A. Pengertian Kepailitan
Secara umum pengertian pailit adalah suatu sitaan umum menurut hukum
atas seluruh harta benda debitur agar dicapainya perdamaian antara debitur dan para
kreditur supaya harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil di antara para kreditur.
Dalam hal ini penyitaan tersebut dilaksanakan oleh Pengadilan dan kemudian
dilakukan eksekusi atas semua harta kekayaan debitur tersebut demi untuk
Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata, yang menyatakan semua harta kekayaan debitur
baik yang sudah ada atau yang akan ada dikemudian hari merupakan jaminan atas
bersama-sama bagi semua kreditur yang dibagi menurut prinsip keseimbangan atau
53
Dr. Lee A Weng, SH, Tinjauan Pasal Demi Pasal Faillissements-Verordering S. 1905 No. 217 jo
S. 1906 No. 348 Jis Perpu No. 1 Tahun 1998 dan UU No. 4 Tahun 1998, Medan, 2001, hlm. 19.
54
Jerry Hoff, Undang-Undang Kepailitan Indonesia, Penterjemah Kartini Mulyadi, Cet. 1, PT.
Tatanusa, Jakarta, Oktober 2000, hlm. 13.
27
28
corporation, municipalty) who is unable to pay its debt as they are, or become
due”. The term includes person against whom an involuntary petition has been
filed, or who has filed a voluntary petition, or who has been adjudged a
bankrupt.” 55
jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata
sukarela oleh Debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga (diluar
Debitor).
yang dimaksud dengan “pailit atau bangkrut antara lain adalah seseorang yang oleh
eventhough he is not insolvent, so long as he owe more than one debt. Summary
evidence that the debtor has stoopped payng his debts is sufficient for an
55
Hendry Campbell Black, 1998, Black’s Law Dictionary 6 th edition, St. Paul, Minnesota.
page. 74
56
Munir Fuady., Op.Cit, hlm. 8.
29
apabila dia berhenti membayar utangnya, walaupun dia belum pailit, asalkan dia
memiliki lebih dari satu utang. Jadi singkatnya apabila debitur berhenti melakukan
dengan Kepailitan adalah : “Suatu proses dimana seseorang Debitur yang memiliki
dapat membayar utangnya. Harta Debitur dapat dibagikan kepada para kreidiur
umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
diketahui :
57
Charles Himawan and Mochtar Kusumaatmaja, 1984, Business Law Contracts And Business
Associations, Lembaga Penelitian Dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, hlm.
100
58
Imran Nating, 9 Maret 2006, Kepailitan di Indonesia, Solusi Hukum.com
30
2. Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-
3. Debitur pailit : debitur yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan.
4. Kurator adalah Balai Harta peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat
oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitur pailit di bawah
5. Hakim pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan
bersama untuk mendapatkan pembayaran semua piutang secara adil. Pendapat yang
yang ditugaskan dengan pemeliharaan serta pemberesan budel dari orang yang
pailit.
bersama-sama, yang pada waktu kreditor dinyatakan pailit mempunyai piutang dan
untuk jumlah piutang yang masing-masing kreditor miliki pada saat itu.
mempunyai unsur-unsur :
3. Sita dan eksekusi tersebut untuk kepentingan para kreditornya secara bersama-
sama.
menyatakan bahwa “Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
No. 37 tahun 2004, akan menyatakan Debitur pailit apabila terbukti secara
Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU No. 37 tahun 2004 dipenuhi. Dari ketentuan tersebut,
1. Adanya utang;
3. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih;
4. Adanya Debitur;
“Pengadilan Niaga;
32
pihak Debitur, satu atau lebih Kreditur, Jaksa untuk kepentingan umum, Bank
kepailitan;
dinyatakan pailit”. Sehingga dalam hal ini kepada Hakim tidak diberi ruang
2004)
Saebagai syarat pertama untuk dapat dipailitkan adalah harus ada utang.
“kewajiiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung
maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitur dan bila
tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditur untuk mendapat pemenuhannya
dari harta kekayaan Debitur”.60
59
Jerry Hoff, Op. Cit, hlm. 17-18
60
Lihat Pasal 1 Angka (6) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
33
Kreditur yang memiliki piutang dan pihak Debitur yang mempunyai utang, berupa
kewajiban melakukan pembayaran kembali utang yang telah diterima dari Kreditur
Dalam hal ini berarti Debitur mempunyai utang kepada dua Kreditur.
Persyaratan yang ketiga adalah minimal ada satu utang yang sudah jatuh
“Telah jatuh waktu” berarti hari atau saat pembayaran sudah tiba
(vervaldag). Sedangkan “utang dapat ditagih” berarti hal ini menyangkut soal
penagihan (ingegebreke). Penagihan di sini diartikan suatu pemberitahuan oleh
pihak Kreditur bahwa pihak Kreditur ingin supaya Debitur melaksanakan
janjinya yaitu dengan segera atau pada suatu waktu yang disebut dalam
pemberitahuan itu.61
pihak wajib menunaikannya dengan jalan memberikan sesuatu atau tidak berbuat
61
Martiman Prodjohamidjojo, Proses Kepailitan : Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Kepailitan, Cet. I,
Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1999, hlm. 16.
34
sesuatu atau wajib melaksanakan suatu prestasi berupa utang atau uitschuld-nya.
Syarat Kelima, Lebih dari dua Kreditur. Kreditur atau schuldeiser atau
creditor adalah pihak yang berhak untuk menuntut suatu prestasi. Dalam hal ini
karena adanya hak dari Kreditur atas prestasi itu yang berupa pelunasan utang.
khusus yang disebut dengan “Pengadilan Niaga”. Debitur hanya dapat dinyatakan
berwenang, yaitu pihak Debitur, satu atau lebih Kreditur, Jaksa untuk kepentingan
umum, Bank Indonesia jika Debiturnya bank, dan Bapepam jika Debiturnya
perusahaan efek. Sehingga dalam hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (3)
UUKPKPU No. 37 Tahun 2004, hanya pihak-pihak inilah yang dapat mengajukan
permohonan pailit.
No. 37 Tahun 2004.62 Syarat-syarat yang lain di sini berarti syarat-syarat yang
(Pasal 8 ayat (4) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004), permohonan pailit harus
62
Munir Fuady, Hukum Bisnis : Dalam Teori dan Praktek Jilid 1, Cet. 1, Penerbit PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1996, hlm. 9 (selanjutnya disebut Munir Fuady III)
35
bukan dapat dinyatakan pailit”. Sehingga dalam hal ini kepada Hakim tidak diberi
ruang untuk memberikan “judgement” yang luas seperti pada kasus-kasus lain,
lebih cepat, oleh karenanya “sungguhpun hukum acara perdata yang berlaku
penyempurnaan agar dapat tercapai peradilan yang cepat, sederhana dan murah”.63
a. Pendaftaran Permohonan
63
J. Djohansjah., Kewenangan Pengadilan Niaga Menurut Perpu No.1 Tahun 1998., makalah
disampaikan pada Seminar Penanganan Permasalahan Perkara Kepailitan Di Pengadilan Niaga,
yang diselenggarakan oleh Ikatan Hakim Indonesia bekerjasama dengan Mahkamah Agung
Republik Indonesia, di Gedung Serba Guna BNI, Jakarta, pada hari Selasa, tanggal 25 Agustus
1998, hlm. 9-13
36
Pengadilan Niaga yang dibentuk berdasarkan Pasal 281 Ayat (1) Perpu No. 1
dinyatakan tetap berwenang dan memutus perkara yang menjadi lingkup tugas
Pengadilan Niaga.
