Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pailit

1. Pengertian Pailit

Istilah pailit jika ditinjau dari segi istilah, dapat dilihat dalam perbendaharaan

bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris dengan istilah yang berbeda-beda. Dalam

bahasa Prancis istilah failite artinya pemogokan atau kemacetan dalam melakukan

pembayaran sehingga orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar disebut

le failli. Dalam bahasa Belanda untuk arti yang sama dengan Bahasa Perancis juga

digunakan istilah faillete, sedangkan di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah to

fail dan dalam bahasa Latin digunakan istilah failure. yang memiliki arti rangkap,

yaitu sebagai kata benda dan sebagai kata sifat. Di dalam bahasa Perancis, istilah

faillite artinya kemogokan atau kemacetan dalam melakukan pembayaran. Sedangkan

di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah to fail dan di dalam bahasa latin

digunakan istilah fallire.5

Dari pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary, dapat kita lihat

bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan ”ketidakmampuan untuk membayar”

dari seorang (debitor) atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan

tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang

5
ZainalAsikin, Hukum Kepailitan dan Kewajiban Pembayaran di Indonesia (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2000),halaman 27.

10
dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga

(diluar debitor), suatu permohonan pernyataan pailit ke pengadilan.6

Pengertian kepailitan menurut Undang-undang No.37 Tahun 2004 Pasal 1

angka 1 adalah “sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”. Pengertian kepailitan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia yakni “keadaan atau kondisi seseorang atau badan hukum

yang tidak mampu lagi membayar kewajibannya (dalam hal utang-utangnya) kepada

sipiutang”.

Pengertian kepailitan menurut Bernadette Waluyo adalah “eksekusi massal

yang ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku serta merta, dengan

melakukan penyitaan umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik

yang ada pada waktu pernyataan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan

berlangsung, untuk kepentingan semua kreditor, yang dilakukan dengan pengawasan

pihak yang berwajib”

Pailit dalam khasanah ilmu pengetahuan hukum diartikan sebagai keadaan

debitor yang berutangyang berhenti membayar atau tidak membayar utang-utangnya,

hal ini tercermin dalam Pasal 2ayat (1) UUKPKPU menentukan:

”Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya”.

6
Ibid.,halaman 84.

11
UUKPKPU dalam Pasal 1 ayat (1), kepailitan adalah sita umum atas semua

kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator

di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

ini. Kepailitan mengandung unsur-unsursebagai berikut :

a. Adanya sita umum atas seluruh kekayaan Si debitor;

b. Untuk kepentingan semua kreditor;

c. Debitor dalam keadaan berhenti membayar utang;

d. Debitor tidak kehilangan hak keperdataannya;

e. Terhitung sejak pernyataan pailit, debitor kehilangan hak untuk mengurus

harta kekayaannya;

Kepailitan berasal dari kata dasar “pailit”. Pailit adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan peristiwa keadaan berhenti membayar utang-utang debitur yang

telah jatuh tempo. Si pailit adalah debitur yang mempunyai dua orang atau lebih

kreditor dan tidak mampu membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo

dan dapat di tagih.7

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat

(1) menyatakan:

7
H. Zaini Asyhadie dan Budi Sutrisno,Hukum Perusahaan dan Pailit (Jakarta: Airlangga
2012),halaman 213

12
“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusannya dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
Hakim Pengawas sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang”.
Menurut H. Zaeni Asyhadie, mengutip pendapat dari Zainal Asikin bahwa

tergolong debitur atau seseorang yang dapat dinyatakan pailit adalah :

a. Siapa saja/setiap orang yang menjalankan perusahaan atau tidak


menjalankan perusahaan;
b. Badan hukum, baik yang bebentuk perseroan terbatas, firma, koperasi,
perusahaan negara, dan badan-badan hukum lainnya;
c. Harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia, dapat dinyatakan
pailit, apabila orang yang meninggal dunia itu semasa hidupnya berada
dalam keadaan berhenti membayar utangnya, atau harta warisannya pada
saat meninggal dunia si pewaris tidak mencukupi untuk membayar
utangnya;
d. Setiap wanita bersuami (si istri) yang dengan tenaga sendiri melakukan
suatu pekerjaan tetap atau suatu perusahaan atau mempunyai kekayaan
sendiri.8

2. Pengertian Utang

Utang adalah kewajiban dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia

maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian

hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang – undang dan yang

wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor

untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.

