Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Raihan Firdaus

010001600238
Hukum Jaminan

Quiz
1. Berdasarkan Pasal 504 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), benda
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Mengenai
benda tidak bergerak, diatur dalam Pasal 506 – Pasal 508 KUHPer. Sedangkan untuk
benda bergerak, diatur dalam Pasal 509 – Pasal 518 KUHPer.

Sistem yang dianut dalam Buku II/Hukum Benda adalah sistem tertutup. Sistem
tertutup artinya orang tidak dapat mengadakan/membuat hak-hak kebendaan yang
baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Jadi hak-hak kebendaan
yang diakui itu hanya hak-hak kebendaan yang sudah diatur oleh undang-undang.
Kita tidak boleh misalnya mengadakan hak milik baru yang tidak sama dengan hak
milik yang sudah diatur oleh undang-undang.

Berbeda dengan sistem yang dianut oleh hukum perikatan dalam buku III, yaitu
sistem terbuka. Sistem terbuka artinya setiap orang dapat bebas membuat perjanjian
apa saja selain apa yang telah ditetapkan oleh undang-undang asal tidak bertentangan
dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Sistem terbuka ini
merupakan cerminan dari pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi sebagai
berikut:
“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”
Jadi buku III/hukum perikatan menganut asas kebebasan berkontrak.

2. Perjanjian utang piutang dengan jaminan tidak bisa di samakan di karenakan , dalam
pasal 1820 KUHPerdata yaitu “suatu perjanjian dimana pihak ke-3, demi kepentingan
kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur bila debitur tidak
memenuhi perikatannya.” maka apabila diperhatikan dari definisi tersebut perjanjian
hutang piutang tersebut yaitu si penanggung hutang, kreditur dan debitur. Dalam hal
ini pihak ke-3 adalah orang yang akan menanggung hutang debitur kepada kreditur.
Sedangkan perjanjian hutang piutang menitik beratkan hanya kepada kreditur dan
debitur.

Dan hubungan hukumnya jika ada perbuatan ingkar janji (wanprestasi) dalam jaminan
dan perjanjian hutang piutang dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri atas
dasar Wanprestasi. (Pasal 1243 KUHPerdata)

3. Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan
usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali
dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa
kredit adalah "penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga". Jika seseorang menggunakan jasa kredit,
maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Dan prinsipnya adalah 5C pada hakikatnya adalah akronim dari Character, Capacity,
Capital, Condition, Collateral. Di mana jika nasabah telah memenuhi 5 prinsip
tersebut, maka bisa dipastikan Anda akan mudah untuk mengakses kredit di bank.

1. Character
Prinsip ini dilihat dari segi kepribadian nasabah. Hal ini bisa dilihat dari hasil
wawancara antara Customer Service kepada nasabah yang hendak mengajukan kredit,
mengenai latar belakang, kebiasaan hidup, pola hidup nasabah, dan lain-lain. Inti dari
prinsip Character ini ialah menilai calon nasabah apakah bisa dipercaya dalam
menjalani kerjasama dengan bank.

2. Capacity
Prinsip ini adalah yang menilai nasabah dari kemampuan nasabah dalam menjalankan
keungan yang ada pada usaha yang dimilikinya. Apakah nasabah tersebut pernah
mengalami sebuah permasalahan keuangan sebelumnya atau tidak, di mana prinsip ini
menilai akan kemampuan membayar kredit nasabah terhadap bank.

3. Capital
Yakni terkait akan kondisi aset dan kekayaan yang dimiliki, khususnya nasabah yang
mempunyai sebuah usaha. Capital dinilai dari laporan tahunan perusahaan yang
dikelola oleh nasabah, sehingga dari penilaian tersebut, pihak bank dapat menentukan
layak atau tidaknya nasabah tersebut mendapat pinjaman, lalu seberapa besar bantuan
kredit yang akan diberikan.

4. Collateral
Prinsip ke-empat yang perlu diperhatikan. Prinsip ini perlu diperhatikan bagi para
nasabah ketika mereka tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan
pinjaman dari pihak bank. Jika hal demikian terjadi, maka sesuai dengan ketentuan
yang ada, pihak bank bisa saja menyita aset yang telah dijanjikan sebelumnya sebagai
sebuah jaminan.

5. Condition
Prinsip ini dipengaruhi oleh faktor di luar dari pihak bank maupun nasabah. Kondisi
perekonomian suatu daerah atau Negara memang sangat berpengaruh kepada kedua
belah pihak, di mana usaha yang dijalankan oleh nasabah sangat tergantung pada
kondisi perekonomian baik mikro maupun makro, sedangkan pihak bank menghadapi
permasalahan yang sama. Untuk memperlacar kerjasama dari kedua belah pihak,
maka penting adanya untuk memperlancar komunikasi antara nasabah dengan bank.

