Anda di halaman 1dari 123

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi


akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi
akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar
pengambilan keputusan.

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam


melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi
yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan
sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung
jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional
serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Namun yang terjadi saat ini adalah banyak akuntan publik yang melakukan
kewajibannya tidak sesuai dengan standar yang ada. Sehingga kualitas audit yang mereka
hasilkan menjadi dipertanyakan olah para pemakai laporan keuangan. Salah satu kasus yang
berhubungan dengan kualitas audit yaitu tentang akuntan publik (AP) dan Kantor Akuntan
Publik (KAP) Drs Abdul Hasan Salipu. Dimana Menteri Keuangan membekukan izin
akuntan publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs Abdul Hasan Salipu untuk
jangka waktu 6 bulan sejak 27 Agustus 2009. Pembekuan izin AP Drs Abdulrahman Hasan
Salipu dilakukan berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1069/KM.1/2009 tanggal 27
Agustus 2009. Pembekuan izin itu karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi
Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan
audit umum atas laporan keuangan PT. Dimas Utama tahun buku 2007, dan PT. Navigat
Energi tahun buku 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap Laporan Auditor
Independen. Sementara itu pembekuan izin usaha KAP Drs Abdulrahman Hasan Salipu
selama 6 bulan sejak 27 Agustus 2009 dilakukan berdasar Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1070.KM.1/2009 tanggal 27 Agustus 2009. Pembekuan izin usaha itu karena yang
bersangkutan melanggar ketentuan Pasal 44 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, yakni tidak memelihara kertas kerja dan
dokumen pendukung lainnya selama 10 tahun. Selama masa pembekuan izin, AP
Abdulrahman Salipu dilarang memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, dilarang
menjadi pemimpin dan/atau pemimpin rekan dan/atau pemimpin cabang KAP. Selain wajib
mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, dan
tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan. Sementara itu untuk KAP
Abdulrahman Hasan Salipu, selain dilarang memberikan jasa akuntan publik juga diwajibkan
memelihara Laporan Auditor Independen, Kertas Kerja Pemeriksaan, dan dokumen lainnya.
KAP itu juga tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, dan wajib
mengimplementasikan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) secara penuh dalam pemberian jasa
selanjutnya. Berdasar pasal 68 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008, apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak berakhirnya masa
pembekuan izin, dua auditor itu tidak melakukan pengajuan permohonan persetujuan untuk
memberikan jasa kembali, mereka dikenakan sanksi pencabutan izin usaha. (wartawarga)

Selain terjadi perbedaan antara fenomena di atas dengan teori, kasus-kasus yang
berkaitan dengan kualitas audit atas laporan keuangan diatas, berbagai penelitian juga telah
dilakukan mengenai kualitas audit. Penelitian-penelitian tersebut menggambarkan hasil yang
berbeda dari tiap peneliti. Berikut merupakan gambaran mengenai perbedaan hasil penelitian
tersebut.

Alim, dkk (2007) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa etika auditor berpengaruh
tidak signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan Singgih dan Bawono (2010) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Pengalaman berpengaruh tidak signifikan terhadap
kualitas audit. Dan Sososutikno (2003) dan Azlan Thani dan Zulkarnain (2011) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Perilaku Disfungsional berpengaruh tidak signifikan
terhadap Kualitas Audit.

Mardisar dan Sari (2007) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pengetahuan


berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian Mardisar dan Sari (2007)
sama dengan Mabruri dan Winarna (2010) hasil penelitiannya menunjukkan Pengalaman dan
Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Sujana dan Suwarjuwono
(2006) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Perilaku Disfungsional berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian Sujana dan Suwarjuwono (2006) sama
dengan Harini dkk (2010) hasil penelitiannya menunjukkan Perilaku Disfungsional
berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian Sujana dan Suwarjuwono
(2006) dan Harini dkk (2010) hasil penelitiannya menunjukkan Perilaku Disfungsional
berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.

Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area


profesi, termasuk profesi akuntan publik dalam melatih sikap professional akuntan yang
berdampak terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Beberapa definisi etika telah
diungkapkan oleh beberapa ahli dan dicantumkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
Seperti yang akan dijabarkan berikut ini:

Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk (2007) mendefinisikan etika sebagai:

“Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau
segolongan manusia atau masyarakat atau profesi”.