Kartini Muljadi, dalam buku Rudy A. Lontoh berpendapat bahwa pengertian

utang yang dimaksud dalam UUK adalah setiap kewajiban debitur untuk memberikan

Penjelasan Atas Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan

8
Ibid.,halaman 214.

13
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk

tidak berbuat sesuatu. Lebih lanjut Kartini Muljadi memberikan contoh :

a. Kewajiban debitor untuk membayar bunga dan utang pokok kepada


pihak yang meminjamkan.
b. Kewajiban penjual untuk menyerahkan mobil kepada pembeli mobil
tersebut.
c. Kewajiban pembangun untuk membuat rumah dan menyerahkannya
kepada pembelirumah.
d. Kewajiban penjamin (guarantor) untuk menjamin pembayaran kembali
pinjaman debitor kepada kreditor.9
Sutan Remy berpendapat bahwa utang yang dimaksudkan dalam UUK itu
adalah bukan setiap kewajiban apapun juga dari debitor kepada kreditor karena
adanya perikatan diantara para mereka, tetapi hanya sepanjang kewajiban itu berupa
kewajiban untuk membayar sejumlah uang, baik kewajiban membayar itu timbul
karena perjanjian apapun atau karena ditentukan oleh undang-undang (misalnya
kewajiban membayar pajak yang ditetapkan oleh Undang-Undang pajak), atau karena
berdasarkan putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap.10

3. Tujuan dan Fungsi Kepailitan

Tujuan dari kepailitan adalah untuk melakukan pembagian kekayaan milik

debior kepada para kreditornya dengan melakukan sitaan bersama dan kekayaan

debitor dapat dibagikan kepada kreditor sesuai dengan haknya. Berkaitan dengan ini

berlaku ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1132Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang mengatur dan memberikan kedudukan para kreditor sebagai kreditor konkuren

sehingga boedel pailit akan dibagikan kepada para kreditor secara seimbang.

Selain itu fungsi dari kepailitan adalah untuk mencegah kreditor melakukan

kesewenang-wenangan untuk memaksa debitor agar membayar utangnya. Menurut

9Rudhy A Lontoh, Hukum Kepailitan :Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung, Alumni,2001.halaman 34


10Sutan Remi Sjahdeni, Hukum Kepailitan (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,2002), halaman 55

14
Rudhi Prasetya, adanya lembaga kepailitan berfungsi untuk mencegah kesewenang-

wenangan pihak kreditor yang memaksa dengan berbagai cara agar debitor membayar

utangnya.11Menurut Radin,dalam bukunya The Nature of Bankruptcy sebagaimana

dikutip oleh Jordan, et.al., tujuan semua Undang-Undang Kepailitan adalah untuk

memberikan suatu forum kolektif untuk memilah-milah hak-hak dari beberapa

penagih terhadap aset seorang debitor yang tidak cukup nilainya.12

Kepailitan adalah merupakan lembaga hukum perdata Eropa sebagai asas

realisasi dari dua asas pokok dalam hukum perdata Eropa yang tercantum dalam

Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Pasal 1131 KUHPerdata menentukan bahwa

segala Kebendaan si berutang, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah

ada maupun yang baru ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala

perikatan perseorangan. Menurut Pasal 2 Ayat (1) UUKPKPU, syarat-syarat yuridis

agar suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah perusahaan tersebut mempunyai

hutang yang sudah jatuh tempo, adanya debitor dan kreditor dan pernyataan pailit dari

pengadilan khusus yaitu Pengadilan Niaga, syarat-syarat tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

