Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai
pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat
bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang
memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan SB oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga
kepada siapa SB tersebut telah dialihkan.
Sistem Perancis (Wesel dipandang sebagai alat bukti dari perjanjian jual beli didalamnya
tercantum klausula valuta dan klausula tempat)
Sistem Jerman (Wesel dipandang suatu janji untuk membayar yang abstrak yang diberikan
oleh penerbit terlepas dari perjanjian pokok)
Sistem Inggris – Amerika (Memberikan perlindungan pemegang yang jujur walaupun ada
cacat pada perikatan dasar)
Aan toonder (atas tunjuk atau atas bawa) : dapat dialihkan dari tangan ke tangan
(onderhands)
Aan order (atas pengganti) : dapat dialihkan kepada pengganti dari orang yang namanya
disebut pada SB tersebut dengan cara endosemen dan menyerahkan surat yang dimaksud
Op naam (atas nama)
Penggolongan Surat Berharga :
Surat Legitimasi adalah surat bukti diri bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak.
Legitimasi formil, yaitu bahwa pemegang dianggap sebagai yang berhak atas tagihan (Pasal
115 ayat 1,176,196 KUHD) . Conthh: cek (benda bergerak)
Legitimasi materiil, yaitu bukti bahwa pemegang SB itu sesungguhnya adalah orang yang
berhak atas tagihan (pasal 115 ayat 2,198 KUHD). Contoh: sertifikat, deposito, saham (benda
tidak bergerak)
Lembaga Eksepsi :
1. Eksepsi relatif (exeption in personam) > berdasarkan hubungan hukum antara penghutang
terhadap siapa diminta pembayaran dengan penagih sebelumnya
2. Eksepsi absolut (exeption in rem) > tangkisan berdasar surat berharga itu sendiri atau
berdasarkan ketentuan undang- undang. (Cacat bentuk,lampau waktu, kelaian formalitas
dalam melakukan regres).
Surat Rekta adalah surat-surat yang menurut undang-undang adalah termasuk atas tunjuk/ atas
bawa (aan tonder) atau atas penganti (aan order) akan tetapi penyerahannya sesuai surat atas
nama (op naam). Akibat hukum: fungsi dapat diperdagangkan dari surat berharga itu menjadi
dipersulit. Pemegang surat berharga sama dengan seorang yang berhak atas suatu tagihan atas
nama.
Perikatan Dasar
a) Didalam KUHD Yakni : Aksep − Promes − Wesel − Cek − Saham − Surat angkut − Kuitansi
− Polis asuransi − Charter-party (persetujuan sewa kapal) − Konosemen − Delivery Order
(D.O.) − Sertifikat Bank Indonesia (SBI) − Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
b) Diluar KUHD Yakni : Sertifikat deposito − Commercial Paper (CP) − Banker’s Acceptance
(BA) − Traveller’s cheque − Surat atau instrumen lainnya bilyet deposito berjangka − Buku
tabungan − Surat angkutan udara − Bilyet gito Di dalam KUHD Di luar KUHD
AKSEP (Surat Sanggupan) ialah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah uang
kepada pemegang atau openggantinya pada hari tertentu.
PROMES (Surat sanggup bayar/janji/Komitmen) ialah penyanggupan tak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo dan pada tempat pembayaran
yang telah ditentukan dengan mencantumkan nama orang yang kepadanya pembayaran itu
dilakukan atau yang kepada tertunjuk pembayaran harus dilakukan dengan ditandatangani
orang yang mengeluarkan promes.
Surat Wesel ialah surat berupa perintah tertulis yang memuat kata wesel, yang diterbitkan
pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada
tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada
tanggal dan tempat tertentu.
1. Nama “Surat Wesel” yang dimuatkan di dalam teksnya sendiri dan diistilahkan/ dinyatakan
dalam bahasa yang digunakan dalam surat tsb; 2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu; 3. Nama orang yang harus membayarnya (tertarik/ tersangkut atau
pembayar); 4. Penetapan hari bayar; 5. Penunjukan tempat, di mana pembayaran harus
dilakukan; 6. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya,
pembayaran harus dilakukan (pihak yang menerima pembayaran); 7. Tanggal dan tempat surat
wesel ditarik; dan 8. Tanda tangan orang yang menerbitkan atau mengeluarkannya surat wesel
(penerbit).
