Makelar
1. Pengertian, pengaturan dan ciri-ciri khas makelar
menurut pnegertian undang-undang, seorang makelar pada pokoknya adalah seorang perantara yang
menghubungkan pengusaha dengan pihak ketiga untuk mengadakan pelbagi pejanjian. Dalam pasal 64
disebutkan secara contoh (enuntiatief atau demostratief) bebrapa macam perjanjian, misalnya: perjanjian
jual beli barang dagangan,kapal-kapal, obligasi-obligasi, efek-efek, wesel, aksep dan surat berharga
lainnya, mengusahakan diskonto, asuransi, pengankutan dengan kapal,pinjaman dan lain lain.makelar
mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu:
a. Makelar harus mendapat pengankatan resmi dari pemerintah(c.q menteri kehakiman)- (pasal 62 ayat 1)
b. Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah dimuka ketua pengadilan negeri, bahwa dia
akan menjalakan kewajibannya dengan baik ( pasal 62 ayat (2)).
Mengenai makelar ini diatur dalam kuhd, buku 1 pasal 62 sampai 72dan menurut pasal 62 ayat (1)
makelar mendapatkan upahnya yang disebut provisi atau courtage.
2. Hubungan hukum dan sifat hubungan hukum antara makelar dan pengusaha.
Sebagai perantara atau pembantu pengusaha, makelar mempunyai hubungan yang tidak tetap dengan
pengusaha. Hubungan ini adalah sama halnya dengan pengacara, tetapi lain dengan hubungan antara agen
perusahaan dengan pengusaha. Adapun sifat hukum darihubungan tersebut adalah campuran, yaitu sebagai
pelayanan berkala dan pemberian kuasa.
C. Komisioner
Pengertian, pengaturan dan ciri-ciri khas komisioner-komisioner lah orang yang menjalankan perusahaan
dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, mendapat provisi atas perintah
dan pembiayaan orang lain (pasal 76). Orang yang memberi perintah disebut komiten. Mengenai
komisioner itu diatur dalam bab v, bagian 1 pasal 76 sampai dengan 85 a, buku 1 kuhd.
Adapun ciri-ciri khas komisioner adalah :
1. Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar
2. Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas namanya sendiri (pasal 7)
3. Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namanya komiten (pasal 77 ayat (1)). Dia di sini menjadi
pihak dalam perjanjian(pasal 77 ayat (2)).
4. Tetapi komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya (pasal 79). Dalam hal ini maka dia
tunduk pada bab xvi, buku iii kuhper tentang pemberian kuasa, mulai pasal 1972 dan seterusnya.[4]
Sebagai pelaksana perintah, komisioner harus memberikan pertanggungjawababan segera mungkin kepada
komitmen setelah selesai melaksanakan tugasnya (pasal 1802 bw). Dalampertanggung jawaban itu
komisioner dapat memberitahukan kepada komitmen dengan siapa dia mengadakan perjanjian. Hal ini erat
hubungannya dengan kewajiban komitmen untuk membiayai pelaksanaan perjanjian yang dibuat dengan
pengantaraan komisioner (pasal 1807 bw). Tetapi jika komisioner menjaminsecara khusus pemenuhan
perjanjian itu, dia tidak perlu memberitahukan kepada komiten nama pihak lawan.[5]
Makelar
1.Hubungan hukum pemberian kuasa
2.Sifat hubungan hukum tidak tetap
3.Pengangkatan diangkat dan disumpah
4.Resiko ditanggung prinsipal
5.Hak komisi dan retensi
6.Aturan dalam KUHD
7.Menyimpan contoh barang, membuat pembukuan
Komisioner
1.Hubungan hukum pemberian kuasa khusus
2.Sifat hubungan hukum tidak tetap
3.Pengangkatan tidak ada
4.Bertindak atas nama sendiri
5.Resiko ditanggung komisioner
6.Hak berupa komisi, retensi, privillege
7.Aturan dalam KUHD, KUHPerdata