Adanya Lembaga kepailitan memungkinkan debitor membayar utang-utangnya

secara tenang, tertib dan adil, yaitu :

11
Rudhi Prasetya, Likuidasi Sukarela Dalam Hukum Kepailitan, Makalah Seminar Hukum
Kebangkrutan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1996),
halaman 12
12
Bagus Irawan, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan Perusahaan dan Asuransi (Alumni
Bandung:2007),halaman 29

15
a. Dengan dilakukannya penjualan atas harta pailit yang ada, yakni seluruh

harta kekayaan yang tersisa dari debitor.

b. Membagi hasil penjualan harta pailit tersebut kepada sekalian kreditor

yang telah diperiksa sebagai kreditor yang sah.

4. Faktor-faktor dan Asas-asas Kepailitan

a. Faktor-faktor Kepailitan

Berdasarkan penjelasan Undang-undang No.37 Tahun 2004terdapat

beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan

kewajiban pembayaran utang, yaitu:

1) Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu

yang sama adabeberapa kreditor yang menagih piutangnya dari

debitor.

2) Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan

kebendaan (kreditor separatis) yang menuntut haknya dengan cara

menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan

debitor pailit atau para kreditor lainnya yaitu kreditor preferendan

kreditor konkuren.

3) Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan

oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri. Misalnya, debitor

berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau beberapa

orang kreditor tertentu sehingga kreditor lainnya dirugikan, atau

adanya perbuatan curang dari debitor untuk melarikan semuaharta

16
kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung jawabnya

terhadap para kreditor.

b. Asas-asas Kepailitan

Berdasarkan Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini didasarkan pada beberapa asas.

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang No.37 Tahun 2004 asas-asas tersebut

antara lain yaitu:

1) Asas Keseimbangan

Undang-Undang No.37 Tahun 2004 mengatur beberapa ketentuan

yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu di satu pihak,

terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan

pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, di lain

pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya

penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang tidak

beritikad baik.

2) Asas Kelangsungan Usaha

Undang-undang No.37 Tahun 2004 terdapat ketentuan yang

memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan.

3) Asas Keadilan

17
Asas keadilan mengandung pengertian, bahwa ketentuan mengenai

kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang

berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya

kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran

atas tagihan masing-masing terhadap debitor, dengan tidak mempedulikan

kreditor lainnya.

4) Asas Integrasi

Asas integrasi dalam Undang-undang No.37 Tahun 2004

mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan hukum

materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum

perdata dan hukum acara perdata nasional.

5. Syarat Kepailitan dan Putusan Pailit

Syarat-syarat penting untuk di ketahui apabila seseorang atau badan hukum

bermaksud mengajukan permohonan pernyataan pailit melalui Pengadilan Niaga,

apabila permohonan kepailitan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka

permohonan tersebut tidak akan di kabulkan oleh Pengadilan Niaga. Dalam Pasal 1

ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa :

“debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan”
Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tersebut
menyatakan bahwa :
“debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dapat di tagih, dinyatakan pailit

18
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya”.
Syarat-syarat permohonan pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1)
UUK-PKPU tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Syarat adanya dua kreditur atau lebih (concursus creditorum)

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU seorang debitor dapat

dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga apabila mempunyai dua kreditor atau lebih

(concursus creditorum). Syarat ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 1132 KUH

Perdata yang menyebutkan bahwa harta kekayaan debitor merupakan jaminan

bersama bagi para kreditor dan hasil penjualan harta debitor harus dibagikan kepada

kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya, kecuali jika diantara kreditor itu

berdasarkan undang-undang harus didahulukan dalam pembagiannya.13

b. Syarat harus adanya hutang

Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU menentukan “debitor yang mempunyai dua atau

lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu uang yang telah jatuh waktu

dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU, perlu dipahami dengan

baik apa yang dimaksud utang menurut Pasal 1 angka (6) UUK-PKPU menentukan

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang

baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung

maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena

13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,Pedoman Menangani Perkara Kepailitan (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004),halaman 107.

