Anda di halaman 1dari 2

Asas-asas Hukum Kontrak

Pertemuan sebelumnya telah dikemukakan jenis-jenis perikatan atau kontrak yang


didasarkan pada pasal 1233 BW yakni perikatan yang lahir dari perjanjian dan
perikatan yang lahir karena undang-undang. Secara umum asas sering diartikan
sebagai jantungnya hukum, atau dengan kata lain asas menjadi akar kuat yang
membentuk sehingga aturan itu menjadi ketentuan yang bersifat imperatif.
Secara umum asas hukum yang dapat digunakan dalam klasifikasi hukum seperti
hukum perdata, hukum pidana maupun hukum tata negara diantaranya:

1. Lex superior derogate legi inferior (ketentuan hukum yang tinggi


mengalahkan hukum yang rendah).
2. Lex posteriori derogate legi priori (ketentuan hukum yang baru lebih
diutmakan dari pada ketentuan hukum yang lama)
3. Lex specialist derogate legi generale (ketentuan hukum yang khusus
diutamakan dari pada yang ketentuan hukum yang umum.
4. Asas nonretroaktif (hukum tidak bisa berlaku surut).
Asas hukum yang dikemukakan diatas adalah asas hukum yang berlaku secara
umum. Berbeda halnya dengan asas hukum yang terdapat dalam
hukum perjanjian (overeenscomstrecht) diantaranya:

Asas Konsensuil
Konsensuil secara sederhana diartikan sebagai kesepakatan. Dengan tercapainya
kesepakatan antara para pihak lahirlah kontrak, meskipun kontrak pada saat itu
belum dilaksanakan. Hal ini berarti juga bahwa dengan tercapinya kesepakatan
oleh para pihak melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka yang membuatnya
(atau dengan kata lain perjanjian itu bersifat obligatoir). Asas konsensuil dapat
dilihat pada Pasal 1320 ayat 1 BW bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Asas Pacta Sunt Servanda (Perjanjian Itu Mengikat Para Pihak)


Asas pacta sunt servanda biasa juga disebut asas kepastian hukum (certainty).
Asas ini bertujuan agar hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas ini dapat disimpulkan diambil dari Pasal
1338 ayat 1 BW yang menegaskan “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang.”
Asas Kebebasan Berkontrak
Sebagian sarjana hukum tetap berpatokan pada Pasal 1338 ayat 1 BW perihal asas
kebebasan berkontrak. Kebebasan yang dimaksud di sini terbagi dalam beberapa
hal yakni:

1. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak (yes or no)
2. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian (who).
3. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian (substance).
4. Bebas menentukan bentuk perjanjian (form)
5. Kebebasan-kebebasan lainnya yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan (other freedom).
Asas Iktikad Baik (geode trouw)
Asas iktikad baik diakomodasi melalui Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan
“perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan
asas bahwa para pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.

Kesepakatan atau consensus sebagai syarat utama lahirnya kontrak, masih ada hal
lain yang harus diperhatikan yaitu syarat sahnya kontrak sebagaimana ditegaskan
dalam pasal 1320 BW yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Sutu hal tertentu;
4. dan sebab yang halal

Anda mungkin juga menyukai