang dari
sisi departemen yang menerima transfer merupakan input atau
diperlakukan sebagai biaya bahan baku.
secara umum, sistem penentuan kos proses memiliki
karakteristik sebagai berikut:
• Produk yang dihasilkan bersifat homogen diproses melalui
serangkaian proses yang sama.
• Setiap unit dalam setiap proses mengkonsumsi biaya
produksi calam dosis yang sama.
• Biaya produksi dikumpulkan berdasarkan proses untuk
satu periode tertentu.
• Aliran biaya dan prosedur akuntansi (jurnal) pada dasarnya
sama dengan prosedur akuntansi pada metoda kos pesanan
Perbedaannya hanya terletak pada rekening buku besar
pembantu yang diselenggarakan.
• Laporan produksi per departemen merupakan dokumen
kunci untuk menelusur aktivitas dan biaya produksi.
• Biaya produksi per unit dihitung dengan cara membagi
biaya per departemen pada periode tertentu dengan output
departemen yang bersangkutan pada periode yang sama.

7
2.1.3. Pengumpulan Biaya dalam Laporan Produk
Dalam penentuan kos proses, biaya dikumpulkan oleh
setiap departemen produksi untuk jangka waktu tertentu (bulan,
triwulan, tahun). Dokumen yang digunakan untuk meringkas
aktivitas manufaktur yang terjadi dalam departemen produksi
selama jangka waktu tertentu disebut dengan laporan produksi.
Secara rinci, laporan ini berisi informasi tentang kos barang dalam
proses yang diterima dari departemen sebelumnya, dan biaya-
biaya produksi (blaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik) yang ditambahkan (terjadi) di departemen yang
bersangkutan. Laporan ini juga dapat diperlakukan sebagai rincian
atau buku pembantu (subsidiary) dari rekening barang dalam
proses. Selain itu, laporan produksi juga berisi informasi tentang
unit fisik yang diproses dalam sebuah departemen, termasuk biaya
manufaktur yang terkait. Dengan demikian, laporan produksi akan
dibagi menjadi dua bagian (sesi). Bagian pertama berisi informasi
tentang unit yang diproduksi, dan bagian kedua berisi informasi
tentang biaya. Bagian pertama masih dibagi lagi menjadi 2, yaitu
(1) jumlah unit yang dimasukkan ke dalam proses. dan (2) jumlah
unit yang diperhitungkan. Bagian kedua juga dirinci menjadi 2,
yaitu (1) biaya yang terjadi dan (2) biaya yang diperhitungkan.
Sebuah laporan produksi dapat digunakan untuk menelusur aliran
unit barang melalui berbagai departemen, mengidentifikasi biaya
yang dibebankan ke departemen menunjukkan parh tungan biaya
(kos) per unit, dan menyajikan disposisi biaya yang terjadi pada
departemen yang bersangkutan pada periode tertentu.

2.2. PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DALAM PROSES


TERHADAP PENENTUAN KOS PROSES
Tingkat (derajat) penyelesaian barang dalam proses, yang

8
biasanya diukur dari persentase konsumsi biaya produksi, tidak
selalu sama dan bervariasi. Seberapapun tingkat penyerapan biaya
produksi oleh barang dalam proses, ada satu hal yang perlu digaris
bawahi bahwa produk tersebut telah mengkonsumsi biaya
produksi. Oleh karena itu, barang dalam proses harus dibebani
dengan biaya sesuai dengan porsi konsumsinya. Pembebanan ini
perlu dilakukan agar perusahaan dapat menghitung biaya produksi
per unit secara akurat dan adil.
Perhitungan kos (biaya) produksi per unit pada dasarnya
merupakan bagian penting dalam laporan produksi. Kos per unit
perlu dihitung, agar perusahaan dapat menentukan berapa besar
kos penjualan, berapa kos yang ditransfer ke departemen
berikutnya, dan berapa besar biaya yang melekat pada barang
dalam proses.
Perhitungan biaya per unit dan pembebanan biaya ternyata
tidak sederhana, dan memerlukan langkah-langkah spesifik,
karena adanya barang dalam proses, baik barang dalam proses
awal periode maupun barang dalam proses akhir periode. Adanya
barang dalam proses menyebabkan informasi tentang unit yang
diproduksi tidak bisa langsung diketahui, dan harus dihitung
terlebih dahulu, dengan menggunakan konsep ekuivalensi unit -
yaitu penyetaraan unit barang dalam proses terhadap produk jadi
sesuai dengan tingkat konsumsi masing-masing biaya.

2.2.1. Konsep Unit Ekuivalen untuk Mengukur Output


Barang dalam proses akhir periode belum selesai dan
masih memerlukan sumberdaya untuk menyelesaikannya. Dengan
demikian satu unit produk jadi yang ditransfer ke gudang tidak
sama (tidak ekuivalen) dengan satu unit barang dalam proses, dan
biaya produksi yang melekat pada kedua produk tersebut juga
tidak sama. Oleh karena itu, dalam perhitungan kos (biaya) per

9
unit, output untuk satu periode (dalam satuan unit) harus
ditentukan. Persoalan utama dalam penentuan kos proses adalah
menentukan besarnya output tersebut.

Untuk memberikan kejelasan tentang konsep unit


ekuivalen tersebut, ikutilah ilustrasi berikut ini. Diasumsikan
bahwa Departemen A memiliki data produksi untuk bulan Agustus
sebagai berikut:
• Barang dalam proses awal .......................... 0
• Unit yang telah diselesaikan(produk jadi)... 1.000 unit
• Barang proses akhir periode(25% selesai)... 600 unit
• Jumlah biaya produksi .................................Rp230.000.000
Berapakah output departemen A untuk bulan Agustus?
1.000? atau 1.600?. Jika kita menganggap output bulan Agustus
berjumlah 1.000, maka kita tentunya mengabaikan keberadaan
barang dalam proses akhir periode. Biaya produksi sebagian
dikonsumsi oleh produk jadi dan sebagian dikonsumsi oleh barang
dalam proses akhir. Jika kita menganggap bahwa jumlah output
sebesar 1.600 unit, maka kita mengabaikan fakta bahwa 600 unit
diantaranya belum selesai dan masih memerlukan sumberdaya
untuk menyelesaikannya. Dengan demikian menganggap bahwa
jumlah output sebesar 1.000 unit atau 1,600 unit merupakan hal
yang tidak tepat. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran yang
tepat untuk menentukan berapa jumlah output yang merefleksikan
konsumsi sumberdaya yang telah dikeluarkan oleh departemen A
selama bulan Agustus.
Solusi untuk mengatasi persoalan pengukuran output
adalah menghitung jumlah unit output ekuivalen. Jumlah unit
output ekuivalen adalah produk selesai yang telah diproduksi
dengan menggunakan sumberdaya manufaktur pada periode yang
bersangkutan. Konsep tersebut menghendaki bahwa barang dalam

10
proses dinyatakan dalam satuan produk selesai dengan
memperhitungkan persentase penyelesaiannya. Persentase
penyelesaian merupakan persentase biaya produksi (sumberdaya)
yang telah terserap atau dikonsumsi oleh barang dalam proses.
Dalam contoh, jika barang dalam proses memiliki persentase
penyelesaian 25% atau telah mengkonsumsi sumberdaya produksi
sebanyak 25%, maka dianggap produk tersebut 25% selesai.

2.2.2. Metoda Perlakuan Persediaan Barang dalam Proses Awal Periode


Jika pada akhir suatu periode (misalnya tahun 2010)
terdapat produk yang belum selesal diproses, maka produk ini
akan menjadi persediaan barang dalam proses akhir periode yang
bersangkutan, Pada periode berikutnya (misalnya tahun 2011),
persediaan ini disebut dengan persediaan barang dalam proses
awal. Produk ini masih memerlukan sumberdaya produksi untuk
menyelesaikannya.
Keberadaan produk dalam proses awal ini juga
memperumit perhitungan jumlah unit ekuivalen. Kerumitan ini
berkait dengan alokasi biaya produksi yang dikeluarkan pada
tahun 2011, karena dari total biaya tersebut sebagian akan
dikonsumsi oleh barang dalam proses awal, sebagian dikonsumsi
oleh produk yang masuk proses tahun 2011 dan sudah selesai, dan
sebagian lagi dikonsumsi oleh barang dalam proses akhir periode.
Yang jadi persoalan adalah apakah barang dalam proses
akhir periode ini seluruhnya berasal dari produk yang masuk
proses tahun 2011 atau sebagian berasal dari produk dalam proses
awal periode. Yang menjadi persoalan adalah apakah barang
dalam proses akhir ini seluruhnya berasal dari produk awal atau
Sebagian lagi dikonsumsi oleh barang dalam proses akhir periode.
Dalam menangani hal ini dapat menggunakan dua metode yaitu :
(1) metode rata-rata tertimbang (weighted average), dan (2)

11
metode masuk pertama, keluar pertama atau first-in first-out
(FIFO).1
1. Metode rata-rata tertimbang

Metoda ini memperlakukan kos dan jumlah unit persediaan


barang dalam proses awal sama dengan produk yang dimasukkan
ke dalam proses pada periode berjalan. Hal ini dilakukan dengan
menambahkan kos barang dalam proses awal ke biaya produksi
periode berjalan. Hasil penjumlahan tersebut diperlakukan sama
dengan biaya manufaktur yang dikeluarkan pada periode berjalan.
Dengan demikian jumlah unit barang dalam proses juga
digabungkan dengan jumlah unit barang yang masuk proses pada
periode berjalan, kemudian dihitung rata-ratanya untuk
menentukan unit ekuivalen. Dengan metoda ini, unit ekuivalen
dihitung dengan menambahkan jumlah produk selesal dengan
jumlah unit ekuivalen barang dalam proses akhir periode.
Setelah unit ekuivalen dapat dihitung, maka tahap-tahap
perhitungan biaya produksi dilakukan dalam sebuah laporan yang
disebut dengan laporan kos produksi. Laporan kos produksi
adalah rincian rekening barang dalam proses untuk setiap
departemen. Langkah- langkah penyusunan laporan kos produksi
ini sama baik pada metoda rata-rata tertimbang maupun pada
metoda FIFO. Secara lengkap, langkah-langkah dalam
penyusunan laporan kos produksiadalah sebagai berikut:
1. Menganalisis arus fisik unit yang diproduksi.
2. Menghitung produk ekuivalen.
3. Menghitung kos per unit.
4. Penilaian persediaan (menentukan berapa jumlah biaya

1
Mulyati,S,.dan dkk.(2017).buku ajar : akuntansi biaya. Aceh – CV.SEFA
BUMU PERSADA. hal 58-65

12
5. produksi yang telah dikonsums oleh produk selesai dan berapa
yang dikonsumsi oleh barang dalam proses akhir).
6. Rekonsiliasi biaya.

Ilustrasi :
Berikut ini adalah data produksi untuk bulan Desember 2021 pada
DepartemenA :
Produksi:
Barang dalam proses awal , 75% selesai 40.000 unit
Produk jadi dan disetor ke Gudang 100,000 unit
Barang dalam proses Akhir, 25% selesai 20.000 unit
Biaya :
Melekat pada barang dalam proses awal
Rp. 35.250.000,00
Dikeluarkan dalam bulan desember 2021
Rp. 101.250.000,00
Berdasarkan data diatas maka Langkah-langkah penyusunan laporan kos
diproduksi dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah 1 : Menganalisis arus fisik
Tujuan dilakukannya langkah ini adalah untuk menelusur unit fisik
produksi. Unit fisik tidak sama dengan unit ekuivalen. Unit fisik adalah
unit yang ada dalam berbagai tingkat penyelesaian. Dengan mengacu pada
data di atas. terdapat barang dalam proses sebanyak 40,000 unit, dan unit
masuk proses bulan Desember berjumlah 80.000 unit, sehingga total unit
yang diolah sebanyak 120.000 unit. Dan jumlah tersebut, 20.000 unit
diantaranya belum selesai sampai dengan akhir bulan Desember. Dengan
demikian pada akhir bulan Desember terdapat barang dalam proses
sebanyak 20.000 unit dengan tingkat penyelesaian 25%, Analisis unit fisik