Menurut Elder, dkk (2011:60), etika merupakan :

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Masing-
masing orang memiliki perangkat nilai tersebut antara lain: kejujuran, integritas, mematuhi
janji, loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang lain, menghargai orang lain, menjadi
warga yang bertanggung jawab, mencapai yang terbaik, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa etika merupakan
suatu aturan yang mencakup nilai dan norma yang mengatur perilaku manusia dalam hidup
bermasyarakat, termasuk dalam lingkup sebuah profesi, tidak terkecuali profesi akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Ditinjau dari sudut pandang profesi akuntan publik,
seoarang auditor harus memiliki kesadaran etis yang tinggi pada saat melaksanakan tugasnya
yaitu memeriksa laporan keuangan.Dengan demikian pendapat yang dihasilkannya juga akan
sesuai dengan kenyataan yang ada mengenai kondisi keuangan perusahaan yang diauditnya.

Pengalaman merupakan faktor yang menunjang bagi setiap individu maupun kelompok
dalam bidang pekerjaan yang digeluti. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh, maka
semakin meningkat pula keahlian yang dimiliki seseorang. Beberapa definisi berikut akan
memberikan penjelasan tentang pengalaman itu sendiri, antara lain:

Suraida (2005) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan :

“Pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Semakin banyak pengalaman
auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dengan menjelaskan temuan
audit”.

Singgih dan Bawono (2010) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan :

“Suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku


baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses
yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi”.

Jadi, Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman auditor dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya
penugasan yang pernah dilakukan. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih
tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dan memiliki skema yang lebih baik dalam
mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting yang harus dimiliki oleh
seseorang dalam profesi yang dijalaninya, termasuk profesi sebagai akuntan publik. Berikut
beberapa penjelasan mengenai pengetahuan dalam lingkup profesi akuntan publik.

Mardisar dan Sari (2007), mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan:

“Pengetahuan audit diartikan dengan tingkat pemahaman auditor terhadap sebuah


pekerjaan, secara konseptual atau teoritis”.

Wibowo (2011:326) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan:


“Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.

Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks. Pengetahuan merupakan informasi


yang digunakan orang dalam bidang tertentu, misalnya membedakan antara akuntan senior
dan junior”.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan unsur penting


yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga
professional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang
dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk
mengembangkan teknik tersebut, dan
keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya.

Perilaku disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama


pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun
tidak langsung. Perilaku-perilaku yang mereduksi kualitas audit secara langsung dilakukan
melalui tindakan seperti: penghentian premature prosedur audit, review yang dangkal
terhadap dokumen klien, bias sampel, tidak memperluas score pengujian ketika terdeteksi
ketidak beresan dan tidak meneliti kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien.

Sujana dan Sawarjuwono (2006), mengungkapkan bahwa perilaku disfungsional


merupakan:

“Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan


auditor yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mengurangi kualitas audit”.

Harini, dkk (2010), mengungkapkan bahwa perilaku disfungsional merupakan:

“Perilaku disfungsional yang dimaksud di sini adalah perilaku menyimpang yang


dilakukan oleh seorang auditor dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan
terhadap standar audit”.

Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa perilaku disfungsional adalah perilaku


menyimpang yang dilakukan auditor yang dapat secara langsung maupun tidak langsung
mengurangi kualitas audit.

Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan
tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Deis dan Giroux (1992) dalam Alim, dkk (2007) melakukan penelitian empat hal yang
dianggap penting mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu:

1. Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure),
semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas
audit yang dihasilkan akan semakin rendah,
2. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena
auditor dengan jumlah kien yang banyak akan berusaha menjaga reputasi,

3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka aka nada
kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar,

4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui
bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

Singgih dan Bawono (2010), mengungkapkan bahwa kualitas audit


merupakan :

“Sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaannya
yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku”.

Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa kualitas audit adalah probabilitas


dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran
dalam sistem akuntansi kliennya, dimana dapat terlihat dari hasil pemeriksaannya yang dapat
diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku
Berdasarkan beberapa definisi dari Alim, dkk (2007), Singgih dan Bawono (2010)
dan Elder, dkk (2011:60), dapat ditarik kesimpulan bahwa etika merupakan suatu aturan yang
mencakup nilai dan norma yang mengatur perilaku manusia dalam hidup bermasyarakat,
termasuk dalam lingkup sebuah profesi, tidak terkecuali profesi akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Ditinjau dari sudut pandang profesi akuntan publik, seoarang auditor
harus memiliki kesadaran etis yang tinggi pada saat melaksanakan tugasnya yaitu memeriksa
laporan keuangan. Dengan demikian pendapat yang dihasilkannya juga akan sesuai dengan
kenyataan yang ada mengenai kondisi keuangan perusahaan yang diauditnya.

H1 : Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas audit.


Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah
dilakukan. Menurut Singgih dan Bawono (2010) auditor yang berpengalaman memiliki
keunggulan dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami keasalahan secara akurat dan
mencari penyebab kesalahan. Auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang
relative lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang
berpengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat
skeptisisme profesionalnya dan memiliki skema yang lebih baik dalam mendefinisikan
kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman.

H2 : Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap Kualitas audit.


Berdasarkan beberapa definisi dari Wibowo (2011:326) dan Mabruri dan Winarna
(2010) dapat ditarik kesimpulan pengetahuan merupakan unsur penting yang harus dimiliki
oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga professional. Ada 5
pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu pengetahuan pengauditan umum,
pengetahuan area fungsional, pengetahuan mengenai isu- isu akuntansi yang paling baru,
pengetahuan mengenai industri khusus dan pengetahuan mengenai bisnis umum serta
penyelesaian masalah. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik
yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna
untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan
keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang auditor, maka kualitas audit dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan akan
semakin baik.
H3 : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas audit.
Sujana dan Sawarjuwono (2006), Harini, dkk (2010) mengungkapkan bahwa perilaku
disfungsional adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang auditor dalam
bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit dan setiap
tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi
kualitas audit baik secara
langsung maupun tidak langsung. Semakin sering seorang auditor berperilaku
disfungsional, maka kualitas audit dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan
akan semakin memburuk.
H4 : Perilaku Disfungsional berpengaruh signifikan terhadap Kualitas audit.

B. Penelitian terdahulu (Mengenai kualitas audit)

Nama peneliti Etika Auditor Pengalaman Pengetahuan Perilaku


Disfungsional

Dorlita Kansil Sig/+

Chintria Sari Sig/+ Sig/+


Elisha Muliani
Singgih, Icuk Sig/+ 0
Rangga Bawono

Ida Suraida Sig/+ Sig/+

Pritta Amina Putri, Sig/+ Sig/+


Herry Laksito

Adi Purnomo Sig/+ Sig/+

Christina 0
Sososutiksno
Ayuningtyas,
Harvita Yulian dan Sig/- Sig/-
Pamudji, Sugeng
Dyah Ayu Trihapsari
dan Indah Sig/+ Sig/+ Sig/-
Anisykurlillah
C. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pemilihan sampel dilakukan dengan


metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer untuk variable independen
dan menggunakan analisis regresi berganda sebagai variable dependen

D. Tujuan Penelitian

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh etika auditor, pengalaman,
pengetahuan, dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun
secara parsial.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang akan di
bahas dalam penelitian sebagai berikut:

a. Apakah Etika Auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit ?


b. Apakah Pengalaman memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit ?
c. Apakah Pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit ?
d. Apakah Perilaku Disfungsional memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit ?

1.3 Judul Penelitian

“ Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman, Pengetahuan Dan Perilaku Disfungsional


Terhadap Kualitas Audit”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris mengenai:


a. Untuk membuktikan pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit.
b. Untuk membuktikan pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit.
c. Untuk membuktikan pengaruh pengetahuan terhadap kualitas audit
d. Untuk membuktikan pengaruh perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang auditing, dan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh etika auditor, pengalaman, pengetahuan dan
perilaku disfungsional auditor terhadap kualitas audit.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan referensi pada
penelitian dibidang audit guna meningkatkan kinerja dan kualitas hasil pemeriksaan audit.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penelitian sebelumnya yang berkaitan


etika
auditor, pengalaman, pengetahuan dan perilaku disfungsional auditor terhadap kualitas
audit.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Badan Pemeriksa Keuangan dan Auditor Hasil penelitian ini, diharapkan
dapat
dijadikan motivasi agar para auditor lebih professional dalam melaksanakan audit agar
menghasilkan audit yang berkualitas. Dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris tentang pengaruh etika auditor, pengalaman, pengetahuan dan perilaku
disfungsional terhadap kualitas audit, sehingga pada hakekatnya penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan bagi para auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang
lebih baik.
b. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
dan
dapat lebih mengetahui pengaruh yang mempengaruhi kualitas audit.

c. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan
para pembaca maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam
penelitian selanjutnya dan sebagai penambah wacana keilmuan.

1.6 Sistematika penelitian


Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan di dalam
pembahasanya,maka penulis menyajikan secara ringkas sistematika pembahasan yang
terdiri atas 3 bab sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang yang mendasari penelitian,perumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini,tujuan dan manfaat penelitian yang akan diperoleh
dari penelitian ini,serta sistematika penulisan yang merupakan uraian singkat mengenai
keseluruhan bab. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian,dan sistematika penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


Berisi penjelasan gambaran umum mengenai teori-teori yang mendukung dan
penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN


Bab ini menguraikan jenis penelitian , tempat,dan waktu penelitian ,objek
penelitian,populasi dan sampel penelitian,teknik pengambilan data,jenis dan sumber data
dan teknis analisis data.

BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Objek (Variable/Konsep) Penelitian- Dependen dan Independen


Tinjauan Etika Auditor Pengalaman Pengetahuan Perilaku Kualitas Audit
pustaka Disfungsional
Apa Etika secara Pengalaman kerja Pengetahuan ialah Perilaku audit Kualitas audit
umum merupakan suatu merupakan hasil disfungsional adalah
didefiniskan proses “tahu” dan ini terjadi adalah setiap pemeriksaan
sebagai nilai- pembelajaran dan setelah orang tindakan yang yang sistematis
nilai tingkah penambahan melakukan dilakukan dan
laku atau perkembangan penginderaan auditordalam independensi
aturan-aturan potensi terhadap suatu obyek pelaksanaan untuk
tingkah laku bertingkah laku tertentu. program audit menentukan
yang diterima baik dari yang dapat aktivitas, mutu
dan digunakan pendidikan formal (Soekidjo, mereduksi atau dan hasilnya
oleh suatu maupun non Notoadmodjo menurunkan sesuai dengan
golongan formal atau bisa 2003).   kualitas audit pengaturan yang
tertentu atau juga diartikan secara langsung telah
individu  sebagai suatu maupun tidak direncanakan
proses yang langsung. dan apakah
membawa pengaturan
(Suraida, seseorang kepada tersebut
2005:118). suatu pola tingkah (Kelley dan
diimplementasik
laku yang lebih Margheim, 1990;
an secara efektif
tinggi.  Otleydan Pierce,
dan sesuai
1996a)
dengan tujuan. 
Knoers dan
Haditono (1999) 

Simanjuntak
(2008),

Siapa Auditor Auditor Auditor Auditor Auditor

untuk agar lebih mahir Agar bisa Agar tidak Agar audit yang
Mengapa menghindari dan lebih berpikir menyelesaikan melakukan dilakukan
perilaku- kritis terhadap sebuah pekerjaan prilaku auditor
perilaku yang temuan-temuan secara efektif dan disfungsional dikatakan
menyimpang audit agar dapat meminimalisir audit sesuai yang berkualitas,
yang akan menemukan kesalahan yang di terapkan, memenuhi
dilakukan oleh temuan audit diartikan dengan kompensasi standar auditing
profesi. yang berkualits seberapa banyak finansial yang dan standar
dan terpercaya. perbedaan (deviasi) diberikan sesuai pengendalian
antara kebijakan- dengan pekerjaan mutu.
kebijakan yg dilakukan, dan
perusahaan tentang kenyamanan
pencatatan akuntansi dalam melakukan
dengan kriteria yang pekerjaan.
telah distandarkan.
Kapan Terus menerus Terus menerus Terus menerus Terus menerus Terus menerus
sepanjang sepanjang tahun sepanjang tahun sepanjang tahun sepanjang tahun
tahun
Dimana Pada setiap Pada setiap Pada setiap Pada setiap Di setiap negara
perusahaan perusahaan perusahaan perusahaan
Bagaimana Etika auditor Pengalaman diukur
diukur dengan dengan melihat dari
menentukan lamanya waktu dan
etis atau penugasan yang
tidaknya suatu pernah ditangani.
tindakkan yang Pengetahuan diukur
dengan melihat
ditunjukkan tingkat pemahaman
dalam sebuah auditor terhadap
sebuah pekerjaan
skema. secara konseptual
atau teoritis

Perilaku disfungsional diukur dengan melihat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang
auditor dalam bentu manipulasi kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit.
Kualitas audit diukur dengan melihat sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin
dalam hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku.

B. Penelitian Terdahulu
No Nama dan Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
Penelitian
1 Dorlita kansil Penelitian ini bertujuan Metode Penelitian Hasil penelitian
untuk menguji pengaruh yang digunakan menunjukkan bahwa etika
etika terhadap kualitas adalah metode memiliki tingkat kemampuan
audit. Penelitian ini kausalitas yang untuk memengaruhi kualitas
difokuskan pada Kantor bertujuan audit sebesar
Inspektorat Kabupaten menjelaskan nilai Adjusted R Square  yait
Sitaro. fenomena dalam u 0,521 atau sebesar 52,1%
bentuk pengaruh dengan asumsi sisanya
antar variabel. sebesar 47,9% kualitas audit
Teknik analisa dipengaruhi oleh faktor lain.
data menggunakan Sedangkan nilai R untuk
analisa Regresi etika adalah 0, 62 Dan nilai
Linier Sederhana. R square sebesar 0,535.
Nilai signifikannya adalah
0,00 (lebih kecil α = 0,05).
Dan pengujian berdasarkan
uji t memperoleh hasil yaitu
thitung > ttabel
(7,121>1,523), hal ini
mengartikan bahwa etika
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
dengan tingkat kesalahan
adalah 5% yaitu pada α =
0,05. Untuk persamaan
regresi antara variabel etika
terhadap kualitas audit
dinyatakan dengan Y =
11,321 + 2,031X
menunjukkan nilai koefisien
regresi X sebesar 2,031 yang
berarti apabila etika (X)
meningkat 1 poin, maka
kualitas audit (Y) akan
meningkat sebesar Y =
13,352. Hasil uji hipotesis
ketiga ini menunjukan bahwa
terlihat hubungan yang
signifikan antara etika
dengan kualitas audit,
sehingga sudah mendukung
hipotesis.

2 Chintria Sari Penelitian ini bertujuan Dalam penelitian


Hasil penelitian
untuk menganalisis ini populasi yang
menunjukkan bahwa
pengaruh independensi, diambil adalah
independensi mempunyai
pengalaman, due auditor yang
pengaruh positif terhadap
professional care, bekerja pada
kualitas audit, artinya bahwa
akuntabilitas, dan Kantor Akuntan
semakin tinggi independensi
integritas terhadap kualitas Publik di Jawa
yang dilakukan oleh auditor,
audit. Dalam penelitian ini Tengah, dengan
maka akan semakin
populasi yang diambil jumlah sampel
mempengaruhi
adalah auditor yang sebesar 51
meningkatnya kualitas audit.
bekerja pada Kantor responden. Alat
Pengalaman, due
Akuntan Publik di Jawa analisis yang
professional care dan
Tengah digunakan dalam
akuntabilitas juga
penelitian ini
mempunyai pengaruh positif
adalah Analisis
terhadap kualitas audit.
Regresi Linier
Integritas auditor terbukti
Berganda, dimana
berpengaruh terhadap
sebelumnya
dilakukan uji
kualitas audit, memberikan
validitas dan
pengertian bahwa semakin
reliabilitas,
tinggi integritas auditor,
normalitas serta
maka akan semakin
uji asumsi klasik.  
meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaannya

3 Elisha Penelitian ini bertujuan Penelitian ini Hasilnya membuktikan


Muliani untuk memperluas dua dilakukan dengan bahwa independensi,
Singgih, Icuk percobaan sebelumnya menggunakan pengalaman, perawatan
Rangga (Aji, 2009 dan Rahman, metode survei profesional dan
Bawono 2009), menunjukkan dengan kuesioner. akuntabilitas memengaruhi
sejauh mana independensi, Populasi dalam kualitas audit secara
pengalaman, perawatan penelitian ini bersamaan. Selain itu,
profesional, dan adalah seluruh penelitian ini membuktikan
akuntabilitas memengaruhi auditor yang hal itu
audit bekerja di kantor independensi, karena
kualitas. akuntan publik perawatan profesional dan
. "Big Four" di akuntabilitas memengaruhi
Indonesia. kualitas audit secara parsial,
Penelitian ini tetapi
menggunakan pengalaman tidak
simple random mempengaruhi kualitas audit.
sampling dimana Studi ini juga membuktikan
dilakukan dengan bahwa independensi adalah
penentuan sampel faktor dominan yang
dihitung dengan mempengaruhi kualitas audit.
rumus Slovin, Untuk penelitian masa depan,
sehingga jumlah kami sarankan untuk
sampel 95 memperluas
responden. Dari cakupan wilayah survei dan
200 menambahkan lebih banyak
kuesioner variabel yang dapat
dibagikan, mempengaruhi kualitas audit.
dikembalikan 136
kuesioner, dan 11
kuesioner tidak
lengkap, sehingga
hanya 125
kuesioner bisa
berupa proses.
Analisis data
dilakukan dengan
model regresi
berganda.