1. Bentuk wesel atas pengganti penerbit (Pasal 102 Ayat (1) KUHD: “Ada surat wesel yang
dibuat kepada orang yang ditunjuk oleh penarik.”)
2. Bentuk wesel atas penerbit sendiri (102 Ayat (2) KUHD: “Ada surat wesel yang ditarik atas
diri penarik sendiri.”)
3. Bentuk wesel untuk perhitungan orang ke tiga (Pasal 102 ayat (3) KUHD: “Dan ada wesel
yang ditarik atas tanggungan pihak ketiga.”)
4. Bentuk wesel inkasio (Pasal 120a KUHD: (1) “Jika di dalam surat wesel itu penarik telah
mencantumkan kata-kata “harga untuk dipungut” atau “untuk inkaso” atau “dalam pemberian
kuasa” atau kata-kata lain yang berartikan memberi perintah untuk memungut semata-mata,
maka si penerima bisa melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu, akan tetapi ia
tak bisa mengendosemenkannya kepada orang lain melainkan dengan cara pemberian
kuasa.”)
5. Bentuk wesel domisili (Pasal 103 KUHD: “Surat wesel ada yang harus dibayar di tempat
tinggal pihak ketiga, baik di tempat tertarik berdomisili, maupun di tempat lain.”)
Kewajiban penerbit :
Fungsi endosemen:
1. Sebagai akta (untuk membuktikan beralihnya hak tagih dari yang mengalihkan (endosan)
yang dibubuhi tanda tangan yang mengalihkan)
2. Legitimasi (melegitimasi orang yang memeroleh hak tagih (geendosserde) sebagai yang
berhak)
3. Transportfunctie atau mengalihkan (hak yang tersimpul dalam surat itu beralih dengan
penyerahan surat disertai endosemen)
4. Menjamin (garantiefunctie).
Dengan demikian, peristiwa hukum yang harus dilakukan adalah melakukan endosemen terlebih
dahulu sebelum menyerahkan wesel.
SOAL :
Jawaban :
Jawaban :
Cek adalah surat (warkat) yang berisi perintah tak bersyarat dari nasabah suatu perbankan agar
bank itu membayar sejumlah uang yang sudah tertera pada surat tersebut.
1. Cek atas nama. Salah satu jenis cek ini diterbitkan untuk seseorang atau badan hukum yang
tertera jelas dalam cek. Setelah itu bank akan mencairkan dananya kepada seseorang atau
badan hukum tersebut. Apabila dicontohkan, ada perintah ‘bayar kepada Pak Yusuf sebesar
Rp5 juta’ atau ‘bayar kepada PT Maju Mundur Boleh sebesar Rp27 juta’, maka cek itu
adalah cek atas nama.
2. Cek atas unjuk. Yang ini merupakan kebalikan dari cek atas nama. Pada cek ini tak tertulis
nama seseorang atau badan hukum. Jadi siapa saja dapat menukarkan cek atau dengan kata
lain bisa diuangkan oleh siapa saja yang menyerahkan cek ini kepada bank.
3. Cek silang. Cek silang merupakan cek yang diberi dua tanda silang di sudut pojok kiri atas
sehingga cek yang tadinya tunai bisa berubah menjadi nontunai.
4. Cek mundur. Cek mundur bisa dikatakan sebagai cek yang diberi tanggal mundur dari
tanggal sekarang. Sebagai contoh, Bapak Ridwan menerima cek tanggal 21 Mei 2019,
tapi dalam cek tertulis tanggal 26 Mei 2019. Artinya, Ridwan baru bisa mencairkan cek
sesuai tanggal yang tertulis dalam cek. Biasanya cek mundur terjadi karena ada kesepakatan
antara pemberi dan penerima cek.
5. Cek kosong. Cek kosong merupakan cek yang dananya tidak ada di rekening giro. Misalnya,
Bapak Fuad menarik cek sebesar Rp25 juta sesuai yang tertera pada cek, tetapi dana yang
tersedia di giro ternyata hanya Rp20 juta. Artinya, Bapak Fuad tidak bisa menarik dana
dikarenakan ada kekurangan sebesar Rp5 juta. Kondisi ini dinamakan dengan cek kosong.