4. Pasal .8 UU N0.10 1998 “jaminan adalah keyakinan atas kemampuandan


kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dg yg diperjanjikan”.

Disini saya simpulkan bahwa Jaminan adalah sesuatu benda atau barang yang
dijadikan sebagai tanggungan dalam bentuk pinjaman uang.
Fungsi jaminan adalah agar debitor memberikan rasa aman ke kreditor.

umum khusus
Tidak menyebutkan benda,hutang,dan Menyebutkan benda,utang,dan kreditor
kreditur tertentu tertentu
Kreditor punya kedudukan yang sama Kreditur punya hak istimewa yaitu
antara 1 dengan yang lainnya sehingga preference dan de suit
pihak lain dapat ikut intervensi
didalamnya
Pelunasannya tidak mungkin 100% Pelunasannya 100% karena sudah
karena dibagi seimbang sesuai besar ditetapkan dalam perjanjian
kecilnya piutang
Setiap benda bergerak atau tiadk Hanya barang tertentu yang
bergerak milih debitur jadi tanggungan diperjanjikan
utang dan harta debitor dapat
disita/dilelang

5. A.) Gadai Konvensional dan Syariah.


- Gadai Konvensional
Adalah merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak
tertentu milik debitur atau seseorang lain atas nama debitur untuk dijadikan
sebagai jaminan perlunasan utang tertentu.
Dasar Hukum : Pasal 1150 KUHPerdata
- Gadai Syariah
Adalah suatu perjanjian untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau
tanggungan utang.
Dasar Hukum : Al-Qur’an dan Al-Hadist (Q.S Al-Baqarah Ayat 283)

B.) Hipotik Kapal Laut dan Pesawat Udara


- Hipotik Kapal Laut adalah hak agunan kebendaan atas kapal yang terdaftar
untuk menjamin pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain.
Dasar Hukum : KUHPerdata, KUHD, Keputusan Menteri Perhubungan No.
KM 14 Tahun 1996 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengadaan dan
Pendaftaran Kapal, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, Peraturan Presiden RI No.44
Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convention on Maritime Liens
and Mortgages, 1993, Permehub RI. No. PM 13 tahun 2012, UU No.17 tahun
2008 tentang Pelayaran.

- Hipotik Pesawat Udara adalah


Pesawat Udara adalah suatu mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
karena gaya angkat dari reaksi terbang, tetapi bukan karena reaksi terbang
terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
Dasar Hukum : Kep Menhub No.KM 82 tahun 2004 tentang Prosedur
Pengadaan Pesawat Terbang dan Helikopter, Konvensi Cape Town yang
diratifikasi oleh Indonesia dengan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2007,
UU No.1 tahun 2009 tentang Penerbangan.

6. Hipotek Kapal Laut


A. Obyek
Menurut Pasal 46 ayat (2):
1) Kapal dengan ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20m3 atau yang dinilai sama
dengan itu
2) Dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan
berdasarkanhukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia

b. Tata Cara Penjaminan


Menurut Mariam Darus Badrulzaman :
- Fase I: dilakukan perjanjian kredit dengan jaminan hipotik antara Bank pemberi kredit
dengan calon penerima kredit yang dapat dilakukan dalam bentuk akta notaris ataupun di
bawah tangan. Dalam tahap ini, perjanjian masih bersifat konsensual dan obligatoir
sedangkan janji hipotik di dalamnya bersifat accessoir terhadap perjanjian kreditnya yang
merupakan perjanjian pendahuluan.
- Fase II: merupakan perjanjian pemberian (pembebanan hipotik). Dalam tahap ini
Bank bersama-sama dengan penerima kredit atau dapat juga Bank sendiri berdasarkan
Surat Kuasa Memasang Hipotik, menghadap kepada pejabat pendaftar kapal dan meminta
dibuatkan akta (pembebanan) hipotik kapal. Pemberi kredit wajib membawa grosse
pendaftaran kapal. Kemudian pejabat pendaftar kapal membuat konsep akta hipotik yang
selanjutnya dibawa ke Inspeksi Pajak untuk memperoleh Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) bea meterai. Bea meterai dibayar ke Kas Negara sebesar 1% dari besarnya nilai
hipotik, juga dengan pembayaran uang leges.
- Fase III: merupakan fase pendaftaran. Akta Hipotik didaftarkan dalam buku daftar
hipotik.
Setelah pendaftaran selesai dilakukan barulah hipotik lahir. Dengan lahirnya hipotik,
maka pemegang hipotik dapat melaksanakan haknya atas kapal atau andil dalam kapal
itu, di dalam tangan siapapun kapal itu berada.
c. Alat Bukti dan yang membuatnya
Alat bukti hipotik kapal laut adalah Akta Hipotik Kapal dan yang berwenang
membuatnya adalah Syahbandar sedangkan Notaris hanya berwenang untuk
membuat Surat Kuasa untuk Memasang Hipotik atas Kapal.