4 Ida Suraida Tujuan penelitian ini Penelitian ini Hasil pengujian


adalah untuk mengetahui dilakukan dengan hipotesis menunjukkan
sejauh mana faktor menggunakan bahwa etika, kompetensi,
etika, kompetensi, metode survai pengalaman audit, risiko
pengalaman audit dan terhadap akuntan audit
risiko audit berpengaruh publik di dan skeptisisme professional
terhadap Indonesia yang auditor secara parsial
skeptisisme profesional sudah berhak maupun simultan
auditor yang pada menandatangani berpengaruh
gilirannya berpengaruh laporan akuntan, positif terhadap ketepatan
terhadap dengan tipe pemberian opini akuntan.
pemberian opini akuntan penelitian
publik.  deskriptif
verifikatif
(causal). Analisis
data dilakukan
dengan model
persamaan
struktural
(Struktural
Equation
Modeling).
Pengujian
hipotesis
dilakukan untuk
mengetahui sejauh
mana etika,
kompetensi,
pengalaman audit
terdahulu, risiko
audit dan
skeptisisme
profesional auditor
berpengaruh
terhadap ketepatan
pemberian opini
akuntan publik
baik secara parsial
maupun secara
simultan.
5 Pritta Amina Penelitian ini bertujuan Pengambilan  Hasil penelitian ini
Putri, Herry untuk mendapatkan bukti sampel dilakukan menunjukkan bahwa
Laksito empiris apakah ada dengan teknik lingkungan etika,
pengaruh etika purposive pengalaman auditor dan
lingkungan, pengalaman judgment tekanan kepatuhan, memiliki
auditor dan tekanan sampling. Kriteria pengaruh positif terhadap
kepatuhan terhadap tersebut adalah kualitas penilaian audit.
penilaian audit yang auditor yang
diambil oleh auditor. bekerja di Kantor
Penelitian ini dilakukan di Akuntan Publik
Jawa Tengah khususnya di (KAP), terutama
kota Semarang dengan di Jawa Tengah,
responden dari auditor kota Semarang,
yang bekerja di Kantor terdaftar di
Akuntan Publik di kota Kompartemen
Semarang. Akuntan Publik
Direktori IAI pada
tahun 2012, dan
telah bekerja
setidaknya 1 tahun
pengalaman. Data
dikumpulkan
dengan
menggunakan
kuesioner yang
didistribusikan
sebagai 75 dan
hanya 43
kuesioner yang
dapat diproses.
Analisis data
menggunakan
regresi linier
berganda.

