Anda di halaman 1dari 5

Makelar Dan Komisioner

Muhammad Rafi Arasy

110110200125

Makelar

 Makelar dalam hukum Indonesia diatur pada Pasal 62 – 73 Kitab Undang-undang


Hukum Dagang.Adapun Penegertian dari makelar itu sendiri adalah seseorang yang
kegiatannya menjadi perantara atau penghubung antara pengusaha dan pihak ketiga
dalam mengadakan suatu perjanjian. Di dalam pasal 62 KUHD, disebutkan juga
bahwa makelar harus mendapat pengangkatan resmi oleh pejabat yang berwenang dan
bersumpah di pengadilan negri menjalankan kegiatannya, setelah pengangkatan resmi
dan sumpah, barulah makelar biperbolehkan berkegiatan. Upah yang diterima oleh
makelar meempunyai istilah yang biasa disebut provisi atau courtage.
 Perjanjian yang dapat dilakukan oleh makelar diatur dalam Pasal 64 KUHD:
” Pekerjaan makelar terdiri dari mengadakan pembelian dan penjualan untuk
majikannya atas barang-barang dagangan, kapal-kapal, saham-saham dalam dana
umum dan efek lainnya dan obligasi, surat-surat wesel, surat-surat order dan surat-
surat dagang lainnya, menyelenggarakan diskonto, asuransi, perkreditan dengan
jaminan kapal dan pemuatan kapal, perutangan uang dan lain sebagainya.”
 Hubuhngan makelar dengan majikannya/pengusahanya adalah hubungan yang tidak
tetap. Sifat dari hubungan makelar dengan majikannya adalah berupa pelayanan dan
pemberian kuasa.
 Kewajiban makelar
1. diwajibkan untuk segera mencatat setiap perbuatan yang dilakukan dalam buku-
saku mereka, dan selanjutnya setiap hari memindahkannya ke dalam buku-harian
mereka, tanpa bidang-bidang kosong, garis-garis sela, atau catatan-catatan pinggir,
dengan menyebutkan dengan jelas nama-nama pihak-pihak yang bersangkutan,
waktu perbuatan atau waktu penyerahan, sifatnya, jumlahnya dan harga
barangnya, dan semua persyaratan perbuatan yang dilakukan (Pasal 66 KUHD)
2. diwajibkan untuk memberitahukan catatan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
setiap waktu berkenaan dengan perbuatan yang menyangkut pihak tersebut. (Pasal
67 KUHD)
3. Menyimpan sampel barang sampai barang itu diserahkan dan diterima (pasal 67
KUHD)

Dalam buku H.M.N. Purwosutjipto, disebutkan bahwa seorang makelar wajib


bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya yang menyangkut
majikannya (pemberi kuasa) dan pihak yang bersangkutan lainnya. Apabila timbul
kerugian yang disebabkan oleh makelar, maka ia harus mengganti kerugian gtersebut.
 Hak-hak yang diberikan KUHD kepada makelar untuk mendukung pelaksanaan
kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Hak Retensi, hak untuk menahan barang selama upah belum dibayar atau apapun
yang seharusnya sudah tertagih.
2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi ongkos yang dikeluarkan dari saku pribadi
makelar.
 Tugas Makelar antara lain:
1. Memeberi perantara dalam jual beli.
2. Menyelenggarakan lelang terbuka dan lelang tertutup.
3. Menaksir untuk bank hipotik dan maskapai asuransi.
4. Mengadakan sampel barang – barang yang akan diperjual belikan.
5. Menyortir partai-partai barang yang akan diperjual belikan.
6. Memberikan keahlianya dalam hal kerusakan dan kerugian.
7. Menjadi wasit atau arbiter dalam hal perslisihan tentang kualitas.

Komisioner

Komisioner diatur dalam Pasal 76-85 Kitab Undamg-undang Hukum Dagang.