Pengadilan Niaga berdasarkan Pasal 2 jo, Pasal 5 Keppres No. 97 tahun 1999
adalah :
1) Sulawesi Selatan
2) Sulawesi Tenggara
3) Sulawesi Tengah
4) Sulawesi Utara
5) Maluku
6) Irian Jaya
wilayah Propinsi :
37
1) Sumatera Utara
2) Riau
3) Sumatera Barat
4) Bengkulu
5) Jambi
wilayah propinsi :
1) Jawa Timur
2) Kalimantan Selatan
3) Kalimantan Tengah
4) Kalimantan Timur
5) Bali
wilayah propinsi :
1) Jawa Tengah
2) Jawa Barat
38
3) Sumatera Selatan
4) Lampung
5) Kalimantan Barat
Jangka waktu proses pemeriksaan perkara kepailitan, adalah 60 (enam puluh) hari,
dimana putusan pengadilan harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari
kepastian bagi para pihak menyangkut waktu yang dibutuhkan dan estimasi biaya-
c. Badan Pengawas Pasar Modal, dalam hal debitur adalah Perusahaan efek, Bursa
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
64
Lihat Pasal 7 UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
39
2004 adalah dalam hal debitur yang akan dimohonkan pailit adalah Perusahaan
(BUMN) yang bergerak dibidang kepentingan publik. Penjelasan Pasal 2 ayat (5)
pailit bagi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang diberikan kepada
oleh penasehat hukum65. Sebaliknya kalau permohonan itu lisan, maka permohonan
itu akan dibuat akta yang ditandatangani oleh penitera Pengadilan Negeri. Langkah
Pemanggilan pihak pihak cukup dilakukan dengan surat kilat tercatat, sedangkan
pemanggilan para ahli waris dalam kepailitan harta peninggalan dilakukan dengan
surat juru sita dan harus disampaikan di tempat tinggal terakhir si debitor. Yang
menjadi persoalan adalah pemanggilan para pihak yang dilakukan oleh juru sita
65
lihat Pasal 5 UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
66
Lihat Pasal 4 ayat (4) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
67
Lihat Pasal 6 ayat (2) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
40
cara pemanggilan yang harus dilakukan oleh juru sita dengan menyampaikan
kepastian hukum.
debitur untuk menghadap secara pribadi atau dengan kuasanya, untuk didengar.
Masa sidangnya dibatasi, “menjadi hanya 30 hari” 69 serta membuat secara lengkap
revolusioner jika dilihat dari segi waktu putusan kepailitan yang cepat.
berhenti membayar ada, dan permohonan itu diajukan oleh seorang kreditur yang
berhak, maka oleh hakim diucapkan putusan kepailitan dengan putusan hakim
(vonnis) di muka sidang yang terbuka untuk umum. Putusan dilaksanakan seketika
dan atas aslinya, tanpa menunggu adanya perlawanan atau banding (op de minuut
Untuk perkara kepailitan sesuai dengan ketentuan yang ada, maka majelis
68
Lihat Pasal 4 ayat (5) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
69
Lihat Pasal 6 ayat (4) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
41
van betaling).
Dalam hal debitur atau kreditur tidak mengajukan usul pengangkatan kurutor,
berdasarkan asas adil, cepat, terbuka, dan efektif. Lebih cepat dan dapat
lain dipengaruhi oleh system pembuktian yang dianut yaitu bersifat sederhana
Pengadilan Niaga untuk menolak permohonan pailit yang diajukan kepadanya dan
menyatakan bahwa perkara yang diajukan adalah perkara kepailitan atau perkara
contractus.
