Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI 7 HUKUM BISNIS.

57

Nama: Tri Dharma Nur Patria


NIM: 041149165
UPBJJ: Bogor

Selamat malam, salam sejahtera untuk Tutor Mata Kuliah Hukum Bisnis dan
rekan - rekan mahasiswa lainnya.

Saya akan mencoba menanggapi diskusi kali ini.

Topik:
Apa yang dimaksud dengan Endosemen?

Tanggapan:

Endosemen berasal dari kata endossement (Perancis dan Belanda) atau


endorsement (Inggris) yang berarti pernyataan yang ditulis di belakang surat
berharga. Kata endorse sendiri berarti belakang. Endosemen pada surat
berharga berlaku untuk Wesel dan Surat Cek. Secara singkat pengertian
endosemen untuk Wesel adalah suatu pernyataan yang memindahkan hak
tagih atas sepucuk surat wesel dari pemegang kepada orang lain. Sedangkan
untuk Surat Cek, endosemen adalah cara memperalihkan tagihan yang
terwujud dalam sepucuk cek yang ditentukan dapat dibayar kepada seorang
yang dise but namanya, dengan atau tida k dengan klausula atas pengganti
(KUHD Pasal 191 ayat 1).

Adapun penjelasannya baik dalam Wesel maupun Surat Cek adalah sebagai
berikut.

 Endosemen (untuk Wesel)


Menurut KUHD Pasal 613 ayat 3 BW, bahw a penyerahan dari tagihan-tagihan
atas pengganti pada umumnya terjadi dengan penyerahan surat itu dan
endosemen yaitu: mene mpatkan suatu keterangan pada surat berharga itu.

Seorang pemegang yang mempunyai tagihan terhadap penerbit atau akseptan


(jika w esel itu telah diakseptir) dapat menyerahkan tagihannya itu
kepada seorang ketiga dengan jalan mengendoser wesel itu dan
menyerahkannya. Dengan demikian maka orang ketiga itu menjadi
geendosseerde, yaitu orang yang mene rima peralihan. Dan orang ketiga itu
pun (geendosseerde) selanjutnya dapat mengendosernya lagi kepada seorang
lain: Pasal 110 ayat 3 kalimat terakhir.

Menurut Pasal 110 ayat 3 KUHD endosemen itu bahwa dapat ditentukan
untuk keuntungan tersangkut yang telah akseptan atau bukan, untuk
kepentingan penerbit atau setiap pengutang lainnya.

Jadi ternyata bahwa endosemen dan penyerahan surat wesel adalah suatu
cara yang normal dari penyerahan tagihan yang diwujudkan di dalam wesel
itu. Akan te tapi ada juga wesel dengan cara penyerahan itu tida k berlaku
terhadapnya.
a. Termasuk golongan ini pertama-tama ialah menurut Pasal 110 ayat 2
KUHD yaitu rekta wesel. Rekta wesel ini adalah suatu wesel yang
mengandung rekta klausula. Artinya mengandung kata-kata “tidak atas
pengganti” (niet aan order) atau kata yang berarti serupa itu (Pasal 110
ayat 2). Pene rbit dari wesel yang demikian itu tida k menghe ndaki
penyerahan dalam bentuk endosemen. Jadi pemegang pertama
hanyalahdapat menyerahkan tagihannya yang di dalam wesel itu dengan
cara cessie, dan pemegang yang baru mempunyai posisi yang seluruhnya
sama dengan pemegang pertama.
b. Yang kedua ialah: menurut Pasal 119 ayat 1 bahwa wesel tida k dapat
lagi diendoser setelah ada protes dari non pembayaran atau setelah
lampaunya tenggang yang ditentukan untuk mengajukan protes. Artinya:
bahw a penerbit hanyalah menghendaki cara penyerahan khusus dengan
endosemen itu sampai kepada hari pembayaran wesel, setelah itu maka
pembayaran wesel hanyalah boleh dengan cara cessie.

