Anda di halaman 1dari 103

ANALISIS YURIDIS PAILIT AKIBAT DITOLAKNYA

RENCANA PERDAMAIAN DALAM PKPU


(Studi Kasus Putusan No 6/Pdt.SUS-PKPU/2019/PN-Niaga Mdn)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada


Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARULY AGUSTINUS SINAGA


160200022

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS PAILIT AKIBAT DITOLAKNYA RENCANA
PERDAMAIAN DALAM PKPU (Studi Kasus Putusan No 6/Pdt.SUS-
PKPU/2019/PN-Niaga Mdn)

*)Maruly Agustinus Sinaga


**)Sunarmi
***)Tri Murti Lubis

Landasan menolak perdamaian terkait dalam Pasal 285 ayat 2 a,b dan c.
Permasalahan dalam penelitian ini pengaturan mengenai Rencana Perdamaian dalam
PKPU menurut UU 37 Tahun 2004. Perlindungan terhadap debitur terkait Penolakan
rencana perdamaian dalam PKPU. Akibat ditolaknya rencana perdamaian dalam
PKPU terkait Putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/Pn Mdn.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif.
Sifat penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan studi
pustaka. Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis
deskriptif.
Pengaturan mengenai rencana perdamaian dalam proses PKPU menurut UU
Kepailitan dan PKPU diatur dalam Pasal 265 hingga 294. Proposal perdamaian pada
tahap perdaftaran utang atau setelah rapat verifikasi utang berakhir, maka secara
yuridis debitur dianggap tidak mampu membayar dengan kesepakatan damai dan
berakibat harta pailit menjadi insolven. Jika harta pailit telah dinyatakan insolven,
maka tertutup kemungkinan bagi debitur untuk mengajukan rencana perdamaian
untuk kedua kalinya. Perlindungan terhadap debitur dalam PKPU menurut Undang-
Undang Kepailitan dan PKPU yakni debitur dapat mengajukan PKPU ke pengadilan.
Terhadap Chapter 11 Bankruptcy Code didalamnya ada mengatur mengenai proses
restrukturisasi utang, debitur memiliki kendali penuh (Debtor in Possession) terhadap
proses restrukturisasi utangnya. sedangkan di dalam UU Kepailitan dan PKPU dalam
proses restrukturisasi utang debitur tidak memegang kendali penuh. Akibat hukum
ditolaknya rencana perdamaian dalam PKPU (Studi Kasus Putusan No 6/PDT.SUS-
PKPU/2019/PN NIAGA MDN), Dalam Pasal 289 UUK PKPU bahwa debitor
langsung dijatuhi putusan dengan segala akibat hukumnya oleh majelis hakim
pengadilan niaga pada pengadilan negeri serta harta debitor langsung jatuh kedalam
keadaan insolvensi. Berdasarkan Pasal 292 UUK PKPU, putusan dalam kasus ini
bersifat final and binding. Maka akibat hukum ditolaknya Proposal Rencana
Perdamaian yang diajukan PT Good Luck (dalam PKPU), oleh karena itu PT. Good
Luck Resort selaku debitur berada dalam keadaan Pailit dengan segala akibat
hukumnya.
Kata Kunci: Pailit, Akibat, Ditolaknya Rencana Perdamaian, PKPU

*) Mahasiswa Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


**) Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***) Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

berkat, kasih dan karunianya, sehingga penulis mampu menjalani masa

perkuliahan sampai tahap penyelesaian skripsi yang penuh dengan tantangan dan

rintangan. Skripsi dengan judul “ANALISIS YURIDIS PAILIT AKIBAT

DITOLAKNYA RENCANA PERDAMAIAN DALAM PKPU (Studi Kasus

Putusan No 6/Pdt.SUS-PKPU/2019/PN-Niaga Mdn)” yang merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (Strata-1) di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting,S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof.Dr.OK. Saidin,S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan,S.H.,M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr.Jelly Leviza,S.H.,M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution.S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.Hum., selaku sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi, sekaligus Dosen Pembimbing II yang membimbing dan

ii

Universitas Sumatera Utara


memberikan nasihat kepada penulis serta membantu penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

8. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang

membimbing dan memberikan nasihat kepada penulis serta membantu penulis

dalam penyempurnaan skripsi ini.

9. Bapak Dr.Edy Ikhsan, SH.,MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis serta membantu

penulis dalam perkuliahan penulis.

10. Seluruh Dosen dan seluruh Pegawai Tata Usaha dan Administrasi di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11. Yang teristimewa dan terkasih kedua Orang tua penulis, bapak saya Sontan

Merauke Sinaga,SH.,MH dan mama saya Judy Ruth Lumban Tobing, S.K.M,

M.kes yang setiap waktu dan sepanjang masa memberikan motivasi dan

mendoakan penulis agar dapat mencapai cita-cita yang setinggi-tingginya dan

memberikan dukungan untuk penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata

satu (S1)

12. Kepada Saudara kandung penulis sendiri, adik saya Cindy Debora Sinaga,

Josua Adeputra Sinaga, dan Stevanie Jurika Sinaga yang senantiasa

memberikan dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih

atas dukungan yang diberikan sehingga memotivasi penulis.

13. Kepada “3.5 Tahun Team” yakni Junaidi, Boby, Hafizh, dan Eric, teman

kelompok yang terbentuk dari semester 1. Terima kasih atas doa dan

dukungan kalian semua nya. Semoga sukses selalu buat kita semua nya, Amin.

iii

Universitas Sumatera Utara


14. Kepada Teman-Teman ku , seperjuangan dalam menulis skripsi yakni

Alessandro, Iwan , dan Steven Paskah. Terima kasih atas doa dan dukungan

kalian semuanya selama penulisan skripsi ini, Semoga sukses selalu buat kita

semuanya, Amin.

15. Kepada Abangda Robert, SH., MH, sebagai dosen di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah memberi saran dan dukungan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat selesai, Sukses dan sehat selalu buat

Abangda, Amin.

16. Kepada Ibu Riana Pohan, SH., MH, Ibunda dari Alessandro (teman baikku)

dan sebagai Hakim Pengadilan Negeri Medan, terimakasih telah memberikan

dukungan, masukan dan saran terhadap penulis sehingga skripsi ini dapat

selesai.

17. Kepada Anggita Tridiani Sirait, kesayangan ku yang memberikan ku saran dan

dukungan serta memberi masukan kepadaku selama ini, sukses buat kita

kedepannya , Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

18. Kepada Kak Ayu , kak Natasia, dan kakak senior ku yang di KMK serta

kawan kawan ku dan adik adik yang di KMK, mau menerima ku ke KMK

walaupun aku bukan sebenarnya anggota dari KMK tapi kebaikan kalian tak

akan terlupakan, tetap menjadi garam dan terang dunia . Terima kasih

semuanya, Tuhan Yesus menyertai kita. Amin.

19. Kepada sahabatku Michael Dany Hutagalung dan Moni simbolon, sahabat ku

selama di SMA hingga sekarang sejak XI IPA 8, Terima kasih atas dukungan

kalian selama ini dan motivasi yang kalian berikan samaku sejak SMA,

Sukses buat kita semua kedepannya, Amin.

iv

Universitas Sumatera Utara


20. Kepada Lidya Cristy Ndilosa Ginting, temanku yang sudah menjadi teman

baikku juga di FH, makasih yah atas saran mu dan dukungan mu selama ini .

Sukses buat mu yah kawan.

21. Kepada Teman-teman seperjoengan Klinis Pidana, Perdata,dan PTUN yakni :

Boby, Hafizh, Junaidi, Eric, Reggie, Eltisha, Irawaty, Agin, Tiamsa. Terima

kasih atas perjuangan yang telah dilalui bersama dalam dunia perklinisan ini.

22. Kepada Teman- teman Panitia Natal FH USU 2019 (Terkhusus juga kepada

PJ DRAMA) dan Adik-adik Pelayan acara drama Natal FH USU 2019.

23. Kepada Teman-teman di Grup A 2016 Fakultas Hukum Universitas Sumatera

utara yakni Agus, Amir, Andreas sitorus, Andreas Ivan, Bima, Brian, Gibran,

Dodi, Herbang, Jeantina, Kanishka Buller, Naufal, Niam, Silvi, Mega, villi,

Steven aldy, Steven Willy, Yohanes,Irfansyah Nasution, dan kawan kawan

Grup A 2016 yang tidak tersebut namanya,serta seluruh teman-teman

IMAHMI stb 2016, Terima kasih teman- teman.

24. Kepada Seluruh rekan-rekan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Stambuk 2016.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan kontribusi kepada berbagai

pihak, namun penulis juga menyadari ketidaksempurnaannya. Oleh sebab itu

diharapkan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian serlanjutnya.

Medan, 06 Februari 2020

Penulis,

Maruly Agustinus Sinaga

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................10

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ...................................10

D. Keaslian Penulisan .................................................................11

E. Tinjauan Kepustakaan ................................................................15

F. Metode Penelitian ......................................................................23

G. Sistematika Penulisan ................................................................27

BAB II PENGATURAN MENGENAI RENCANA PERDAMAIAN

DALAM PROSES PKPU MENURUT UU KEPAILITAN

DAN PKPU .....................................................................................29

A. Perdamaian (accord) menurut UU Kepailitan dan PKPU ...........29

B. Penawaran Rencana Perdamaian Dalam Proses PKPU oleh

debitor ......................................................................................36

C. Pengajuan Rencana Perdamaian yang batal demi hukum ..........39

D. Penentuan Hari untuk Pelaksanaan Rencana Perdamaian ...........41

E. Rapat kreditor untuk Pembahasan Rencana Perdamaian ............43

F. Akibat hukum diterima dan ditolaknya Rencana Perdamaian

dalam Proses PKPU ..................................................................46

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB III PERLINDUNGAN TERHADAP DEBITOR TERKAIT

RENCANA PERDAMAIAN DALAM PKPU ..................................52

A. Perlindungan Terhadap Debitor dalam PKPU .............................52

B. Perbandingan Bankcruptcy Code Chapter 11 dengan PKPU .......57

BAB IV AKIBAT DITOLAKNYA RENCANA PERDAMAIAN DALAM

PKPU (STUDI KASUS PUTUSAN NO 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/

PN Niaga Mdn) .................................................................................65

A. Kasus Posisi .................................................................................65

1 Duduk Perkara .........................................................................65

2 Pertimbangan Hakim ...............................................................71

3 Putusan ....................................................................................79

B. Analisis Putusan No 6/ Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn ..........81

BAB V PENUTUP .........................................................................................88

A. Kesimpulan .................................................................................88

B. Saran ............................................................................................89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................91

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perdagangan yang semakin

cepat meningkat dan dalam skala yang lebih luas mengglobal, masalah utang

piutang perusahaan juga semakin rumit dan membutuhkan aturan hukum yang

efektif. Perekonomian global membutuhkan aturan hukum kepailitan untuk

menyelesaikan masalah utang piutang perusahaan yang berguna untuk memenuhi

kebutuhan hukum para pelaku bisnis dalam menyelesaikan permasalahan utang

piutang. Globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi, dalam arti substansi

berbagai Undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-

batas negara.1 Setiap perusahaan pasti pernah mengalami kesulitan keuangan

dalam menjalankan usahanya sehingga mengakibatkan pelaku usaha atau debitur

sampai tidak dapat sanggup lagi untuk membayar utang-utangnya yang telah jatuh

tempo kepada kreditur-krediturnya. Secara lebih luas kepailitan akan membawa

dampak yang besar dan penting terhadap perekonomian suatu negara yang dapat

mengancam kerugian perekonomian negara yang bersangkutan.

Terkait dengan permasalahan tersebut, Pemerintah Indonesia telah

membentuk suatu peraturan perundang-undangan untuk mengatasi permasalahan

tersebut yakni Undang-undang Kepailitan Tahun 1998 yang kemudian mengalami

perubahan menjadi Undang-undang No 37 Tahun 2004 mengenai Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK-PKPU). Pembentukan Peraturan

1
Sunarmi, Hukum Kepailitan edisi 2, (Jakarta: Sofmedia,2010), hlm 1-2.

Universitas Sumatera Utara


2

Perundang-undangan ini juga sebagai suatu cara bagaimana para pihak untuk

dapat menyelesaikan utang-utangnya dengan menempuh pranata hukum

kepailitan.

Utang digunakan sebagai dasar utama untuk mempailitkan debitur, dalam

UUK-PKPU pengadilan niaga menerapkan ketentuan utang dalam penyelesaian

perkara kepailitan. Tanpa ada utang tidak mungkin muncul perkara kepailitan.

Utang merupakan kewajiban dalam hukum perdata, dan setiap kewajiban itu akan

menimbulkan hak bagi orang lain. Jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan,

maka pihak lain dapat menuntut seseorang atas haknya secara perdata.2

Putusan pernyataan pailit yang dijatuhkan Pengadilan Niaga terhadap

debitur menimbulkan akibat hukum. Dalam UUK-PKPU, pengaturan akibat

kepailitan di atur pada Bab II, Bagian Kedua, Pasal 21 sampai dengan Pasal 64.

Apabila diteliti secara mendalam ternyata akibat kepailitan tidak hanya dalam

pasal-pasal tersebut melainkan dalam seluruh pasal undang-undang tersebut.3

Kepailitan debitur berdampak hukum sangat luas pada banyak pihak yang

memiliki tagihan atau utang kepada debitur pailit dan kepailitan debitur yang

tagihannya sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. Oleh karena itu dalam kepailitan

debitur diperlukan suatu wadah komunikasi antara debitur pailit dengan kurator

dan seluruh krediturnya tanpa terkecuali agar setiap kreditur mengetahui hak-

haknya sebagai kreditur dan bagaimana prosedur pembayaran utang yang akan

diperoleh dari hasil penjualan harta pailit. Seluruh kreditur wajib mengetahui hak-

2
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di Pengadilan,
(Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 34-35.
3
Purwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan Selayang Pandang, (Bandung: Alumni,
2004), hlm. 118.

Universitas Sumatera Utara


3

haknya jika kepailitan debitur diakhir karena tercapainya perdamaian, jika

kepailitan dicabut karena harta debitur tidak ada atau sangat sedikit dan tidak

mencukupi waktu hanya untuk membayar biaya kepailitan atau jika kepailitan

dibatalkan oleh Mahkamah Agung di tingkat kasasi atau peninjauan kembali. 4

Untuk menghindari terjadinya penetapan kepailitan oleh pengadilan

dengan suatu keputusan hakim yang tetap, maka oleh sebab itu di lakukan suatu

upaya hukum yang dapat menyeimbangi keberadaan dan fungsi hukum kepailitan

itu sendiri, yaitu dengan dilakukannya PKPU. Proses yang dinamakan PKPU pada

dasarnya adalah penawaran rencana perdamaian oleh debitur untuk melakukan

restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran seluruh atau

sebagian utang kepada kreditur konkuren. 5

Debitur yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga yang

berwenang, agar dapat terhindar dari akibat hukum putusan pailit, maka debitur

dapat menawarkan/mengajukan perdamaian kepada kreditur konkuren untuk

penyelesaian utang-piutang mereka. Apabila perdamaian tersebut dapat terwujud,

maka berakhir kepailitan.6

Ketentuan mengenai PKPU ini diatur dalam Bab III Pasal 222 sampai

dengan 294 UUK-PKPU. Pihak yang berinisiatif untuk mengajukan permohonan

PKPU pada umumnya adalah pihak debitur, yakni debitur yang sudah tidak dapat

atau diperkirakan tidak akan dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya,

permohonan PKPU dapat juga diajukan juga dari kreditur yang telah

4
Elyta Ras Ginting, Hukum Kepailitan Rapat-Rapat Kreditur, (Jakarta:Sinar Grafika,
2018), hlm 47
5
Sunarmi, Op.Cit, hlm, 202.
6
Ishak, Perdamaian Antara Debitur dan Kreditor Konkuren Dalam Kepailitan Kanun
Jurnal Ilmu Hukum Vol. 18, No. 1, (April, 2016), hlm 139.

Universitas Sumatera Utara


4

memperhitungkan bahwa debitur sudah tidak akan dapat membayar utang-

utangnya tersebut.7 Pada hakikatnya PKPU ini memiliki tujuan yakni untuk

mengadakan perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau

sebagian utang kepada kreditur konkuren. 8

PKPU sendiri dapat diajukan oleh debitur maupun oleh krediturnya.

Ketentuan kreditur dapat mengajukan PKPU merupakan ketentuan baru dalam

Undang-Undang Kepailitan. 5 Hal ini sesuai dengan Pasal 222 ayat (3)

UndangUndang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, “Kreditur yang memperkirakan bahwa debitur tidak dapat

melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon agar kepada debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran utang,

untuk memungkinkan debitur mengajukan rencana perdamaian yang meliputi

tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya kepada krediturnya”.

Sedangkan dalam UUK tahun 1998 dan Faillissement Verordening, hanya debitur

saja yang dapat mengajukan PKPU. 9

Perspektif UUK-PKPU harta pailit berada dalam keadaan insolven dapat

diprediksi pertama-tama dari fakta bahwa debitur tidak ada menawarkan proposal

perdamaian sebelum, pada saat atau setelah rapat pencocokkan hutang selesai

dilaksanakan. Indikator lainnya adalah jika debitur ada menawarkan proposal

perdamaian, namun para kreditur konkuren tidak menyetujui isi proposal

7
Rindy Ayu, “Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian Debitor Oleh Kreditor
Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”, Jurnal Reportorium Kenotariatan
Fakultas Hukum Undip, September Vo.8 No. 2 tahun 2015, hlm 256.
8
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Citra Aditya Bakti,
2017), hlm 204.
9
M. Hadi Subhan, Op.Cit, hlm 147.

Universitas Sumatera Utara


5

perdamain tersebut atau perdamaian tersebut diterima oleh para kreditur, namun

pengadilan niaga menolak untuk mengesahkan perdamaian tersebut. Jika salah

satu dari ketiga keadaan tersebut terjadi setelah debitur dinyatakan pailit, maka

secara yuridis harta debitur berada dalam keadaan insolven. 10

UUK-PKPU memungkinkan diadakannya perdamaian untuk mengakhiri

suatu kepailitan. Disahkannya perdamaian berarti berakhirnya demi hukum suatu

kepailitan dan akan mengakibatkan gugurnya tuntutan-tuntutan hukum yang

bertujuan untuk meminta pembatalan dan pengembalian atas segala kebendaan

yang telah diberikan oleh debitur pailit sebelum pernyataan pailit diumumkan.

Jika perdamaian itu berisi suatu pelepasan harta pailit, maka hak untuk melakukan

tuntutan pembatalan dan pengembalian tersebut tetap ada, dalam hal ini tuntutan-

tuntutan tersebut dapat dilanjutkan atau dimajukan oleh para pemberes harta

pailit 11

Berlangsungnya proses PKPU debitur dapat mengajukan suatu rencana

perdamaian kepada kreditur-krediturnya sebab perdamaian tersebutlah yang

menjadi tujuan sentral dari seluruh proses penundaan kewajiban pembayaran

utang.12 Proses pembahasan rencana perdamaian, debitur dan kreditur melakukan

negosisasi ulang terhadap utang yang mengikat kedua pihak dalam rapat

pembahasan rencana perdamaian yang dipimpin oleh hakim pengawas dan

dihadiri oleh pengurus PKPU, debitur serta kreditur. Rencana perdamaian

haruslah disusun sedemikian rupa oleh debitur sehingga para krediturnya akan

10
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 188.
11
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnia, Kepailitan, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 96.
12
Rindy Ayu, Op.Cit, hlm 207.