70
Erman Rajagukguk., Latar Belakang dan Ruang Lingkup Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan, makalah pada Pendidikan dan Pelatihan Hukum Kepailitan, diselenggarakan
oleh IKADIN Medan dan STIH Graha Kirana, di Hotel Dirga Surya Medan, tanggal Sabtu 17 & 19
Oktober 1998, hlm. 6
42
bahwa pada tingkat Kasasi atau Peninjauan Kembali adakalanya Majelis Hakim
kontradiktif. Keadaan ini tidak jarang dinyatakan sebagai wujud tidak adanya
1. Kurator (Receiver):
harta pailit yang disebut Kurator. Kurator ini dinamakan juga Reciver for
Indonesia dan memiliki surat tanda lulus ujian yang diselenggarakan oleh Asosiasi
Kurator dan Pengurus Indonesia artinya bahwa untuk dapat menjadi seorang
Kurator maka dia harus melalui pendidikan yang spesifik terlebih dahulu untuk
Pengadilan Niaga, maka Balai Harta Peninggalan akan ditunjuk sebagai Kurator.
Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit yang berweang mengurus harta
hukum. Dalam hal putusan pernyataaan pailit dibatalkan oleh Mahkamah Agung
43
maka semua tindakan yang telah dilakukan Kurator sebelum atau pada tanggal
Kurator dapat terdiri dari “Balai Harta Peninggalan atau Kuator lainnya
memiliki keahlian khusus dalam mengurus dan atau membereskan harta pailit dan
“Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan
Niaga untuk mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit di bawah pengawasan
dengan pihak Debitor dan Kreditor, tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari
rapat pertama Kreditor dalam Berita Negara R.I dan dua surat kabar harian
71
Abdul R Saliman, Ahmad Jalis, Hermansyah, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Fajar
Interpratama Offset, Jakarta, Hlm. 95
72
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998, hlm. 479.
73
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1999, hlm. 64. Selanjunya di sebut Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya II)
74
Munir Fuadi, Op.Cit., hlm. 44.
44
yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas, dalam jangka waktu paling lambat 5
(lima) hari setelah tanggal putusan pernyataan pailit diterima (Pasal 15 ayat
(4) UUKPKPU);
semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek dan surat-surat berharga lainnya
(3) Membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima
setelah itu harus membuat daftar tentang sifat dan jumlah piutang dan utang
harta pailit, nama dan tempat tinggal para kreditor beserta jumlah piutang
(4) Mengumumkan dalam dua surat kabar harian batas akhir pengajuan tagihan
Kreditor, hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat pencocokan piutang, yang
(6) Membuat daftar piutang yang sementara diakui dan yang dibantah (Pasal 117
UUKPKPU);
(8) Memberitahukan kepada para Kreditor tentang adanya daftar piutang yang
sementara diakui dan yang sementara dibantah, serta memanggil untuk hadir
(9) Memberikan laporan mengenai keadaan harta pailit, setelah rapat pencocokan
UUKPKPU);
Hakim Pengawas (Pasal 189 ayat (1) UUKPKPU) dan menempatkan daftar
untuk dapat dilihat oleh para Kreditor selama tenggang waktu yang
ditunjuk oleh Hakim Pengawas dan dalam Berita Negara (Pasal 202 ayat (2)
UUKPKPU);
pailit pada prinsipnya dimulai sejak adanya putusan pernyataan pailit dari
46
atau baru sebagian dipenuhi oleh Debitor (Pasal 36 ayat (1) UUKPKPU).
pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan
atas kebendaan lainnya, seolah-olah tidak terjadi kepailitan (Pasal 57 ayat (2)
UUKPKPU).