Tetapi oleh karena menurut Pasal 143 ayat (3) protes non pembayaran itu
dilakukan pada salah satu dari dua hari kerja yang mengikuti hari gugur,
maka hari terakhir dari dapatnya suatu wesel diendoser ialah hari kerja kedua
yang mengikuti hari gugur atau mungkin hari kerja yang pertama, apabila
pada hari itulah protes dilakukan.

Selanjutnya dalam Pasal 114 KUHD, ditentukan bahwa kecuali ditentukan


sebaliknya, maka endosan menanggung atas akseptasi dan pembayaran. Ia
dapat melarang endosemen baru, dalam hal ini terhadap orang-orang kepada
siapa surat wesel itu kemudian diendosir, ia tida k menanggung atas wesel
akseptasi dan pembayaran.

 Endosemen (untuk Surat Cek)


Endosemen adalah cara memperalihkan tagihan yang terwujud
dalam sepucuk cek yang ditentukan dapat dibayar kepada seorang yang
dise but namanya, dengan atau tidak dengan klausula atas pengganti
(Pasal 191 ayat 1).

Cara peralihan dengan endosemen ini hanya berlaku atas cek yang diterbitkan
atas pengganti (aan orde r). Ketentuan mengenai endosemen
untuk cek pada umumnya adalah sama saja dengan ketentuan endosemen
wesel, kecuali dalam beberapa hal. Endosemen untuk cek diatur dalam bagian
kedua titel 7. Buku I KUHD di dalam Pasal-pasal 191 sampai dengan Pasal 201.

Dari bunyi Pasal 191 ayat 1 itu, berarti bahwa cek itu adalah juga praesumptif
orde r papier (dianggap selalu sebagai surat atas pengganti).
Akan tetapi cek yang tida k menyebut nama pemegang pertama, dianggap
sebagai cek atas tunjuk (aan toonder) (lihat ketentuan Pasal 182 ayat 3), cek
dengan klausula rekta (tidak atas pengganti) tida k boleh diperalihkan dengan
endosemen, melainkan harus dengan cessie bias a (lihat Pasal 191 ayat 2).

Perbe daan mengenai endosemen pada cek dengan wesel, terdapat dalam
Pasal 191 ayat 3, yang harus kita bandingkan dengan Pasal 110 ayat 3,
endosemen dapat ditentukan untuk keuntungan dan oleh tersangkut dari
wesel, sedang dalam Pasal 191 ayat 3 untuk cek, endosemen tida k dapat
ditentukan untuk keuntungan dan oleh tersangkut (Pasal 192 ayat 3).

Ratio dari tida k dapat endosemen untuk tersangkut dari cek adalah karena cek
itu adalah alat pembayaran kontan, sehingga tersangkut harus membayar
setiap saat cek yang diperlihatkan. Berdasarkan Pasal 192 ayat 3, endosemen
tida k boleh dari tersangkut. Dan endosemen kepada tersangkut hanya berlaku
sebagai pembebasan, kecuali dalam beberapa hal yaitu bilamana tersangkut
mempunyai lebih dari satu kantor dan bilamana endosemen ditentukan untuk
keuntungan kantor lain daripada kantor di mana cek itu diterbitkan.

Berdasarkan Pasal 193 ayat 1 endosan dari sepucuk cek mempunyai kewajiban
untuk menjamin atas pembayaran. Lain halnya pada wesel, dalam Pasal 114
ayat 1, endosan mempunyai wajib menjamin akseptasi dan pembayaran.
Kewajiban yang kita bicarakan ini adalah mengenai wajib regres. Sebab
perbe daan di atas, karena pada cek tida k dibolehkan akseptasi, sehingga
kewajiban endosan tidak ada untuk menjadi akseptasi.

Demikian ta nggapan dari saya, atas kesempatan yang diberikan saya ucapkan
terima kasih.

*Sumber:
- BMP EKMA4316 Hukum Bisnis, Modul 5
- https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/ISI%20KOmplet-
2_hal%20%20297.pdf
- http://pembelajaranhukumindonesia.blogspot.com/2012/03/endosemen.html

Anda mungkin juga menyukai