19
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak

dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta

kekayaan Debitor.”14

c. Syarat cukup satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

Syarat bahwa utang harus telah jatuh waktu dan dapat ditagih menunjukkan

bahwa kreditor sudah mempunyai hak untuk menuntut debitor untuk memenuhi

prestasinya. Menurut Jono, syarat ini menunjukkan bahwa utang harus lahir dari

perikatan sempurna. Dengan demikian jelas bahwa utang yang lahir dari perikatan

alamiah tidak dapat diajukan untuk permohonan pernyataan pailit. Misalnya utang

yang lahir dari perjudian, meskipun utang yang lahir dari perjudian telah jatuh waktu

hal ini tidak melahirkan hak kepada kreditor untuk menagih utang tersebut. Dengan

demikian, meskipun debitor mempunyai kewajiban untuk melunasi utang itu, kreditor

tidak mempunyai alas hak untuk menuntut pemenuhan utang tersebut. Dengan

demikian, kreditor tidak berhak mengajukan permohonan pailit atas utang yang lahir

dari perjudian.15

Selain dari syarat-syarat yang telah dikemukakan tersebut. Munir Fuady

memberikan definisi mengenai syarat kepailitan yaitu dari ketentuan dalam Pasal 2

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (selanjutnya disebut Undang-Undang

Kepailitan) dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat-syarat yuridis agar suatu

perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah sebagai berikut:

14
Sutan Remi Sjahdeni, Hukum Kepailitan(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002) halaman 52.
15
Jono, Hukum Kepailitan,(Jakarta: Sinar Grafika,2010),halaman 4.

20
a) Adanya utang
b) Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo
c) Minimal satu dari utang dapat ditagih
d) Adanya debitor
e) Adanya kreditor
f) Kreditor lebih dari satu
g) Pernyataann pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut
Pengadilan Niaga
h) Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak yang berwenang, yaitu

1) Pihak debitor
2) Satu atau lebih kreditor
3) Jaksa untuk kepentingan umum
4) Bank Indonesia jika debitornya bank
5) Baperpam jika debitornya perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, dan lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, sekarang Bapepam
diganti menjadi OJK sesuai dengan UU No.21 Tahun
2011
6) Menteri keuangan jika debitornya perusahaan
asuransi,re-asuransi, dana pensiun, dan BUMN yang
bergerak dibidang kepentingan publik
7) Syarat-syarat yuridis lainnya yang disebutkan dalam
Undang-Undang Kepailitan
8) Apabila syarat-syarat terpenuhi, hakim menyatakan
pailit, bukan dapat menyatakan pailit. Dengan demikian,
dalam hal ini kepada hakim tidak diberikan ruang untuk
memberikan judgment yang luas seperti padakasus-
kasus lainnya, seunnguhpun limited defence masih
dibenarkan, mengingat yang berlaku adalah prosedur
pembuktian yang sumir (vide) Pasal 8 ayat (4) UUK-
PKPU.16
Apabila telah terbukti memenuhi unsur-unsur yang di atur dalamPasal 2 ayat(1)

Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, maka

hakim pengadilan niaga memberikan pernyataan pailit kepada debitor.

16
Munir Fuady,Hukum Pailit 1998 dalam teori dan Praktek,Cet II,(Bandung: Citra Aditya
Bakti,2002),halaman 8.

21
Sesuai yang tertera pada Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran utang, selama berlangsungnya keadaan diam

(standstill), debitor tidak di perbolehkan untuk melakukan negoisasi dengan kreditor

tertentu, tidak boleh melunasi sebagian atau seluruh utangnya terhadap kreditor

tertentu saja.

6. Akibat-akibat Hukum Kepailitan

Putusan kepailitan adalah bersifat serta merta dan konstitusif yaitu meniadakan

keadaan dan menciptakan keadaan hukum baru. Dalam putusan hakim tentang

kepailitan ada 3 hal yang esensial yaitu :

a. Pernyataan bahwa debitur pailit,

b. Pengangkatan seorang Hakim Pengawas yang di tunjuk dari Hakim

Pengadilan dan,

c. Kurator

Perlu di ketahui di sini bahwa dalam hal debitur atau kreditur tidak mengajukan

usul pengangkatan kurator lain kepada pengadilan maka Balai Harta Peninggalan

(BHP) bertindak selaku kurator. Lebih lanjut mengenai Akibat Kepailitan dalam

UUK No.37 Tahun 2004 diatur pada bagian tersendiri pada bab II, Bagian Kedua

mulai dari Pasal 21 sampai dengan Pasal 64.

Sesuai dengan yang tertera pada Pasal 21 UUK dan PKPU No.37 Tahun 2004

tentang kepailitan di sebutkan bahwa “ Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor

22
pada saat putusan pernyataan pailit di ucapkan serta segala sesuatu yang di peroleh

selama kepailitan.” Kemudian pada Pasal 24 juga di sebutkan bahwa :

a. Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan


mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak
tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
b. Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di hitung
sejak pukul 00.00 waktu setempat.
c. Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah
dilaksanakan transfer dana melalui bank atas lembaga selain bank
pada tanggal putusan sebgaimana dimaksud pada ayat (1), transfer
tersebut wajib di teruskan.
d. Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah
dilaksanakan Transaksi Efek di Bursa Efek maka transaksi tersebut
wajib di selesaikan
Menurut Sutan Remi Sjahdeni secara umum akibat pernyataan pailit adalah
sebagai berikut :
a. kekayaan debitor pailit yang masuk kedalam harta pailit merupakan
sitaan umum atas harta pihak yang dinyatakan pailit
b. skepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan tidak
mengenai diri pribadi debitor pailit
c. debitor pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan
menguasai kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak hasil
putusan pailit diucapkan
d. segala perikatan debitor yang timbul sesudah putusan pailit
diucapkan idak dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika
menguntungkan harta pailit
e. harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan semua
kreditor dan debitor. Sedangkan Hakim Pengawas memimpin dan
mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan
f. tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit harus
diajukan oleh atau terhadap kurator
g. semua tuntutan atau gugatan yang bertujuan untuk mendapatkan
pelunasan suatu perikatan dari harta pailit, dan dari harta debitor
sendiri selama kepailitan harus diajukan dengan cara
melaporkannya untuk dicocokkan.
h. Kreditor yang dijamin dengan Hak Gadai,Hak Fidusia, Hak
Tanggungan, atau Hipotek dapat melaksanakan hak agunannya
seolah-olah tidak ada kepailitan
i. Hak eksekutif kreditor yang dijamin dengan hak-hak diatas serta
pihak ketiga, untuk dapat menuntut hartanya yang berada dalam

23
penguasaan debitor pailit atau kurator, ditangguhkan maksimum
untuk waktu 90 hari setelah putusan pailit diucapkan.17
Kepailitan berakibat hilangnya segala hak debitor untuk mengurus segala harta

kekayaan yang termasuk kedalam harta pailit (boedel pailit). Perlu diketahui bahwa

putusan pernyataan pailit tidak mengakibatkan debitor kehilangan kecakapannya

untuk melakukan perbuatan hukum (volkomen handelingsbevoegd) pada umumnya,

tetapi hanya kehilangan kekuasaan atau kewenangannya untuk mengurus dan

mengalihkan harta kekayaannya saja.18

Kepailitan mempunyai banyak akibat yuridis, Munir Fuady mencatat ada 41

akibat yuridis dari suatu kepailitan atau akibat hukum yang terjadi jika debitor

dinyatakan pailit. Akibat yuridis tersebut berlaku kepada debitor dengan dua metode