6 Adi Purnomo Tujuan penelitian ini Data penelitian Hasil penelitian ini
adalah untuk mengetahui diperoleh melalui memberikan bukti bahwa
persepsi auditor mengenai mail. survey menurut persepsi auditor
pengaruh faktor-faktor kepada auditor faktor-faktor keahlian yaitu
keahlian dan independensi yang berposisi pengalaman dan pengetahuan
terhadap kualitas audit. pada junior berpengaruh terhadap
Dihipotesiskan menurut auditor, senior kualitas audit. Sedangkan
persepsi auditor ada auditor dan faktor-faldor independensi
pengaruh positif supervisor dari menurut persepsi auditor,
pengalaman dan kantor akuntan hanya tekanan dari klien
pengetahuan terhadap publik, dan yang berpengaruh terhadap
kualitas audit, dan ada diperoleh data kualitas audit. Dua faktor
pengaruh negatif lama sebanyak 95 independensi yang lain yaitu
ikatan dengan klien, responden. lama ikatan dengan klien dan
tekanan dari klien, dan Kuesioner pelaksanaan jasa lain dengan
pelaksanaan jasa lain dikirimkan ke klien tidak berpengaruh
dengan klien terhadap masing-masing terhadap kualitas audit.
kualitas audit. responden untuk Penelitian ini mempunyai
memperoleh data implikasi untuk penelitian
dari variabel yang akan datang, khususnya
persepsi yang berhubungan dengan
pengalaman, kualitas audit. Oleh karena
persepsi itu saran penelitian diajukan
pengetahuan, untuk pengembangan
persepsi lama dibidang yang sama.
ikatan dengan
klien, persepsi
tekanan dan klien,
persepsi
pelaksanaan jasa
lain dengan klien,
dan persepsi
kualitas audit.
Data dianalisis
menggunakan
teknik regresi
berganda dengan
program
SPSS. Hasil
analisis regresi
berganda
diperoleh p-value
variabel persepsi
pengalaman,
variabel persepsi
pengetahuan dan
variabel persepsi
tekanan dari klien
0,05. Sedangkan
p-value variabel
persepsi lama
ikatan dengan
klien dan variabel
persepsi
pelaksanaan jasa
lain dengan klien
> 0,05. Nilai
ini menunjukkan
bahwa menurut
persepsi auditor
pengalaman dan
pengetahuan
berpengaruh
positif terhadap
kualitas audit,
tekanan dari klien
berpengaruh
negatif terhadap
kualitas audit.
Sedangkan lama
ikatan dengan
klien dan
pelaksanaan jasa
lain tidak
berpengaruh
negatif terhadap
kualitas audit.
7 Christina Penelitian ini bertujuan Metode hasil penelitian ini
Sososutiksno untuk menguji hubungan pengambilan menunjukkan bahwa tekanan
tekanan anggaran waktu sampel yang anggaran waktu memiliki
dengan perilaku digunakan adalah pengaruh positif terhadap
disfungsional yang purposive perilaku. pemberhentian
tercermin dari perilaku sampling. Dalam prematur, waktu pelaporan
prematur sign-off, total 220 yang kurang, dan perilaku
pelaporan waktu yang kuesioner yang pengurangan kualitas audit
kurang, dan perilaku didistribusikan, tetapi tidak memiliki
pengurangan kualitas audit 130 dapat pengaruh terhadap kualitas
dan juga pengaruhnya digunakan dalam audit secara langsung.
terhadap kualitas audit. analisis, untuk Perilaku disfungsional yang
Responden adalah auditor tingkat respons 74 mencerminkan perilaku sign-
senior di BEPEKA dan persen. off prematur, pelaporan
BPKP. Data untuk Menggunakan waktu yang kurang, dan
penelitian ini dikumpulkan pemodelan perilaku pengurangan
dari 1 BEPEKA dan 3 persamaan kualitas audit juga tidak
BPKP. struktural Program memiliki pengaruh terhadap
AMOS (Analisis kualitas audit. Selanjutnya
Struktur Momen), perilaku sign-off prematur
memiliki pengaruh positif
terhadap perilaku
pengurangan kualitas audit.
8 Ayuningtyas, Penelitian ini bertujuan Penelitian ini Menurut hasil penelitian,
Harvita untuk menguji dampak adalah penelitian dapat disimpulkan bahwa
Yulian dan pengalaman, kemandirian, empiris dengan objektivitas,
Pamudji, obyektivitas, integritas, teknik  integritas dan kompetensi
Sugeng dan kompetensi terhadap pengambilan secara signifikan
kualitas hasil audit lokal sampel purposive mempengaruhi kualitas hasil
pemerintah menggunakan sampling audit, sementara
analisis regresi berganda.  pengumpulan  pengalaman dan
Objek penelitian ini adalah data. Responden independensi tidak secara
kota  atau inspektorat dalam penelitian signifikan mempengaruhi
kabupaten di Jawa Tengah ini adalah kualitas audit
sebagai auditor internal Inspektorat Kota  hasil. Koefisien determinasi
pemerintah. Semarang, menunjukkan bahwa
 Pekalongan, objektivitas, integritas dan
kabupaten  kompetensi secara simultan
Salatiga, mempengaruhi variabel
Semarang dan dependen (variabel
Kendal. Ada enam kualitas audit
variabel dalam  hasil) sebesar 60,10%,
 Penelitian ini sedangkan sisanya 39,90%
yang terdiri dari dipengaruhi oleh faktor lain.
lima variabel
bebas yaitu
pengalaman,
 independensi,
objektivitas,
integritas, dan
kompetensi dan
satu variabel
dependen
 itulah kualitas
hasil audit.

9 Dyah Ayu Penelitian ini bertujuan  Metode analisis Hasil penelitian ini
Trihapsari untuk menganalisis data menggunakan menunjukkan bahwa variabel
dan Indah pengaruh Etika, analisis deskriptif etika dan pengalaman audit
Anisykurlilla Independensi, Pengalaman dan analisis berpengaruh positif terhadap
h Audit,dan Disfungsional regresi linier kualitas audit,independensi
Audit (Premature Sign berganda.  tidak berpengaruh terhadap
Off) terhadap kualitas kualitas audit sedangkan
audit.Populasi dalam Premature Sign Off
penelitian ini adalah berpengaruh negatif terhadap
seluruh auditor yang kualitas audit. 
bekerja pada lingkungan
Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI
Perwakilan Provinsi Jawa
Tengah yang terdiri dari
125 auditor. Teknik
pengambilan sampel
adalah convinence
sampling yang
menghasilkan sampel
sebanyak 41 auditor.

2.2 Kerangka Pemikiran

Skema Kerangka Pemikiran


V
a
r
i
a
b
e
l

I
n
d
e
p
e
n
d
e
n

V
a
r
i
a
b
e
l

D
e
p
e
n
d
e
n

Etika Auditor

(X1)
Pengalaman

(X2)

Kualitas Audit
Pengetahuan

(Y)

(X3)
Perilaku Disfungsional

Uji Regresi Linier

(X4)

Berganda
HASIL

2.3 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis 1
Ha: Etika audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Hipotesis 2
Ha: Pengalaman berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Hipotesis 3
Ha: Pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Hipotesis 4
Ha: Perilaku disfungsional berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Hipotesis 5
Ha: Etika auditor, pengalaman, pengetahuan dan perilaku disfungsional berpengaruh simultan
terhadap kualitas audit
BAB III
METODE PENELITIAN

No Keputusan Jenis
3. Rencana penelitian
1 a. Sifat penelitian Pengujian hipotesis

b. Strategi penelitian survei

c. Tingkat intervensi peneliti Intervensi minimal

d. Situasi studi Studi lapangan

e. Unit analisis Semua auditor yang bekerja di Kantor Akuntan


Publik di Jakarta Pusat
f. Horizon waktu Cross-sectional

3. Definisi variable dan pengukuranya Halaman selanjutnya


2
3. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua
3 auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
di Jakarta Pusat. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan purposive
sampling. Dimana kriteria sampel dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
Metode Pengumpulan Data Jenis data : Primer

3. Metode pengumpulan data: Kuisioner


4
3. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
5 2. Uji Kualitas
3. Uji Asumsi Klasik
4. Uji Regresi Linear Berganda
5. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
b. Uji t (Parsial)
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Definisi Variabel & Pengukurannya
VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

PENGUKURAN VARIABEL

DIMENSI
SKALA
PENGUKURAN

DATA
Etika Auditor

seperangkat aturan atau norma atau

Menggunakan

instrumen

yang
Skala
(X1)

pedoman

yang

mengatur

perilaku

dikembangkan

oleh

Gusti

dan
Interval

manusia, baik yang harus dilakukan

Ali, 2006 yang terdiri dari 4

Menentukan

etis

atau
maupun

yang

harus

ditinggalkan

pertanyaan dengan menggunakan

tidaknya

suatu

tindakan

yang dianut oleh sekelompok atau


teknik pengukuran skala interval,

yang

ditunjukkan

dalam

segolongan manusia atau masyarakat

yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2=

sebuah skema.
atau profesi.

tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4=


setuju, 5= = sangat setuju
Pengalaman

sesuatu

kegiatan

yang

pernah

Menggunakan

instrumen
yang

Skala

(X2)

dialami

auditor

dalam melakukan

dikembangkan oleh Gusti dan Ali


Interval

audit laporan keuangan baik dari

(2006) yang terdiri dari 5

lamanya

waktu

maupun
segi

lamanya

waktu

maupun

pertanyaan dengan menggunakan


banyaknya

penugasan

banyaknya

penugasan

yang

pernah

teknik pengukuran skala interval,


yang pernah ditangani
ditangani.

yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2=


tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4=
setuju, 5= = sangat setuju
Pengetahuan
tingkat pemahaman auditor terhadap

Menggunakan

instrumen

yang

Skala

(X3)
sebuah pekerjaan, secara konseptual

dikembangkan

oleh

Mayangsari,

Interval

atau teoritis.
2003 dalam Gusti dan Ali (2006)

tingkat

pemahaman
yang terdiri dari 5 pertanyaan
auditor

terhadap

sebuah

dengan

Menggunakan

teknik
pekerjaan,

secara
pengukuran skala

interval,

yaitu:
konseptual atau teoritis
1= sangat tidak setuju, 2= tidak
setuju, 3= ragu-ragu, 4= setuju,
5= = sangat setuju
Perilaku
perilaku

menyimpang

yang

Menggunakan

instrumen

yang

perilaku

menyimpang

Skala
Disfungsional

dilakukan

oleh
seorang

auditor

dikembangkan

oleh

Harini,

dkk,

Interval
yang

dilakukan

oleh

(X4)

dalam

bentuk
manipulasi,

2003 yang terdiri dari 8


seorang

auditor

dalam

kecurangan

ataupun penyimpangan

pertanyaan dengan menggunakan


bentuk

manipulasi,
terhadap standar audit.

teknik pengukuran skala interval,


kecurangan

ataupun
yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2=
penyimpangan

terhadap
tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4=
standar audit
setuju, 5= = sangat setuju.
Kualitas
sikap auditor dalam

melaksanakan

Menggunakan

instrumen

yang

Skala
Sikap

auditor

dalam
Audit

tugasnya yang tercermin dalam hasil


dikembangkan

olehWooten

Interval
melaksanakan

tugasnya

(Y)

pemeriksaannya

yang

dapat

(2003)

dalam

Alim,

dkk
yang

tercermin
dalam

diandalkan

sesuai

dengan

standar

(2007)yang

terdiri

dari

6
hasil

pemeriksaannya
yang berlaku.

pertanyaan dengan menggunakan


yang

dapat

diandalkan
teknik pengukuran skala interval,
sesuai

dengan

standar
yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2=
yang berlaku
tidak setuju,

3=

ragu-ragu, 4=

Anda mungkin juga menyukai