(4) Menuntut kepada Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya untuk menyerahkan benda
yang menjadi agunan, setelah berakhirnya jangka waktu bagi Kreditor tersebut
untuk melaksanakan hak eksekusi atas benda yang menjadi agunan seolah-olah
pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Apabila dalam putusan
(Pasal 104 ayat (1) UUKPKPU).3) Membuka surat dan telegram yang
(6) Memberikan suatu jumlah uang yang ditentukan Hakim Pengawas untuk
putusan pernyataan pailit diajukan kasasi atau peninjauan kembali (Pasal 107
(8) Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan
yang tidak dibantah oleh Kurator atau salah seorang Kreditor (Pasal 124 ayat
(3) UUKPKPU);
(11) Kurator dapat melakukan penjualan barang secara dibawah tangan, dengan izin
dan akuntan public. Dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit,
Kurator tidak perlu memperoleh persetujuan dari debitur. Kurator dapat meminjam
uang dari pihak ketiga untuk meningkatkan nilai harta pailit. Jika dalam melakukan
pinjaman tersebut Kurator perlu membebani harta pailiut dengan hak tanggungan
atau hak gadai maka pinjaman uang yang demikian itu terlebih dahulu harus
tanggungan atau hak gadai hanya dapat dilakukan terhadap bagian harta pailit yang
2. Hakim Pengawas
dari Hakim Pengadilan Niaga. Hakim pengawas bertugas pada pengurusan dan
UUKPKPU).
pemberesan harta pailit. Tugas pokok Hakim Pengawas tersebut dalam UUKPKPU
No. 37 Th. 2004 tertuang pada Pasal 65, sedang pengurusan dan pemberesan harta
pailit menurut Pasal 69 ayat (1) ditugaskan kepada Kurator. Pengawasan oleh
(1) Apakah Kurator dalam menjalankan tugasnya tetap bergerak dalam batas-batas
Hakim Pengawas tidak boleh ikut serta dalam penguasaan dan pengurusan
harta pailit, tetapi tugas pengawasan itu meliputi juga memberi nasehat dan
(1) Menetapkan 2 (dua) surat kabar harian untuk mengumumkan ikhtisar putusan
pernyataan pailit, dan menentukan hari, tanggal, waktu dan tempat rapat
hari setelah putusan pailit diucapkan (Pasal 15 ayat (4) jo. Pasal 86 ayat (1)
UUKPKPU);
(2) Memberi izin kepada Kurator untuk meneruskan penjualan benda milik
Debitor atas tanggungsn harta pailit, dalam rangka eksekusi yang hari
75
Kartono., Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Pradnya Paramita, Jakarta, 1974, hlm. 59
50
Hasil penjualan benda milik Debitor tersebut masuk dalam harta pailit dan
(3) Menetapkan jangka waktu pelaksanaan perjanjian timbal balik yang belum
atau baru sebagian dipenuhi, dalam hal Kurator tidak memberi kepastian
eksekusi Kreditor pemegang gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
penyelidikan oleh para ahli untuk memperoleh kejelasan tentang segala hal
(6) Menentukan hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat Kreditor pertama (Pasal
(7) Menetukan tempat penyimpanan harta pailit berupa uang, perhiasan, efek,
(8) Menetapkan batas akhir pengajuan tagihan, batas akhir verifikasi pajak, serta
hari, tanggal, waktu dan tempat rapat pencocokan piutang (Pasal 113 ayat (1)
UUKPKPU);
disahkan atau tidaknya rencana perdamaian (Pasal 156 ayat (1) UUKPKPU);
51
UUKPKPU);
(11) Memberi izin penjualan harta pailit secara dibawah tangan, dalam hal
penjualan di muka umum tidak tercapai (Pasal 185 ayat (2) UUKPKPU);
(12) Memberi izin kepada Kurator melakukan tindakan terhadap semua benda
(harta pailit) yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan Pasal
tenggang waktu bagi kreditor untuk melihat daftar pembagian Pasal 194 ayat
(1) UUKPKPU;
jaminan fidusia yang membebani benda yang termasuk harta pailit, segera
3. Panitia Kreditor
Panitia Kreditor tentu akan memperjuangkan segala kepentingan hukum dari pihak
Tetap dibentuk oleh Hakim Pengawas apabila dalam putusan pailit tidak diangkat
Panitia Kreditor Sementara terdiri dari tiga orang yang dipilih dari para
Kreditor yang dikenal, dengan maksud memberikan nasehat kepada Kurator (Pasal
79 ayat (1) UUKPKPU). Yang dimaksud dengan “Kreditor yang dikenal” adalah
Kreditor yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi (Penjelasan Pasan 79 ayat
(1) UUKPKPU). Panitia Kreditor Tetap (definitif) diangkat oleh Hakim Pengawas
Tugas dan wewenang panitia Kreditor antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Tugas utama panitia Kreditor adalah memberi nasehat atau saran kepada