pemberlakuan yaitu :

a. Berlaku Demi Hukum


Ada beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum (by the
operation of law) segera setelah pernyataan pailit mempunyai kekuatan
hukum tetap ataupun berakhirnya kepailitan. Dalam hal ini seperti,
Pengadilan Niaga, Hakim Pengawas, Kurator, Kreditor, dan siapapun
yang terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil
secara langsung untuk terjadinya akibat yuridis tersebut. Misalnya,
larangan bagi debitor pailit untuk meninggalkan tempat tinggalnya
b. Berlaku Rule of Reason
Untuk akibat hukum tertentu dan kepailitan berlaku Rue of Reason.
Maksudnya adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis
berlaku, akan tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak
tertentu setelah mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan.
Pihak-pihak yang mesti mempertimbangkan berlakunya akibat-akibat
hukum tertentu tersebut misalnya Kurator, Pengadilan Niaga, Hakim
Pengawas, dan lain-lain.19

17
Sutan Remi Sjahdeni,HukumKepailitan,(Jakarta: PustakaUtama Grafiti,2002),halaman 29
18
Ibid.,halaman 29
19
Munir Fuady,Op.cit.,halaman 65

24
B. Tinjauan tentang Kurator

1. Pengertian Kurator

Sutan Remy Sjahdeini mengutip dan telah menyetujui pendapat Andrew R.

Keay dalam memberikan definisi mengenai Kurator sebagai berikut: “Kurator adalah

perwakilan pengadilan dan dipercayai dengan mempertaruhkan reputasi pengadilan

untuk melaksanakan kewajibannya dengan tidak memihak.”20

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang pengertian kurator adalah Balai Harta

Peninggalan atau orang perseorangan yang di angkat oleh Pengadilan untuk

mengurus dan membereskan harta debitor pailit dibawah pengawasan Hakim

Pengawas.21

2. Tugas Kurator

Menurut Pasal 69 UUKPKPU disebutkan bahwa Tugas Kurator adalah

melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit. Dalam melakukan tugasnya,

Kurator yang terdapat dalam Pasal 69 ayat (2) UUKPKPUyaitu:

a. Tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan

pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitor atau salah satu organ debitor,

meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan

demikian dipersyaratkan.

20
Sutan Remi Sjahdeni,Hukum Kepailitan,(Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,2002) halaman 18
21
UU Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang

25
b. Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, semata-mata dalam rangka

meningkatkan nilai harta pailit. Pihak yang bertindak sebagai Kurator adalah

Balai Harta Peninggalan ataukurator lainnya, yaitu orang perseorangan yang

berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahliankhusus yang dibutuhkan

dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit dan telahterdaftar

pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

hukum dan peraturan perundang-undangan (Pasal 70).

Tugas kurator sehubungan dengan adanya pernyataan pailit yang telah

ditetapkan oleh Pengadilan yaitu dalam jangka waktu paling lambat lima hari sejak

tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, kurator mengumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia dan dalam sekurang-kurangnya dua surat kabar harian

yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas, mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Ikhtisar putusan pernyataan pailit;

b. Identitas, alamat, dan pekerjaan debitor;

c. Identitas, alamat dan pekerjaan anggota panitia sementara kreditor apabila

telah ditunjuk;

d. Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditor; dan

e. Identitas Hakim Pengawas.

26
C. Tinjauan Tentang Kreditor

1. Pengertian Kreditur

Menurut UU Kepailitan, Kreditur adalah orang yang mempunyai piutang

karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Secara

umum ada 3 macam kreditur dalam kepailitan yaitu :

a. Kreditor Separatis

Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang

dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini tidak terkena akibat putusan

pernyataan pailit, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan

seperti tidak ada kepailitan debitor. Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia,

hak tanggungan, dan hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya

merupakan karakteristik kreditor separatis.