Pengertian dari komisioner sendiri terdapat dalam Pasal 76 KUHD. Menurut Pasal 76
KUHD, Komisioner adalah orang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan
melakukan perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri atau firmanya, dan dengan
mendapat upah atau provisi tertentu atas order dan atas beban pihak lain.
Ciri khas dari komisioner dari buku H.M.N. Prwosutjipto:
1. tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana
makelar;
2. komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas nama
dirinya sendiri;
3. di dalam membuat perjanjian komisioner tidak berkewajiban untuk
menyebut nama komitennya
4. akan tetapi komisioner dapat juga bertindak atas nama pemberi kuasanya
Perjanjian Komisi

Perjanjian komisi adalah perjanjian yang dilakukan antara komisioner dengan


komiten atau pemberi kuasa. Berikut sifat dari perjanjian komisi:

a. Menurut Pasal 1792 KUHPerdata, seorang pemegang kuasa bertindak pada


umumnya atas nama pemberi kuasa, sedangkan wewenang komisioner pada
umumnya bertindak atas dirinya sendiri.
b. Pemegang kuasa bertindak tanpa upah, kecuali apabila diperjanjikan dengan upah,
sedang komisioner mendapat provisi apabila kewajibannya telah selesai;
c. Akibat hukum perjanjian komisi banyak yang tidak diatur dalam undang-undang

Menurut Pasal 78 KUHD, Komisioner dalam menjalanka hubungan dengan pihak


ketiga seperti hubungan para pihak dalam perjanjian. Komiten berada diluar
hubungan komisioner dengan pihak ketiga sehingga komiten tidak perlu tahu dengan
siapa komisioner berhubungan, juga berdasarkan hal tersebut, komiten tidak berhak
menuntut pihak ketiga. Komiten hanya menanggung biaya yang dikeluarkan oleh
komsioner untuk menjalankan tugas yang diberikannya.

Komisioner harus melaksanakan apa yang telah diperjanjikan dalam perjanjian


komisi dengan sebaik-baiknya. Komisioner bertanggung jawab apabila pemberian
kuasa tidak berjalan sebagaimana mestinya. Seperti yang sudah disebutkan terkait
makelar, sama halnya dengan komisioner, wajib mengganti kerugian yang disebabkan
oleh ia sendiri. Dalam Pasal 1802 KUHPer, disana diatur pula bahwa komisioner
harus sesegera mungkin memberikan pertanggungjawaban kepada komiten setelah
tugas yang diberikan telah selesai.
Komisioner memberikan jaminan khusus atas keberhasilan perjanjiannya,
jaminan yang digunakan adalah penanggungan atau (borgtocht). Oleh karena itu,
komisioner mendapatkan provisi yang besar dari komiten apabila ia benar-benar
berhasil melaksanakan isi perjanjain komisi tersebut dan menguntungkan komiten.
Jaminan dan provisi yang diberikan itu oleh Dorhout Mess disebut Del Credere. Del
Credere berasal dari bahasa Italia yang berarti percaya, secara istilah Del Credere
adalah komisi tambahan yang diberikan kepada komisioner penjamin. H.M.N.
Purwosutjipto menyebutkan bahwa Del Credere merupakan janji khusus (beding)
dalam perjanjian komisi antara komisioner dan komiten, dan dapat diperjanjikan
secara terang-terangan atau diam-diam, berdasar kebiasaan hukum dalam praktik.

Dalam berkegiatan, komisioner dilekati hak-hak istimewa. Hak yang dimiliki


poleh komisioner adalah hak untuk memperoleh pembayaran terlebih dahulu dari
kreditur lainnya dan sama seperti makelar, komisioner memiliki hak retensi juga.
DAFTAR PUSTAKA

Khairandy, Ridwan. Pengantar Hukum Dagang. Yogyakarta; Gama Media, 2006

Hasyim Farida, Hukum Dagang, Surabaya; Sinar Grafika, 2011

Purwosutjipto, H.M.N.. Pokok-Pokok Hukum Dagang. Jakarta;  Djambatan, 1999

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13966/5/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai