Makelar dalam hukum Indonesia diatur pada Pasal 62 – 73 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang.Adapun Penegertian dari makelar itu sendiri adalah seseorang yang kegiatannya menjadi perantara atau penghubung antara pengusaha dan pihak ketiga dalam mengadakan suatu perjanjian. Di dalam pasal 62 KUHD, disebutkan juga bahwa makelar harus mendapat pengangkatan resmi oleh pejabat yang berwenang dan bersumpah di pengadilan negri menjalankan kegiatannya, setelah pengangkatan resmi dan sumpah, barulah makelar biperbolehkan berkegiatan. Upah yang diterima oleh makelar meempunyai istilah yang biasa disebut provisi atau courtage. Perjanjian yang dapat dilakukan oleh makelar diatur dalam Pasal 64 KUHD: ” Pekerjaan makelar terdiri dari mengadakan pembelian dan penjualan untuk majikannya atas barang-barang dagangan, kapal-kapal, saham-saham dalam dana umum dan efek lainnya dan obligasi, surat-surat wesel, surat-surat order dan surat- surat dagang lainnya, menyelenggarakan diskonto, asuransi, perkreditan dengan jaminan kapal dan pemuatan kapal, perutangan uang dan lain sebagainya.” Hubuhngan makelar dengan majikannya/pengusahanya adalah hubungan yang tidak tetap. Sifat dari hubungan makelar dengan majikannya adalah berupa pelayanan dan pemberian kuasa. Kewajiban makelar 1. diwajibkan untuk segera mencatat setiap perbuatan yang dilakukan dalam buku- saku mereka, dan selanjutnya setiap hari memindahkannya ke dalam buku-harian mereka, tanpa bidang-bidang kosong, garis-garis sela, atau catatan-catatan pinggir, dengan menyebutkan dengan jelas nama-nama pihak-pihak yang bersangkutan, waktu perbuatan atau waktu penyerahan, sifatnya, jumlahnya dan harga barangnya, dan semua persyaratan perbuatan yang dilakukan (Pasal 66 KUHD) 2. diwajibkan untuk memberitahukan catatan kepada pihak-pihak yang bersangkutan setiap waktu berkenaan dengan perbuatan yang menyangkut pihak tersebut. (Pasal 67 KUHD) 3. Menyimpan sampel barang sampai barang itu diserahkan dan diterima (pasal 67 KUHD)
Dalam buku H.M.N. Purwosutjipto, disebutkan bahwa seorang makelar wajib
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya yang menyangkut majikannya (pemberi kuasa) dan pihak yang bersangkutan lainnya. Apabila timbul kerugian yang disebabkan oleh makelar, maka ia harus mengganti kerugian gtersebut. Hak-hak yang diberikan KUHD kepada makelar untuk mendukung pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut: 1. Hak Retensi, hak untuk menahan barang selama upah belum dibayar atau apapun yang seharusnya sudah tertagih. 2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi ongkos yang dikeluarkan dari saku pribadi makelar. Tugas Makelar antara lain: 1. Memeberi perantara dalam jual beli. 2. Menyelenggarakan lelang terbuka dan lelang tertutup. 3. Menaksir untuk bank hipotik dan maskapai asuransi. 4. Mengadakan sampel barang – barang yang akan diperjual belikan. 5. Menyortir partai-partai barang yang akan diperjual belikan. 6. Memberikan keahlianya dalam hal kerusakan dan kerugian. 7. Menjadi wasit atau arbiter dalam hal perslisihan tentang kualitas.
Komisioner
Komisioner diatur dalam Pasal 76-85 Kitab Undamg-undang Hukum Dagang.
Pengertian dari komisioner sendiri terdapat dalam Pasal 76 KUHD. Menurut Pasal 76 KUHD, Komisioner adalah orang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri atau firmanya, dan dengan mendapat upah atau provisi tertentu atas order dan atas beban pihak lain. Ciri khas dari komisioner dari buku H.M.N. Prwosutjipto: 1. tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana makelar; 2. komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas nama dirinya sendiri; 3. di dalam membuat perjanjian komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut nama komitennya 4. akan tetapi komisioner dapat juga bertindak atas nama pemberi kuasanya Perjanjian Komisi
Perjanjian komisi adalah perjanjian yang dilakukan antara komisioner dengan
komiten atau pemberi kuasa. Berikut sifat dari perjanjian komisi:
a. Menurut Pasal 1792 KUHPerdata, seorang pemegang kuasa bertindak pada
umumnya atas nama pemberi kuasa, sedangkan wewenang komisioner pada umumnya bertindak atas dirinya sendiri. b. Pemegang kuasa bertindak tanpa upah, kecuali apabila diperjanjikan dengan upah, sedang komisioner mendapat provisi apabila kewajibannya telah selesai; c. Akibat hukum perjanjian komisi banyak yang tidak diatur dalam undang-undang
Menurut Pasal 78 KUHD, Komisioner dalam menjalanka hubungan dengan pihak
ketiga seperti hubungan para pihak dalam perjanjian. Komiten berada diluar hubungan komisioner dengan pihak ketiga sehingga komiten tidak perlu tahu dengan siapa komisioner berhubungan, juga berdasarkan hal tersebut, komiten tidak berhak menuntut pihak ketiga. Komiten hanya menanggung biaya yang dikeluarkan oleh komsioner untuk menjalankan tugas yang diberikannya.
Komisioner harus melaksanakan apa yang telah diperjanjikan dalam perjanjian
komisi dengan sebaik-baiknya. Komisioner bertanggung jawab apabila pemberian kuasa tidak berjalan sebagaimana mestinya. Seperti yang sudah disebutkan terkait makelar, sama halnya dengan komisioner, wajib mengganti kerugian yang disebabkan oleh ia sendiri. Dalam Pasal 1802 KUHPer, disana diatur pula bahwa komisioner harus sesegera mungkin memberikan pertanggungjawaban kepada komiten setelah tugas yang diberikan telah selesai. Komisioner memberikan jaminan khusus atas keberhasilan perjanjiannya, jaminan yang digunakan adalah penanggungan atau (borgtocht). Oleh karena itu, komisioner mendapatkan provisi yang besar dari komiten apabila ia benar-benar berhasil melaksanakan isi perjanjain komisi tersebut dan menguntungkan komiten. Jaminan dan provisi yang diberikan itu oleh Dorhout Mess disebut Del Credere. Del Credere berasal dari bahasa Italia yang berarti percaya, secara istilah Del Credere adalah komisi tambahan yang diberikan kepada komisioner penjamin. H.M.N. Purwosutjipto menyebutkan bahwa Del Credere merupakan janji khusus (beding) dalam perjanjian komisi antara komisioner dan komiten, dan dapat diperjanjikan secara terang-terangan atau diam-diam, berdasar kebiasaan hukum dalam praktik.
Dalam berkegiatan, komisioner dilekati hak-hak istimewa. Hak yang dimiliki
poleh komisioner adalah hak untuk memperoleh pembayaran terlebih dahulu dari kreditur lainnya dan sama seperti makelar, komisioner memiliki hak retensi juga. DAFTAR PUSTAKA
Khairandy, Ridwan. Pengantar Hukum Dagang. Yogyakarta; Gama Media, 2006
Hasyim Farida, Hukum Dagang, Surabaya; Sinar Grafika, 2011
Purwosutjipto, H.M.N.. Pokok-Pokok Hukum Dagang. Jakarta; Djambatan, 1999