13
ini biasanya dilakukan dengan membuat bagan perhitungan sebagai berikut:

Bagan arus fisik


Unit yang diperhitungkan
Barang dalam proses awal (75% selesai) 40.000
Produk masuk bulan desember 80.000
Jumlah unit yang diperhitungkan 120.000
Perhitungan Unit
Produk selesai dan ditransfer keluar:
Masuk proses bulan ini 60.000
Dari produk dalam proses awal40.000 100.000
Barang dalam proses akhir (25% selesai) 20.000
Jumlah unit 120.000

Langkah 2 : Perhitungan unit ekuivalen


Unit produksi ekuivalen

Produk selesai 100.000


Ditambah
Barang dalam proses akhir × persentase penyelesaian
(20.000 unit × 25% ) 5.000
Jumlah unit ekuivalen 105.000

Perhatikan bahwa output bulan Desember dihitung sebanyak 105.000


unit, yang terdiri atas 100.000 unit produk selesai dan ditransfer keluar
departemen, ditambah dengan 5.000 unit ekuivalen dari persediaan barang
dalam proses akhir (20.000 x 25%). Bagaimana dengan barang dalam proses

14
awal? Ada 40.000 unit barang dalam proses awal dengan tingkat
penyelesaian 75%. Unit ini telah diperhitungkan dalam 100.000 unit produk
selesal dan ditransfer keluar departemen selama bulan Desember. Dengan
demikian, barang dalani proses awal diperlakukan sama dengan barang yang
masuk proses dalam bulan Desember.

Langkah 3 : Perhitungan kos per unit


Selain output fisik (unit) untuk bulan Desember, untuk
menghitung biaya per unit juga diperlukan data tentang biaya produksi yang
dikeluarkan selama bulan Desember. Metoda rata-rata tertimbang
memperhitungkan seluruh biaya, baik biaya yang melekat pada barang dalam
proses awal maupun biaya yang dikeluarkan dalam bulan Desember. Dengan
demikian, total biaya produksi yang diperhitungkan dalam bulan Desember
berjumlah Rp136.500.000,00 dan kos (biaya) produksi per unit dapat
dihitung sebagai berikut:
Kos per unit Rp136.500.000,00 : 105.000 = Rp1.300,00
Langkah 4: Penilaian Persediaan.
Dengan menggunakan informasi tentang biaya per unil, maka kita
dapat menghitung besarnya kos produk yang ditransfer keluar departemen
yaitu Rp1.300,00 x 100.000 unit = Rp130.000.000,00. Sedangkan kos
barang dalam proses akhir adalah sebesar Rp1.300,00 x 5.000 unit =
Rp6.500.000,00. Perhatikan bahwa informasi tentang produk selesai
(langkah 1), unit ekuivalen (langkah 2), dan biaya per unit (langkah 3)
dibutuhkan untuk melakukan penilaian terhadap barang yang ditransfer
keluar departemen maupun barang dalam proses akhir periode.
Langkah 5: Rekonsiliasi Biaya.
Yang dimaksud dengan rekonsiliasi blaya adalah pembandingan
antara jumlah biaya manufaktur yang diperhitungkan dengan jumlah

15
perhitungan biaya manufaktur yang dibebankan ke produk. Dengan
menggunakan data padailustrasi di atas, maka jumlah biaya manufaktur yang
diperhitungkan adalah sebagai berikut:
Biaya yang melekat pada barang dalam proses awal Rp 35.250.000,00
Biaya yang keluar dalam bulan Desember Rp101.250.000,00
Jumlah biaya yang diperhitungkan Rp136.500.000,00
Biaya yang dibebankan kepada produk adalah juga sebesar Rp136.500.000.00
denganrincian sebagai berikut:
Biaya yang dibebankan ke produk selesai Rp 130.000.000,00
Biaya yang dibebankan ke barang dalam proses akhir Rp 6.500.000,00
Jumlah biaya yang dibebankan Rp136.500.000,00

Laporan Kos Produksi. Kelima langkah di atas dapat diringkas


dapat diringkas dalam sebuah laporan yang disebut laporan kos produksi.

Salah satu kelebihan metoda rata-rata tertimbang adalah sederhana.


Dengan memperlakukan barang dalam proses awal periode sebagai bagian
dari produk yang diproses pada periode berjalan, semua unit ekuivalen
memperoleh perlakuan sama dalam perhitungan kos (biaya) produksi per
unit. Dengan demikian, perhitungan biaya per unit menjadi sederhana.
Meskipun demikian, metoda ini juga memiliki kelemahan. Salah satu
kelemahan yang ada adalah tingkat akurasi dalam perhitungan kos per unit
outpur periode berjalan rendah.Jika biaya per unit dalam sebuah proses stabil
dari satu periode ke periode pemrosesan, maka metoda rata-rata tertimbang
mungkin akurat. Namun, jika harga input manufaktur (biaya produksi)
berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka penggunaan metode ini
menghasilkan perhitungan biaya per unit yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Untuk memperoleh tingkat akurasi yang lebih tinggi, maka perusahaan
dapat menggunakan metoda FIFO.

16
PT MULIA
Laporan kos produksi Departemen A
Bulan Desember 2021 (Metode rata-rata tertimbang)

Informasi unit produksi


Unit yang diperhitungkan
Barang dalam proses awal (75% selesai) 40.000
Produk masuk bulan desember 80.000
Jumlah unit yang diperhitungkan 120.000

Infomasi unit produksi


Perhitungan Unit
Produk selesai dan ditransfer keluar:
Masuk proses bulan ini 60.000
Dari produk dalam proses awal40.000 100.000
Barang dalam proses akhir (25% selesai) 20.000
Jumlah unit 120.000

Unit produksi ekuivalen


Produk selesai Ditambah 100.000
Barang dalam proses akhir × persentase
Penyelesai
(20.000 unit × 25% ) 5.000
Jumlah unit ekuivalen 105.000

17
Pehitungan
biaya

Barang dalam Dikeluarkan Jumlah biaya Unit Kos per


proses awal periode ini produksi ekuivalen unit

Rp35.250.000 Rp101.250.000 Rp136.500.000 105.000 Rp1.300

PEMBEBANAN BIAYA
Produk jadi Barang dalam proses Jumlah
Produk jadi Rp 130.000.000 Rp 130.000.000
Barang dalam proses Rp 6.500.000 Rp 6.500.000
Biaya dibebankan Rp 130.000.000 Rp 6.500.000 Rp 136.500.000

2. Metode FIFO
Dengan menggunakan metoda ini, maka unit ekuivalen dan
biaya manufaktur yang melekat pada barang dalam proses awal harus
dipisahkan dari perhitungan biaya per unit periode berjalan. Dengan
kata lain, metoda ini mengakui bahwa pekerjaan dan biaya yang
berasal dari periode pemrosesan sebelumnya menjadi bagian dari
periode tersebut.
Jika terjadi perubahan harga input manufaktur dari satu
periode ke periode berikutnya. maka metoda FIFO ini akan
menghasilkan perhitungan biaya manufaktur per unit yang lebih
akurat dibandingkan dengan metoda rata-rata. Semakin akurat
perhitungan yang dihasilkan, maka pengendalian yang dilakukan juga
semakin baik kualitasnya, semakin akurat proses penentuan harga,
dan seterusnya. Meskipun demikian, karena periode produksi