Universitas Sumatera Utara


6

bersedia menerima rencana perdamaian itu. Jika rencana perdamaian yang dibahas

dirapat tersebut diterima, maka hakim pengawas wajib melaporkan secara tertulis

kepada pengadilan berdasarkan tanggal yang telah ditentukan untuk pengesahan

perdamaian oleh Pengadilan Niaga dan pada tanggal tersebut juga Pengurus serta

kreditur dapat memberikan alasan yang menjadi penyebab ia menghendaki atau

menolak rencana perdamaian tersebut.13

Sesuai dengan Pasal 288 UUK-PKPU telah berakhir ketika putusan

pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap dan pengurus wajib

mengumumkan hal ini dalam Berita Negara Republik Indonesia serta paling

sedikit dua surat kabar harian. 14 Terkait dengan perdamaian yang tercapai maka

kreditur mendapatkan hak-haknya sebesar dengan perdamaian yang bersangkutan

sedangkan lain halnya jika perdamaian ditolak, maka atas penolakan perdamaian

tersebut debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga setelah pengadilan

menerima laporan penolakan dalam rapat pembahasan rencana perdamaian dari

hakim pengawas.15 Setelah debitur pailit, maka debitur tidak dapat lagi

mengajukan rencana perdamaian untuk kedua kalinya sesuai dengan ketentuan

Pasal 292 UUK-PKPU. 16

Pasal 144 UUK-PKPU menentukan bahwa debitur pailit berhak untuk

menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditur. Artinya perdamaian

tersebut dapat ditawarkan oleh debitur setelah debitur dinyatakan pailit oleh pihak

13
Sunarmi, Op.Cit, hlm226.
14
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 288.
15
Munir Fuady, Op.Cit, hlm 206-207.
16
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Op.Cit, Pasal 292.

Universitas Sumatera Utara


7

pengadilan niaga.17 Sekalipun debitur yang telah dinyatakan pailit dapat

mengajukan perdamaian kepada para krediturnya, namun di dalam praktiknya

sulit perdamaian yang ditawarkan oleh debitur itu diterima oleh krediturnya.

Tawaran perdamaian itu hanya mungkin diterima apabila kreditur mayoritas

(pemegang piutang terbesar) terpaksa menerima putusan pailit. 18

Rencana perdamaian yang ditolak oleh kreditur menarik untuk diteliti

karena di dalam UUK-PKPU tidak memberikan penjelasan yang rinci mengenai

syarat atau landasan menolak perdamaian terkait dalam Pasal 285 ayat 2 a,b dan c.

Defenisi, penjelasan serta ruang lingkup yang belum cukup jelas ini menimbulkan

berbagai pemahaman yang berbeda. Hal ini sangat penting mengingat penolakan

rencana perdamaian akan mempengaruhi perjanjian perdamaian yang telah

disepakati.19

Di Amerika Serikat sendiri terdapat ketentuan yang berbeda mengenai

upaya proteksi yang dapat dilakukan, baik oleh kreditor maupun debitor, ketika

terdapat pihak yang memiiki kewajiban membayar utang namun tidak memiliki

cukup dana untuk memenuhi kewajiban tersebut ketika jatuh tempo. Keadaan

debitor yang insolven sering kali berujung pada masalah kepailitan.Namun,

dengan adanya asas kelangsungan usaha yang melandasi keberlakuan US

17
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan Memahmi Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Penundaan Pembayaran Utang,(Jakarta: Kencana 2018, hlm
479.
18
Ibid
19
Vida Rianita Ginting, Analisis Terhadap Penolakan Perdamaian Pada Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Oleh Kreditur Separatis Dalam Perkara Kepailitan (Studi
Terhadap Perdamaian PT. Maja Agung Latexindo dan PT. BRI Cabang Putri Hijau Medan).Jurnal
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015, hlm 2.

Universitas Sumatera Utara


8

Bankruptcy Code, maka terdapat suatu upaya penyehatan kembali perusahaan

yang sedang dalam konsisi insolven tersebut.20

Didalam Bankruptcy Code Chapter 11 Reorganization (reorganisasi)

mengatur tentang kepailitan sebuah badan usaha atau korporasi yang mengalami

kesulitan keuangan cukup parah. Dalam Reorganisasi, debitor tetap beroperasi

seperti biasa sambil tetap melakukan pelunasan utang terhadap para kreditornya.

Dalam hal pengajuan Reorganisasi, debitor tidak perlu menuggu sampai keadaan

insolven untuk mengajukan permohonan dalam kepailitan. 21

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan telah menyatakan dalam

Putusan Nomor : 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN. Niaga.Mdn pada tanggal 11 Februari

2019 , PKPU terhadap PT.Good Luck Ressort (Dalam PKPU) sementara selama

45 hari (empat Puluh lima hari) dan majelis telah menetapkan persidangan

selanjutnya tanggal 27 Maret 2019. Setelah itu Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Medan menjatuhkan putusan mengabulkan permohonan PKPU tetap

perpanjangannya sebanyak 2 kali dan dibagi dalam 60 hari. 22

Rapat pembahasan rencana proposal perdamaian telah diadakan

pemungutan hak suara atas Proposal Rencana Perdamaian PT Good Luck Ressort

(dalam PKPU) dan diperoleh hasil sebagai berikut yakni 4 (empat) Kreditur

Konkuren dari total 8 (delapan) kreditur konkuren yang hadir menolak atas

proposal rencana perdamaian serta mewakili tagihan sebesar Rp3.829.893.157,00

( tiga milliar delapan ratus dua puluh Sembilan juta delapan ratus Sembilan puluh

20
Hamid Malik Abdul, Kajian Hukum Perbandingan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang di Indonesia dengan Restrukturisasi Utang di Amerika Serikat, jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan 2019, hlm 2
21
Ibid, hlm 3
22
Putusan Nomor 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn.

Universitas Sumatera Utara


9

tiga ribu seratus lima puluh tujuh rupiah) dengan persentase utang sebesar 90,01%

(Sembilan puluh koma nol satu per seratus) dari total tagihan konkuren

seluruhnya Rp.4.255.077.977,00 (empat milliar dua ratus lima puluh lima juta

tujuh puluh tujuh ribu Sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) sedangkan 4

(empat) Kreditur Konkuren dari total 8 (delapan) kreditur konkuren yang hadir

menerima atas proposal rencana perdamaian serta mewakili tagihan sebesar

Rp425.184.820,00 (empat ratus dua puluh lima juta seratus delapan puluh empat

ribu delapan ratus dua puluh rupiah) dengan persentase utang sebesar 9,99%

(Sembilan koma nol satu per seratus) dari total tagihan konkuren seluruhnya

Rp.4.255.077.977,00 (empat milliar dua ratus lima puluh lima juta tujuh puluh

tujuh ribu Sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah).23

Pengadilan Negeri Niaga Medan dengan pertimbangannya berdasarkan

laporan dari pada hakim pengawas yang melaporkan ke pengadilan bahwa hasil

dari rapat pembahasan perdamaian menyatakan bahwa dalam laporannya tersebut

proposal rencana perdamaian yang diajukan oleh debitur PT. Good Luck Ressort

ditolak oleh kreditur-krediturnya dalam rapat pembahasan rencana perdamaian.

Maka dengan hal tersebut berdasarkan UUK-PKPU menyatakan debitur pailit dan

harta debitur berada pada keadaan insolvensi.

Bertitik tolak dari uraian dan permasalahan tersebut diatas, Maka oleh

sebab itu penulis akan menggali, mengkaji, kemudian akan menganalisis khusus

putusan pengadilan No 6.Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn mengenai rencana

perdamaian dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang disebut juga PKPU

23
Ibid

Universitas Sumatera Utara


10

dengan cara analisis yuridis untuk memperoleh gambaran apakah peraturan

hukum yang ada sudah terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Akibat dari

hal tersebut yang melatar belakangi penulis menulis skripsi yang berjudul

“Analisis Yuridis Pailit Akibat Ditolaknya Rencana Perdamaian dalam

PKPU (Studi Putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn) ’’

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini

berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, yaitu :

1. Bagaimana pengaturan mengenai Rencana Perdamaian dalam PKPU

menurut UU 37 Tahun 2004?

2. Bagaimana Perlindungan terhadap debitur terkait Penolakan rencana

perdamaian dalam PKPU?

3. Bagaimana akibat hukum ditolaknya rencana perdamaian dalam PKPU

terkait Putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/Pn Mdn?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu:

a. Untuk Mengetahui Pengaturan mengenai Rencana Perdamaian dalam

PKPU menurut UU 37 Tahun 2004.

b. Untuk memahami Perlindungan terhadap debitur terkait rencana

perdamaian dalam PKPU.

c. Untuk mengetahui akibat hukum ditolaknya Rencana Perdamaian dalam

PKPU terkait Putusan No 6/ Pdt.sus-PKPU/2019/Pn Mdn.

Universitas Sumatera Utara


11

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, yaitu :

a. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian dan penulisan ini diharapkan memberikan

tambahan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran

mengenai kepailitan terlebih khusus terhadap Rencana Perdamaian dalam

PKPU menurut Undang-undang Kepailitan dan PKPU.

b. Secara Praktis

Dalam Penelitian dan Penulisan ini diharapkan memberikan berupa

masukan bagi pembaca dan masyarakat umum yang ingin mengetahui

lebih jauh mengenai kepailitan, terkhusus dalam rencana perdamaian

dalam PKPU.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelesuran yang telah dilakukan baik di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara baik secara fisik maupun online terkait

dengan judul Analisis Yuridis Pailit Akibat ditolaknya Rencana Perdamaian

dalam PKPU (Studi Putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Mdn, belum pernah

dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Namun ada beberapa judul terkait dengan

Akibat ditolaknya Rencana Perdamaian dalam PKPU, antara lain:

Katrin Martha Ulina, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro (2012),

dengan judul penelitian “Akibat Hukum Putusan Penolakan PKPU Terhadap

Debitur (Kajian Hukum Atas Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor:

28/PKPU/2011/Pn.Niaga.Jkt.Pst.)” Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

Universitas Sumatera Utara


12

1. Putusan Pengadilan Niaga Nomor: 28/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST.

2. Pertimbangan Hakim Yang Melandasi Putusan Penolakan PKPU Nomor:

28/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST.

3. Akibat Hukum Putusan Penolakan PKPU Nomor: 28/PKPU/2011/

PN.NIAGA.JKT.PST.

Kesimpulan dalam penelitian Pengadilan Niaga Jakarta Pusat melakukan

penolakan terhadap pengesahan rencana perdamaian (homologasi) yang diajukan

oleh pihak debitur terhadap para kreditur. Penolakan homologasi tersebut

didasarkan atas pelaksanaan dari rencana perdamaian yang tidak cukup terjamin

oleh karena tidak ada kepastian dalam keterlibatan calon investor dalam proses

rencana perdamaian ini. Karena telah terjadi penolakan terhadap pengesahan

rencana perdamaian yang dilakukan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat maka

pihak debitur yaitu PT. Mitra Safir Sejahtera dinyatakan pailit.

Aprilli Dayanti. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

(2019), dengan judul penelitian Akibat Hukum Pembatalan Perdamaian

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Imbalan Jasa Pengurus.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Di Indonesia.

2. Kedudukan Pengurus Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(PKPU).

3. Akibat Hukum Pembatalan Perdamaian Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (PKPU) Terhadap Imbalan Jasa Pengurus.

Universitas Sumatera Utara


13

Kesimpulan PKPU utang merupakan upaya untuk memusyawarahkan cara

pembayaran hutang dengan memberikan rencana perdamaian untuk seluruh atau

sebagian hutang yang dimiliki oleh Debitur. Pembatalan perdamaian PKPU diatur

dalam Pasal 291 UUK PKPU. Pembatalan perdamaian dapat dilakukan hanya

apabila Debitur terbukti lalai dalam memenuhi isi perjanjian perdamaian yang

telah disahkan (homologasi) oleh Pengadilan. Akibat hukum pembatalan

perdamaian PKPU terhadap imbalan jasa Pengurus adalah imbalan jasa akan

diberikan kepada Pengurus setelah menyelesaikan tugasnya dalam melakukan

pemberesan harta pailit debitur.

Indah Jacinda. Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara (2017), dengan

judul penelitian Analisis Putusan Pembatalan Perjanjian Perdamaian Homologasi

Pada Kasus Kepailitan PT Njonja Meneer (Studi Kasus: Putusan Pengadilan

Niaga Semarang Nomor 11/Pdt.SUS-Pailit/2017/PN Niaga Smg. Jo. Putusan

Mahkamah Agung Nomor 1397 K/Pdt.Sus-Pailit/2017). Adapun permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. PT Njonja Meneer melakukan wanprestasi terhadap kewajibannya

sehingga mengakibatkan perjanjian perdamaian homologasi tersebut

dinyatakan batal beserta semua akibatnya.

2. Perlindungan hukum terhadap debitur yang beritikad baik dalam rangka

pemenuhan perjanjian perdamaian homologasi tersebut.

Kesimpulan dalam penelitian T Njonja Meneer tidak bisa dikatakan

wanprestasi dalam memenuhi kewajiban perjanjian perdamaian homologasi

tersebut, karena menurut Pasal 1238 KUH Perdata tercantum bahwa “Si berutang

Universitas Sumatera Utara


14

adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu

telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini menetapkan

bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

Perlindungan hukum terhadap debitur sendiri adalah dalam bentuk sebuah upaya

hukum yaitu kasasi dan peninjauan kembali.

Febri Yanti Casanova. Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar

Lampung (2017), dengan judul penelitian Analisis Putusan Homologasi Dalam

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Sebagai Upaya Pencegah

Terjadinya Kepailitan (Studi Putusan No. 59/Pdt.Sus-PKPU/2014/PN.Niaga.

Jkt.Pst). Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Proses permohonan PKPU dalam putusan No.59/ Pdt.Sus /PKPU/2014/PN

.Niaga.Jkt.Pst.

2. Proses penyelesaian utang melalui putusan homologasi dalam PKPU.

3. Akibat hukum yang ditimbulkan dari putusan homologasi.

Kesimpulan dalam penelitian PKPU terjadi sejak diajukannya permohonan

PKPU oleh pemohon dikarenakan adanya peristiwa wanprestasi yang ditimbulkan

dariperjanjian sewa infrastruktur telekomunikasi oleh termohon atas utang yang

telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Permohonan tersebut telah memenuhi syarat-

syarat dalam mengajukan permohonan PKPU sebagaimana diatur dalam Pasal 222

UUK PKPU sehingga hakim tidak menemukan adanya alasan untuk menolak

permohonan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


15

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini terbagi

menjadi tiga hal, yakni:

1. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Ada dua cara yang disediakan oleh UUK-PKPU agar debitur dapat

terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika debitur dapat

terhindar dari dalam keadaan insolven. Cara pertama, yaitu dengan mengajukan

PKPU. Cara kedua dapat oleh debitur agar harta kekayaannya terhindar dari

likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara debitur dengan para krediturnya

setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan. 24 Perdamaian tersebut tidak

dapat menghindarkan kepailitan, karena kepailitan itu sudah terjadi. Tetapi apabila

perdamaian itu tercapai, maka kepailitan debitur yang telah diputuskan oleh

pengadilan tersebut menjadi berakhir. Dengan kata lain cara ini pula debitur dapat

menghindarkan diri dari pelaksanaan likuidasi terhadap harta kekayaannya

sekalipun kepailitan sudah diputuskan oleh pengadilan. 25

Peraturan PKPU yang berlaku di Indonesia merupakan satu kesatuan

aturan dengan Undang-Undang Kepailitan yaitu UUK-PKPU.26 PKPU merupakan

suatu upaya yang dapat dilakukan debitur untuk menghindari kepailitan. Upaya

yang dapat dilakukan oleh debitur untuk dapat menghindari kepailitan yaitu

dengan melakukan upaya disebut PKPU. Upaya tersebut hanya dapat diajukan

oleh debitur sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan oleh pengadilan, karena

berdasarkan Pasal 229 ayat (3) UUK-PKPU permohonan PKPU harus diputuskan
24
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm. 411
25
Ibid, hlm 412
26
Sunarmi, Op.Cit, hlm 200

Universitas Sumatera Utara


16

terlebih dahulu apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU

diperiksa pada saat yang bersamaan. Agar permohonan PKPU yang diajukan

setelah adanya permohonan pernyataan pailit yang diajukan terhadap debitur

dapat diputus terlebih dahulu sebelum permohonan pernyataan pailit diputuskan,

menurut Pasal 229 ayat (4) UUK-PKPU wajib permohonan PKPU itu diajukan

pada sidang pertama permohonan pernyataan pailit.27

PKPU merupakan dasar atas penawaran perdamaian oleh pihak debitur,

dan merupakan kesempatan pihak debitur untuk melakukan usaha ulang untuk

menutup utang-utangnya pada kreditur sehingga PKPU tidak hanya memberikan

penundaan utang pihak debitur namun juga melakukan pembayaran utang yang

diwujudkan melalui rencana perdamaian. 28

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah suatu masa yang

diberikan oleh Hakim Pengadilan Niaga kepada debitur dan kreditur untuk

menegosiasikan cara-cara pembayaran utang debitur, baik sebagian maupun

seluruhnya termasuk apabila perlu merestrukturisasi utang tersebut. Diberikannya

kesempatan bagi debitur untuk menunda kewajiban pembayaran utang-utangnya,

maka ada kemungkinan bagi debitur untuk melanjutkan usahanya, aset-aset dan

kekayaan akan tetap dapat dipertahankan debitur sehingga dapat memberi suatu

jaminan bagi pelunasan utang-utang kepada seluruh kreditur. Selain itu, juga

memberi kesempatan kepada debitur untuk merestrukturisasi utang-utangnya,

sedangkan bagi kreditur, PKPU yang telah diberikan kepada debitur juga

27
Sutan Remy Sjahdeini, Loc.Cit.
28
M. Hadi Subhan, Op.Cit, hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara


17

dimaksudkan agar kreditur memperoleh kepastian mengenai tagihannya,

utangpiutangnya akan dapat dilunasi oleh debitur. 29

Secara yuridis, PKPU melalui pengadilan secara memungkinkan dapat

dilakukan di dalam Pengadilan. Ketentuan tersebut telah diatur dalam pranata

hukum PKPU, dalam bahasa Belanda disebut Surseance van Betaling serta dalam

bahasa Inggris disebut Suspension of Payment. PKPU ini diatur dalam Bab III

Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 UUK PKPU. Penundaan kewajiban

pembayaran utang merupakan suatu cara yang digunakan untuk membantu debitur

yang beretikad baik untuk melakukan pembayaran utang-nya kepada kreditur-

krediturnya serta memberikan kesempatan terhadap debitur untuk mengajukan

rencana perdamaian kepada kreditur sehingga dapat menghindarkan debitur dari

kepailitan.

Adapun tujuan yang dimiliki oleh penundaan kewajiban pembayaran utang

ini, tujuan dari PKPU adalah untuk mencegah seorang debitur yang apa pun

sebabnya berada dalam kesulitan, kekurangan uang dan atau sukar memperoleh

kredit , dinyatakan pailit yang berakibat bahwa harta kekayaan nya dijual dan

perusahaannya terpaksa diberhentikan, sedangkan jika perusahaannya itu dapat

terus dijalankan, debitur tidak kehilangan harta kekayaannya dan para kreditur

mungkin mendapat pembayaran piutang mereka lebih memuaskan daripada jika

debitur dinyatakan pailit.30

29
Kartini Muljadi, dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 3.
30
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan Yang
Terkait Dengan Kepailitan, (Bandung: Nuansa Indah,2006), hlm 39

Universitas Sumatera Utara


18

PKPU memiliki prosedur-prosedur dalam mengajukan PKPU yang dimana

diatur dalam Pasal 222 UUK-PKPU yakni sebagai berikut:

a. PKPU diajukan oleh debitur yang mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditur

atau oleh kreditur.

b. Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat

melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan

maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran

pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur

c. Kreditur yang memperkirakan bahwa debitur tidak dapat melanjutkan

membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon agar kepada debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran

utang, untuk memungkinkan debitur mengajukan rencana perdamian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada

krediturnya. 31

Ketentuan Pasal 222 UUK-PKPU dapat disimpulkan bahwa yang berhak

mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang yakni debitur dan kreditur.

Jika debiturnya adalah bank maka permohonan PKPU nya hanya dapat diajukan

oleh Bank Indonesia, Jika debiturnya adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga

kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian maka permohonan

PKPUnya hanya dapat diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta jika

debiturnya adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, dan

31
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Pasal 222.