Separatis yang dimaksudkan adalah terpisahnya hak eksekusi atas benda-

benda yang dijaminkan dari harta yang dimiliki debitor pailit. Dengan

demikian, kreditor separatis mendapatkan posisi paling utama dalam proses

kepailitan, sehubungan dengan hak atas kebendaan yang dijaminkan untuk

piutangnya. Sepanjang nilai piutang yang diberikan oleh kreditor separatis tidak

jauh melampaui nilai benda yang dijaminkan dan kreditor berkuasa atas benda

tersebut, maka proses kepailitan tidak akan banyak berpengaruh pada

pemenuhan pembayaran piutang kreditor tersebut.

Berdasarkan UUK-PKPU, apabila kuasa atas benda yang dijaminkan ada pada

debitor pailit atau pada kurator, maka hak esekusi terpisah tersebut di atas

27
ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama (90) sembilan puluh hari sejak

pernyataan pailit dijatuhkan. Sedangkan, jika nilai eksekusi benda tersebut

ternyata tidak mencukupi untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis

dapat meminta dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk

menagih sisa piutangnya. Oleh karena demi kepastian hukum, hak eksekusi

langsung yang dimiliki oleh kreditor separatis hanya bisa digunakan dalam

jangka waktu dua bulan setelah terjadinya keadaan insolvensi. Setelah lewat

jangka waktu tersebut, eksekusi hanya dapat dilakukan oleh kurator, meskipun

hak yang dimiliki kreditor separatis sebagai kreditor pemegang jaminan tidak

berkurang. Perbedaan proses eksekusi tersebut akan berakibat pada perlu

tidaknya pembayaran biaya kepailitan dari hasil penjualan benda yang

dijaminkan.

b. Kreditor Preferen

Kreditor preferen adalah kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak
prioritas. UUK-PKPU menggunakan istilah hak-hak istimewa, sebagaima yang
diatur dalam KUH Perdata. Hak istimewa mengandung makna “hak yang oleh
undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatannya
lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya.22

Berdasarkan ketentuan KUH Perdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak

istimewa khusus dan hak istimewa umum. Hak istimewa khusus adalahhak yang

menyangkut benda-benda tertentu, sedangkan hak istimewa umum berarti

menyangkut seluruh benda, sesuai dengan KUH Perdata pula, hak istimewa khusus

di dahulukan atas hak istimewa umum.

22
Arsyadshawir, “Jenis-Jenis Kreditor dalam Kepailitan”. (http://arsyhadsawir. blogspot. Com
/2011/11/ jenis-jenis kreditor dalam kepailitan.html?m=1, diakses 5 Agustus 2019), 2019.

28
c. Kreditor Konkuren

Kreditor konkuren adalah kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor

lainnya secara proporsional (pari passu), yaitu menurut perbandingan besarnya

masing-masing tagihan, dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak

dibebani dengan hak jaminan. Istilah yang digunakan dalam Bahasa Inggris

untuk kreditor konkuren adalah unsecured creditor. Kreditor ini memiliki

kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta kekayaan

debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari setelah

sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar piutangnya kepada kreditor

pemegang hak jaminan dan para kreditor dengan hak istimewa.

2. Panitia Kreditor

Salah satu pihak yang dikenal dalam proses Kepailitan adalah Panitia Kreditor. Panitia

Kreditor adalah pihak yang mewakili pihak kreditor sehingga panitia kreditor tentu akan

memperjuangkan segala kepentingan hukum dari pihak kreditor.Ada dua macam panitia

kreditor yang diperkenalkan oleh Undang-Undang Kepailitan, yaitu:

a. Panitia Kreditor Sementara

Menurut Undang-Undang Kepailitan Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 79

bahwa dalam putusan pailit, Pengadilan dapat membentuk panitia kreditor sementara.

Panitia ini terdiri atas 3 (tiga) orang yang dipilih dari Kreditor yang dikenal dengan

maksud memberikan nasihat kepada Kurator. Kreditor yang dikenal adalah Kreditor

yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi. Kreditor yang diangkat dapat

29
mewakilkan kepada orang lain semua pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-

tugasnya dalam panitia.

b. Panitia Kreditor Tetap

Setelah pencocokan utang selesai dilakukan, Hakim pengawas wajib

menawarkan kepada Kreditor untuk membentuk panitia kreditor tetap. Dalam

menjalankan tugasnya panitia kreditur tetap berhak meminta semua dokumen yang

berkaitan dengan kepailitan dan memberikan nasihat kepada kreditur.

Selain itu panitia kreditur di dalam UUK No.37 Tahun 2004 yakni :

Pasal 79

a. Dalam putusan pailit atau dengan penetapan kemudian, pengadilan dapat


membentuk panitia kreditur sementara terdiri dari 3 orang yang dipilih dari
kreditur yang dikenal dengan maksud memberikan nasihat kepada kurator
b. Kreditur yang diangkat dapat mewakilkan kepada orang lain semua pekerjaan
yang berhubungan dengan tugas-tugasnya dalam panitia
c. Dalam hal seorang kreditur yang ditunjuk menolak pengangkatannya, berhenti,
atau meninggal, pengadilan harus mengganti kreditur tersebut dengan
mengangkat seorang di antara 2 orang calon yang diusulkan oleh Hakim
Pengawas

Penetapan Panitia Kreditor tetap juga diatur di dalam :

Pasal 81 dan 82

a. Panitia kreditur setiap waktu berhak meminta diperlihatkan semua buku,


dokumen, dan surat mengenai kepailitan
b. Kurator wajib memberikan kepada panitia kreditor semua keterangan yang
dimintanya

30
c. Dalam hal diperlukan kurator dapat mengadakan rapat dengan panitia kreditor
untuk meminta nasihat

Hal tersebut juga diperjelas di dalam Pasal 84 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 84

a. Kurator tidak terikat oleh pendapat paniia kreditur


b. Dalam hal kurator tidak menyetujui pendapat panitia kreditur maka kurator
dalam waktu 3 hari wajib memberitahukan hal itu kepada paitia kreditor
c. Dalam hal panitia krditur tidak menyetujui pendapat kurator panitia kreditor
dalam waktu 3 hari setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
dapat meminta penetapan hakim pengawas
d. Dalam hal ini panitia kreditur memita penetapan hakim pengawas maka kurator
wajib menangguhkan pelaksanaan perbuatan yang di rencanakan selama 3 hari

3. Rapat kreditur

Kurator dapat melaksanakan rapat kreditur untuk meminta nasihat dalam

pengurusan harta pailit, hal tersebut diatur dalam Pasal 82 UUKepailitan, sedangkan

rapat kreditur sendiri diatur dalam Pasal 85 UUKepailitan sebagai berikut :

a. Dalam rapat kreditur, hakim pengawas bertindak sebagai ketua

b. Kurator wajib hadir dalam rapat kreditur

Pasal 86 :

a. Hakim pengawas menentukan hari, tanggal, waktu, dan tempat, rapat kreditur
pertama, yang harus diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari
setelah tanggal putusan pailit diucapkan
b. Dalam jangka waktu 3 hari setelah putusan pernyataan pailit diterima oleh
hakim pengawas dan kurator, hakim pengawas wajib menyampaikan kepada

31
kurator rencana penyelenggaraan rapat kreditur pertama sebagaimana dimaksud
pada pasal (1)
c. Dalam jangka waktu paling lambat 5 hari setelah putusan pernyataan pailit
diterima oleh kurator dan hakim pengawas, kurator wajib memberitahukan
penelenggaraan rapat kreditur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
kreditur yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir, dan dengan iklan
paling sedikit dalam 2 surat kabar harian dengan memperhatikan ketentuan
sebagamana dimaksud dalam pasal 15 ayat (4)

32

Anda mungkin juga menyukai