Kurator. Ini kadang-kadang sangat berguna, terutama dalam bidang teknik dan
77
E. Suherman, Faillissement (Kepailitan), Binacipta, Bandung, 1988, hlm.45.
78
Kartono., Ibid, hlm. 62
53
(3) Panitia Kreditor wajib memberikan pendapat mengenai usul untuk melanjutkan
perusahaan Debitor pailit yang diusulkan Kurator atau Kreditor, setelah tidak
ditawarkan ditolak dalam rapat verifikasi (Pasal 179 ayat (2) UUKPKPU);
(4) Panitia Kreditor setiap waktu berhak meminta diperlihatkan semua buku dan
UUKPKPU);
(5) Panitia Kreditor dapat mengajukan surat keberatan kepada Hakim Pengawas
terhadap perbuatan yang dilakukan oleh Kurator atau memohon kepada Hakim
(6) Panitia kreditur berhak meminta diadakannya rapat para kreditur (Pasal 81 ayat
(1) UUKPKPU);
(7) Panitia Kreditor berhak menghadiri pencatatan harta pailit yang dilakukan oleh
pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali (Pasal 104
(10) Panitia kreditur berhak untuk meminta penetapan Hakim Pengawas dalam hal
debitor pailit tidak mempunyai kewenangan atau tidak bisa berbuat bebas atas harta
dialihkan kepada kurator atau Balai Harta Peninggalan yang bertindak sebagai
Pada prinsipnya salah satu akibat hukum kepailitan, adalah sitaan umum.
“Sitaan umum ini berlaku terhadap seluruh harta debitor yaitu harta yang telah ada
pada saat pernyataan pailit ditetapkan, dan harta yang diperoleh selama kepailitan.
Adanya putusan pernyataan pailit berakibat terhadap semua penyitaan yang telah
79
Munir Fuady, op.cit., hlm. 63-64.
55
memerintahkan pencoretannya.”80
debitor pada saat putusan pernyataan pailit ditetapkan serta seluruh kekayaan yang
warisan. Yang dimaksud dengan kekayaan adalah semua barang dan hak atas benda
“kekayaan terdiri tidak hanya dari harta benda yang bertubuh seperti barang-barang
pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit itu, kecuali bila perikatan-
Tahun 2004 adalah terhadap hak penguasaan dan pengurusan atas beberapa barang
80
Siti Anisah, op.cit., hlm. 191.
81
Frederick B.G Tumbuan, Pokok-Pokok Undang-Undang Tentang Kepailitan Sebagaimana
Diubah Oleh Perpu No. 1/1998, Makalah Pelatihan Kurator, Departemen Kehakiman, Jakarta,
1998, hlm. 4.
82
Kartono, Op. Cit., hlm. 39.
56
debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 (Tiga Puluh) hari bagi
pengajuan dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau
adalah kekayaan lain yang diperoleh debitor pailit selama kepailitan misalnya
menyebutkan bahwa segala warisan yang jatuh kepada debitor pailit selama
kepailitan tidak boleh diterima oleh kuratornya, kecuali dangan hak istimewa
mengenai hibah, debitor pailit yang dilakukan mengenai hibah yang dilakukan
oleh debitor pailit dapat dimintakan pembatalannya oleh kurator apabila dapat
kreditor.
57
bersangkutan tidak cakap lagi untuk melakukan perbuatan hukum dalam rangka
dikatakan tidak cakap lagi melakukan perbuatan hukum dalam kaitannya dengan
hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban kekayaan debitor pailit harus
hukum terhadap harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit
(boedel pailit).