Universitas Sumatera Utara


19

badan usaha milik negara yang bergerak dikepentingan publik maka permohonan

PKPU-nya hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan. Hal ini terdapat dalam

Pasal 223 UUK-PKPU. 32

Penundaan kewajiban pembayaran utang memiliki dua jenis PKPU yakni

PKPU sementara dan PKPU tetap. PKPU yang bersifat sementara didalam hal

permohonan PKPU diajukan oleh debitur, pengadilan dalam waktu 3 (tiga) hari

sejak didaftarkan surat permohonan harus mengabulkan PKPU sementara dan

telah menunjuk seorang hakim pengawas serta menunjuk pengurus untuk

mengurus harta debitur sedangkan jika permohonan PKPU diajukan oleh kreditur

maka pengadilan dalam waktu 20 (dua puluh hari) sejak didaftarkan surat

permohonan harus mengabulkan PKPU sementara tersebut dan sekaligus

menunjuk seorang hakim pengawas serta menunjuk pengurus untuk mengurus

harta debitur. Setelah Putusan PKPU sementara diucapkan maka pengurus wajib

memanggil debitur dan kreditur untuk menghadap di persidangan berikutnya

yakni 45 (empat puluh lima) hari sejak putusan PKPU sementara diucapkan.

PKPU yang bersifat tetap dalam hal ini bertujuan untuk debitur, pengurus,

dan kreditur mempertimbangkan rencana perdamaian pada rapat dan sidang yang

akan dilakukan selanjutnya. Apabila PKPU tetap disetujui maka pengadilan akan

memberikan waktu maksimal 270 (dua ratus tujuh puluh hari) setelah PKPU

sementara diucapkan sedangkan jika PKPU tetap tidak disetujui maka pengadilan

akan menyatakan debitur pailit. Pada dasarnya, pemberian PKPU kepada debitur

dimaksudkan agar debitur yang berada dalam keadaan insolvensi, mempunyai

32
Ibid, Pasal 223.

Universitas Sumatera Utara


20

kesempurnaan untuk mengajukan rencana perdamaian baik berupa tawaran untuk

pembayaran utang restrukturisasi (penjadwalan ulang) atas utangnya. Oleh karena

itu, PKPU merupakan kesempatan bagi debitur untuk melunasi atau melaksanakan

kewajibannya atas utang-utang agar debitur tidak sampai dinyatakan pailit.

Undang-Undang secara tegas menyatakan bahwa selama PKPU berlangsung,

maka terhadap debitur tidak dapat diajukan permohonan pailit. 33

2. Utang

Pada prinsipnya hukum kepailitan hukum modern memberi perlakuan

yang seimbang pada para kreditur pailit berdasarkan prinsip paritas creditorum

dan prinsip pari pasu pro rata. Pembayaran berdasarkan asas paritas creditorum

mengandung makna semua kreditur mempunyai hak yang sama untuk

mendapatkan pembayaran utang dari harta pailit.34

Menurut UUK-PKPU, Pasal 1 ayat (6) memberi pengertian utang adalah

kewajiban yang dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia

maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul

dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau Undang-

Undang dan wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak

kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. 35

Ordonansi kepailitan serta aplikasi kini, mengemukakan bahwa utang

seharusnya diberi pengertian dalam arti luas, baik dalam arti kewajiban membayar

sejumlah uang tertentu yang timbul karena adanya perjanjian utang-piutang

(dimana debitur telah menerima sejumlah uang tertentu dari krediturnya) maupun
33
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hlm 170
34
Ibid, hlm 76
35
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm 185

Universitas Sumatera Utara


21

kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang timbul dari perjanjian atau

kontrak lain yang menyebabkan debitur harus membayar sejumlah uang tertentu. 36

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa utang

adalah kewajiban yang dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang

Indonesia maupun mata uang asing.

3. Rencana Perdamaian dalam PKPU

Perdamaian merupakan salah satu mata rantai dalam proses kepailitan.

Terhadap perdamaian dalam proses kepailitan ini sering juga disebut dengan

istilah “akkoord” Bahasa Belanda atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan

istilah “composition” 37

Ketentuan Pasal 144 UUK-PKPU debitur pailit berhak untuk menawarkan

proposal perdamaian yang berisi tawaran pembayaran secara terjadwal kepada

seluruh krediturnya. 38 Penawaran proposal perdamaian dapat dilakukan oleh

debitur sebelum atau pada waktu pencocokan utang dilaksanakan. Adanya

pemikiran bahwa rencana perdamaian juga merupakan salah satu agenda dalam

rapat verifikasi utang didasarkan pada Pasal 178 ayat (1) Pasal 179 ayat (1) UUK

dan PKPU yang berbunyi jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan

rencana perdamaian. 39

Perdamaian menjadi elemen yang paling esensial sekaligus merupakan

tujuan dalam suatu penundaan kewajiban pembayaran utang. Oleh karena itu,

tidak ada gunanya melakukan penundaan kewajiban pembayaran utang jika para

36
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor: Ghalia Indonesia,2009), hlm 34.
37
Munir Fuady, Op.Cit, hlm 105
38
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 118
39
Ibid

Universitas Sumatera Utara


22

pihak tidak bersungguh-sungguh melaksanakan perdamaian. Tujuan dan motif

utama dari PKPU itu sendiri adalah perdamaian. Yang termasuk dalam

perdamaian di sini adalah proses restrukturisasi utang antara debitur dengan pihak

kreditur.40

Untuk dapat diterima atau tidaknya suatu rencana perdamaian tersebut,

maka mekanisme yang digunakan adalah dengan cara melakukan pemungutan

suara oleh para kreditur konkuren. UUK-PKPU menyatakan hanya memberikan

rencana perdamaian kepada kreditur konkuren. Adapun syarat untuk diterimanya

rencana perdamaian telah diatur didalam Pasal 281 UUK-PKPU menyatakan

bahwa:41

a. Persetujuan lebih dari ½ (setengah) jumlah kreditur konkuren yang

haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada saat rapat

kreditur sebagaimana yang dimaksud didalam pasal 268 termasuk

kreditur yang dimaksud didalam pasal 280, yang bersama-sama

mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan

yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren atau

kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut;

b. Persetujuan lebih dari ½ (setengah) jumlah kreditur yang piutangnya

dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau

hak agunan kebendaan lainnya yang hadir mewakili paling sedikit 2/3

40
Rachmadi usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama,2004), Hlm 122.
41
Ibid, Pasal 281.

Universitas Sumatera Utara


23

(dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan dari kreditur tersebut atau

kuasanya yang hadir pada saat rapat tersebut.

Hasil dari rapat kreditur mengenai rencana perdamaian terdapat dua

kemungkinan, yaitu rencana perdamaian diterima dan rencana perdamaian ditolak.

Jika suatu rencana perdamaian diterima, maka hakim pengawas wajib

menyampaikan laporan tertulis kepada pengadilan pada tanggal dan waktu yang

telah ditentukan untuk pengesahan perdamaian dan menyertakan alasan ia

menerima dan menolak rencana perdamaian tersebut. Setelah itu pengadilan

menetapkan tanggal sidang untuk pengesahan perdamaian yakni 14 (empat belas

hari) sejak kreditur menyetujui rencana perdamaian yang telah disepakati. Putusan

pengadilan disertai dengan alasan alasan. Apabila rencana perdamaian ditolak,

maka hakim pengawas wajib memberitahukan penolakan tersebut dengan cara

memberikan salinan recana perdamaian serta risalah rapat ke pengadilan. Maka

dengan demikian pengadilan harus menyatakan debitur pailit selambat-lambatnya

1(satu) hari setelah pengadilan menerima pemberitahuan penolakan atas rencana

perdamaian tersebut dari hakim pengawas. 42

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

penelitian hukum normatif. Jenis penelitian hukum normatif merupakan Penelitian

yang bertujuan untuk mengkaji kualitas dari norma hukum itu berdasarkan pada

Peraturan yang tertulis ataupun bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan

42
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Hukum Kepailitan, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm 133.

Universitas Sumatera Utara


24

penelitian ini. Penelitian yang bersifat normatif atau perpustakaan ini lebih

banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan.

Penelitian ini dikaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yakni : Undang-

undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan kewajiban

Pembayaran Utang dan Chapter 11 US Bankruptcy Code .43 Pendekatan

permasalahan yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah

menggunakan pendekatan undang-undang (Statue approach) dan pendekatan

konseptual (Conceptual approach).44

2. Data penelitian

Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang memiliki tujuan dan kegunaan

yakni untuk menunjukkan jalan pemecahan permasalahan dari penelitian. 45

Adapun data-data sekunder yang dimaksud yakni:46

a. Bahan Hukum Primer Yaitu Bahan-bahan dalam perundang-undangan

yang terkait antara lain :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang ;

3. Chapter 11 US Bankruptcy Code ;

43
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika,2002),
hlm 13.
44
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2010), hlm 92.
45
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika,2014), hlm
115.
46
Ronny Hanitiyo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:Ghalia
Indonesia,2001), hlm 11.

Universitas Sumatera Utara


25

4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);

5. Putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/Pn.Niaga Mdn.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan

bahan hukum primer, serta dapat membantu menganalisis dan memahami

dari pada bahan hukum primer, Bahan bahan hukum sekunder ini antara

lain yakni artikel-artikel, Hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para

sarjana dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, Bahan Hukum

tersier antara lain jurnal-jurnal hukum, kamus bahasa Inggris-Indonesia,

Kamus hukum serta bahan-bahan lain yang relevan dan dapat mendukung

dan dapat digunakan sebagai bahan untuk melengkapi data yang

dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena

hal tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang akan diolah sehingga bisa

ditarik beberapa kesimpulan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

yakni studi kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan adalah teknik

pengumpulan data dengan menggunakan studi penelaan terhadap buku-buku,

literature-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungan nya

dengan masalah yang dipecahkan.47 Teknik ini merupakan teknik yang digunakan

47
M.Nazil, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia,2010), hlm.111.

Universitas Sumatera Utara


26

untuk mengumpulkan data-data sekunder yang berkaitan dengan materi judul

skripsi.

4. Analisis Data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya. 48 Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan

metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat

gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan

hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan permasalahan yang dibahas

dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. 49 Metode penarikan kesimpulan

diakukan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya terdiri dari

dua, yakni metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode

penarikan kesimpulan secara deduktif adalah proposisi umum yang kebenarannya

telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang

bersifat khusus. 50

Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari

proporsi-proporsi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada

kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.51 Dalam melakukan penelitian

digunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif.

48
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketiga
belas (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2013), hlm 69.
49
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar (Medan:Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm 24-25.
50
Bambang Sunggono, Op.Cit, hlm 11.
51
Ibid, hlm 10.

Universitas Sumatera Utara


27

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka diperlukannya

suatu penguraian dari bab per bab secara teratur sehingga dapat dilihat sebagai

karya ilmiah yang baik, yakni karya ilmiah yang diliputi pembahasan serta

disusun secara berurutan dan komprehensif. Adapun sistematika penulisan skripsi

ini antara lain sebagai berikut:

Bab I adalah bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan

masalah,tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai pengaturan mengenai rencana perdamaian

dalam proses PKPU menurut UU Kepailitan dan PKPU.Bab ini menjelaskan

tentang perdamaian (accord) menurut UUK-PKPU, penawaran rencana

perdamaian dalam proses PKPU oleh debitur, Pengajuan rencana perdamaian

yang batal demi hukum, penentuan hari untuk pelaksanaan perdamaian, rapat

kreditur untuk pembahasan rencana perdamaian, serta akibat hukum diterimanya

dan ditolaknya rencana perdamaian dalam proses PKPU.

Bab III membahas mengenai perlindungan terhadap debitur terkait rencana

perdamaian dalam PKPU. Bab ini menjelaskan tentang perlindungan terhadap

debitur dalam PKPU serta Perbandingan antara chapter 11 US dengan PKPU.

Bab IV membahas mengenai akibat ditolaknya rencana perdamaian dalam

putusan No 6/Pdt.sus-PKPU/2019/Pn Niaga Medan. Bab ini menjelaskan

mengenai kasus posisi yang terdiri dari duduk perkara, pertimbangan hakim dan

Universitas Sumatera Utara


28

putusan serta analisis terhadap putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga

Medan.

Bab V adalah bab penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh

rangkaiann bab-bab yang sebelumnya. Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang

dibuat berdasarkan uraian uraian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGATURAN MENGENAI RENCANA PERDAMAIAN DALAM
PROSES PKPU MENURUT UNDANG-UNDANG
KEPAILITAN DAN PKPU

A. Perdamaian (accord) menurut UU Kepailitan dan PKPU

UUK-PKPU memberikan peluang bagi debitur maupun kreditur untuk

mengajukan upaya perdamaian. Upaya hukum dalam perdamaian dapat diajukan

oleh salah satu pihak guna menyelesaikan perkara yang sedang berjalan atau

mencegah timbulnya suatu perkara.

Dalam berbagai literatur yang membahas mengenai kepailitan tidak

ditemukan keseragaman dalam penggunaan istilah padanan kata dari perdamaian.

Ada yang menggunakan istilah accord, ada yang menggunakan accord, ada yang

menggunakan istilah akor (akkoord), ada yang menggunakan istilah akur.

Terhadap penggunaan istilah yang berbeda-beda dan terdapat beberapa pengertian

mengenai perdamaian.52

Perdamaian merupakan semacam perjanjian antara debitor dan para

kreditor yang dimaksudkan untuk menghindarkan agar keadaan insolvensi tidak

terjadi dan sita kepailitan tidak memperoleh karakter eksekutorial. 53

Dalam Black,s Laws Dicionary, pengertian accord diartikan sebagai :“ An

Agreement between two persons, one of the whom has a right of action against the

other, to settle the dispute. In a debtor/creditor relationship, an agreement

52
Rachmadi usman, Op.Cit, Hlm 133
53
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, Hlm 141

29

Universitas Sumatera Utara


30

between the parties to settle a dispute for same partial payment. It is called an

accord because the creditor has a right of action against the debtor”54

Berdasarkan pengertian dalam Black’s Laws Dictionary tersebut, accord

dapat diartikan sebagai sebuah perjanjian antara dua orang, yang salah satunya

memiliki hak tindakan terhadap yang lain, untuk menyelesaikan perselisihan

tersebut. Di dalam hubungan antara debitur dan kreditur, membuat kesepakatan

antara para pihak untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Hal tersebut

dikatakan perdamaian karena kreditur mempunyai hak bertindak terhadap

debitur.55

Perdamaian adalah suatu perjanjian tertulis dengan mana kedua belah

pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang mengakhiri

suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara56

Perdamaian adalah salah satu cara untuk mengakhiri kepailitan.

Perdamaian dapat digunakan sebagai alat untuk memaksa dilakukannya

restrukturisasi hutang karena diluar kepailitan, kreditur konkuren tidak dapat

dipaksa untuk menyetujui perdamaian.Perdamaian didefenisikan sebagai

“Perjanjian antara debitur dan para krediturnya dimana klaim dari kreditur

disetujui untuk dibayar sebagian atau seluruhnya. 57

54
Kemala Atika Hayati, Hak suara kreditor separatis dalam proses pengajuan upaya
perdamaian menurut Undang-Undang nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
kewajiban Pembayaran Utang, (Medan ; Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Sumatera Utara,2015), Hlm 48
55
Ibid
56
Jobby dan Parulian, Perdamaian dalam penundaan kewajiban pembayaran utang :
Pembentukan Badan Usaha Baru sebagai Restrukturisasi Utang (Analisis Yuridis Putusan No. 21
Pdt.Sus/PKPU/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst), (Depok ; Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia, Kampus UI), hlm 6
57
Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta, Mitra Wancana Media, 2012), hlm
98

Universitas Sumatera Utara


31

Perdamaian menjadi elemen yang paling esensial sekaligus merupakan

tujuan dalam suatu penundaan kewajiban pembayaran utang. Dengan demikian,

tidak ada gunanya dilakukan penundaan kewajiban pembayaran utang jika para

pihak tidak sungguh-sungguh untuk melaksanakan perdamaian. 58 Oleh karena itu

dalam perdamaian tersebut dimungkinkan ada restrukturisasi utang-utang

debitur.59

Didalam hukum kepailitan Indonesia terdapat dua jenis perdamaian yakni

Perdamaian pada kepailitan dan perdamaian pada PKPU. Kedua hal tersebut

berbeda didalam hukum kepailitan Indonesia dan perbedaan tersebut dapat dilihat

sebagai berikut:60

1. Dari segi waktu, perdamaian dalam penundaan kewajiban pembayaran

utang diajukan pada saat atau setelah permohonan penundaan

kewajiban pembayaran utang, sedangkan perdamaian pada kepailitan

diajukan setelah adanya putusan hakim;

2. Pembicaraan (Penyelesaian) , perdamaian dalam penundaan

kewajiban pembayaran utang dilakukan pada sidang pengadilan yang

memeriksa permohonan penundaan pembayaran utang, sedangkan

perdamaian dalam kepailitan dibicarakan pada saat verifikasi, yaitu

setelah adanya putusan kepailitan;

3. Syarat penerimaan, perdamaian dalam penundaan kewajiban

pembayaran utang haruslah disetujui oleh ½ jumlah kreditur konkuren

yang diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat


58
Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 194
59
M. Hadi Subhan, Op.Cit, hlm 150
60
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan, (Jakarta ; Rajawali Pers, 2002), hlm 112

Universitas Sumatera Utara


32

permusyawaratan hakim, yang bersama-sama mewakili paling sedikit

2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau

sementara diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir

dalam rapat tersebut, dan mewakili ¾ dari jumlah utang piutang yang

diakui, sedangkan perdamaian pada kepailitan harus disetujui oleh 2/3

dari kreditur konkuren, yang mewakili ¾ jumlah semua tagihan yang

tidak mempunyai tagihan istimewa;

4. Kekuatan mengikatnya, perdamaian dalam penundaan kewajiban

pembayaran utang berlaku pada semua kreditur (baik kreditur

konkuren maupun kreditur preferen), sedangkan perdamaian dalam

kepailitan hanya berlaku bagi kreditur konkuren.

Perdamaian dalam hukum kepailitan tidak sama dengan pengertian

perdamaian atau dading yang diatur dalam Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg atau

Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 KUHPerdata, meskipun terdapat persamaan

karakter antara keduanya. Adapun persamaan antara keduanya, yaitu:

a. Berdasarkan Pasal 164 UUK dan PKPU perdamaian dalam kepailitan

debitur yang telah disahkan oleh pengadilan niaga memiliki kekuatan

mengikat seperti putusan yang telah berkekuatan hukum tetap jika telah

disahkan atau dihomokogasi oleh pengadilan niaga. Karakter yang sama

juga berlaku terhadap perdamaian dalam ranah hukum perdata

sebagaimana diatur dalam Pasal 130 HIR/154 RBg dan Pasal 1858 ayat (1)

KUHPerdata.

Universitas Sumatera Utara


33

b. Tata cara perdamaian harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan oleh undang-undang. Tercapainya perdamaian dalam kepailitan

harus diputuskan oleh kreditur konkuren yang memiliki hak suara dalam

suatu rapat kreditur yang diselenggarakan khusus untuk itu.

c. Kesepakatan damai harus dibuat secara tertulis dan disahkan oleh

pengadilan. 61

Perdamaian dalam proses kepailitan yang jangkauannya lebih sempit

dalam arti hanya sebatas untuk pembagian dan pemberesan harta pailit, sedangkan

perdamaian dalam penundaan kewajiban pembayaran utang mempunyai cakupan

yang luas. Karena terhadap tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang

dalam Pasal 222 ayat (2) UUK-PKPU tersebut telah mencakup pengertian dari

restrukturisasi utang dari debitur tersebut 62

Perdamaian atau (accord) dalam tahapan PKPU merupakan tahapan yang

paling penting, karena dalam perdamaian tersebut debitur akan menawarkan

rencana perdamaiannya kepada para kreditur. Dalam perdamaian tersebut

dimungkinkan adanya restrukturisasi utang-utang debitur.63 Maka tidak ada

gunanya dilakukan penundaan kewajiban pembayaran utang jika para pihak tidak

sungguh-sungguh untuk melaksanakan perdamaian, yang dimulai oleh debitur

dengan mengajukan rencana perdamaian (Composition Plan).64 Oleh sebab itu

maka dalam melakukan perdamaian didalam Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang ini harus disertai dengan keinginan yang sungguh-sungguh dan juga harus

61
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 142
62
Munir Fuady, Op.Cit, hlm 202
63
Hadi Subhan, Op.Cit, hlm 150
64
Munir Fuady, Loc.Cit, hlm 202

Universitas Sumatera Utara


34

adanya itikad baik yang dimiliki oleh debitur dalam melakukan usaha perdamaian

agar kreditur dapat mempercayai perdamaian yang diajukan oleh debitur sehingga

debitur dapat terhindar dari kepailitan atau pailit.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa Perdamaian didalam

penundaan kewajiban pembayaran utang juga merupakan tujuan utama dari

penundaan kewajiban pembayaran utang,sebab tujuan utama dari PKPU adalah

agar debitur dan kreditur dapat mencapai perdamaian, maka oleh karena itu

disebut sebagai hal yang paling penting.