d. Eksekusi
Prosedur hukum atas penyitaan kapal laut yang merupakan jaminan atas
pinjaman kredit bermasalah didasarkan pada Pasal 224 jo Pasal 195 HIR dan Pasal 440
Rv, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Apabila debitur (pemberi hipotek) melakukan cedera janji, kreditor (penerima
hipotek) dapat langsung meminta fiat eksekusi baik secara lisan maupun
secaratertulis kepada Ketua Pengadilan berdasarkan Pasal 224 juncto Pasal 195 dan
Pasal196 HIR.
2. Dengan setelah meminta fiat eksekusi baik secara lisan maupun secara
tertulis,Kepala Pengadilan Negeri akan mengambil tindakan hukum sebagai berikut :
a) Memberikan peringatan (aanmaning ) kepada debitur supaya debitur
memenuhi pembayaran utang secara sukarela;
b) Pemberian peringatan (aanmaning ) kepada debitur menurut Pasal 196 HIR
berlaku paling lama 8 hari.
Pesawat Udara
a. Obyek
Menurut Pasal 12 UU Penerbangan:
1. Pesawat terbang dan helikopter yang telah mempunyai tanda pendaftaran dan
kebangsaan Indonesia dapat dibebani Hipotik
2. Pembebanan hipotik pada pesawat terbang dan helikopter sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus didaftarkan

b. Tata Cara Penjaminan


Kapan mulai berlakunya pendaftaran hipotik, mortgage, dan fidusia pesawat udara,
menurut ketenntuan Pasal 13 berlaku sejak tanggal diserahkannya akte pendaftaran
hipotik pesawat udara kepada penerima hipotik. Selanjutnya para pihak yang akan
memberi pinjaman dengan pesawat udara sebagai jaminan dapat minta pertimbangan
teknis serta keadaan pesawat udara untuk menentukan sisa harga pesawat udara
setelah dikurangi hipotik, mortgage, atau sisa harga pesawat setelah dikurangi fidusia.
Mengenai pendaftaran yang perjanjiannya dibuat di luar negeri, maka ketentuan
pendaftaran sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan 6 juga dinyatakan berlaku
asal sebelum pendaftaran dilakukan pada Menteri Perhubungan cq. Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, akte hipotik maupun akte perjanjian pesawat udara sebagai
jaminan untuk pelunasan hutang harus didaftarkan pada notaris di Indonesia.

c. Alat Bukti Hipotik dan Yang Membuat


Alat bukti hipotik pesawat udara adalah Akta Kuasa Membebankan Hipotik yang
diberikan oleh debitor pemilik jaminan kepada kreditor. Pasal 1172 KUHPerdata
mewajibkan pembebanan hipotik harus dilakukan dengan suatu akta otentik. Namun
sampai saat ini belum ada peraturan yang menentukan Pejabat mana yang berwenang
untuk membuat Akta Hipotik Pesawat Udara. Pejabat yang bersangkutan tidak
menerbitkan Grosse Akta Hipotik sebagai bukti adanya hak kebendaan, malainkan hanya
memberikan Surat Keterangan yang menyatakan bahwa hipotik telah dicatatkan dalam
Buku Pencatatan (Recordation) pesawat udara.
d. Eksekusi
Masalah eksekusi Hipotik Pesawat Udara diatur dalam Bab V Pasal 17 Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Pencatatan (Rekordasi) Hipotik Pesawat Udara:
1) Segala janji yang memberikan kuasa kepada pihak kreditur untuk memiliki pesawat
udara yang dihipotikkan adalah batal
2) Apabila debitur lalai untuk memenuhi kewajibannya, maka pemegang hipotik pertama
mencantumkan “beding van eigenmachtige verkoop”, berhak untuk menjual
sendiri jaminan tersebut dengan memberikan pertanggungjawaban kepada debitur
3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam jangka
waktu 1 bulan setelah pelaksanaan
4) Sebelum dilakukan penjualan kreditur harus meminta penaksiran harga pesawat
udara kepada suatu badan yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

7. Privelege
Hak privilege atau hak istimewa adalah hak yang didahulukan. Mengenai hak
privilege dapat dilihat dalam Pasal 1134 KUHPerdata, yaitu suatu hal yang oleh
undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi
daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.
Macam : Privelege Umum dan Khusus
Perbedaan : Privelege umum diberikan terhadap semua kekayaan debitur, sedangkan
Privelege Khusus diberikan terhadap benda-benda tertentu dari debitur.

8. Kreditor B : memiliki droit de preference, kreditor preferen


Kreditor C : Kreditor Konkuren
Kreditor D : Kreditor konkuren
Kreditor (tukang mebel) E : kreditor konkuren

Kreditor B : Rp. 6.100.000,-


Kreditor C : Rp. 300.000,-
Kreditor D : Rp. 300.000,-
Kreditor E : Rp. 300.000,-

Anda mungkin juga menyukai