18
biasanya berjangka pendek bulanan, atau mingguan, maka
perhitungan biaya produksi per unit biasanya tidak berselisih secara
signifikan pada kedua metoda tersebut. Kondisi inilah yang
menyebabkan banyak perusahaan yang lebih suka menggunakan
metoda rata-rata tertimbang. 2
Sama dengan metode rata-rata tertimbang penghitungan
inimemiliki 5 tahap yaitu:
1. Menganalisis arus fisik unit yang diproduksi.
2. Menghitung produk ekuivalen.
3. Menghitung kos per unit.
4. Penilaian persediaan
5. Rekonsiliasi biaya.
Kelima Langkah ini dapat diringkas dalam laporan yang
disebutdengan laporan kos produksi.
PT MULIA
Laporan kos produksi Departemen A Bulan Desember 2021
(Metode FIFO)
Informasi unit produksi
Unit yang diperhitungkan
Barang dalam proses awal (75% selesai) 40.000
Produk masuk bulan desember 80.000
Jumlah unit yang diperhitungkan 120.000
Perhitungan Unit
Produk selesai dan ditransfer keluar:

2
Krismiaji, dan Aryani, Y Anni. 2019. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN. hal 76-85

19
Masuk proses bulan ini 60.000
Dari produk dalam proses awal40.000 100.000
Barang dalam proses akhir (25% selesai) 20.000
Jumlah unit 120.000

Unit produksi ekuivalen


Produk jadi dari proses periode berjalan 60.000
Ditambah :
Barang dalam proses awal × (1 – persentase penyelesaian)
40.000 unit × (1 -75%) 10.000
Ditambah :
Barang dalam proses akhir × persentase penyelesaian
(20.000 unit × 25% 5.000

Jumlah Unit 75.000

Perhitungan
biaya

Barang dalam Dikeluarkan Jumlah biaya Unit Jumlah


proses periode ini produksi Ekuivalen
Rp35.350.000 Rp101.250.000 Rp136.500.000 75.000 Rp1.350

Pembebanan Biaya
Produk jadi Barang dalam Jumlah
proses
Dari BDP awal 35.250.000 35.250.000

20
Penyelesaian BDP 13.500.00 13.500.00
awal
Produk jadi periode 81.000.000 81.000.000
ini

Barang dalam proses 6.750.000 6.750.000

Biaya dibebankan 129.750.000 6.750.000 136.500.000

21
KESIMPULAN

Penentuan kos proses adalah metode akumulasi biaya produksi berdasarkan divisi
atau departemen. Metode ini cocok digunakan pada perusahaan yang menghasilkan produk
dalam jumlah besar di satu waktu dan produk yang dihasilkan bersifat homogen atau
sejenis, seperti perusahaan manufaktur.
Konsep unit ekuivalen adalah kesetaraan jumlah unit barang yang masih belum
selesai diproses, jika disetarakan atau dianggap sebagai barang yang telah selesai diolah.
Metode Rata-rata tertimbang (weighted average) merupakan metode yang
memperlakukan kos dan jumlah unit persediaan barang dalam proses awal sama dengan
produk yang dimasukkan ke dalam proses pada periode berjalan. Hal ini dilakukan dengan
menambahkan kos barang dalam proses awal ke biaya produksi periode berjalan.
Metode FIFO adalah metode yang memperlakukan unit ekuivalen dan biaya
manufaktur yang melekat pada barang dalam proses awal harus dipisahkan dari
perhitungan biaya per unit periode berjalan. Dengan kata lain, metoda ini mengakui bahwa
pekerjaan dan biaya yang berasal dari periode pemrosesan sebelumnya menjadi bagian dari
periode tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

R, S. (2017). Akuntansi Manajemen (Pertama ed.). Sidoarjo: Zifatama.


Rahma.D, S. (2019). Akuntansi Biaya (Pertama ed.). (S. Budi.S, Ed.) Sidoarjo: UMSIDA
PRESS.
Krismiaji, dan Aryani, Y Anni. 2011. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Krismiaji, dan Aryani, Y Anni. 2019. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
Mulyati,S,.dan dkk.(2017).buku ajar : akuntansi biaya. Aceh – CV.SEFA BUMI
PERSADA

23

Anda mungkin juga menyukai