Rencana perdamaian dalam rangka UUK-PKPU dapat diajukan saat-saat

berikut:

1. Bersamaan dengan diajukannya PKPU;

2. Setelah permohonan PKPU diajukan, namun rencana itu harus diajukan

sebelum tanggal hari sidang;

3. Setelah tanggal sidang, yaitu selama berlangsungnya PKPU sementara. 65

Rencana perdamaian yang diajukan harus disusun sedemikian rupa oleh

debitur sehingga para krediturnya akan bersedia menerima rencana perdamaian

itu. Hanya rencana perdamaian yang dinilai oleh para kreditur layak dan

menguntungkan bagi para kreditur yang akan diterima para kreditur.66

Rencana perdamaian yang diterima tidak dapat langsung dilaksanakan

dikarenakan masih ada tahapan lain yang perlu ditempuh yaitu memperoleh

pengesahan (homologasi) terhadap perdamaian tersebut dari pengadilan niaga

yang berwenang. Rencana perdamaian yang telah disahkan (homologasi)

65
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit, hlm. 453
66
Ibid, hlm 457

Universitas Sumatera Utara


35

mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi para pihak yang berkepentingan atas

rencana perdamaian tersebut. Dalam rencana perdamaian tersebut yang

berkewajiban menyelesaikan utang adalah debitur, sedangkan para krediturnya

diharapkan melepaskan segala tuntutannya, serta memusyawarahkan

masingmasing kepentingan yang diinginkan agar tercapainya suatu kesepakatan.

Konsekuensinya adalah apabila rencana perdamaian yang sekalipun telah

disepakati oleh debitur dan para krediturnya, ternyata debitur cidera janji, maka

debitur secara otomatis dinyatakan pailit oleh pengadilan. 67

Fungsi perdamaian dalam proses PKPU sangat penting artinya, bahkan

merupakan tujuan utama bagi si debitur, dimana si debitur sebagai orang yang

paling mengetahui keberadaan perusahaan, bagaimana keberadaan perusahaannya

ke depan baik potensi maupun kesulitan membayar utang-utangnya dari

kemungkinan-kemungkinan masih dapat bangkit kembali dari jeratan utang-utang

terhadap sekalian krediturnya. Oleh karenanya langkah -langkah perdamaian ini

adalah untuk menyusun suatu strategi baru bagi si debitur menjadi sangat

penting.68

Namun karena faktor kesulitan pembayaran utang-utang yang mungkin

segera jatuh tempo yang mana sementara belum dapat diselesaikan membuat si

debitur terpaksa membuat suatu konsep perdamaian, yang mana konsep ini

nantinya akan ditawarkan ke pihak kreditur, dengan demikian si debitur masih

dapat nantinya menjalankan usahanya, jika perdamaian ini disetujui oleh para

kreditur untuk meneruskan berjalannya perusahan si debitur tersebut. Dengan kata

67
Ibid, hlm 469
68
Sutan Remy Syahdeni, Op.Cit, hlm 387

Universitas Sumatera Utara


36

lain tujuan akhir dari PKPU ini ialah dapat tercapainya perdamaian antara debitur

dan seluruh kreditur dari rencana perdamaian yang diajukan/ditawarkan si debitur

tersebut.69 Pengaturan mengenai perdamaian didalam PKPU ini terdapat didalam

Bab III tentang PKPU pada Pasal 265 sampai dengan Pasal 294 tentang

perdamaian.

Proposal idealnya telah ditawarkan pada saat rapat kreditur pertama,

meskipun dalam praktiknya secara psikis kreditur kurang berminat

menanggapinya. Hal ini dikarenakan status piutang masing-masing kreditur belum

berdasarkan Pasal 126 ayat (5) jo Pasal 205 UUK-PKPU sedangkan mungkin

kurator belum siap melaporkan keadaan harta pailit. Akan tetapi jika pencocokkan

utang telah selesai dilakukan dan pada saat itu status piutang para kreditur sudah

jelas dan kreditur telah mendapat gambaran tentang keadaan harta pailit dari utang

pailit sebagaimana dilaporkan oleh kurator dalam rapat, pihak kreditur terutama

kreditur konkuren biasanya mulai berminat menanggapi proposal perdamaian

yang ditawarkan debitur pailit. 70

B. Penawaran Rencana Perdamaian Dalam Proses PKPU Oleh Debitur

Perdamaian untuk mengakhiri kepailitan debitur berbeda dengan upaya

PKPU yang diatur dalam Bab III Pasal 222 sampai dengan Pasal 294

UUK-PKPU. Perbedaannya adalah bahwa perdamaian yang terlah setelah debitur

dinyatakan pailit bertujuan untuk mengakhiri status pailit debitur. Sedangkan

69
Ibid
70
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 119

Universitas Sumatera Utara


37

permohonan PKPU diajukan oleh debitur atau oleh salah seorang krediturnya

bertujuan untuk mencegah debitur jatuh kedalam keadaan pailit. 71

Ketentuan tentang kapan dan bagaimana rencana perdamaian dapat dilihat

pada Bagian Keenam UUK-PKPU tentang perdamaian yang dimulai dari Pasal

144 – Pasal 177 UU 37/2004. Dari ketentuan pasal-pasal tersebut, diatur dengan

jelas bagaimana rencana perdamaian diajukan. Secara garis besar, menurut hemat

kami, rencana perdamaian dapat diajukan oleh debitur kapan saja sepanjang

dilakukan sebelum rapat pencocokan piutang ditutup. Hal tersebut sesuai

dengan Pasal 178 ayat (1) UUK PKPU yang berbunyi:

Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana


perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau
pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam
keadaan insolvensi. 72

Debitur dapat mengajukan rencana perdamaian kapan saja setelah putusan

pailit diucapkan, namun tidak dapat dilakukan setelah rapat pencocokan piutang

berakhir. Hal ini dikarenakan dalam hal debitur tidak mengajukan rencana

perdamaian selambat-lambatnya pada saat rapat pencocokan piutang, maka harta

debitur pailit harus dinyatakan demi hukum dalam keadaan insolvensi. 73

Pasal 1 angka 6 UUK-PKPU, debitur adalah orang yang mempunyai utang

karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih didepan

71
Ibid, hlm 144
72
Rizky Dwinanto, Waktu tepat mengajukan rencana perdamaian dalam kepailitan dan
PKPU, https://www.hukumonline.com/ klinik/ detail/ ulasan/ lt5dcbca5b1defb /waktu-tepat-
mengajukan-rencana-perdamaian-dalam-kepailitan-dan-pkpu/, diakses tanggal 1 November 2019.
73
Ibid

Universitas Sumatera Utara


38

pengadilan. 74 Debitur berkewajiban untuk membayar piutang kreditur yang telah

jatuh tempo. Penawaran rencana perdamaian dalam proses Penundaan kewajiban

pembayaran utang atau PKPU terdapat pengaturan yang mengatur mengenai

ketentuan tersebut. Didalam UUK-PKPU, pada Pasal 265 menyatakan bahwa si

debitur berhak untuk menawarkan perdamaian kepada mereka yang mempunyai

piutang-piutang ketika mengajukan permohonan penundaan kewajiban

pembayaran utang atau sesudahnya. 75 Dengan melihat Pasal 265 dalam

UUK-PKPU. Rencana perdamaian dalam proses PKPU bahwa yang harus

menawarkan perdamaian dalam PKPU harus dari pihak debitur. Penawaran

tersebut dapat dilakukan dalam mengajukan permohonan PKPU atau sesudah

mengajukan permohonan PKPU.

Di dalam Penawaran rencana perdamaian ini terdapat beberapa hal yang

menjadi alasan debitur dalam melakukan penawaran rencana perdamaian dalam

proses PKPU:

a. Bahwa debitur menawarkan kepada krediturnya bahwa ia akan membayar

atau sanggup membayar dalam jumlah tertentu dari utangnya, dalam artian

lain tidak dalam jumlah keseluruhannya.

b. Bahwa debitur akan menawarkan perdamaian likuidasi (liquidatie accord)

dimana debitur pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para

krediturnya untuk dijual dibawah pengawasan seorang pengawas, dan hasil

penjualannya dibagi untuk para kreditur. Jika hasil penjualan tersebut tidak

74
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 tahun 2004, Op.Cit, Pasal 1 angka 6.
75
Ibid, Pasal 265

Universitas Sumatera Utara


39

mencukupi, maka debitur dibebaskan dari membayar sisa utang yang

belum dibayar.

c. Bahwa debitur meminta penundaan pembayaran serta diperbolehkan

mengangsur utangnya untuk beberapa waktu.

Berkaitan dengan alasan tersebut dengan Rencana perdamaian yang

diajukan, maka rencana perdamaian tersebut harus disusun sedemikian rupa oleh

debitur sehingga para krediturnya akan bersedia menerima rencana perdamaian

itu. Hanya rencana perdamaian yang dinilai oleh para kreditur layak dan

menguntungkan bagi para kreditur yang akan diterima para kreditur.76

C. Pengajuan Rencana Perdamaian Yang Gugur Demi Hukum

Pemerintah menegaskan permohonan PKPU ke pengadilan tidak

mengurangi kewajiban debitur membayar utangnya. Sebab, pengajuan PKPU

ditujukan untuk mencari jalan membayar utang debitur tanpa menghentikan

jalannya perusahaan debitur seperti diatur dalam Pasal 222 UUK-PKPU. Dalam

melakukan pengajuan rencana perdamaian, hal tersebut dapat diajukan oleh

debitur dalam waktu mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran

utang atau dapat dilakukan selama proses PKPU dengan menawarkan perdamaian

kepada kreditur.77

Rencana perdamaian merupakan dasar dan pertimbangan paling utama

bagi para kreditur dan bagi hakim untuk menentukan sikap mengenai pengajuan

76
Febri Yanti,dkk, Analisis Homologasi Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang(PKPU)Sebagai Upaya Pencegah Terjadinya Kepailitan (Studi Putusan No.59/Pdt.Suspkpu.
PN.Niaga.Jkt.Pst), Pactum law Jurnal ,Vol 1 No 2, 2018, hlm 95
77
Ash, Pengajuan PKPU tak hambat usaha debitor, \https://m.hukumonline.com/berita/bac
a/lt53070ada4c8a5/pengajuan-PKPU-tak-hambat-usaha-debitor/, diakses pada tanggal 14
Desember 2019.

Universitas Sumatera Utara


40

PKPU. Tanpa adanya rencana perdamaian, tidak mungkin bagi kreditur maupun

hakim untuk menentukan sikap apakah pengajuan PKPU tersebut layak untuk

dikabulkan atau seharusnya ditolak. Fungsi perdamaian dalam PKPU agak

berbeda dengan fungsi perdamaian dalam Kepailitan. Dalam bidang PKPU fungsi

perdamaian lebih luas. Jika dalam kepailitan fungsi perdamaian hanya sebatas

untuk bagaimana cara pemberesan dan pembagian harta pailit. Akan tetapi dalam

PKPU fungsi terpentingnya justru penyelesaian pembayaran utang, termasuk

persetujuan terhadap dilakukannya restrukturisasi utangutang debitur. 78

Apabila debitur juga belum mengajukan rencana perdamaian, maka

rencana perdamaian dapat diajukan pada saat Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang Sementara (PKPUS). Terhadap rencana perdamaian tersebut akan diadakan

pemungutan suara yang paling lambat pada hari ke-45 pemberian Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang Sementara (PKPUS). Jika kreditur belum dapat

menentukan sikap yang berkenaan dengan rencana perdamaian yakni menerima

atau menolak rencana perdamaian, maka pemungutan suara mengenai rencana

perdamaian dapat dilakukan pada pemberian Penundaan kewajiban pembayaran

utang tetap (PKPUT) hal ini dapat terjadi jika kreditur memberikan PKPUT

tersebut. Pengajuan rencana perdamaian dapat diajukan pada saat sebagai berikut

yakni: 79

a. Pada saat yang bersamaan dengan pengajuan permohonan PKPU;

b. Setelah permohonan PKPU diajukan sampai dengan putusan PKPU;

78
Jelita Dini Kinanti, Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Niaga Nomor
08/PAILIT/2005/PN.NIAGA.JKT.PST. jo Nomor 01/PKPU/2005/PN.NIAGA.JKT.PST Tentang
Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Fakultas Hukum Universitas Lampung
Bandar Lampung, 2010, hlm 34
79
Syamsudin Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2012), hlm 21

Universitas Sumatera Utara


41

c. Pada masa PKPUS maksimum 45 hari; atau

d. Pada masa PKPUT maksimum 270 hari.

Perdamaian dalam PKPU diatur dalam Bab III, Bagian Kedua, Pasal 265

sampai dengan Pasal 294 UUK-PKPU. Menurut Pasal 265 UUK-PKPU, debitur

berhak pada waktu mengajukan PKPU atau setelah itu menawarkan suatu

perdamaian kepada kreditur. Rencana perdamaian ini akan gugur demi hukum,

bila sebelum putusan PKPU mempunyai kekuatan hukum tetap, kemudian ada

putusan yang mengakhiri PKPU (Pasal 267 UUK PKPU). Sistem PKPU yang

Ditentukan oleh UUK-PKPU, tidak ada pihak-pihak lain selain debitur dan para

kreditur yang berhak merundingkan dan menyepakati rencana perdamaian. Telah

dikemukakan bahwa maksud dan tujuan PKPU baik oleh debitur maupun kreditur

mengajukan perdamaian. Dengan demikian, perdamaian dimaksud terjadi dalam

proses PKPU.80

D. Penentuan Hari Untuk Pelaksanaan Rencana Perdamaian

Rencana perdamaian dalam rangka UUK-PKPU dapat diajukan saat-saat

berikut :81

1. Bersamaan dengan diajukannya PKPU;

2. Setelah permohonan PKPU diajukan, namun rencana itu harus diajukan

sebelum tanggal hari sidang;

3. Setelah tanggal sidang, yaitu selama berlangsungnya PKPU sementara.

Rencana perdamaian yang diajukan, harus disusun sedemikian rupa oleh

debitur sehingga para krediturnya akan bersedia menerima rencana perdamaian


80
Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, (Bandung: Alumni, 2006), hlm. 219
81
Sutan Remi Sjahdeini, Op.Cit, hlm 453-454

Universitas Sumatera Utara


42

itu. Hanya rencana perdamaian yang dinilai oleh para kreditur layak dan

menguntungkan bagi para kreditur yang akan diterima para kreditur.82

Setelah pengajuan rencana perdamaian yang dilakukan oleh debitur

kepada panitera telah diterima oleh pengadilan maka selanjutnya akan dilakukan

penentuan terhadap hari untuk pelaksanaan dari pada rencana perdamaian

tersebut.

UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, Pasal 268: 83

(1) Apabila rencana perdamaian telah diajukan kepada panitera, Hakim

Pengawas harus menentukan:

a. hari terakhir tagihan harus disampaikan kepada pengurus;

b. tanggal dan waktu rencana perdamaian yang diusulkan itu akan

dibicarakan dan diputuskan dalam rapat Kreditur yang dipimpin oleh

Hakim Pengawas.

(2) Tenggang waktu antara hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dan huruf b paling singkat 14 (empat belas) hari.

UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU , Pasal 269: 84

(1) Pengurus wajib mengumumkan penentuan waktu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 268 ayat (1) bersama-sama dengan dimasukkannya rencana

perdamaian, kecuali jika hal ini sudah diumumkan sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226.

UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU , Pasal 226: 85

82
Ibid, hlm 379
83
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, Pasal 268
84
ibid, pasal 269
85
ibid, pasal 226

Universitas Sumatera Utara


43

(1) Pengurus wajib segera mengumumkan putusan penundaan kewajiban

pembayaran utang sementara dalam Berita Negara Republik Indonesia dan

paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim

Pengawas dan pengumuman tersebut juga harus memuat undangan untuk

hadir pada persidangan yang merupakan rapat permusyawaratan hakim

berikut tanggal, tempat, dan waktu sidang tersebut, nama Hakim Pengawas

dan nama serta alamat pengurus.

(2) Apabila pada waktu penundaan kewajiban pembayaran utang sementara

diucapkan sudah diajukan rencana perdamaian oleh Debitur, hal ini harus

disebutkan dalam pengumuman tersebut, dan pengumuman tersebut harus

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari

sebelum tanggal sidang yang direncanakan.

E. Rapat Kreditur Untuk Pembahasan Rencana Perdamaian

Rencana perdamaian akan dibahas dalam rapat Kreditur. Kreditur dapat

menyetujui, dapat pula menolak. Bila rencana perdamaian disetujui, maka

berubah menjadi perjanjian perdamaian yang mengikat bagi debitur dan Kreditur.

Namun bila rencana perdamaian ditolak, maka debitur karena hukum menjadi

pailit. Dalam hal rencana perdamaian diterima dan disetujui Kreditur, maka

debitur akan membayar utang-utangnya sesuai dengan yang disepakati dalam

perjanjian perdamaian. Namun demikian, bila debitur nyata-nyata tidak mampu

membayar utang-utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, maka debitur karena

hukum otomatis pailit. Untuk kepailitan yang demikian Debitur tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


44

mengajukan upaya hukum kasasi.Sama halnya dengan rencana perdamaian yang

ditolak Kreditur.

Dalam hal demikian, debitur juga pailit karena hukum. Oleh karena itu,

dalam menyusus rencana perdamaian, Debitur harus dapat meyakinkan kreditur

bahwa dia benar-benar sanggup melaksanakan segala yang dituangkan dalam

rencana perdamaian. Jadi sanggup membayar utang-utangnya. Bukan hanya untuk

mengulur-ngulur waktu untuk membayar. Apabila debitur dari awal sudah berniat

untuk mengulur-ngulur waktu, maka keinginan yang demikian tidak sesuai

dengan tujuan PKPU. 86

Menurut UUK-PKPU Pasal 1 angka 2 yakni, kreditur adalah orang yang

mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di

muka pengadilan.87

Ada beberapa macam kreditur yakni sebagai berikut : 88

1. Kreditur Konkuren

Kreditur konkuren diatur dalam pasal 1132 KUHPerdata. Kreditur

konkuren adalah para kreditur dengan hak Pari passu dan pro rata; artinya para

kreditur secara bersama-sama memperoleh pelunasan (tanpa ada yang

didahulukan) yang dihitung berdasarkan besarnya piutang masing-masing

dibanding piutang mereka secara keseluruhan dan seluruh harta kekayaan debitur.

Dengan demikian, para kreditur konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas

pelunasan piutang dari harta debitur tanpa ada yang didahulukan.

86
I Wayan Wesna Astara, Hukum Kepailitan Teori dan Praktek, (Denpasar: Warmadewa
University Press, 2018), hlm 40
87
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Op.Cit, Pasal 1 Angka 2
88
Aco Nur, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Pilar Yuris Utama, 2015), hlm 1

Universitas Sumatera Utara


45

2. Kreditur Preferen

Kreditur Preferen adalah kreditur yang diistimewakan dalam artian

kreditur yang oleh undang-undang, mendapatkan pelunasan terlebih dahulu.

Kreditur preferen merupakan kreditur yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu

hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang.

3. Kreditur Separatis

Kreditur separatis adalah kreditur pemegang hak jaminan kebendaan in

rem, yang dalam KUHPerdata disebut dengan nama gadai dan hipotek.

