PETUNJUK KHUSUS :
Sifat Ujian On-Line (Ikuti Instruksi yang sudah diarahkan oleh dosen)
---oOo---
JAWABAN
1. - Sumber Hukum Tertulis
a) aUUD ’45 (Undang-Undang Dasar 1945) termuat di Pasal yang ke 33 ayat (3).
b) UU (Undang- Undang) Nomer 5 pada Tahun 1960 mengenai Peraturan
Dasar Pokok Agraria. Sumber yang kedua ini juga disingkat sebagai
UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria).
c) Peraturan tentang pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria.Peraturan
bukan pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria yang telah
dikeluarkan pada tanggal 24 September tahun 1960 disebabkan oleh
sebuah masalah yang harus diatur. Masalah tersebut dicontohkan seperti
UU 51/Prp/1960 mengenai Larangan Pemakaian Tanah yang Tak
Mendapat Izin Oleh Pemiliknya atau Kuasanya.
Pada dasarnya status kepemilikan tanah dan bangunan yang dapat diberikan bagi
WNA yang tinggal di Indonesia hanyalah sebatas hak pakai dan hak sewa
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (“UUPA”), yaitu:
Pasal 42 UUPA
Yang dapat mempunyai hak pakai ialah:
a. warga-negara Indonesia;
b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Pasal 45 UUPA
Yang dapat menjadi pemegang hak sewa ialah:
a. warga-negara Indonesia;
b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Kertentuan Perolehan Hak Atas Tanah bagi WNA
Jadi pada dasarnya WNA yang tinggal di Indonesia hanya bisa memiliki tanah dan
bangunan sebatas hak pakai dan hak sewa. Hal ini diatur lebih rinci lagi dalam Pasal
3 Permen Agraria 29/2016:
1. Orang Asing pemegang izin tinggal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, dapat memiliki rumah untuk tempat tinggal atau hunian
dengan Hak Pakai.
2. Dalam hal Orang Asing meninggal dunia, maka rumah tempat tinggal atau hunian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwariskan.
3. Dalam hal ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Orang Asing,
maka ahli waris harus mempunyai izin tinggal di Indonesia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing tersebut
merupakan:
a. Rumah Tunggal, di atas tanah:
1. Hak pakai;
2. Hak pakai atas hak milik yang dikuasai berdasarkan perjanjian pemberian
hak pakai di atas hak milik dengan akta pejabat pembuat akta tanah; atau
3. Hak pakai yang berasal dari perubahan hak milik atau hak guna bangunan.
b. Sarusun yang:
1. dibangun di atas bidang tanah hak pakai;
2. berasal dari perubahan hak milik atas satuan rumah susun.
3. Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UUHT”) yang
berbunyi:
Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang bersangkutan
atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
Hak Tanggungan sebagai Satu-Satunya Hak Jaminan atas Tanah
Sebagaimana yang telah Anda singgung, sejak berlakunya UUHT, hak tanggungan
menjadi satu-satunya hak jaminan atas tanah yang diakui.
Penegasan tersebut dapat Anda temukan dalam Alinea Ketiga Angka 5 Penjelasan
Umum UUHT, yang berbunyi:
Hak Tanggungan merupakan satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah, dan
dengan demikian menjadi tuntaslah unifikasi Hukum Tanah Nasional, yang
merupakan salah satu tujuan utama Undang-Undang Pokok Agraria.
Per definisi, hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap
kreditur-kreditur lain.
Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah hak milik, hak guna
usaha, dan hak guna bangunan.
Selain itu, hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani hak
tanggungan.
Hak tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan,
tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang
pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam akta pemberian hak tanggungan
yang bersangkutan.
Apabila bangunan, tanaman, dan hasil karya tersebut tidak dimiliki oleh pemegang
hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan atas benda-benda tersebut hanya dapat
dilakukan dengan penandatanganan serta pada akta pemberian hak tanggungan yang
bersangkutan oleh pemiliknya atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya dengan akta
autentik.
1. "Agrarische Wet" (Staatsblad 1870 No. 55), sebagai yang termuat dalam pasal 51
"Wet op de Staatsinrichting van Nederlands Indie" (Staatsblad 1925 No. 447) dan
ketentuan dalam ayat-ayat lainnya dari pasal itu;
2.
a. "Domienverklaring" tersebut dalam pasal 1 "Agrarisch Besluit " (Staatsblad
1870 No. 118);
b. "Algemene Domienverklaring" tersebut dalam Staatsblad 1875 No. 119A;
c. "Domienverklaring untuk Sumatera" tersebut dalam pasal 1 dari Staatsblad
1874 No. 94f;
d. "Domeinverklaring untuk keresidenan Menado" tersebut dalam pasal 1 dari
Staatsblad 1877 No. 55;
e. "Domienverklaring untuk residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo"
tersebut dalam pasal 1 dari Staatsblad 1888 No.58;
3. Koninklijk Besluit tanggal 16 April 1872 No. 29 (Staatsblad 1872 No. 117) dan
peraturan pelaksanaannya;
4. Buku ke-II Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang yang
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, kecuali
ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek yang masih berlaku pada mulai berlakunya
Undang-undang ini;
5. Tata Jenjang atau Hierarki hak hak penguasaan atas tanah dalam UUPA yaitu:
• Hak Bangsa Indonesia yg disebut dalam pasal 1, Sebagai hak Penguasaan atas
tanah yang tertinggi, beraspek perdata dan Publik.
• Hak Menguasai dari Negara yang disebut dalam pasal 2, semata-mata berasfek
Publik;
• Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang disebut dalam Pasal 3, berasfek
perdata dan publik.
A.Hak-hak atas tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara langsung
ataupun tidak langsung yang bersumber pada Hak Bangsa yg disebut pada pasal 16
dan 53.seperti:
• Hak Milik
• Hak Pakai .
• Hak Sewa.
• Hak lain yang ditetapkan UU yang bersifat Sementara Sesuai Pasaal 53 UUPA.
• Wakaf yaitu; Hak milik yang sudah diwakafkan dalam Pasal 49.
• Hak Jaminan atas tanah yang disebut “ hak Tanggungan” pasal 25,33,39,dan 51 .