3 (tiga), yaitu:
(1) Gugatan atau tuntutan hukum yang tidak secara langsung mengenai harta
pailit.
(2) Mengenai hal ini pada umumnya diberlakukan ketentuan Pasal 26 ayat (1)
(3) Gugatan atau tuntutan hukum yang bertujuan mendapat pemenuhan suatu
arti yang luas, yakni apakah yang menjadi objek perikatan itu suatu jumlah
piutang) yang harganya tidak ditetapkan, tidak pasti, tidak dinyatakan dalam
uang Indonesia ataupun sama sekali tidak ditetapkan dalam uang, harus
nilai piutang ke dalam mata uang rupiah tersebut dilakukan pada tanggal
dan karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedel pailit
sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro rata parte).
yang memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan kreditor yang haknya
lainnya. Dengan demikian, asas paritas creditorium berlaku bagi para kreditor
konkuren saja.83
83
Frederick B.G Tumbuan., Ibid h. 107
59
berada diurutan atas sebelum kreditur konkuren atau unsecured creditors lainnya.
Kedudukan preferen lebih tinggi dari kedudukan kreditur lainnya. Menurut Pasal
Setelah berlaku UUHT 4 Tahun 1996 dan UUF 42 Tahun 1999, maka selain
kreditur yang memiliki piutang sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 1133
KUH Perdata, juga kreditur-kreditur yang dijamin dengan hak tanggungan dan hak
kreditur lainnya. Kedudukan didahulukan ini dalam KUH Perdata pasal 1133 ayat
(1) KUH Perdata dinyatakan bahwa: “ Hak untuk didahulukan diantara orang-orang
berpiutang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan dari hipotik”, 84 dimana apabila
84
Lihat Pasal 1133 KUH Perdata
60
Dalam penjelasan umum UUHT No. 4 Tahun 1996 khususnya pada angka
piutang negara.
1137 KUHPerdata, piutang negara yang kedudukannya lebih tinggi dari hak
Undang Hak Tanggungan hanya pajak saja”.85 Sedangkan Pasal 1134 KUHPerdata
hipotik (sekarang hak tanggungan) mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
hak istimewa, namun demikian kedudukan yang lebih tinggi dari hak tanggungan
hukum kepada kreditur pemegang hak jaminan, bahwa barang jaminan (agunan)
tidak termasuk harta pailit".86 Kreditur separatis adalah “kreditur yang memiliki
85
Sutan Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan: Asas-asas, Ketentuanketentuan Pokok Dan Masalah
Yang Dihadapi Oleh Perbankan,Cet. IV, Alumni, Bandung, 1999, hlm. 21
86
Setiawan., Hak Tanggungan Dan Masalah Eksekusinya, Varia Peradilan, Majalah Hukum, Tahun
XI No. 131, Agustus 1996, hlm. 145
61
yang dimaksudkan dengan hak kreditur separatis adalah hak yang diberikan oleh
hukum kepada kreditur pemegang hak jaminan untuk tetap dapat melaksanakan
tersebut memang dipisahkan dari kreditor lainnya, dalam arti kreditor dapat
menjual sendiri dan mengambil hasil penjualan, terpisah dengan harta pailit
umumnya. Menurut Setiawan, hak separatis adalah: "hak yang diberikan oleh
hukum kepada kreditor pemegang hak jaminan, bahwa barang .jaminan (agunan)
yang dibebani dengan hak janainan (hak agunan) tidak termasuk harta pailit'. 89
lainnya. Kreditur separatis dapat menjual dan mengambil hasil penjualan seolah-
olah tidak terjadi kepailitan. Bahkan, jika diperkirakan hasil penjualan jaminan
hutang-hutangnya, plus bunga setelah pernyataan pailit (Pasal 134 ayat (3) KUH
87
Lihat Pasal 56 UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
88
Munir Fuady. , ibid., hlm. 99
89
Ibid.
62
Pasal 55 ayat (1) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004 mengakui hak separatis
kreditur pemegang hak jaminan, dapat melakukan eksekusi seolah-olah tidak terjadi
kepailitan, tetapi akan menjadi kontradiktif setelah melihat ketentuan pasal 56 ayat
ayat (1) dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam
penguasaan debitur pailit atau kurator, ditangguhkan untuk jangka waktu paling
lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan".
optimal.
maupun pihak ketiga untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat
diajukan dalam sidang badan peradilan. Kreditur juga dilarang mengeksekusi atau
memohonkan sita atas benda yang menjadi agunan. Ketentuan hukum yang
pailit, maka pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak
(UUHT)”90.
Putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van
pemegang hak jaminan untuk dapat mengeksekusi langsung apabila debitor cidera
1996 jo. Pasal 27 ayat (3) UUF No.42 Tahun 1999 kreditor separatis tidak
kepailitan, karena hak kreditor kreditor separatis dipisahkan dan didahulukan dari
kreditor konkuren.
90
Lihat Penjelasan Pasal 56 UUKPKPU
64
setiap kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik atau hak
terjadi kepailitan. Namun demikian ketentuan Pasal 56 ayat (1) UUKPKPU No. 37
Tahun 2004 telah membatasi kewenangan dari kreditur separatis yang dijamin
oleh UUHT No. 4 Tahun 1996 dan UUF No. 42 Tahun 1999. Penjelasan Pasal 56
ayat (1) menunjukkan tidak konsisten, di satu sisi ketentuan Pasal 55 ayat (1)
kelihatan mengakui hak separatis dan kreditur preferen, tetapi disisi lain ketentuan
Pasal 56 ayat (3) justru mengingkari hak separatis itu karena menentukan bahwa
ketidak pastian hukum Jaminan, sehingga membuat tidak ada artinya penciptaan
lembaga hak jaminan di dalam hukum perdata, membuat kaburnya konsep dan
tujuan hak jaminan itu sendiri. Adanya konflik norma antara UUHT No. 4 Tahun
1996 dan UUF No. 42 Tahun 1999 dengan UUKPKPU No. 37 Tahun 2004 tersebut
telah menimbulkan ketidak pastian bagi pemegang hak jaminan manakala debitur
mengalami pailit.
Ketentuan Pasal 56 ayat (3) dan Pasal 59 UUKPKPU No. 37 Tahun 2004
yang tidak mengakui hak separatis dari kreditur pemegang hak jaminan, sebab
dengan memasukkan benda-benda yang dibebani Hak Jaminan sebagai harta pailit,
adalah “sebagai tindakan yang tidak mengakui hak kreditur pemegang Hak Jaminan
untuk dapat mengeksekusi sendiri hak jaminannya, dengan cara menjual benda-
65
benda yang telah dibebani jaminan itu.”91 Kewenangan yang diberikan kepada
jaminan "harus" melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu dua bulan
terhitung sejak dimulainya insolvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 ayat
(I) UUKPKPU No. 37 Tahun 2004. Selanjutnya Pasal 59 ayat (2) UUKPKPU No.
37 Tahun 2004 menentukan apabila setelah lewat jangka waktu dua bulan kreditur
dengan cara sebagaimana Pasal 185 UUKPKPU No. 37 Tahun 2004, tanpa
mengurangi hak pemegang hak tersebut untuk memperoleh hasil penjualan agunan.
Kata “harus” dalam Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) UUKPKPU No. 37
Tahun 2004 adalah merupakan ketentuan yang bersifat memaksa dan mengikat
dinyatakan insolvensi, maka terhitung sejak hari itu juga Kreditur Separatis harus
dapat menjual obyek hak tanggungan dengan tata cara sebagaimana Pasal 60
91
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal 9