Sebelum rapat dimulai, kurator wajib mendata status kreditor dan voting

rights kreditor yang hadir atau kuasa kreditor yang hadir dalam rapat dengan

menyesuaikan identitas mereka dengan status tagihan mereka yang terdaftar

dalam daftar utang yang termaktub dalam berita acara rapat verifikasi utang. 89

Setelah rapat dibuka secara resmi dan pengarahan telah dilakukan oleh

hakim pengawas, selanjutnya kurator akan membacakan atau mempresentasikan

proposal rencana perdamaian debitor pailit untuk diketahui oleh semua kreditor

yang hadir dalam rapat.90 Setelah dibacakan proposal perdamaian tersebut, maka

dilakukan perhitungan suara terhadap kreditor yang menyetujui maupun tidak

menyetujui proposal rencana perdamaian.

Suatu rencana perdamaian mempunyai kekuatan mengikat manakala telah

disahkan (dihomologasi) oleh pengadilan niaga. Rencana perdamaian tersebut

ditawarkan oleh pihak debitur kepada para debitur. dalam rencana permadaian

tersebut yang berkewajiban menyelesaikan utang adalah debitur, sedangkan para

89
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 162
90
Ibid, hlm 163

Universitas Sumatera Utara


46

krediturnya diharapkan melepaskan segala tuntutannya, dengan demikian pula

kepentingan dikompromikan dan akan menghasilkan “agreement” . Namun,

demikian, posisi para kreditur lebih menentukan ketimbang debitur. Sekalipun

debitur bersedia melepaskan sebagian tuntutannya, tetapi dilakukan dengan

mempertimbangkan kepentingannya agar tidak dirugikan, jika tawaran dari

debitur dianggap tidak sesuai, para kreditur dapat meminta debitur untuk

menaikkan nilai pembayaran. 91

F. Akibat Hukum Diterima dan Ditolaknya Rencana Perdamaian Dalam

Proses PKPU

Perdamaian adalah salah satu cara untuk mengakhiri kepailitan.

Perdamaian dapat digunakan sebagai alat untuk memaksa dilakukannya

restrukturisasi hutang karena diluar kepailitan. Kreditur (konkuren) tidak dapat

dipaksa untuk menyetujui perdamaian. Perdamaian didefinisikan sebagai

perjanjian antara debitur dan para krediturnya dimana klaim dari kreditur disetujui

untuk dibayar sebagian atau seluruhnya. 92

Pembayaran utang secara berdamai untuk mengakhiri kepailitan debitur

merupakan tradisi hukum kepailitan negara-negara system civil law (Eropa

Kontinental termasuk Indonesia), yang bertujuan untuk membebaskan debitur dari

utang-utangnya dengan cara pembayaran secara berdamai diluar kepailitan

debitur. Jika isi perdamaian dipenuhi oleh debitur maka debitur akan terbebas dari

utang-utangnya.93

91
R. Anton Suyatno, Pemanfaatan Penundaan kewajiban pembayaran Utang Sebagai
Upaya mencegah Kepailitan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm.113
92
Faisal Santiago, loc.Cit
93
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 87

Universitas Sumatera Utara


47

Sifat Putusan dari PKPU lebih cepat mempunyai Kekuatan Hukum yang

pasti, dimana Putusannya bersifat final and binding (akhir dan mengikat) artinya

atas putusan penolakan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun baik itu

Banding, Kasasi, maupun pengajuan Peninjauan Kembali seperti dikatakan

didalam Pasal 235 ayat (1) UUK-PKPU. Pernyataan Pailit sebagai akibat dari

penolakan pengesahan perdamaian juga tidak dapat diajukan upaya hukum Kasasi

maupun Peninjauan Kembali sebagaimana dikatakan dalam Pasal 293 ayat (1)

UUK-PKPU. Undang-undang tersebut menganut prinsip perdamaian tunggal.

Prinsip perdamaian tunggal ini terefleksi dalam Pasal 289 UUK-PKPU

yang menyebutkan para pihak hanya sekali dapat mengajukan rencana

perdamaian. Apabila rencana perdamaian ditolak, tidak dapat lagi diajukan

rencana perdamaian kedua. Sebab, setelah rencana perdamaian tersebut ditolak,

hakim pengawas wajib segera memberitahukan hal tersebut kepada Pengadilan

Niaga dan debitur langsung dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. Prinsip

perdamaian tunggal juga tercermin dari ketentuan dalam Pasal 292 UUK-PKPU.

Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa apabila telah ditolak perdamaian dalam

proses PKPU dan kemudian debitur dinyatakan pailit, dalam proses kepailitan

tersebut tidak boleh lagi debitur mengajukan rencana perdamaian.94

Rapat kreditur untuk memutuskan menerima atau menolak perdamaian

tidak mempunyai kuorum kehadiran. Jadi sungguhpun kreditur banyak dan yang

hadir sedikit, rapat sudah dianggap sah. Sedangkan untuk voting, suatu rencana

perdamaian dianggap diterima jika rencana tersebut disetujui oleh lebih dari ½

94
Rindy Ayu Rahmadiyanti, Op.Cit, hlm 262

Universitas Sumatera Utara


48

dari jumlah kreditur konkuren yang hadir dalam rapat yang haknya diakui atau

sementra diaku yang lebih ½ tersebut harus pula mewakili 2/3 dari jumlah seluruh

piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui yang hadir atau

diwakili dalam rapat tersebut.95

Perdamaian yang telah disahkan oleh pengadilan niaga berakibat hukum

sebagai berikut:96

a. Perdamaian berlaku bagi semua kreditur konkuren tanpa terkecuali

b. Putusan pengesahan perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap

mengakibatkan kepailitan debitur berakhir.

c. Hak debitur dipulihkan kembali untuk mengurus hartanya dan seluruh

hak-haknya dikembalikan dalm keadaan semula.

d. Putusan pengesahan perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap

merupakan alas hak yang dapat dijalankan terhadap debitur dan semua

orang yang menanggung pelaksanaan perdamaian atas piutang yang diakui

sebagaimana termuat dalam Berita Acara Rapat Verifikasi Utang.

e. Perdamaian tidak menghalangi kreditur untuk menuntut pemenuhan utang

debitur dari penanggung dalam hal piutangnya dijamin oleh penanggung

dan sesama debitur dalam hal perikatannya tersebut merupakan perikatan

tanggung menanggung.

f. Kreditur tetap dapat menuntut benda milik debitur yang ada pada pihak ke

tiga seolah-olah tidak ada perdamaian.

95
Munir Fuady, Op.Cit, hlm 122
96
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 177-178

Universitas Sumatera Utara


49

g. Apabila selama kepailitan debitur ada diajukan tuntutan actio paulina oleh

kreditur, maka tuntutan atau gugatan tersebut menjadi gugur demi hukum

apabila perdamaian berisi pembayaran secara tunai.

h. Apabila perjanjian perdamaian berisi pembayaran dengan pelepasan harta

pailit, maka tuntutan actio paulina dapat dilanjutkan atas diajukan oleh

para pemberes harta untuk kepentingan kreditur.

i. Tugas kurator berakhir dan harus memberikan pertanggungjawabannya

kepada debitur dihadapan hakim pengawas.

j. Sepanjang perdamaian tidak menentukan lain, kurator wajib menyerahkan

kepada debitur segala benda, uang dan dokumen serta harta pailit yang ada

di bawah penguasaannya selama kepailitan debitur berlangsung.

k. Debitur wajib menyerahkan kepada kurator sejumlah uang untuk

membayar piutang kurator preferen.

l. Apabila debitur tidak melaksanakan isi perdamaian yang telah disahkan

oleh pengadilan niaga, maka perdamaian tersebut dapat dituntut oleh salah

satu krediturnya untuk dibatalkan.

m. Sebelum membatalkan perdamaian pengadilan niaga akan memberikan

somasi kepada debitur untuk melaksanakan isi perdamaian dalam

tenggang waktu 30 hari, jika ternyata setelah diberi kelonggaran selama 30

hari debitur tetap tidak dapat memenuhi isi perdamaian, maka pengadilan

niaga akan membatalkan perdamaian tersebut dan kepailitan atas diri

debitur dibuka kembali.

Universitas Sumatera Utara


50

Pengadilan Niaga dapat menolak rencana perdamaian asalkan memenuhi

alasan-alasan yang tercantum di dalam Pasal 285 ayat (2) UUK-PKPU yang

menyatakan bahwa Pengadilan wajib menolak rencana perdamaian apabila:

1. Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk

menahan (retensi) jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujiu oleh

perdamaian;

2. Pelaksanaan perdamian tidak cukup terjamin;

3. Perdamaian itu dicapai karena penipuan atau persekongkolan dengan satu

atau lebih kreditur atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan

tanpa menghiraukan apakah debitur atau pihak lain bekerja sama untuk

mencapai hal itu ;

4. Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum

dibayar atau tidak diberikan jaminan untuk pembayarannya.

Akibat hukum para kreditur menolak rencana perdamaian berdasarkan

ketentuan-ketentuan tersebut diatas, maka terjadi perubahan proses hukum, yang

sebelumnya ditempuh dengan jalan damai berdasarkan proses PKPU berubah

menjadi menggunakan proses yang berlaku dalam ketentuan kepailitan.

Penjelasan Pasal 292 UUK-PKPU, menyatakan bahwa putusan pernyataan pailit

atas penolakan suatu perdamaian mengakibatkan debitur PKPU tidak dapat

mengajukan perdamaian lagi dan karenanya harta pailit debitur langsung berada

dalam keadaan insolvensi. 97

97
Rindy Ayu Rahmadiyanti, Op.Cit, hlm 262-263

Universitas Sumatera Utara


51

Berdasarkan uraian pada bab ini bahwa pengaturan mengenai rencana

perdamaian dalam proses PKPU menurut UU No 37 Tahun 2004 Tentang PKPU

diatur dalam Pasal 265 hingga 294. Debitur berhak pada waktu mengajukan suatu

perdamaian PKPU atau setelah itu menawarkan suatu perdamaian kepada kreditur

sesuai Pasal 265 UUK-PKPU. Proposal perdamaian pada tahap perdaftaran utang

atau setelah rapat verifikasi utang berakhir, maka secara yuridis debitur dianggap

tidak mampu membayar dengan kesepakatan damai dan berakibat harta pailit

menjadi insolven dan seluruh harta pailit harus dilikuidasi. Jika harta pailit telah

dinyatakan insolven, maka tertutup kemungkinan bagi debitur untuk mengajukan

rencana perdamaian untuk kedua kalinya, karena terhitung sejak harta pailit

dinyatakan insolven, kurator dapat segera melakukan pemberesan harta pailit.

Menurut penulis, mengenai rencana perdamaian dalam Undang-Undang

No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU sudah cukup baik pengaturannya

akan tetapi perlu penambahan secara rinci mengenai isi pokok dalam rencana

perdamaian itu sebab belum ada pengaturan jelas mengenai isi pokok dalam

rencana perdamaian didalam Undang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan PKPU. Tujuan utama dari rencana perdamaian itu adalah

restrukturisasi utang. Hal ini harus dilakukan agar menghindari likuidasi besar-

besaran dikarenakan tidak adanya pengaturan terhadap isi rencana perdamaian.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PERLINDUNGAN TERHADAP DEBITUR TERKAIT RENCANA

PERDAMAIAN DALAM PKPU

A. Perlindungan Terhadap Debitur dalam PKPU

Peraturan mengenai kepailitan di Indonesia sudah berlaku sejak tahun

1960 dengan lahirnya Faillssementsverordening. Peraturan tersebut berlaku

sampai lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 digantikan oleh Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang. Salah satunya tujuan dari dibentuknya Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

adalah untuk mendukung pembangunan perekonomian nasional mengingat modal

yang dimiliki oleh para pengusaha sebagian besar pada umumnya merupakan

pinjaman yang berasal dari berbagai sumber, baik melalui bank, penanaman

modal, penerbitan obligasi, maupun cara lain yang diperbolehkan, hal ini telah

menimbulkan banyak permasalahan terutama mengenai penyelesaian utang

piutang dalam kehidupan masyarakat.98

Tujuan Kepailitan menurut Failissementverordening adalah melindungi

kreditur konkuren untuk memperoleh hak-haknya berkaitan dengan berlakunya

asas yang menjamin hak-hak berpiutang (kreditur) dengan kekayaan yang

berutang (debitur) sesuai asas yang tercantum dalam Pasal 1131 Burgelijk

Wetboek voor Indonesia. Undang Undang Kepailitan juga berupaya untuk

98
Hamid Malik Abdul, Op.Cit, Hlm 1

52

Universitas Sumatera Utara


53

melindungi debiturnya, dengan cara mencegah kecurangan yang dilakukan debitur

dengan membuat suatu pembagian harta kekayaan debitur secara seimbang, dan

menjamin harta kekayaan debitur diantara para kreditur lainnya

dengan asas pari passu pro rata parte, sebagaimana tercantum dalam Pasal

1132 Burgelijk Wetboek.99

Konsep perlindungan hukum adalah sebagai kumpulan peraturan atau

kaidah yang dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan debitur

dengan kreditur-kreditur, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-

hak debitur dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhi hak-hak tersebut.100

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sesuai dengan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 D ayat (1) disebutkan bahwa

“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Ketentuan

tersebut memeberikan makna, bahwa Undang-undang menghendaki perlindungan

hukum dan kepastian hukum yang mengandung keadilan dalam suatu peraturan.

Salah satu produk hukum yang bertujuan untuk menjamin kepastian,

ketertiban, penegakkan dan perlindungan hukum yang berisi keadilan dan

kebenaran yang diperlukan saat ini guna mendukung pembangunan perekonomian

nasional adalah peraturan mengenai Kepailitan dan PKPU.101

99
Ibid
100
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat diIndonesia, (Surabaya : Bina Ilmu,
Surabaya, 2001), hlm 1-2
101
Ronald Saija, Perlindungan Kreditur Atas Pailit Yang Diajukan Debitur Dalam Proses
Peninjauan Kembali Di Pengadilan Niaga. Jurnal, SASI Vo l . 2 4 N o . 2 , J u l i - Desember 2018,
hlm 115

Universitas Sumatera Utara


54

Perlindungan yang diberikan kepada kreditur dan stake holders-nya tidak

boleh merugikan kepentingan stake holders debitur. Kendatipun UUK PKPU

memperbolehkan permohonan pernyataan pailit diajukan oleh salah satu kreditur

saja, namun demi kepentingan para kreditur lain, tidak seyogyanya UUK PKPU

membuka kemungkinan diucapkannya putusan pailit, tanpa disepakati kreditur

lain. Seyogyanya menentukan bahwa putusan pengadilan atas permohonan pailit

yang diajukan oleh kreditur, harus berdasarkan persetujuan kreditur lain yang

diperoleh dalam rapat para kreditur yang khusus diadakan itu.102

Menurut Sri Redjeki Hartono dalam Rahayu Hartini, mengemukakan

lembaga kepailitan mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu,

a. Lembaga kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada krediturnya

bahwa kreditur tidak akan berbuang curang dan tetap bertanggungjawab

atas semua utang-utangnya kepada semua krediturnya.

b. Juga memberi perlindungan kepada debitur terhadap kemungkinan

eksekusi massal oleh kreditur-krediturnya. 103

Hukum kepailitan korporasi (perseroan) Indonesia tidak mengenal konsep

seperti yang diatur dalam chapter 11 US bankruptcy code, karena perusahaan

yang dinyatakan pailit atau yang sedang dimohonkan pailit dapat mengajukan

permohonan PKPU sebagai upaya hukum untuk melawan permohonan pailit yang

diajukan oleh Kreditur jika Debitur itu memang dalam keadaan solven. Adanya

prospek yang baik, adanya iktikad baik serta sikap kooperatif dari Debitur tidak

102
Syamsudin M. Sinaga, Op. Cit., hlm. 49.
103
Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia Dualisme
Kewenangan Pengadilan Niaga & Lembaga Arbitase, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), hlm. 74.

Universitas Sumatera Utara


55

dapat dijadikan pertimbangan untuk tidak mengabulkan permohonan pailit oleh

hakim niaga. Namun dalam putusan kembali (PK), Mahkamah Agung dalam

putusan No. 024/PK/N1999 dalam PT Citra Jimbaran Indah Hotel v.Ssangyong

Engineering & Construction Co. Ltd telah mengabulkan permohonan peninjauan

kembali dengan pertimbangan bahwa potensi dan prospek dari usaha Debitur

harus pula dipertimbangkan pula secara baik. 104

Jika Debitur masih mempunyai potensi dan prospek, sehingga merupakan

tunas-tunas yang masih dapat berkembang seharusnya masih diberi kesempatan

untuk hidup dan berkembang. Penjatuhan putusan pailit merupakan ultimum

remidium. Di samping itu, terhadap Debitur/Termohon pailit telah diadakan

restrukturisasi menunjukkan bahwa usaha Debitur masih mempunyai potensi dan

prospek untuk berkembang dan selanjutnya dapat memenuhi kewajibannya

kepada seluruh Kreditur di kemudian hari dan oleh karena itu Debitur/Termohon

pailit bukan merupakan a Debitur is hopelessly in debt. 105

Undang-Undang Kepailitan belum memberikan perlindungan kepada

debitur, karena persyaratan permohonan pernyataan pailit memudahkan debitur

dinyatakan pailit, walaupun sebenarnya debitur dalam keadaan solven. Hal ini

terjadi karena Undang-Undang Kepailitan Indonesia tidak berdasarkan filosofi

yang melindungi kepentingan debitur solven namun mengalami kesulitan

keuangan untuk terus melangsungkan kegiatan usahanya. Kedua, mekanisme

penundaan kewajiban pembayaran utang belum memberikan kesempatan yang

luas bagi debitor untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Ketiga, Undang-undang


104
Asra, Corporate Rescue : Key Concept dalam Kepailitan Korporasi. Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM NO. 4 VOL. 22 OKTOBER 2015, hlm 530.
105
Ibid

Universitas Sumatera Utara


56

Kepailitan Indonesia belum memisahkan kepailitan terhadap perusahaan dan

perseorangan, padahal tujuan dan maksudnya berbeda. 106

Undang-undang Kepailitan di Indonesia pada masa yang akan datang

memerlukan adanya Insolvency Test. Hal ini dikarenakan adanya alasan sebagai

berikut:107

1. Untuk mencegah debitor yang asetnya lebih banyak dibandingkan

dengan utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan. Seorang dianggap

solven jika dan hanya jika orang tersebut dapat melunasi utangnya

yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Debitor juga dianggap solven

apabila aset debitor tidak melebihi utangnya.

2. Pengertian utang yang luas dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 memerlukan pembuktian yang tidak sederhana. Dalam praktik,

pembuktian sederhana dijadikan alasan untuk menolak permohonan

pernyataan hakim pengadilan niaga dengan alasan permohonan

pernyataan pailit yang diajukan memerlukan pembuktian yang tidak

sederhana.

Oleh sebab itu Insolvency Test adalah alternative yang tepat untuk

menggantikan pembuktian sederhana dalam menentukan apakah debitor dapat

dinyatakan pailit atau tidak. Ketika debitor mengajukan dirinya atau diajukan oleh

pihak lain untuk dinyatakan pailit ke Pengadilan Niaga, maka pada saat itu hakim

Pengadilan Niaga menetapkan dimulainya Insolvency Test.108

106
Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum
Kepailitan di Indonesia, (Yogyakarta: Total Media, 2008), hlm. 419-420.
107
Ibid, Hlm 420-421
108
Ibid, hlm 422

Universitas Sumatera Utara


57

B. Perbandingan Bankruptcy Code Chapter 11 dengan PKPU

Undang-Undang kepailitan Amerika Serikat yang berlaku pada saat ini

adalah Bankruptcy Reform Act of 1978. Undang-Undang tersebut mulai berlaku

pada tanggal 1 oktober 1979. Tujuan utama Hukum Kepailitan di Amerika Serikat

itu sendiri adalah untuk memberi kesempatan kepada debitor untuk berusaha

kembali agar terlepas dari utang yang lama, jadi dalam hal ini Hukum Kepailitan

lebih ditekankan pada konsep fresh start. Hal tersebut pun dapat dilihat dari US

Bankruptcy Code yang memberi kesempatan kepada debitor untuk melakukan

reorganisasi yang termasuk didalamnya restrukturisasi perusahaan, restrukturisasi

utang dan lain- lain,yang disusun dalam suatu Rencana Reorganisasi, sehingga

cenderung untuk menghalangi terjadinya likuidasi terhadap perusahaan debitor.109

Dalam Undang-Undang Kepailitan Amerika Serikat tersebut, hanya

Chapter 7 mengenai Liquidation, yang mengatur mengenai kepailitan dalam arti

yang sesungguhnya. Chapter 7 mengatur mengenai Liquidation.110

Pokok bahasan pada Bankruptcy Code Chapter 11 adalah Reorganization

atau yang dalam bahasa Indonesia biasa diterjemahkan menjadi Reorganisasi.

Reorganisasi bukan hanya dapat diajukan oleh debitur, tetapi juga oleh kreditur.

Lebih tegasnya didalam Bankruptcy Code Chapter 11, reorganisasi bukan hanya

hak debitur untuk mengajukannya, tetapi juga kreditur berhak mengajukannya.

Namun istilah Reorganisasi Perusahaan lebih populer digunakan dalam dunia

hukum kepailitan. Sehubungan dengan Reorganisasi Perusahaan pada Bankruptcy

Code Chapter 11, buku yang berjudul “Essentials of Business Law: For A New

109
Hamid Malik Abdul, Op.Cit, hlm 16
110
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm 175

Universitas Sumatera Utara


58

Century”, memberikan deskripsi mengenai Chapter 11 yakni “This chapter is

designed for businesses and wealthy individuals, whereas businesses continue in

operation, and creditors receive a portion of both current assets and future

earnings”.111 Memiliki pengertian bahwa bab ini dirancang untuk bisnis dan

kekayaan individu dimana bisnis dapat tetap berjalan dan kreditor dapat menerima

sebagian aset yang berjalan tersebut dan pendapatan yang akan didapat

dikedepannya.

Chapter 12 diperuntukkan bagi Family famers dan Family Fisherman

pada situasi yang khusus. Chapter 12 pada umumnya lebih lunak untuk para

debitur dibandingkan dengan Chapter 13. Didalam Chapter 13 mengatur

mengenai proses reorganisasi untuk orangan pribadi (Private Individuals).112

Ternyata didalam Bankcruptcy Code Chapter 11 dan UUK-PKPU masih

terdapat beberapa persamaan dalam hukum kepailitan di dua negara tersebut.

Persamaan yang terdapat dalam perbandingan antara hukum kepailitan yang

berlaku di Indonesia dengan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat

antara lain terhadap definisi atas pengertian antara kreditur, debitur, dan kurator,

dimana antara kedua hukum kepailitan mempunya definisi yang nyaris serupa

terhadap ketiga hal tersebut. Kemudian dalam pihak yang dapat melakukan

pengajuan permohonan pernyataan kepailitan, baik hukum kepailitan yang berlaku

di Indonesia maupun hukum yang berlaku di Amerika Serikat terdapat kesamaan,

yaitu kreditur dan debitur. Lembaga PKPU juga terdapat kemiripan antara

lembaga PKPU berdasarkan hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia dengan


111
Hamid Malik Abdul, Op.Cit, hlm 17.
112
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm 179

Universitas Sumatera Utara


59

Reorganization Bussiness dalam bab 11 Title 11 Bankruptcy Code di Amerika

Serikat. Lembaga PKPU ini memfasilitasi debitor yang sedang mengalami

kesulitan keuangan dan tengah menghadapi permasalahan dalam membayar

utang-utangnya untuk dapat menunda kewajiban pembayaran atas utang-utangnya

itu guna melakukan perundingan.113

Tabel 1
Perbandingan Chapter 11 US dengan PKPU

Chapter 11 US PKPU

Amerika Serikat yang Hukum Indonesia yang sumber Hukum


Kepailitannya berasal dari Inggris. Kepailitan berasal dari Belanda
Sistem hukum dan hukum acara yang PKPU di Indonesia menganut sistem
digunakan, hukum kepailitan di hukum dan hukum acara Civil Law
Amerika Serikat menganut sistem
hukum dan hukum acara Common
Law.
Hukum kepailitan di Amerika Serikat PKPU di Indonesia terdapat
disebutkan pihak-pihak yang tidak pemisahan terhadap pihak-pihak yang
dapat diajukan permohonan kepailitan, dapat melakukan permohonan
yaitu perusahaan yang bergerak kepailitan sebagai pemohon selain
dibidang konstruksi jalan kereta api, kreditur dan debitur, yaitu:
perusahaan asuransi dalam negeri, 1. Kejaksaan untuk kepentingan
bank, bank penyimpan dana, bank umum;
korporasi, lembaga simpan pinjam, 2. Bank Indonesia jika debiturnya
lembaga bangunan dan pinjaman, adalah bank;
lembaga rumah dan pekarangannya 3. Badan Pengawas Pasar Modal jika
perusahaan pembiayaan kapital baru, debiturnya adalah perusahaan efek,
lembaga investasi untuk bisnis kecil, bursa efek, lembaga kliring dan
serikat kredit atau bank industri atau penjaminan, lembaga
institusi serupa, atau perusahaan penyimpanan dan penyelesaian;
asuransi asing, dan bank asing. 4. Menteri Keuangan jika debiturnya
Permohonan kepailitan juga tidak adalah perusahaan asuransi,
dapat diajukan kepada petani, keluarga perusahaan reasuransi, dana
petani, atau perusahaan nirlaba, bisnis, pensiun, atau badan usaha milik
atau perusahaan niaga, dalam hukum negara yang bergerak di bidang
kepailitan yang berlaku di Amerika kepentingan publik.
Serikat. Sedangkan di Indonesia tidak
disebutkan secara mendetail siapa saja

113
Ibid, hlm 23

Universitas Sumatera Utara


60

pihak yang tidak dapat diajukan


permohonan pernyataan kepailitan.
Hukum kepailitan yang berlaku di PKPU di Indonesia dilakukan
Amerika Serikat tidak dilakukan pemisahan dalam mengajukan
pemisahan terhadap pihak yang dapat permohonan pailit
mengajukan permohonan pernyataan
kepailitan
Hukum kepailitan yang berlaku di Hukum kepailitan yang berlaku di
Amerika Serikat, berdasarkan bab 11 Indonesia, suatu PKPU dibentuk
Title 11 Bankruptcy Code, proses semacam kurator atau pengurus yang
restrukturisasi dipercayakan bertugas mendampingi manajemen
sepenuhnya kepada manajemen perusahaan dalam melakukan
perusahaan. restrukturisasi Pengurus ini kemudian
sekaligus berfungsi sebagai pengawas
jalannya restrukturisasi dalam PKPU.
Chapter 11 US Bankruptcy Code, Di dalam UU PKPU, Panitia Kreditur
Panitia Kreditur merupakan kewajiban bukan merupakan lembaga yang
yang harus ada, kecuali untuk kasus mutlak harus ada, tergantung atas
usaha kecil. Panitia Kreditur, baik itu kondisi tertentu, yaitu jika PKPU
diinginkan oleh kreditur ataupun tidak, meliputi utang yang bersifat rumit atau
sepatutnya dapat menjadi forum banyak kreditur, atau jika
komunikasi antar kreditur dan juga pengangkatan Panitia Kreditur
komunikasi antara kreditur, debitur, tersebut dikehendaki oleh kreditur
Pengurus serta Hakim Pengawas. yang mewakili paling sedikit ½ bagian
Prakteknya, terkadang terdapat dari seluruh tagihan yang diakui.
kreditur yang membuat kubu-kubu
pertahanannya sendiri, sehingga
menambah kealotan negosiasi dalam
rangka pencapaian persetujuan
rencana perdamaian.

Hukum kepailitan di Amerika Serikat Indonesia dalam hukum kepailitannya


tidak mengenal adanya suatu upaya terdapat upaya hukum terhadap
hukum, hal ini dikarenakan pengajuan putusan kepailitan berupa kasasi atau
permohonan kepailitan diajukan peninjauan kembali yang diputuskan
kepada pengadilan federal, pengadilan oleh Mahkamah Agung Republik
federal adalah pengadilan tertinggi Indonesia.
dalam hirearki system peradilan di
Amerika Serikat.
Proses pengadilan kepailitan di PKPU di Indonesia proses reorganisasi
Amerika Serikat, hakim pengadilan atau restrukturisasi debitur didapatkan
federal kepailitan Amerika Serikat jika permohonan tersebut tidak
akan mendorong debitur untuk didorong atau ditawarkan terlebih
melakukan reorganisasi atau dahulu oleh hakim pengadilan niaga,
restrukturisasi terhadap permasalahan namun harus diajukan oleh debitur
keuangannya. yang memiliki lebih dari 1 (satu)

Universitas Sumatera Utara


61

kreditur atau oleh kreditur dalam


mengajukan permohonan atas
Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang kepada pengadilan niaga dalam
sidang pertama kepailitan.

Baik Title 11 US Bankruptcy Code khususnya mengatur mengenai

Reorganisasi dengan UUK PKPU khususnya mengatur mengenai PKPU,

mempunyai persamaan. Hal ini menunjukkan sebuah fakta bahwa prinsip-prinsip

yang ada diantara kedua hukum tersebut, termasuk Hukum Kepailitan Indonesia

dan Amerika Serikat, mempunyai keterkaitan erat, yang menyebabkan adanya

persamaan diantaranya, meski hanya bersifat prinsipil. 114

Persamaan yang pertama tampak dalam jiwa dari proses PKPU dan

Reorganisasi, yaitu perdamaian. Dalam hal melakukan perdamaian, tentu

diperlukan komunikasi diantara para pihak, baik debitur maupun kreditur.

Komunikasi ini yang disebut sebagai negosiasi, dan menjadi konsekuensi logis

jika terhadap perdamaian yang dinegosiasikan tersebut diperlukan persetujuan

sebagian besar kreditur atau pemegang kepentingan sebagai puncak dari bentuk

negosiasi yang diwujudkan dalam bentuk kuota forum tertentu. Prinsip negosiasi

dalam menyelesaikan permasalahan, bukanlah hal baru yang diperkenalkan dalam

prinsip ini, tetapi menjadi bagian dalam hukum sejak cara tersebut ditafsirkan

menciptakan kesuksesan bagi pedagang sampai dengan era masa perdagangan

114
Yudi Kornelis. Harmonisasi Hukum Terhadap Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang Dengan Perspektif Budaya Hukum Indonesia. Jurnal Selat, Volume. 4 Nomor. 1, Oktober
2016, hlm 107

Universitas Sumatera Utara


62

abad pertengahan. Negosiasi dalam konteks ini merupakan formalitas sebuah

proses mencapai perdamaian di dalam PKPU maupun Reorganisasi. 115

Kedua, secara material, prinsip adanya isi perdamaian berupa

restrukturisasi dalam setiap rencana perdamaian yang ditawarkan. Restrukturisasi

ini diartikan secara luas, baik restrukturisasi utang maupun restrukturisasi

perusahaan. Tentu jika terkait dengan permasalahan utang piutang, halmana yang

menjadi esensi dari perkara-perkara PKPU maupun Reorganisasi, maka tidak akan

terlepas dari pengelolaan sebuah keuangan dalam sebuah entitas, sehingga

menjadi logis ketika sebuah restrukturisasi ditawarkan sebagai bagian dari solusi

terhadap perdamaian sebuah permasalahan utang piutang. Ketiga, pengesahan

perdamaian secara hukum yang diperlukan guna memberikan perlindungan ngan

hukum bagi semua pihak. Hal ini juga yang menjadi titik tolak perlindungan bagi

debitur untuk tidak dipaksa membayar utang selama masa proses PKPU ataupun

Reorganisasi. Bagi kreditur atau pemegang kepentingan, pengesahan perdamaian

menjadi bentuk kepastian sebuah komitmen rencana perdamaian yang disetujui. 116

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa baik dalam Hukum

kepailitan Indonesia dan Hukum Kepailitan di Amerika juga memiliki kesamaan

dalam jiwa dari proses PKPU dan reorganisasi dan secara material.

Masukan yang diberikan oleh Chapter 11 US Bankruptcy Code bagi

Hukum Kepailitan Indonesia adalah juga memberikan perbedaan perlakuan secara

hukum terhadap debitur individu, debitur korporasi, dan debitur korporasi usaha

kecil yang secara filosofis ketiganya mempunyai perbedaan yang signifikan. UUK

115
Ibid, hlm 108
116
Ibid

Universitas Sumatera Utara


63

dan PKPU tidak memberikan perbedaan tersebut, halmana berbeda dengan

Chapter 11 US Bankruptcy Code yang memberikan perbedaan pengaturan

sehingga memberikan perbedaan perlakuan hukum di dalam perkara. Dampak

tidak adanya faktor pembeda terhadap ketiga jenis debitur tersebut akan terasa

ketika debitur individu yang mempunyai itikad baik untuk mendapatkan

perlindungan hukum dari UUK PKPU mengajukan PKPU yang mana ia harus

membayar biaya perkara dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang

nilainya relatif sama dengan debitur korporasi. 117

Berdasarkan uraian diatas, Perlindungan terhadap debitur dalam PKPU

menurut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU terdapat dalam pasal 222 sampai

264 dalam pemberian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan akibatnya

dimana debitor diberikan perlindungan oleh Undang-undang Kepailitan dan

PKPU yakni debitur dapat mengajukan PKPU ke pengadilan. Tetapi dalam hal ini

penulis berpendapat belum memberikan perlindungan kepada debitur, karena

persyaratan permohonan pernyataan pailit memudahkan debitur dinyatakan pailit,

walaupun sebenarnya debitur dalam keadaan solven. Hal ini dapat dilihat dalam

UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU pada pasal 222 ayat (3)

dimana kedudukan kreditur yang sebagai mayoritas sering menggunakan pasal

tersebut untuk dapat dengan cepat mempailitkan debitur. Jika suatu perkara dalam

PKPU itu sudah diputus oleh pengadilan maka tidak bisa menempuh upaya

hukum apapun sebab putusan PKPU itu bersifat Final and Binding. Itikad buruk

dari kreditor untuk mempailitkan debitor ini jelas bertentangan dengan fungsi

117
Ibid, hlm 112

Universitas Sumatera Utara


64

utama dari PKPU yakni memberi kesempatan debitur untuk melakukan

restrukturisasi. Maka sebaiknya permohonanan PKPU tersebut hanya dilakukan

oleh debitur.

Dalam Chapter 11 Bankruptcy Code didalamnya ada mengatur mengenai

proses restrukturisasi utang, dimana dalam Chapter 11 Bankruptcy Code tersebut

debitur memiliki kendali penuh (Debtor in Possession) terhadap proses

restrukturisasi utangnya. sedangkan di dalam UU Kepailitan dan PKPU dalam

proses restrukturisasi utang dibentuk pengurus atau kurator yang dimana untuk

mengawasi debitur dalam proses restrukturisasi. Untuk itu sebaiknya pengaturan

tentang PKPU sebaiknya mengacu kepada Debtor in Possession dalam Chapter

11 Bankruptcy Code di Amerika serikat.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
AKIBAT DITOLAKNYA RENCANA PERDAMAIAN DALAM PKPU
(STUDI KASUS PUTUSAN NO 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn)

A. Kasus Posisi

Pada Bagian ini akan diuraikan tentang kasus pada penolakan rencana

perdamaian dalam PKPU yakni sebagai berikut:

1. Duduk Perkara

Sengketa perdamaian ini berawal dari PT. Mitra Kharisma Kontruksi

Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II

mengajukan surat permohonan PKPU. Berdasarkan ketentuan Pasal 222 ayat (1)

UU PKPU, yang menentukan bahwa PKPU diajukan oleh debitur yang

mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur atau oleh kreditur jo. Pasal 222 ayat (3)

UUK dan PKPU, menyatakan bahwa kreditur yang memperkirakan bahwa debitur

tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dapat memohon agar kepada debitur diberi PKPU untuk memungkinkan

debitur mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran

sebagian atau seluruh utang kepada krediturnya.

Pasal 225 ayat (3) UUKepailitan dan PKPU, menyatakan bahwa dalam hal

permohonan diajukan oleh kreditur, pengadilan dalam waktu paling lambat 20

(dua puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan, harus

mengabulkan permohonan PKPU Sementara dan harus menunjuk Hakim

Pengawas dari Hakim pengadilan serta mengangkat 1 (satu) atau lebih Pengurus

yang bersama dengan debitur mengurus harta debitur.

65

Universitas Sumatera Utara


66

Adanya utang yang telah jatuh waktu/tempo dan dapat ditagih antara PT.

Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana

Karya, selaku Pemohon II PKPU dengan PT. Good Luck Resort selaku Termohon

PKPU. Termohon PKPU mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditur. Termohon

PKPU tidak dapat melanjutkan pembayaran utangnya yang sudah jatuh

waktu/tempo dan dapat ditagih, sehingga permohonan PKPU harus dikabulkan

oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan.

PT. Good Luck Resort selaku Termohon PKPU memiliki utang yang telah

jatuh waktu/tempo dan dapat ditagih kepada PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima

selaku Pemohon I. PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I telah

membuat kontrak kerjasama dengan PT. Good Luck Resort selaku Termohon

PKPU. Berdasarkan kontrak-kontrak pekerjaan tersebut, PT. Mitra Kharisma

Kontruksi Prima selaku Pemohon I telah melaksanakan prestasinya, dan atas

prestasinya tersebut Pemohon I telah menerbitkan invoice. Berdasarkan bukti

invoice tersebut diatas terbukti PT. Good Luck Resort selaku Termohon PKPU

memiliki utang kepada Pemohon I sebesar Rp. 647.450.277,21 (enam ratus empat

puluh tujuh juta empat ratus lima puluh ribu dua ratus tujuh puluh tujuh koma dua

satu Rupiah) dan SGD 159,363.67 (seratus lima puluh sembilan ribu tiga ratus

enam puluh tiga poin enam tujuh Dolar Singapura).

Seluruh tagihan tersebut sudah jatuh waktu/tempo dan dapat ditagih, PT.

Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I melalui kuasa hukumnya

telah melakukan teguran (somasi), namun, hingga permohonan ini didaftarkan,

PT. Good Luck Resort selaku Termohon PKPU tidak kunjung melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


67

kewajibannya membayar utang yang telah jatuh waktu/tempo tersebut. PT. Good

Luck Resort selaku Termohon PKPU memiliki utang yang telah jatuh

waktu/tempo dan dapat ditagih kepada PT. Triotama Wahana Karya, selaku

Pemohon II, PT. Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II telah membuat

kontrak kerjasama dengan PT. Good Luck Resort selaku Termohon PKPU.

Berdasarkan perjanjian tersebut, PT. Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II

telah melaksanakan dan menyelesaikan semua kewajibannya, serta telah

melakukan serah terima pekerjaan kepada PT. Good Luck Resort selaku

Termohon PKPU.

Semua pekerjaan yang telah diserah-terimakan tersebut merupakan

pekerjaan yang telah selesai dan sudah seharusnya PT. Good Luck Resort selaku

Termohon PKPU membayar prestasi yang sudah dikerjakan beserta retensinya,

yaitu sebesar SGD 128,757.93 (seratus dua puluh delapan ribu tujuh ratus lima

puluh tujuh poin sembilan tiga Dolar Singapura). Dan dengan demikian telah

terbukti Termohon PKPU memiliki utang yang telah jatuh tempo dan dapat

ditagih kepada PT. Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II berupa Utang

terhadap semua pekerjaan yang telah diserahterimakan pada tahun 2016 yang

telah jatuh tempo pada tanggal 16 Pebruari 2017 sebesar SGD. 128,757.93

(seratus dua puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh tujuh poin sembilan tiga

Dolar Singapura).

Seluruh tagihan tersebut sudah jatuh waktu/tempo dan dapat ditagih, PT.

Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II melalui kuasa hukumnya telah

melakukan teguran, namun, hingga permohonan ini didaftarkan, PT. Good Luck

Universitas Sumatera Utara


68

Resort selaku Termohon PKPU tidak kunjung melaksanakan kewajibannya

membayar utang yang telah jatuh waktu/tempo tersebut. PT. Good Luck Resort

selaku Termohon PKPU juga memiliki utang kepada kreditur lain, yaitu PT.

Momenta Prima Cemerlang.

PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama

Wahana Karya Pemohon II memperkirakan PT. Good Luck Resort Termohon

PKPU tidak dapat melakukan pembayaran utang yang sudah jatuh waktu/tempo

dan dapat ditagih, secara nyata PT. Good Luck Resort Termohon PKPU memiliki

kewajiban berupa utang yang telah jatuh waktu/tempo dan belum dibayarkan

kepada PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama

Wahana Karya Pemohon II PKPU, akan tetapi, PT. Good Luck Resort Termohon

PKPU tetap tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya walaupun

telah dilayangkan tagihan dan teguran oleh PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima

selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana Karya Pemohon II PKPU PT. Good

Luck Resort Termohon PKPU selaku Debitur tidak dapat melanjutkan

pembayaran utang-utangnya yang telah jatuh waktu/tempo sehingga, Permohonan

PKPU diajukan agar memperoleh jaminan kepastian hukum.

Hal ini sebagaimana diatur dan memenuhi ketentuan Pasal 222 ayat (3)

UUK dan PKPU, yang menyebutkan: “Kreditur yang memperkirakan bahwa

Debitur tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan

dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitur diberi PKPU, untuk

memungkinkan debitur mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran

pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada krediturnya. Berdasarkan hal-hal

Universitas Sumatera Utara


69

tersebut diatas, telah terbukti dan tidak terbantahkan lagi PT. Good Luck Resort

Termohon PKPU memiliki utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada

PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama

Wahana Karya, selaku Pemohon II dan PT. Momenta Prima Cemerlang yang

berjumlah 3 (tiga) Kreditur sehingga, syarat minimal dua kreditur sesuai Pasal 222

ayat (1) UUK dan PKPU sudah terpenuhi, yang menyebutkan: “Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitur yang mempunyai lebih dari

1 (satu) Kreditur atau oleh Kreditur.

Permohonan PKPU diajukan adalah untuk memberikan kesempatan

kepada PT. Good Luck Resort Termohon PKPU agar dapat mengajukan

perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya

baik kepada Para Pemohon PKPU maupun kepada kreditur-kreditur lainnya,

sebagaimana yang diisyaratkan dalam Pasal 222 ayat (3) UUK dan PKPU

Permohonan PKPU yang diajukan oleh PT. Mitra Kharisma Kontruksi

Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II

selaku Kreditur dari PT. Good Luck Resort Termohon PKPU yang mana

Permohonan PKPU harus dikabulkan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Medan paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak didaftarkannya

Permohonan PKPU, sebagaimana Ketentuan Pasal 225 Ayat (3) UUK dan PKPU.

Menentukan: “Dalam Hal Permohonan Diajukan Oleh Kreditur, Pengadilan

dalam waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya surat

permohonan, harus mengabulkan Permohonan PKPU Sementara dan harus

menunjuk Hakim Pengawas dari Hakim pengadilan serta mengangkat 1 (satu)

Universitas Sumatera Utara


70

Pengurus atau lebih pengurus yang bersama dengan debitur mengurus harta

Debitur.

Sesuai ketentuan Pasal 222 ayat (1) Jo. Pasal 222 ayat (3) UUK dan PKPU

dikaitkan dengan bukti-bukti yang telah diajukan oleh PT. Mitra Kharisma

Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana Karya, selaku

Pemohon II PKPU, maka, PT. Good Luck Resort Termohon PKPU telah terbukti

secara sah dan meyakinkan memiliki utang yang telah jatuh tempo dan dapat

ditagih kepada PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT.

Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II dan PT. Momenta Prima Cemerlang

memperkirakan PT. Good Luck Resort Termohon PKPU tidak dapat melakukan

pembayaran utang yang sudah jatuh waktu/tempo dan dapat ditagih, oleh karena

itu berdasarkan Pasal 225 ayat (3) UU Kepailitan dan PKPU, Pengadilan Niaga

pada Pengadilan Negeri Medan harus mengabulkan permohonan PKPU paling

lambat 20 (dua puluh) hari sejak didaftarkannya Permohonan PKPU.

Sehubungan dengan adanya kreditur-kreditur lain dari PT. Good Luck

Resort Termohon PKPU tersebut, maka dengan ini PT. Mitra Kharisma Kontruksi

Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana Karya, selaku Pemohon II

memohon dengan hormat kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Medan yang mengadili perkara a quo agar juga

berkenan untuk melakukan pemanggilan secara resmi kepada Kreditur Lainnya

dari PT. Good Luck Resort Termohon PKPU tersebut.

Universitas Sumatera Utara


71

2. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, selain itu juga

mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan

hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan

hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari

pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah

Agung. 118

Kekuasaan Kehakiman merupakan salah satu cabang kekuasaan yang

dianut dalam sistem ketatanegaraan Indonesia disamping cabang kekuasaan

eksekutif dan cabang kekuasaan legislatif. Salah satu ciri dari negara hukum yang
119
demokratis yaitu adanya independen dan tidak berpihak. Dasar hakim dalam

menjatuhkan putusan pengadilan perlu didasarkan kepada teori dan hasil

penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil penelitian yang

maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah satu usaha untuk

mencapai kepastian hukum kehakiman, di mana hakim merupakan aparat penegak

hukum melalui putusannya dapat menjadi tolak ukur tercapainya suatu kepastian

hukum.

Majelis Hakim dalam memutus perkara No 6 Pdt.sus-PKPU/2019/PN

Niaga Mdn, mempertimbangkan apakah permohonan PKPU tersebut telah

118
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004), hlm.140
119
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II (Jakarta: Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia 2006), hlm 47.

Universitas Sumatera Utara


72

memenuhi syarat dan cukup beralasan hukum untuk dikabulkan. Persyaratan

PKPU adalah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 222 ayat (3) UUK yang

berbunyi: “Kreditur yang memperkirakan bahwa Debitur tidak dapat melanjutkan

membayar utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon

agar debitur diberi PKPU untuk memungkinkan Debitur mengajukan rencana

perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang

kepada Krediturnya.” Oleh karena itu hal pokok yang menjadi dasar pertimbangan

Hakim dalam menentukan putusan PKPU yang harus dipenuhi dan dibuktikan

sebagai pertimbangan Hakim dalam perkara adalah adanya Kreditur selaku

Pemohon PKPU dan Kreditur lain, adanya utang yang telah jatuh tempo yang

dapat ditagih, serta Termohon PKPU memperkirakan tidak dapat membayar

utang-utang tersebut.

Atas dasar rangkaian pertimbangan Hakim tersebut Pengadilan Niaga

memperoleh fakta atau keadaan, terbukti bahwa syarat dapat dikabulkannya

permohonan PKPU sebagaimana dalam ketentuan Pasal 222 UUK dan PKPU

telah terpenuhi dimana Debitur mempunyai utang yang sudah jatuh tempo dan

dapat ditagih serta mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditur. Oleh karena

permohonan PKPU telah dikabulkan maka Termohon (debitur) dibebani untuk

membayar biaya perkara

Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta

merta memutuskan perkara dengan sekehendak hatinya sendiri. Melainkan Hakim

mempunyai pertimbangan-pertimbangan dan landasan hukum untuk memutuskan

suatu perkara tersebut. Dan dalam Rencana Perdamaian Dalam Pkpu (Studi Kasus

Universitas Sumatera Utara


73

Putusan No 6/Pdt.sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn) yang diputus dengan

keputusan Verstek hakim mempertimbangkan dan mempunyai dasar hukum yang

sudah ada. Setelah Majelis Hakim mengabulkan Permohonan PKPU Sementara,

Pengadilan menunjuk seorang Hakim Pengawas dan Pengurus yang bersama-

sama dengan Debitur mengurus harta Debitur

Oleh karena itu hal pokok yang menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam

menentukan putusan PKPU yang harus dipenuhi dan dibuktikan sebagai

pertimbangan Hakim dalam perkara a quo adalah adanya Kreditur selaku

Pemohon PKPU dan Kreditur lain, adanya utang yang telah jatuh tempo yang

dapat ditagih, serta Termohon PKPU memperkirakan tidak dapat membayar

utang-utang tersebut. Atas dasar rangkaian pertimbangan Hakim tersebut

Pengadilan Niaga memperoleh fakta atau keadaan, terbukti bahwa syarat dapat

dikabulkannya permohonan PKPU sebagaimana dalam ketentuan Pasal 222 UUK

PKPU yang telah terpenuhi dimana Debitur mempunyai utang yang sudah jatuh

tempo dan dapat ditagih serta mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditur. Oleh karena

permohonan PKPU telah dikabulkan maka Termohon (Debitur) dibebani untuk

membayar biaya perkara.

Majelis Hakim telah mencermati Laporan Hakim Pengawas dan Laporan

Tim Pengurus dalam Perkara PKPU PT. Good Luck Resort (Dalam PKPU).

Berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan Nomor:

6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Mdn, telah ditetapkan PKPU terhadap PT. Good

Luck Resort (Dalam PKPU) sementara selama 45 (empat puluh lima) hari dan

Universitas Sumatera Utara


74

Majelis Hakim telah menetapkan sidang berikutnya untuk mendengar Laporan

Hakim Pengawas tentang perkembangan yang dicapai selama proses PKPU.

PKPU yang diajukan oleh Termohon PKPU, Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri Medan telah menjatuhkan Putusan mengabulkan pemberian

perpanjangan PKPU tetap berikut beberapa kali perpanjangan sebanyak 2 (dua)

kali. Berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan

nomor: 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Mdn., permohonan perpanjangan PKPU

tetap yang diajukan oleh Termohon PKPU telah diberikan perpanjangan PKPU

Tetap selama 30 (tiga puluh) hari dan Majelis Hakim telah menetapkan sidang

berikutnya untuk mendengar Laporan Hakim Pengawas tentang perkembangan

yang dicapai selama proses PKPU.

Kantor Akuntan Publik Anton Silalahi ditunjuk dan mengangkat auditor

oleh Hakim Pengawas sebagaimana Penetapan Hakim Pengawas No. 6/Pdt.Sus-

PKPU/2019/PN.Niaga Mdn, tertanggal 23 April 2019, untuk melakukan audit

seluruh tagihan-tagihan para kreditur PT Good Luck Resort (Dalam PKPU).

Sebagaimana Laporan Hakim Pengawas dan Laporan Tim Pengurus PT Good

Luck Resort (Dalam PKPU), serta mencermati hasil-hasil Rapat Kreditur yang

telah dilaksanakan.

Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) telah mengajukan

Proposal Rencana Perdamaian pada saat Rapat Kreditur tanggal 24 Mei 2019, atas

Proposal Rencana Perdamaian tersebut, terdapat kreditur yang keberatan yaitu PT.

Mitra Kharisma Konstruksi Prima, PT. Triotama Wahana Karya, PT. Momenta

Prima Cemerlang dan PT. Itsumi Venture berkeberatan atas Proposal Rencana

Universitas Sumatera Utara


75

Perdamaian yang ditawarkan oleh Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam

PKPU).

Rapat Proposal Rencana Perdamaian Lanjutan dan Rapat

Voting/Pemungutan Suara atas Proposal Rencana Perdamaian telah

diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 13 Juni 2019, dalam rapat tersebut

Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) menerangkan dan

menjelaskan, terkait dengan Proposal Rencana Perdamaian Debitur PKPU/PT

Good Luck Resort (Dalam PKPU) tidak akan melakukan perubahan dan/atau

perbaikan. Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) tetap pada

Proposal Rencana Perdamaian baik tata cara pembayaran dan nominal nilai

pembayaran utang seperti pada Proposal Rencana Perdamaian sebelumnya.

Mencermati atau mempelajari Laporan Hakim Pengawas dan Tim

Pengurus yang telah memberikan masukan kepada Debitur PKPU/PT Good Luck

Resort (Dalam PKPU) terkait dengan Proposal Rencana Perdamaian Debitur

PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU), agar dapat dilakukan perubahan

secara maksimal, yang mana hal tersebut dibutuhkan agar dapat mencapai

kesepakatan antara Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) dengan

Para Krediturnya.

Berdasarkan hasil rapat, debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam

PKPU) tetap pada Proposal Rencana Perdamaian yang sebelumnya dan tidak akan

merubah Proposal Rencana Perdamaian serta menyatakan Proposal Rencana

Perdamaian tersebut telah dibuat secara maksimal dan final, oleh karena Debitur

PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) tidak ingin melakukan perubahan

Universitas Sumatera Utara


76

Proposal Rencana Perdamaian. Maka rapat dilanjutkan pada tahap

Voting/Pemungutan Hak Suara atas Proposal Rencana Perdamaian PT Good Luck

Resort (Dalam PKPU) dan diperoleh hasil, yaitu:

a. 4 (empat) kreditur Konkuren dari total 8 (delapan) kreditur Konkuren yang

hadir MENOLAK atas proposal rencana perdamaian, serta mewakili

tagihan sebesar Rp.3.829.893.157,00 (tiga miliar delapan ratus dua puluh

sembilan juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu seratus lima puluh

tujuh rupiah) dengan persentase sebesar 90,01 % (sembilan puluh koma

nol satu per seratus) dari total tagihan konkuren seluruhnya

Rp.4.255.077.977,00 (empat miliar dua ratus lima puluh lima juta tujuh

puluh tujuh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) yang hadir.

b. 4 (empat) kreditur Konkuren dari total 8 (delapan) kreditur Konkuren yang

hadir Menyetujui atas proposal rencana perdamaian, serta mewakili

tagihan sebesar Rp.425.184.820,00 (empat ratus dua puluh lima juta

seratus delapan puluh empat ribu delapan ratus dua puluh rupiah) dengan

persentase sebesar 9,99 % (sembilan koma sembilan puluh sembilan per

seratus) dari total tagihan konkuren seluruhnya Rp.4.255.077.977,00

(empat miliar dua ratus lima puluh lima juta tujuh puluh tujuh ribu

sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) yang hadir.

Berdasarkan ketentuan Pasal 281 ayat (1) PKPU, Rencana Perdamaian

dapat diterima oleh Pengadilan berdasarkan:

a. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur konkuren yang

haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditur

Universitas Sumatera Utara


77

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 termasuk Kreditur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 280, yang bersama-sama mewakili paling sedikit

2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara

diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat

tersebut.

b. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah Kreditur yang piutangnya

dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak

agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3

(dua per tiga) bagian dari seluruh tagihan dari Kreditur tersebut atau

kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.

Hasil terhadap proposal rencana perdamaian yang diajukan oleh Debitur

PKPU, kreditur konkuren yang menyetujui sebesar 9,99% yakni 4 (empat) dari 8

(delapan) kreditur yang hadir, yang mana tidak lebih dari ½ (satu perdua) jumlah

kreditur yang hadir dan belum mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian

dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren,

sebagaimana dimaksud Pasal 281 ayat (1) UU PKPU. Debitur/Termohon PKPU

telah diberikan tenggang waktu yang cukup untuk menyiapkan dan memperbaiki

proposal rencana perdamaian, ternyata juga tidak terlaksana. Mengacu kepada

ketentuan Pasal 281 ayat (1) UU PKPU yang menyebutkan bahwa rencana

perdamaian haruslah disetujui oleh kreditur konkuren dan juga kreditur separatis,

hal mana ternyata komposisi penghitungan suara yang telah dilaksanakan tersebut

tidak memenuhi syarat tercapainya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 281 ayat (1) UU PKPU.

Universitas Sumatera Utara


78

Proposal Rencana Perdamaian PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) di

tolak oleh Para Kreditur PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) maka proses

PKPU telah berakhir dengan tidak tercapainya perdamaian dan Debitur/Termohon

PKPU haruslah dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya sebagaimana

dimaksud Pasal 289 UU PKPU, oleh karena Debitur PKPU/PT Good Luck Resort

(Dalam PKPU) telah dinyatakan pailit, maka harta Debitur PKPU/PT Good Luck

Resort (Dalam PKPU) berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana ketentuan

Pasal 292 UU PKPU.

Debitur/Termohon PKPU dinyatakan pailit maka segala sesuatunya akan

didasarkan pada ketentuan-ketentuan tentang kepailitan, untuk hal mana perlu

ditunjuk Hakim Pengawas dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan

dan Kurator yang Namanya ditentukan dalam amar Putusan ini.

Debitur/Termohon PKPU telah dinyatakan pailit, maka untuk pemberesan harta

pailit wajib ditunjuk kurator, hal mana untuk efisiensi dan efektifitas, Majelis

Hakim akan menunjuk Kurator yang juga Pengurus dalam proses PKPU PT. Good

Luck Resort (Dalam PKPU), untuk menjadi kurator dalam kepailitan PT. Good

Luck Resort, yakni:

a. BHOMA SATRIYO ANINDITO, S.H., Kurator dan Pengurus

terdaftar di Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia

berdasarkan surat bukti pendaftaran Kurator dan Pengurus No.

AHU.AH.04.03-17, tertanggal 23 Februari 2016, yang berkedudukan

di Sudirman Plaza – Penthouse Plaza 23rd Floor, Jl. Jend. Sudirman

Kav. 76-78, Jakarta Selatan 12910.

Universitas Sumatera Utara


79

b. DUDI PRAMEDI, S.H., Kurator dan Pengurus terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia berdasarkan

surat bukti pendaftaran Kurator dan Pengurus No. AHU.AH.04.03-

148, tertanggal 22 April 2015, yang berkedudukan di Dudi Pramedi

& Partners dan beralamat di Jl. Embah Jaksa No. 14, Cipadung,

Bandung 40614.

Menurut penulis, bahwa dalam hal majelis hakim memandang apabila

terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan

untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud sebagaimana dalam Pasal 2 ayat

(1) telah terpenuhi. Hal ini hakim mesti secara cermat melihat pada jawaban

Termohon mengenai adanya fakta-fakta penipuan yang diajukan oleh Termohon

dalam Permohonan kepailitan.

3. Putusan

Proposal Rencana Perdamaian PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) di

tolak oleh Para Kreditur PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) maka proses

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah berakhir dengan tidak tercapainya

perdamaian dan Debitur/Termohon PKPU haruslah dinyatakan pailit dengan

segala akibat hukumnya sebagaimana dimaksud Pasal 289 UUK PKPU. Karena

Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) telah dinyatakan pailit,

maka harta Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) berada dalam

keadaan insolvensi sebagaimana ketentuan Pasal 292 UUK PKPU.

Dikarenakan Debitur/Termohon PKPU dinyatakan pailit maka segala

sesuatunya akan didasarkan pada ketentuan-ketentuan tentang Kepailitan, untuk

Universitas Sumatera Utara


80

hal mana perlu ditunjuk Hakim Pengawas dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Medan dan Kurator yang Namanya ditentukan dalam amar Putusan ini.

Biaya yang timbul dalam permohonan ini wajib dibebankan kepada

Debitur/Termohon PKPU yang besarnya tersebut dalam amar putusan ini.

Ketentuan Pasal 230 ayat (1), Pasal 289 ayat (1) Jo Pasal 292 serta pasal-pasal

yang berkaitan dalam PKPU, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang

berlaku, memutuskan bahwa Menolak Proposal Rencana Perdamaian yang diajukan PT

Good Luck (dalam PKPU), sebagaimana dilaksanakan dalam Rapat Pemungutan Suara

oleh Kreditur pada hari Kamis, tanggal 13 Juni 2019 di Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri Medan dan juga PKPU Tetap terhadap Termohon/Debitur PKPU/PT.

Good Luck Resort (Dalam PKPU), berakhir. Debitur PKPU / PT. Good Luck Resort,

yang beralamat kantor di Jalan Ir. Sutami No. 6, Tanjung Pinggir, Sekupang, Kota Batam,

Kepulauan Riau berada dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya. Setelah

dinyatakan pailit maka pengadilan niaga pada pengadilan negeri Medan menunjuk

FAHREN, SH, M.Hum., Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Medan sebagai Hakim

Pengawas untuk mengawasi proses Kepailitan PT. Good Luck Resort (Dalam Pailit).

Untuk melakukan pemberesan harta pailit maka ditunjuk kurator dalam kasus ini yakni:

1) Bhoma Satriyo Anindito, S.H., Kurator dan Pengurus terdaftar di

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia berdasarkan surat

bukti pendaftaran Kurator dan Pengurus No. AHU.AH.04.03-17,

tertanggal 23 Februari 2016, yang berkedudukan di Sudirman Plaza –

Penthouse Plaza 23rd Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta

Selatan 12910;

Universitas Sumatera Utara


81

2) Dudi Pramedi, S.H., Kurator dan Pengurus terdaftar di Departemen

Hukum dan HAM Republik Indonesia berdasarkan surat bukti

pendaftaran Kurator dan Pengurus No. AHU.AH.04.03-148, tertanggal

22 April 2015, yang berkedudukan di Dudi Pramedi & Partners dan

beralamat di Jl. Embah Jaksa No. 14, Cipadung, Bandung 40614.

Sebagai Tim Kurator dalam Proses Kepailitan PT. Good Luck Resort

(Dalam Pailit).

Setelah melakukan penunjukan Kurator lalu melakukan penetapkan biaya

kepailitan dan imbalan jasa Kurator ditetapkan kemudian dalam sebuah penetapan setelah

Kurator selesai menjalankan tugasnya, setelah proses kepailitan berakhir, dan dibebankan

pada harta pailit PT Good Luck Resort (Dalam Pailit) serta Menghukum Debitur PKPU /

PT Good Luck Resort (Dalam Pailit) untuk membayar biaya perkara yang sampai hari ini

ditetapkan sejumlah Rp.6.384.000,- (enam juta tiga ratus delapan empat ribu rupiah)

B. Analisis Putusan No 6/ Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Mdn

Dalam melakukan analisa terhadap perkara PKPU antara PT. Mitra

Kharisma Kontruksi Prima selaku Pemohon I dan PT. Triotama Wahana Karya,

selaku Pemohon II PKPU dengan PT. Good Luck Resort selaku Termohon PKPU

dan untuk dapat mengetahui apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan teori dan

ketentuan yang berlaku, maka dapat dilihat dari alur perkara PKPU tersebut, yang

diawali dengan adanya Surat Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang kepada PT. Good Luck Resort pada tanggal 21 Januari 2019 dan

didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan

dengan nomor 06/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Mdn tertanggal 21 Januari 2019.

Universitas Sumatera Utara


82

Pengajuan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang kepada

PT. Good Luck Resort tersebut dilakukan dengan sesuai dengan ketentuan pasal

222 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, dimana

dinyatakan dengan tegas bahwa:

“Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitur yang

mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditur atau oleh Kreditur” 120

Dimana dalam Hal ini PT. Good Luck Resort sebagai posisi debitur

mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur dan berdasarkan lampiran pada Surat

Permohonan PKPU, diketahui daftar kreditur PT. Good Luck Resort, sebagai

berikut:

1. PT. Itsumi Venture

2. PT. Triotama Wahana Karya

3. PT. Momenta Prima Cemerlang

4. Toko Mitra Utama

5. PT. Baja Prima Batam

6. PT. LA Engineering

7. Ayang Supllier Seafood

8. PT. Mitra Kharisma Kontruksi Prima

Ditegaskan kembali didalam pasal 222 ayat (2) UU No 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan PKPU, dinyatakan bahwa:

120
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Pasal 222 ayat 1

Universitas Sumatera Utara


83

“Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat

melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan

maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran

pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur”.121

Berdasarkan penjelasan Pasal 222 ayat (2) yang dimaksud dengan

“Kreditur” adalah setiap Kreditur baik Kreditur konkuren maupun kreditur yang

didahulukan. Terjadinya kekosongan hukum berkaitan dengan apabila Kreditur

yang mengajukan pailit terjadi wanprestasi dan dugaan terjadinya penipuan-

penipuan dalam mengajukan kepailitan, sehingga debitur yang dimohonkan pailit

tidak mengajukan upaya PKPU yang diamanatkan oleh UUK dan PKPU.

Lembaga PKPU ini tidak bermakna bagi debitur yang dinyatakan pailit karena

adanya sengketa perdata.

Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan nomor

6/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Mdn., tanggal 11 Februari 2019 telah diberikan

PKPU sementara 45 (empat puluh lima) hari. Berdasarkan Permohonan

perpanjangan PKPU yang diajukan oleh termohon PKPU, Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri Medan telah menjatuhkan putusan mengabulkan PKPU Tetap

sebanyak dua kali perpanjangan. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Medan., tanggal 27 Mei 2019 telah memberikan perpanjangan PKPU Tetap 30

(tiga puluh ) hari. Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) telah

mengajukan Proposal Rencana Perdamaian pada saat Rapat Kreditur tanggal 24

121
Ibid, Pasal 222 ayat 2

Universitas Sumatera Utara


84

Mei 2019, atas Proposal Rencana Perdamaian tersebut, terdapat kreditur yang

keberatan yaitu PT. Mitra Kharisma Konstruksi Prima, PT. Triotama Wahana

Karya, PT. Momenta Prima Cemerlang dan PT. Itsumi Venture berkeberatan atas

Proposal Rencana Perdamaian yang ditawarkan oleh Debitur PKPU/PT Good

Luck Resort (Dalam PKPU). Debitur telah diberi tenggang waktu yang cukup

untuk memperbaiki proposal rencana perdamaian yakni hingga 30 (tiga puluh

puluh) hari, namun demikian Debitur menyatakan bahwa nilai penawaran

pembayaran tagihan masing-masing Kreditur adalah tetap dan tidak berubah

sesuai proposal rencana perdamaian nomor 048/TMJ/V/2019 tertanggal 24 Mei

2019.

Verifikasi tagihan kreditur dilakukan oleh Hakim Pengawas yang dimana

telah menunjuk dan mengangkat auditor (ahli dari Kantor Akuntan Publik Anton

Silalahi) untuk membantu hakim pengawas dalam melakukan audit seluruh

tagihan-tagihan dan pencocokan utang piutang para kreditor PT Good Luck

Resort. Rapat Voting/Pemungutan Suara atas Proposal Rencana Perdamaian telah

diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 13 Juni 2019 bertempat di Ruang Rapat

Kreditor, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan. Pada rapat tersebut

Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) menerangkan dan

menjelaskan, terkait dengan Proposal Rencana Perdamaian Debitur PKPU/PT

Good Luck Resort (Dalam PKPU) tidak akan melakukan perubahan dan/atau

perbaikan. Debitur PKPU/PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) tetap pada

Proposal Rencana Perdamaian baik tata cara pembayaran dan nominal nilai

pembayaran utang seperti pada Proposal Rencana Perdamaian sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


85

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 281 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan PKPU, dinyatakan dengan tegas bahwa:

“1. Rencana perdamaian dapat diterima berdasarkan:

a. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur konkuren

yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat

Kreditur sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 268 termasuk

kreditur sebagaimana dimaksud dalam pasal 280, yang bersama-

sama mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh

tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren

atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut; dan

b. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah Kreditur yang

piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,

hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan

mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari seluruh

tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren

atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.”122

Bahwa pada kasus ini ketika diadakan voting pada tanggal 13 Juni 2019,

Berdasarkan Ketentuan Pasal 281 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan PKPU. Hasil Pemungutan Suara terhadap Proposal Rencana

Perdamaian PT Good Luck Resort (Dalam PKPU) yakni ada kreditur yang

menolak Proposal Rencana Perdamaian yakni sejumlah 4 (empat) kreditur dari 8

(delapan) kreditur yang hadir dengan jumlah piutang yang diakui sejumlah Rp.

122
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara


86

3.829.893.157,00 (tiga miliar delapan ratus dua puluh sembilan juta delapan ratus

sembilan puluh tiga ribu seratus lima puluh tujuh rupiah) sedangkan kreditur

konkuren yang menyetujui sebesar 9,99% yakni 4 (empat) dari 8 (delapan)

kreditur yang hadir dengan jumlah piutang yang diakui sejumlah

Rp.425.184.820,00 (empat ratus dua puluh lima juta seratus delapan puluh empat

ribu delapan ratus dua puluh rupiah) yang mana tidak lebih dari ½ (satu perdua)

jumlah kreditur yang hadir dan belum mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga)

bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur

konkuren. maka Proposal Rencana Perdamaian tidak dapat diterima/ditolak

dikarenakan tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 281 ayat (1)

UU No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU. Karena rencana

perdamaian telah berubah menjadi perubahan sesuai ketentuan diatas, maka

berdasarkan ketentuan pasal 285 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan PKPU dimana dinyatakan dengan tegas bahwa :

“ Pengadilan wajib memberikan putusan mengenai pengesahan

perdamaian disertai alasan-alasannya pada sidang sebagaimana dimaksud

dalam pasal 284 ayat (3).”123

Maka Untuk pengumuman putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang dalam Kasus ini harus didaftarkan di Lembar Berita Negara dan paling

sedikit dua surat kabar harian, hal ini terdapat dalam ketentuan pasal 230 ayat (1)

UU No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan kewajiban Pembayaran

Utang serta berdasarkan ketentuan pasal 289 ayat (1) jo Pasal 292 UU No 37

123
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Pasal 285 ayat 1

Universitas Sumatera Utara


87

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

yakni terhadap Akibat penolakan rencana perdamaian dalam PKPU dimana

debitur dinyatakan pailit dan tidak dapat ditawarkan lagi suatu perdamaian.

Setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan, maka ditetapkan kurator oleh

pengadilan niaga untuk mengurus harta pailit dibawah pengawasan dari hakim

pengawas. Mengenai kurator, Hal tersebut terdapat dalam ketentuan pasal 1 angka

5 UU No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang ditegaskan sebagai berikut :

“Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang

diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit

dibawah pengawasan dari hakim pengawas sesuai dengan undang-undang ini.”

Kurator harus melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit

dan menyimpan semua surat,dokumen, uamg. perhiasan dan surat berharga

lainnya. Jika terjadi kelalaian maka kurator wajib bertanggung jawab terhadap

kelalaian dalam melaksanakan tugasnya yang mengakibatkan kerugian harta

pailit. Mengenai imbalan jasa bagi kurator dan biaya kepailitan akan ditetapkan

kemudian setelah kurator menyelesaikan tugasnya dengan pedoman terhadap

perundang-undangan yang berlaku. Maka tindakan Majelis Hakim dalam

memberikan putusan tentang pengesahan rencana perdamaian tersebut yang

selanjutnya diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim sudah dilakukan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaturan mengenai rencana perdamaian dalam proses PKPU menurut

UUK-PKPU diatur dalam pasal 265 hingga 294. Debitur berhak pada waktu

mengajukan suatu perdamaian PKPU atau setelah itu menawarkan suatu

perdamaian kepada kreditur sesuai pasal 265 UUK-PKPU. Proposal

perdamaian pada tahap pendaftaran utang atau setelah rapat verifikasi utang

berakhir, maka secara yuridis debitur dianggap tidak mampu membayar

dengan kesepakatan damai dan berakibat harta pailit menjadi insolven dan

seluruh harta pailit harus dilikuidasi. Jika harta pailit telah dinyatakan

insolven, maka tertutup kemungkinan bagi debitur untuk mengajukan rencana

perdamaian untuk kedua kalinya, karena terhitung sejak harta pailit

dinyatakan insolven, kurator dapat segera melakukan pemberesan harta pailit.

2. UUK-PKPU belum memberikan perlindungan kepada debitur, karena

persyaratan permohonan pernyataan pailit memudahkan debitur dinyatakan

pailit, walaupun sebenarnya debitur dalam keadaan solven. Hal ini dapat

dilihat dalam UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU pada pasal

222 ayat (3) dimana kedudukan kreditur yang sebagai mayoritas sering

menggunakan pasal tersebut untuk dapat dengan cepat mempailitkan debitur.

Universitas Sumatera Utara


89

Terhadap Chapter 11 Bankruptcy Code didalamnya ada mengatur mengenai

proses restrukturisasi utang, dimana dalam Chapter 11 Bankruptcy Code

tersebut debitur memiliki kendali penuh (Debtor in Possession) terhadap

proses restrukturisasi utangnya. sedangkan di dalam UU Kepailitan dan PKPU

dalam proses restrukturisasi utang dibentuk pengurus atau kurator yang

dimana untuk mengawasi debitur dalam proses restrukturisasi.

3. Akibat hukum ditolaknya rencana perdamaian dalam PKPU (Studi Kasus

Putusan No 6/PDT.SUS-PKPU/2019/PN NIAGA MDN), dalam pasal 289

UUK-PKPU bahwa debitor langsung dijatuhi putusan dengan segala akibat

hukumnya oleh majelis hakim pengadilan niaga pada pengadilan negeri

Medan serta harta debitor langsung jatuh kedalam keadaan insolvensi maka

pelimpahan kewenangan harta debitor diberikan kepada kurator untuk

membereskan harta pailit tersebut. Berdasarkan pasal 292 UUK-PKPU,

putusan dalam kasus ini bersifat final dan Binding. Maka akibat hukum

ditolaknya Proposal Rencana Perdamaian yang diajukan PT Good Luck

(dalam PKPU), oleh karena itu PT. Good Luck Ressort selaku debitor berada

dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya.

B. Saran

1. UUK dan PKPU harus direvisi, karena jika melihat pada proses perdamaiannya,

peraturan tersebut seakan-akan lebih menguntungkan pihak kreditur. Hal ini jelas

tidak sesuai dengan tujuan diakannya PKPU yaitu untuk mencegah pailitnya debitur,

sehingga perlu adanya tolak ukur bagaimana bentuk kelalaian dalam pemenuhan

Universitas Sumatera Utara


90

kewajiban perjanjian perdamaian itu sendiri agar pembatalan perjanjian perdamaian

dalam PKPU tidak digunakan oleh kreditur yang beritikad tidak baik

2. Sebaiknya pengaturan tentang PKPU model idealnya mengacu kepada Debtor

in Possession dalam Chapter 11 Bankruptcy Code di Amerika serikat agar

perlindungan terhadap debitor dalam PKPU dapat terjamin sehingga debitor

juga tidak dapat dengan mudahnya langsung pailit walaupun debitor tersebut

dalam keadaan solven .

3. Putusan Majelis Hakim pengadilan Niaga yang menyatakan bahwa sebaiknya

menjelaskan alasanalasan terkait dengan pernyataan bahwa proposal

perdamaian. Sebaiknya semua pihak yang terikat dalam perjanjian

Perdamaian melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan apa yang

diperjanjikan dan mengoptimalkan kinerja perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Anisah, Siti. Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitur Dalam Hukum


Kepailitan di Indonesia, Yogyakarta: Total Media, 2008.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V


Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004.

Asikin, Zainal. Hukum Kepailitan, Jakarta ; Rajawali Pers, 2002.

Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II Jakarta: Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia 2006.

Astara, I Wayan Wesna Hukum Kepailitan Teori dan Praktek, (Denpasar,


Warmadewa University Press, 2018.

Fuady, Munir. Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Citra Aditya Bakti,
2017.

Ginting, Elyta Ras. Hukum Kepailitan Rapat-Rapat Kreditur, Jakarta:Sinar Grafika,


2018.

Hadjon, Philipus M. Perlindungan Bagi Rakyat diIndonesia, Surbaya : Bina Ilmu,


Surabaya, 2001.

Hartini, Rahayu Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia Dualisme


Kewenangan Pengadilan Niaga & Lembaga Arbitase, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.

Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar. Medan :Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009.

Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2017.

Marzuki, Peter Mahmud Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media


Group, 2010).

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan,


Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.

Nazil, M. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia,2010.

91

Universitas Sumatera Utara


92

Nur, Aco. Hukum Kepailitan, Jakarta: Pilar Yuris Utama, 2015.

Santiago, Faisal. Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta ; Mitra Wancana Media, 2012.

Santiago, Faisal Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012.

Sastrawidjaja, Man S. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang, Bandung: Alumni, 2006.

Sembiring, Sentosa. Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan Yang


Terkait Dengan Kepailitan, Bandung: Nuansa Indah,2006.

Shubhan, M. Hadi. Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di Pengadilan,


Jakarta: Kencana, 2009.

Sinaga, Syamsudin, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta: Tatanusa, 2012.

Sjahdeini, Sutan Remy. Sejarah, Asas dan Teori, Hukum Kepailitan Memahami
Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Jakarta: Kencana,
2018.

Soekanto, Soerjono Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan


ketiga belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada,2013.

Sumitro, Ronny Hanitiyo. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri


Jakarta:Ghalia Indonesia,2001.

Sunarmi, Hukum Kepailitan edisi 2, Jakarta: Sofmedia,2010.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta:Sinar Grafika,2014.

Suyatno, R. Anton Pemanfaatan Penundaan kewajiban pembayaran Utang. Sebagai


Upaya mencegah Kepailitan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012

Sutedi, Adrian. Hukum Kepailitan, Bogor: Ghalia Indonesia,2009.

Usman, Rachmadi Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, Jakarta:Gramedia


Pustaka Utama,2004.

Wignjosumarto, Purwoto Hukum Kepailitan Selayang Pandang, Bandung: Alumni,


2004.

Universitas Sumatera Utara


93

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnia, Kepailitan, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002.
______________________________. Ahmad dan Gunawan Widjaja, Hukum
Kepailitan, Jakarta : Raja Grafindo Persada,2004.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,2002.

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang.

Chapter 11 Bankruptcy Code

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Putusan No 6/Pdt.Sus-PKPU/2019/Pn.Niaga Mdn.

3. Jurnal/Kamus/Artikel/Skripsi

Asra, Corporate Rescue : Key Concept dalam Kepailitan Korporasi. Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM NO. 4 VOL. 22 OKTOBER 2015.

Ginting, Vida Rianita, Analisis Terhadap Penolakan Perdamaian Pada Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Oleh Kreditur Separatis Dalam
Perkara Kepailitan (Studi Terhadap Perdamaian PT. Maja Agung Latexindo
dan PT. BRI Cabang Putri Hijau Medan).Jurnal JOM Fakultas Hukum
Volume II Nomor 1 Februari 2015.

Hamid, Malik Abdul, Kajian Hukum Perbandingan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang di Indonesia dengan Restrukturisasi Utang di Amerika
Serikat, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2019.

Hayati, Kemala Atika, Hak suara kreditor separatis dalam proses pengajuan upaya
perdamaian menurut Undang-Undang nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan kewajiban Pembayaran Utang, Medan Program
Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara,
2015

Ishak, Perdamaian Antara Debitur Dan Kreditor Konkuren Dalam Kepailitan Kanun
Jurnal Ilmu Hukum Vol. 18, No. 1, April, 2016.

Universitas Sumatera Utara


94

Jobby, Parulian, Perdamaian Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang :


Pembentukan Badan Usaha Baru sebagai Restrukturisasi Utang (Analisis
Yuridis Putusan No. 21 Pdt.Sus/PKPU/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst), Depok ;
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus
UI.

Kinanti, Jelita Dini, Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Niaga Nomor


08/PAILIT/2005/PN.NIAGA.JKT.PST jo Nomor01/PKPU/2005/PN.NIAGA.
JKT.PST Tentang Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung, 2010.

Kornelis, Yudi, Harmonisasi Hukum Terhadap Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang Dengan Perspektif Budaya Hukum Indonesia. Jurnal Selat, Volume. 4
Nomor. 1, Oktober 2016.

Rahmadiyanti, Rindy Ayu, “Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian Debitur


Oleh Kreditor Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”,
Jurnal Reportorium Kenotariatan Fakultas Hukum Undip, September Vo.8
No. 2 tahun 2015.

Saija,Ronald, Perlindungan Kreditur Atas Pailit Yang Diajukan Debitur Dalam


Proses Peninjauan Kembali Di Pengadilan Niaga. Jurnal, SASI Vo l . 2 4 No.
2, J u l i - Desember 2018.

Yanti, Febri, dkk, Analisis Homologasi Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang Sebagai Upaya Pencegah Terjadinya Kepailitan (Studi Putusan No.59
/ Pdt. Suspkpu. PN.Niaga.Jkt.Pst), Pactum law Jurnal ,Vol 1 No 2, 2018.

4. Website

Ash,
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt53070ada4c8a5/pengajuan-PKPU-
tak-hambat-usaha-debitor/ diakses pada tanggal 14 Desember 2019.

Rizky Dwinanto https://www. hukumonline. com/klinik/ detail/ulasan/


lt5dcbca5b1defb /waktu- tepat-mengajukan-rencana-perdamaian-dalam-
kepailitan-dan-pkpu/diakses tanggal 8 November 2019.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai