Anda di halaman 1dari 90

PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN

JALAN/PENGASPALAN ANTARA PT. DIAN PERKASA DENGAN


PT. BLASTINDO MITRA MANDIRI (STUDI DESA SIPERMARA
KECAMATAN PERGETTENG-GETTENGSENGKUT,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

IMMANUEL PETRA SILABAN


NIM :140200528

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Immanuel Petra Silaban*


Muhammad Husni**
Rabiatul Syahriah***
Perjanjian kerjasama dimulai dengan diadakan perjanjian antara pihak
pertama dengan pihak kedua. Pihak pertama dan pihak kedua sepakat mengikat
perjanjian kerja untuk melaksanakan paket pekerjaan pembangunan
jalan/pengaspalan. Beberapa masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk dan isi Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan
Jalan/Pengaspalan Antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.
Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan
perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.
Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri. Bagaimanakah perjanjian
kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian
Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan
Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan
yuridis empiris. Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
analitis. Sumber data primer dan data sekunder pada penelitian umumnya
dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dan dari
bahan-bahan pustaka. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk dan isi perjanjian
kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian
Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, bentuk perjanjian dibuat secara
tertulis dengan saksi notaris untuk tanda tangan para pihak. Fungsi kesaksian
notaris atau suatu dokumen semata-mata hanya untuk kebenaran tanda tangan
para pihak, akan tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan
hukum dari isi perjanjian. Kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam
pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan
jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.
Bentuk tanggung jawab dari pihak kontraktor apabila tidak sesuai dengan bestek
akan dikenakan sanksi-sanksi seperti pemberi tugas akan menangguhkan
pembayaran. Penyelesaian sengketa perjanjian kerjasama paket pekerjaan
pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo
Mitra Mandiri, apabila timbul perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua,
maka diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, Jika dengan jalan
musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka penyelesaian dilakukan di
pengadilan negeri. Dapat pula penyelesaian perselisihan tersebut dengan dibentuk
panitia arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak kesatu dan seorang wakil
pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui
oleh kedua belah pihak.

Kata kunci :Perjanjian Kerjasama, Pengaspalan Jalan1

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga

dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah

merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi

untuk mencapai gelar kesarjanaan menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih

judul “Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan

Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra

Mandiri (Studi Desa Sipermara Kecamatan Pergetteng-gettengsengkut

Kabupaten Pakpak Bharat).” Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan

didalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.

Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan kemanfaatannya.

Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda Ir. Monang Silaban dan

Ibunda Elisabeth Caroline, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam

mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan juga

tiada hentinya mencari rezeki dari terbit fajar hingga terbenam matahari untuk

menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan penulis hingga saat ini, serta

ii
Universitas Sumatera Utara
keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi hingga saat ini, terima

kasih atas do’a yang tiada henti.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak

langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama

penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara Medan.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Fakultas

Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara..

7. Syamsul Rizal, S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. M. Husni, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi

ini.

iii
Universitas Sumatera Utara
9. Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan masukan, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Rafiqoh Lubis, S.H, M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis.

11. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

12. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik

penulis.

13. PT. Dian Perkasa yang telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk

memberikan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat penulis Ari, Irwanda, Fauzan, Apas, Adib, Fery, Kibot,

Sonang, Gary, Anes, Rizky DP, Keto, Marvel, Rahmat, Cindy, Refika, Ivan,

Sari, Devin, Theo, Priska, Angga, Jim, Erikson, Joel, Dita, dan semua sahabat

penulis yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

15. Genk Mebakers yang terdiri dari Daniel, Harold, Rama, Aziz, Imam, Johan,

Ronny, Abram, Raja, Fadel, Khadafi, Caca, Ica, Niki, Indah, Dewi, Nargis,

Regin mereka yang telah mengisi hari-hari saya selama masa perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

16. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Perdata (IMP) Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Stambuk 2014.

17. Teman-teman Grup E Angkatan 2014 dan teman-teman Angkatan 2014

lainnya, yang karena kebersamaannya Penulis mampu menyelesaikan semua

kegiatan perkuliahan dengan baik.

iv
Universitas Sumatera Utara
18. Terima Kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan perkuliahan saya yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada

semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan

balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Januari 2019


Penulis,

Immanuel Petra Silaban

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Permasalahan ................................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka............................................................................ 6

F. Metode Penelitian .......................................................................... 9

G. Keaslian Penulisan....................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan .................................................................. 15

BAB II BENTUK DAN ISI PERJANJIAN KERJASAMA


PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN/
PENGASPALAN .................................................................................. 17

A. Syarat- Syarat Sahnya Perjanjian Kerjasama .............................. 17

B. Bentuk dan Isi Perjanjian Kerjasama Pekerjaan


Pembangunan Jalan/Pengaspalan ................................................ 26

BAB III KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK


DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA
PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN
JALAN/PENGASPALAN .................................................................. 34

A. Pengaturan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan


Pembangunan Jalan/Pengaspalan ................................................ 34

B. Akibat Hukum Pihak PT. Blastindo Mitra Mandiri Tidak


Melaksanakan Perjanjian Sesuai dengan Kesepakatan ............... 36

vi
Universitas Sumatera Utara
C. Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak Dalam
Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan
Pembangunan Jalan/Pengaspalan ................................................ 40

BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN


PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN ANTARA
PT. DIAN PERKASA DENGAN PT. BLASTINDO
MITRA MANDIRI (STUDI DESA SIPERMARA,
KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT) ................................................. 45

A. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan


Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa
dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri ........................................... 45

B. Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian Pelaksanaan


Pekerjaan Perjanjian Perjanjian Kerjasama Paket
Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian
Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri ............................. 57

C. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kerjasama Paket


Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara
PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri .............. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 74

A. Kesimpulan .................................................................................. 74

B. Saran ........................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................77

LAMPIRAN

vii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan salah satu

cirinya adalah pembangunan disegala bidang. Pembangunan nasional merupakan

usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan

secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan

perkembangan global.2

Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman

dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sesuai tujuan yang tercantum dalam

alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) disebutkan bahwa hakikat

pembangunan nasional adalah: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan

kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu

melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi.3

Dalam melaksanakan menciptakan kesejahteraan umum, melindungi

seluruh tumpah darah Indonesia, pemerintah melaksanakan pembangunan di

segala bidang salah satunya pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan Desa

Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat,

sehingga dibuatlah suatu kontrak.

2
Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Malang, Setara Press, 2013, hlm. 1.
3
Linna Nindyahwati, Perjanjian Kerjasama Operasi Proyek Pembangunan Jalan Tol /
Freeway Paket 2 Samboja – Palaran 1 Kalimantan Timur Nomor : 01/KSO/WRM/XII/2010,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya 2013, hlm 1

1
Universitas Sumatera Utara
Kontrak berawal dari perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara

para pihak. Perumusan hubungan kontrak tersebut pada umumnya diawali dengan

proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi, para pihak berupaya

menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu

yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar-menawar.4

Hukum perjanjian atau kontrak yang dianut di Indonesia bersifat terbuka.

Artinya, ada pemberian kebebasan yang seluas-luasnya kepada siapapun untuk

membuat perjanjian dengan isi dan sifatnya sesuai yang dikehendaki, asalkan

tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Selain itu,

hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap maksudnya, para pihak yang

membuat perjanjian boleh membuat atau mengatur ketentuan-ketentuan sendiri

tentang isi dari perjanjianya dengan ketentuan apabila tidak diatur dalam

perjanjian tersebut, yang berlaku adalah pasal-pasal tentang perjanjian yang ada di

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).5

Pembangunan sarana jalan dalam rangka memperlancar penyelenggaraan

tugas-tugas pemerintahan dan kegiatan masyarakat perlu didukung dengan

pembangunan infrastruktur yang memadai. Salah satunya pembangunan bidang

sarana dan prasarana jalan, karena dengan sarana jalan yang memadai secara tidak

langsung penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan kepentingan masyarakat

dapat dilaksanakan secara efektif. Disisi lain dapat memudahkan aksesbilitas

penduduk dalam segala bentuk kegiatan yang menyangkut kehidupan masyarakat.

4
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 1
5
Yunirman Rijan dan Ira Koesoemawati, Cara Mudah Membuat Surat Perjanjian Atau
Kontrak Dan Surat Penting Lainya, Raih Asa Sukses, Depok, 2009, hlm. 6.

2
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai

pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi, baik dipusat maupun daerah

dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi

perekonomian nasional. Pembangunan jalan dan jembatan sebagai prasarana

transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu

akan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan

ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang, dan jasa yang akan berujung

pada meningkatnya daya saing nasional. Peran jalan di atas adalah dengan

menghubungkan pusat-pusat ekonomi yaitu pusat produksi, pusat distribusi, dan

pusat pemasaran.6

Pengelolaan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan

berdaya guna. Kualitas jalan yang baik akan memberikan standar pelayanan

minimal dalam penggunaannya, yang meliputi aspek aksesibilitas (kemudahan

pencapaian), mobilitas, kondisi jalan, keselamatan, dan kecepatan tempuh rata-

rata. Kondisi tersebut pada akhirnya ditujukan untuk menciptakan sistem

transportasi terpadu yang berorientasi pada efisiensi transportasi guna

mempercepat pembangunan di segala bidang. 7

Pembangunan infrastruktur masih menjadi sektor pembangunan yang

diprioritaskan oleh pemerintah baik pusat dan di daerah. Pembangunan

infrastruktur merupakan salah satu sektor penting untuk mempercepat laju

pembangunan nasional karena menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi.

6
“Kebijakan Pembangunan Jalan di Indonesia tahun 2005-2010”, http://jdih.bpk. go.id/
wpcontent/uploads/2011/03/KebijakanPembgnJalan.pdf diakses tanggal 01 Desember 2018
7
Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, Analisis Terhadap Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Jalan Di Kabupaten Banyumas, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, Jurnal Dinamika Hukum . Vol. 12 No. 2 Mei 2012, hlm 284

3
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara, Kecamatan

Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat sebagai pengguna jasa

yang telah dituangkan dalam surat perjanjian (kontrak), dalam pelaksanaannya

timbul perubahan pekerjaan berupa pekerjaan tambah dan kurang serta perubahan

harga kontrak.

Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai

pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi, baik dipusat maupun daerah

dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi

perekonomian nasional. Pembangunan jalan dan jembatan sebagai prasarana

transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu

akan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan

ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang, dan jasa yang akan berujung

pada meningkatnya daya saing nasional.

Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket

pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut,

Kabupaten Pakpak Bharat ini adalah adanya klausul yang menyatakan

pembayaran tahap pertama sebagai uang muka dibayarkan senilai 30% (tiga puluh

persen). Pembayaran pekerjaan fisik dilakukan setiap progres 2 (dua) minggu

dengan memperhitungkan cicilan uang muka sebesar 30% (tiga puluh persen).

Volume pekerjaan dihitung berdasarkan volume awal yang diukur berdasarkan

volume survey dibandingkan dengan volume pekerjaan setiap 2 (dua) minggu dan

dibuat berita acara kedua belah pihak yang disetujui oleh Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK).8

8
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, 5 Januari 2019 di
kantor PT. Dian Perkasa

4
Universitas Sumatera Utara
Prinsip ini dipahami bahwa kontrak telah terjadi dan karenanya mengikat

para pihak sejak tercapainya kata sepakat. Perkembangan prinsip konsensualisme

memperoleh penjabaran lebih detail dalam legalisasi di beberapa negara, termasuk

KUHPerdata baru Belanda dan dalam berbagai model hukum

perjanjian/kontrak. 9 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka

dilakukan penelitian dengan judul Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan

Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo

Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut,

Kabupaten Pakpak Bharat).

J. Permasalahan

Guna menemukan identifikasi masalah dalam penelitian, maka perlu

dipertanyakan apa yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji lebih

lanjut untuk menemukan pemecahan masalah yang telah diidentifikasi antara lain

1. Bagaimanakah bentuk dan isi perjanjian kerjasama Perjanian Kerjasama Paket

Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan Antara PT. Dian Perkasa dengan

PT. Blastindo Mitra Mandiri?

2. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara

PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri?

3. Bagaimanakah perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan

/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri

(Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten

Pakpak Bharat)?

9
Y. Sogar Simamora, Hukum Kontrak (kontrak pengadaan barang dan jasa di
Indonesia), Alumni, Surabaya , 2014, hlm. 167

5
Universitas Sumatera Utara
K. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka

tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

1. Untuk mengetahui bentuk dan isi perjanjian kerjasama paket pekerjaan

pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri.

2. Untuk mengetahui kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam

pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan

/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

3. Untuk mengetahui perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan

jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra

Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut,

Kabupaten Pakpak Bharat).

L. Manfaat Penulisan

Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan

(manfaat teoretis) dan pembangunan (manfaat praktis).

1. Manfaat teoretis

Diharapkan penelitian dapat memberikan perkembangan ilmu pengetahuan

dan memperluas wawasan, khususnya ilmu di bidang hukum keperdataan

yang berkenaan dengan hukum jasa konstruksi. perjanjian kerjasama paket

pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan.

2. Manfaat praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak yang

memerlukan khususnya para pelaku usaha yang terkait dengan jasa konstruksi

6
Universitas Sumatera Utara
yang membutuhkan informasi tentang kontrak kerja pada pekerjaan konstruksi

sesuai atau tidak dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi pada suatu kontrak kerja konstruksi.

M. Tinjauan Pustaka

Hukum kontrak/perjanjian diatur dalam Buku III KUHPerdata yang terdiri

atas 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari Pasal 1233 KUHPerdata sampai dengan

Pasal 1864 KUHPerdata. Secara garis besar, perjanjian yang diatur/dikenal di

dalam KUHPerdata, antara lain perjanjian jual beli, tukar-menukar, sewa-

menyewa, kerja, persekutuan perdata, perkumpulan, hibah, penitipan barang,

pinjam pakai, bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa,

penanggung utang dan perdamaian. Pada teori ilmu hukum, perjanjian-perjanjian

di atas disebut dengan perjanjian nominaat. Di luar KUHPerdata dikenal pula

perjanjian lainnya, seperti kontrak joint venture, kontrak production sharing,

leasing, franchise, kontrak karya, beli sewa, dan lain sebagainya. Perjanjian jenis

ini disebut perjanjian innominaat yakni perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup,

dan berkembang dalam praktik kehidupan masyarakat. Keberadaan perjanjian

baik nominaat maupun innominaat tidak terlepas dari adanya sistem yang berlaku

dalam hukum perjanjian itu sendiri.

Ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian didefinisikan perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih. Dari isi pasal tersebut ditegaskan bahwa

perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Hal

ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih

7
Universitas Sumatera Utara
orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas

prestasi tersebut.

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

hal.10 Dari peristiwa ini ditimbulkan suatu hubungan antara dua orang itu yang

dinamakan "perikatan". Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara

dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis. Dengan demikian maka hubungan antara perikatan dan

perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah

sumber perikatan, di samping sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga

dinamakan "persetujuan" karena dua pihak itu bersetuju untuk melakukan sesuatu.

Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah

sama artinya. Perkataan "kontrak" adalah lebih sempit karena ditujukan kepada

perjanjian atau persetujuan yang tertulis.

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system)

yang mengandung maksud bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan

perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-

undang. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata secara tegas dinyatakan bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Jika dianalisa lebih lanjut maka ketentuan pasal tersebut

memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

10
Subekti , Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hlm. 1

8
Universitas Sumatera Utara
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya,

4. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan

Asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata para pihak yang sepakat melakukan perjanjian dianggap mempunyai

kedudukan yang seimbang serta berada dalam situasi dan kondisi yang bebas

menentukan kehendaknya untuk melakukan perjanjian. “Pasal tersebut seolah-

olah membuat suatu pernyataan bahwa diperbolehkan membuat perjanjian apa

saja dan itu akan mengikat kita sebagaimana mengikatnya undang-undang.” 11

Kebebasan berkontrak juga ditegaskan dalam Pasal 1321 KUHPerdata yang

menyatakan suatu kesepakatan itu dibuat harus bersifat bebas. Kesepakatan

tidaklah sah apabila diberikan berdasarkan kekhilafan, atau diperolehnya dengan

penipuan atau paksaan.

Para pihak diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam

perjanjian-perjanjian yang diadakannya. Kebebasan berkontrak adalah bila para

pihak dikala melakukan perjanjian berada dalam situasi dan kondisi yang bebas

menentukan kehendaknya dalam konsep atau rumusan perjanjian yang

disepakati.12 Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak

dua atau lebih pihak dalam perjanjian mengenai apa yang mereka kehendaki untuk

dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan, dan

siapa yang harus melaksanakan.13

N. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

11
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 34
12
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Liberty,2003,
hlm. 108
13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 95

9
Universitas Sumatera Utara
Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian yuridis normatif dan

yuridis empiris. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum

mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang

atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi

dalam masyarakat.14 Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau

penjelasan secara konkrit tentang keadaan objek atau masalah yang diteliti tanpa

mengambil kesimpulan secara umum. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian

yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan

manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan

objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.15

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari narasumber dan dari bahan-bahan pustaka. Yang

diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (atau data dasar),

sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data

sekunder.16 Data dalam penulisan ini adalah data sekunder dan data primer, yaitu

bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku

perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel, serta

dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian. Dari bahan hukum sekunder

tersebut mencakup tiga bagian, meliputi:

14
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 134
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 10
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 12.

10
Universitas Sumatera Utara
a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang

mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonsia tahun 1945. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Penyelesaian Alternatif. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti, rancangan undang-undang, hasil-hasil

penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

c. Bahan hukum tertier. Bahan hukum tertier yakni bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder; contohnya

adalah kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan internet.17

3. Metode Pengumpulan Data

Data bagi suatu penelitian merupakan bahan yang akan digunakan untuk

menjawab permasalahan penelitian. Oleh karena itu, data harus selalu ada agar

permasalahan penelitian itu dapat dipecahkan. 18 Dalam penelitian ini jenis data

yang dikumpulkan terdiri dari data yang bersifat primer dan data yang bersifat

sekunder.

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. 19 Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan

wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan

langsung di lapangan. Dalam penelitian ini data primer berupa catatan hasil

wawancara dan hasil pengamatan langsung di lapangan yang diperoleh melalui

17
Ibid.
18
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2014, hlm 35
19
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabteha, Bandung,
2016, hlm 225

11
Universitas Sumatera Utara
wawancara dengan Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi

& Teknologi PT. Dian Perkasa dan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan PT.

Dian Perkasa.

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen.

Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang didapatkan

dari sumber data primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu,

buku, laporan-laporan kegiatan yang diadakan oleh erpustakaan Asmaina dan lain

sebagainya20

4. Analisis data

Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data belum

memberikan arti apa-apa bagi tujuan suatu penelitian. Penelitian belum dapat

ditarik kesimpulan bagi tujuan penelitiannya, sebab data itu masih merupakan data

mentah dan masih diperlukan usaha atau upaya untuk mengolahnya. Proses yang

dilakukan adalah dengan memeriksa, meneliti data yang telah diperoleh untuk

menjamin apakah data dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan.

O. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online tidak

menemukan judul berkaitan judul tersebut di atas, namun ada beberapa penelitian

terdahulu yang mengkaji tentang perjanjian kerjasama, antara lain :

Siti Afrah Afifah. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

(2018), dengan judul penelitian Analisis Mengenai Perjanjian Pemborongan

20
Ibid., hlm 226

12
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan antara Biro Perlengkapan Dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan

PT. Hari Jadi Sukses (Studi Pada Biro Umum dan Perlengkapan Setdaprovsu).

Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro

Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses

telah memenuhi ketentuan hukum tentang pemborongan pekerjaan.

2. Pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian

pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset

Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses.

3. Upaya penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan

perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan

Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses.

Akhmad Nopriansyah M. Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar

Lampung (2018), dengan judul penelitian Perjanjian Kerja Konstruksi

Pembangunan Jalan Raya (Studi Pada PT Rindang Tiga Satu Pratama). Adapun

permasalahan dalam penelitian ini :

1. Pelaksanaan perjanjian konstruksi antara PT Rindang Tiga Satu Pratama

dengan Pejabat Pembuat Komitmen Bagian Pelaksana Kegiatan Pembangunan

Jalan Terbanggi Besar-Simpang Pematang-Pematang Panggang

2. Hubungan kontraktual antara PT Rindang Tiga Satu Pratama dengan Pejabat

Pembuat Komitmen Bagian Pelaksana Kegiatan Pembangunan Jalan

Terbanggi Besar-Simpang Pematang-Pematang Panggang.

Dinda Anna Zatika. Fakultas Hukum Universitas Lampung (2018), dengan

judul penelitian Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

13
Universitas Sumatera Utara
Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2

Sidomulyo- Kotabaru antara PT Hutama Karya (PERSERO) dan PT Waskita

Karya (Persero) Tbk. Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Dasar hukum pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan jalan tol Ruas

Bakauheni – Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo – Kotabaru.

2. Hubungan kontraktual antara PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Waskita

Karya (Persero) Tbk dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan konstruksi

pembangunan jalan tol Ruas Bakauheni – Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo

– Kotabaru.

Faisal Iswandi S. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

(2017), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Dinas

Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana untuk

Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Sibolga. Adapun permasalahan dalam

penelitian ini:

1. Dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama dan proses pelaksanaannya.

2. Hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama.

3. Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian

Prastiwi Ratna Aji. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Surakarta (2008), dengan judul penelitian Perjanjian Pemborongan (Studi Kasus

Rehabilitasi Jalan Wonosari – Semin di Kabupaten Gunung Kidul). Adapun

permasalahan dalam penelitian:

1. Isi dan bentuk kontrak konstruksi yang terdapat dalam Surat Perjanjian

Pemborongan (kontrak) Rehabilitasi Jalan Wonosari – Semin di Kabupaten

14
Universitas Sumatera Utara
Gunung Kidul antara Pengguna Jasa (Pemerintah) dengan Penyedia Jasa

(konsultan Pelaksana/ Kontraktor).

2. Perlindungan hukum yang diperoleh kontraktor sebagai penyedia jasa dalam

Perjanjian Pemborongan.

P. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitiannya membagi masalah menjadi 5 (lima) bab

agar dapat memberikan gambaran dan mengemukakan garis besar sehingga

memudahkan dalam mempelajari seluruh isinya. Adapun sistematika penulisan

hukum atau skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan bab ini berisikan latar belakang,

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode

penulisan dan keaslian penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II, bentuk dan isi perjanjian kerjasama perjanjian kerjasama paket

pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri, bab ini berisikan perjanjian kerjasama, syarat sahnya

perjanjian kerjasama dan bentuk dan isi perjanjian kerjasama pekerjaan

pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo

Mitra Mandiri.

Bab III, kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, bab ini berisikan pengaturan

perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian perkasa dengan PT. Blastindo Mitra mandiri. Akibat hukum pihak

PT.Blastindo Mitra Mandiri tidak melaksanakan perjanjian sesuai dengan

15
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan. Kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bab IV, perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan

jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri

(Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten

Pakpak Bharat). Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan

Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Perjanjian Perjanjian

Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian

Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri. Penyelesaian sengketa Perjanjian

Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian

Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bab V, kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir dari isi

skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat

sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

16
Universitas Sumatera Utara
BAB II

BENTUK DAN ISI PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN


PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN

C. Syarat- Syarat Sahnya Perjanjian Kerjasama

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract. Sedangkan

dalam bahasa Belanda disebut dengan overeenkomst (perjanjian). 21 Perjanjian

dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dimana satu orang atau

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih). Perjanjian dengan

demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau

melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu. Perjanjian

memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian ditujukan untuk

memperjelas hubungan hukum.22

Kamus hukum menjelaskan bahwa perjanjian adalah persetujuan yang

dibuat oleh dua pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing sepakat

untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama. Sedangkan menurut

Pasal 1313 KUHPerdata, suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.23

Agus Yudha Hernoko menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu

perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk

menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksakan oleh undang-undang. 24

21
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita:
Jakarta 2008, hlm. 338.
22
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra,2010, Implementasi Ketentuan-
Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Uniersity Press,
Denpasar, 2010, hlm 28
23
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 363.
24
Agus Yudha Hernoko, Op,Cit., hlm 15-16.

Universitas Sumatera Utara


Perjanjian kerjasama berasal dari kata perjanjian dan kerjasama. Perjanjian

menurut Van Dunne adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih

berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.25 Kerja sama bisnis

adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk

mencapai suatu tujuan bersama. Perjanjian kerjasama dapat dibedakan menjadi

tiga pola yaitu:

1. Usaha bersama (joint venture)

2. Kerjasama operasional (joint operational)

3. Operasional sepihak (single operational)26

Berdasarkan pengertian perjanjian yang dikemukakan dapat dilihat bahwa

perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya kepada orang lain hal

ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari suatu orang

atau lebih (pihak) kepada satu orang atau lebih (pihak) lainnya yang berhak atas

prestasi tersebut yang merupakan perikatan yang harus dipenuhi oleh orang atau

subjek hukum tersebut.

Perjanjian mengandung unsur-unsur, antara lain:

a. Essentialia, merupakan unsur yang mutlak harus ada bagi terjadinya

perjanjian. Unsur ini mutlak harus ada agar perjanjian itu sah, merupakan

syarat sahnya perjanjian. Unsur essentialia dalam perjanjian mewakili

ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh

salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian

tersebut, yang membedakankannya secara prinsip dari jenis perjanjian

25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hlm
729
26
Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis (Dalam Persepsi Manusia
Modern), Reika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 42

18
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Unsur essentialia ini pada umumnya dipergunakan dalam

memberikan rumusan, definisi, atau pengertian dari suatu perjanjian.

b. Naturalia, merupakan unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian, yaitu

unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara

diam-diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena sudah

merupakan pembawaan atau melekat pada perjanjian. Unsur naturalia

pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur essentialia

diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur

essentialia jual-beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban

dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual dari cacat-cacat

tersembunyi. Sehubungan dengan hal itu, maka berlakulah ketentuan Pasal

1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Perjanjian-perjanjian tidak

hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya,

melainkan juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian

diharuskan oleh kepatutan, kebisaaan, atau undang-undang.”27

c. Accidentalia, yaitu unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang

merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang

oleh para pihak sesuai dengan kehendak para pihak merupakan persyaratan

khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak. Dengan

demikian, maka unsur ini pada hakekatnya bukan merupakan suatu bentuk

prestasi yang harus dilaksanakan atau dipenuhi oleh para pihak.28

Dasar-dasar hukum kontrak adalah prinsip yang harus dipegang bagi para

pihak yang mengikatkan diri ke dalam hubungan hukum kontrak. Menurut


27
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2009,
hlm. 118-119.
28
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm., 85-90.

19
Universitas Sumatera Utara
Hukum Perdata, sebagai dasar hukum utama dalam berkontrak, dikenal 5 (lima)

asas penting, antara lain:

1) Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak berkaitan erat

dengan lahirnya paham individualisme. Paham individualisme secara

embrional lahir pada zaman Yunani yang kemudian diteruskan oleh kaum

epicuristen dan berkembang pesat pada zaman renaissance melalui ajaran-

ajaran antara lain ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan

Rousseau.29

2) Asas kepastian hukum (asas pacta sunt servanda)

Asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum) asas ini

berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda

merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya

sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda

dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang bunyinya

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.

Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka terima

sebagai kewajiban masing-masing karena persetujuan merupakan undang-

undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya dan kekuatan mengikatnya

dianggap sama dengan kekuatan undang-undang, sehingga istilah pacta

sunt servanda (asas kepastian hukum) berarti “janji itu mengikat”.

29
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika
Jakarta 2005, hlm. 9.

20
Universitas Sumatera Utara
Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada

apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain

sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan secara moral.30

3) Asas kepribadian (personalitas)

Asas personalitas dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata yang mengatur: “semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”, pada

kalimat “bagi mereka yang membuatnya” menunjukkan asas personalitas.

Asas personalitas merupakan asas yang menentukan seseorang yang akan

melakukan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya saja,

kecuali diperjanjikan lain (pengecualian terdapat dalam Pasal 1317

KUHPerdata). Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan 1340

KUHPerdata, Pasal ini menerangkan bahwa seseorang yang membuat

perjanjian tidak dapat mengatasnamakan orang lain, dalam arti yang yang

menanggung kewajiban dan yang memperoleh hak dari perjanjian itu

hanyalah pihak yang melakukan perjanjian. 31

4) Asas itikad baik (goede trouw)

Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338

ayat (3) KUHPerdata, yang menyatakan persetujuan-persetujuan harus

dilaksanakan dengan itikad baik, akan tetapi dalam pasal tersebut tidak

disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”. asas

itikad baik dapat diterapkan dalam situasi dimana perjanjian sudah

30
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Adytia Bakti,
Bandung, 2001, hlm .88.
31
Ahmadi Miru dan Sakka Patti, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai
Pasal 1456 BW, Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008, hlm 78

21
Universitas Sumatera Utara
memenuhi syarat hal tertentu, akibat ajaran ini tidak melindungi pihak

yang menderita kerugian dalam tahap pra kontrak atau tahap perundingan,

karena dalam tahap ini perjanjian belum menenuhi syarat tertentu.32

5) Asas konsensualisme

Kata konsensualisme berasal dari kata consensus yang berarti sepakat,

hal ini berarti bahwa pada asasnya suatu perjanjian timbul sejak saat

tercapainya konsensus atau kesepakatan atau kehendak yang bebas antara

para pihak yang melakukan perjanjian. Asas konsensualitas ini tercermin

dalam unsur pertama.Pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan “sepakat

mereka yang mengikatkan diri”, artinya dari asas ini menurut Subekti

adalah“ pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu

sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan”.

Asas konsensualisme mempunyai arti yang terpenting, yaitu bahwa

untuk melahirkan perjanjian adalah cukup dengan dicapainya kata sepakat

mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut, dan bahwa perjanjian

sudah lahir pada saat atau detik tercapainya consensus.33Berdasarkan asas-

asas perjanjian tersebut di atas, maka dalam penelitian menggunakan asas

kebebasan berkontrak (freedom of contract), dimana para pihak

mempunyai kedudukan yang sama dan mempunyai hak dan kewajiban

yang harus dijalankan.

Lahirnya perjanjian yang sah harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat

pada Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 pembuat undang-undang memberi

32
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta 2004,
hlm. 5
33
Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung., 2001, hlm. 5

22
Universitas Sumatera Utara
patokan umum tentang bagimana suatu perjanjian lahir. 34 Syarat sahnya suatu

perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Terdapat empat

syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian. Syarat-syarat tersebut adalah:

(a) Kesepakatan

Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata, yang

dimaksud kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu

orang atau lebih dengan pihak lainnya.Sesuai pernyataannya, karena

kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui orang lain. Kesepatan para pihak

merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan ini

dapat terjadi dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara

tidak tertulis. Dikatakan tidak tertulis, bukan lisan karena perjanjian dapat

saja terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidak lisan, tetapi bahkan

hanya dengan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara

lisan, namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan

penerimaan atas penawaran tersebut. Cara-cara untuk terjadinya

penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun dengan

tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau dimengerti oleh para pihak

bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan.35

(b) Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan

menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan

34
Mariam Darus Badruzaman, Kompilasi hukum perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001, hlm 161
35
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta,
2013, hlm. 1

23
Universitas Sumatera Utara
perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan yang mempunyai

wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana ditentukan

oleh undang-undang.36

Prinsipnya semua orang dinyatakan cakap untuk membuat

perjanjian apabila ia oleh undang-undang (tidak) dinyatakan tidak cakap.

Hal ini diatur dalam Pasal 1329 KUHPerdata. Perkecualian atas prinsip

yang ada di dalam Pasal 1329 KUHPerdata yaitu ada dalam Pasal 330

KUHPerdata, yang menyatakan bahwa mereka yang belum genap berumur

21 tahun dan tidak telah menikah adalah belum dewasa. Secara contario

dapat disimpulkan bahwa dewasa adalah mereka yang telah berumur 21

tahun, telah menikah (termasuk mereka yang belum berusia 21 tahun, tapi

telah atau pernah menikah), dan orang-orang dewasa adalah orang-orang

yang pada asasnya cakap untuk bertindak.37

(c) Suatu hal tertentu

Suatu hak tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi

objek suatu perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUHPerdata barang yang

menjadi objek suatu perjanjian ini haruslah tertentu, setidaknya haruslah

ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan, asalkan

saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan. Sebelumnya, dalam

Pasal 1334 ayat (1) KUHPerdata ditentukan bahwa barang-barang yang

baru akan ada dikemudian hari juga dapat menjadi objek suatu

perjanjian.38

36
Salim H.S, Op.Cit, hlm 24
37
Endang Mintorowati, Hukum Perjanjian, UNS Press, Surakarta, 1999, hlm 17.
38
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, Cetakan VII,
Bandung, 2004, hlm. 2

24
Universitas Sumatera Utara
Barang yang belum ada dijadikan objek perjanjian tersebut bisa

dalam pengertian relatif (nisbi). Belum ada pengertian mutlak misalnya,

perjanjian jual beli padi dimana tanamannya baru sedang berbunga,

sedangkan belum ada pengertian relatif, misalnya perjanjian jual beli yang

diperjual belikan sudah berwujud beras, pada saat perjanjian diadakan

masih milik penjual.39

(d) Adanya causa yang halal (geoorloofde oorzaak)

Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa

yang halal). Di dalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya disebutkan causa

yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan


40
undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. KUHPerdata

menentukan akibat hukum bagi kontrak atau perjanjian tidak memenuhi

persyaratan yang ditentukan Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat yang

pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut pihak-

pihak yang mengadakan perjanjian.

Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena

menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak

terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu

pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk membatalkan perjanjian

yang disepakatinya, akan tetapi apabila para pihak tidak ada yang

keberatan, maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Apabila syarat ketiga

dan keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.

Artinya, bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.41

39
Ibid.
40
Salim H.S, Op.Cit, hlm.34.
41
Ibid., hlm 35

25
Universitas Sumatera Utara
D. Bentuk dan Isi Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pembangunan Jalan

/Pengaspalan

Perjanjian pemborongan dapat dibuat dalam bentuk lisan ataupun dalam

bentuk tertulis, untuk proyek-proyek pemerintah, perjanjian pemborongan harus

dibuat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar, artinya perjanjian

pemborongan dibuat dalam bentuk model-model formulir tertentu. Perjanjian

yang dibuat dengan formulir-formulir tertentu disebut perjanjian standar.

Perjanjian dibuat dengan perjanjian standar karena hal ini menyangkut keuangan

negara yang besar jumlahnya dan untuk melindungi keselamatan umum. Arti

perjanjian standar adalah perjanjian yang dibuat berdasarkan peraturan standar

yang telah dituangkan dalam perundang-undangan.42

Bentuk-bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh

para pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang

dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak). Bentuk

perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini :

1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang

bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian,

tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Jika perjanjian

tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari

perjanjian itu berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk

membuktikan keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat

dibenarkan.

42
F.X. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 3

26
Universitas Sumatera Utara
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.

Fungsi kesaksian notaris atau suatu dokumen semata-mata hanya untuk

melagilisir kebenaran tanda tangan para pihak, akan tetapi, kesaksian tersebut

tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Salah satu pihak

mungkin saja menyangkal isi perjanjian namun pihak yang menyangkal itu

adalah pihak yang harus membuktikan penyangkalannya.

3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel.

Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka pejabat yang

berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu adalah notaris, camat,

PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna

bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga.43

Kontrak bangunan dapat terjadi secara tertutup yaitu antara pemberi tugas

dan pemborong atau terbuka seperti pelelangan, tender, aanbesteding, melalui

pengumuman. Kontrak kerja bangunan dapat dibedakan dalam dua jenis:

a. Kontraktor hanya akan melakukan pekerjaan saja, sedangkan bahan-

bahannya disediakan oleh pemberi tugas.

b. Kontraktor melakukan pekerjaan dan juga ia akan memberikan bahan-

bahannya44

Isi perjanjian yang diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata dan 1347

KUHPerdata. Pada Pasal 1339 KUHPerdata menyatakan, persetujuan tidak hanya

mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga

untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan,

kebiasaan, dan undang- undang. Selanjutnya pada Pasal 1347 KUHPerdata


43
Salim, Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian, cetakan kelima,
Sinar Gafika,Jakarta, 2008, hlm 42-43
44
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 2011, hlm. 61

27
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan bahwa hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan

(bestending gebrukelijk beding) dianggap secara diam-diam dimasukkan di dalam

perjanjian meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.

Isi dari perjanjian pemborongan bangunan pada umumnya memuat secara

terperinci mengenai :

1) Luasnya pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian-uraian

tentang pekerjaan dan syarat-syarat pekerjaan yang disertai dengan gambar

(bestek) dilengkapi dengan uraian tentang bahan material, alat-alat dan

tenaga kerja yang diperlukan.

2) Penentuan tentang harga pemborongan.

3) Mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan.

4) Mengenai sanksi dalam hal terjadi wanprestasi.

5) Tentang resiko dalam hal terjadi overmacht.

6) Penyelesaian jika terjadi perselisihan.

7) Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan. 45

Isi perjanjian kerjasama pekerjaan pembangunan jalan /pengaspalan

Pasal 1

Ruang lingkup pekerjaan

(a) Pihak kedua mempersiapkan/ mengadakan segala peralatan dan bahan

yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan pengeboran, peledakan, dan

pembuangan material hasil ledakan.

(b) Pihak kedua wajib melakukan pengamanan terhadap lingkungan sehingga

tidak terjadi bahaya terhadap masyarakat.

45
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,
cet. 3, Liberty, Yogyakarta, 2009, hal 55.

28
Universitas Sumatera Utara
(c) Pihak kedua wajib mengurus/mendapatkan persetujuan dari pihak

berwajib.

Pasal 2

Tata cara pembayaran

(a) Pihak kedua berhak menerima uang persiapan operasi sebesar Rp.

200,000,000.00,- (dua ratus juta rupiah).

(b) Pihak kedua berhak menerima uang muka tambahan sehingga uang muka

total senilai 30 % dari harga yang disepakati.

(c) Pembayaran pekerjaan fisik dilakukan setiap progres 2 (dua) minggu

dengan memperhitungkan cicilan uang muka sebesar 30 %.

(d) Pembayaran tagihan dilakukan kepada pihak kedua melalui rekening:

Nama : PT. BLASTINDO MITRA MANDIRI

Bank : Mandiri KCP Cilandak Commersial Estate

Account : 127.000.649.5301

Kecuali uang muka persiapan operasi Rp. 200,000,000.00,- (dua ratus juta

rupiah)

Pasal 3

Cara perhitungan volume pekerjaan

1. Pekerjaan dihitung berdasarkan volume survey dibandingkan dengan

volume pekerjaan setiap 2 (dua) minggu dan dibuat berita acara kedua

belah pihak yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pasal 4

Harga pekerjaan

29
Universitas Sumatera Utara
(a) Harga satuan pekerjaan adalah senilai Rp. 80,000,- /m3 tidak termasuk

PPN .

(b) Harga satuan tersebut sudah termasuk seluruh komponen pekerjaan yang

meliputi :upah pekerja, bahan-bahan, peralatan, overhead dan profit

termasuk keselamatan kerja (K3 ).

(c) Total harga pekerjaan adalah merupakan perkalian antara volume yang

dikerjakan dikalikan harga satuan.

(d) Estimasi total volume pekerjaan 40,000 m3 .

(e) Pembayaran uang muka diperhitungkan terhadap volume hasil final

rekayasa lapangan.

Pasal 5

Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan disepakati 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak

tanggal 30 September 2016.

Pasal 6

Pemutusan perjanjian

(a) Pihak pertama dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini tanpa

mengunakan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata apabila pemilik proyek

dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pakpak Bharat tidak

dapat memenuhi kewajibannya.

(b) Pihak kedua dapat menghentikan pakerjaan apabila pihak pertama tidak

dapat memenuhi kewajiban pembayaran pekerjaan kepada pihak kedua.

Pasal 7

Keadaan memaksa (force majeure)

30
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud force majeure dalam perjanjian ini adalah meliputi tentang tidak

terbatas pada hal-hal terjadinya bencana alam, wabah penyakit ,peperangan,

pemberontakan, huru-hara, pemogokan, kebakaran dan atau adanya kebijakan

pemerintah. Force majeure ini diberitahukan secara tertulis dalam waktu 3x14

jam sejak terjadinya force majeure tersebut oleh pihak yang terkena force majeure

tersebut kepada pihak lainnya.

Pasal 8

Risiko

Segala persoalan dan kerugian meliputi tentang tidak terbatas yang

mengakibatkan tidak tersedianya bahan-bahan, alat-alat, tuntutan tenaga kerja

serta pihak-pihak lain (orang-orang yang tidak ada sangkut-pautnya dengan

perjanjian) yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan pihak kedua sepenuhnya

tanggung jawab Pihak kedua.

Pasal 9

Penyelesaian perselisihan

Apabila timbul perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua maka

diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.

Pasal 10

Penutup

(a) Hal-hal yang belum diatur dan apabila ada perubahan akan diatur

kemudian atas dasar mufakat kedua belah pihak.

(b) Surat perjanjian ini ditandatangani di Medan oleh kedua belah pihak pada

hari Jumat tanggal 30 September 2016, dan berakhir setelah kedua belah

pihak menyelesaikan kewajiban masing-masing dan dibuat dalam rangkap

31
Universitas Sumatera Utara
4 (empat) dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup untuk masing-masing

pihak yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Setelah isi perjanjian kerjasama disepakati dan ditandatangani oleh para

pihak maka perjanjian mengikat kedua belah pihak terjadi perubahan keadaan

yang berpengaruh terhadap pemenuhan prestasi dan kontraprestasi yang

diperjanjikan, maupun keadaan yang tidak dapat diperhitungkan atau tidak diduga

sebelumnya di luar dari apa yang telah disepakati sebelumnya. Mengenai hal-hal

yang belum diatur atau terjadi keadaan khusus setelah perjanjian telah terbentuk

tersebut, Pasal 10 perjanjian kerjasama ini mengakomodir dengan cara

diselesaikan secara musyawarah dan mufakat diantara kedua belah pihak.

Berakhirnya perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan

/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, yaitu:

1.1. Tercapainya tujuan perjanjian

Tercapainya tujuan perjanjian dalam arti apabila hasil pekerjaan itu telah

diserahkan kepada pihak yang memborongkan dan si pemborong menerima

harga atas pekerjaan itu. Jadi karena tujuan dari perjanjian pemborongan

tersebut adalah selesainya suatu pekerjaan bagi si pemberi pekerjaan yaitu

menyerahkan pekerjaan yang didapatnya harga pembayaran bagi si

pemborong, maka berakhirlah perjanjian pemborongan tersebut.

1.2. Dihentikan oleh pihak yang memborongkan

Perjanjian pemborongan berakhir karena pekerjaan pemborongan dihentikan

oleh si pemberi tugas, dengan memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si

pemborong baik memgenai biaya-biaya yang telah dikeluarkan maupun

mengenai keuntungan yang diharapkan jika si pemborong tersebut telah

selesai mengerjakannya

32
Universitas Sumatera Utara
1.3. Meninggalnya si pemborong

Meninggalnya si pemborong diatur dalam Pasal 1612 KUHPerdata yang

berbunyi perjanjian pemborongan berakhir dengan meninggalnya pemborong.

Tetapi pemberi tugas itu wajib membayar ahli waris pemborong itu harga

hasil pekerjaan yang telah selesai dan harga bahan-bahan bangunan yang telah

disiapkan, menurut perbandingan dengan harga yang diperjanjikan dalam

perjanjian, asal hasil pekerjaan atau bahan-bahan bangunan tersebut ada

manfaatnya bagi si pemberi tugas.46

46
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi PT. Dian
Perkasa, tanggal 5 Januari 2019 di Kantor PT. Dian Perkasa

33
Universitas Sumatera Utara
BAB III

KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM


PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN
PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN

D. Pengaturan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan

Jalan/Pengaspalan

Latar belakang tumbuhnya perjanjian adalah karena keadaan sosial

ekonomi. Untuk menjaga kepentingan perusahaan besar dan perusahaan dalam

mengadakan kerjasama, biasanya mereka menentukan syarat-syarat secara

sepihak. Pihak lawannya pada umumnya mempunyai kedudukan yang lemah baik

karena posisinya maupun karena ketidaktahuannya, mereka hanya menerima apa

yang disodorkan dan menyetujuinya, maka kemungkinan untuk mengadakan

perubahan itu sama sekali tidak ada.

Perjanjian yang dibuat oleh para pihak adalah undang-undang atau hukum

bagi mereka, termasuk perjanjian kerja atau perjanjian pemborongan pekerjaan.

Perjanjian pemborongan pekerjaan ini adalah : “Suatu perjanjian antara seorang

(pihak yang memborongkan pekerjaan) dengan seorang lain (pihak yang

memborongkan pekerjaan), dimana pihak pertama menghendaki sesuatu hasil

pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atau pembayaran suatu jumlah uang

sebagai harga pemborongan”.47

Hukum yang dapat digunakan sebagai landasan hukum perjanjian di

bidang jasa konstruksi antara kedua belah pihak adalah undang-undang yang

mengatur dan melindunginya. Undang-undang yang dibuat sebagai acuan yang

mengatur antara pengguna jasa dan penyedia jasa yaitu UUJK, Peraturan

47
Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hal 58

Universitas Sumatera Utara


Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,

serta Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-15/MBU/2012 Tahun 2012 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik

Negara. Selain peraturan perundang-undangan yang disebutkan di atas terdapat

pula perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang juga menjadi

acuan yang mengatur terlaksananya pekerjaan konstruksi yaitu perjanjian

pekerjaan konstruksi yang dibuat kedua belah pihak dimana isinya memuat pasal-

pasal yang berkaitan dengan pekerjaan konstruksi.48

Peraturan mengenai hukum perjanjian tercantum dalam Buku III

KUHPerdata yang berjudul perikatan. Memang antara perjanjian dengan perikatan

mempunyai hubungan yang sangat erat, hal ini dapat diketahui dari sisi Pasal

1233 KUHPerdata yang menunjukan bahwa perjanjian merupakan sumber

perikatan disamping undang-undang. Walaupun kontrak telah dibuat dalam

bentuk tertulis dan memuat berbagai ketentuan hak dan kewajiban para pihak,

namun tetap saja tidak berjalan sebagaimana mestinya seperti tidak tepat waktu

dalam pelaksanaan pembangunan dan penyelesaian serta tidak memenuhi

spesifikasi sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak.

Hubungan hukum antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra

Mandiri merupakan sebuah fakta hukum, yang dengan fakta itu kesalahpahaman

sengketa dapat diluruskan bagaimana seharusnya hubungan itu dilaksanakan dan

siapa yang melanggar sehingga dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak.

Pengertian perjanjian ini mengandung unsur:

48
Dinda Anna Zatika, tinjauan yuridis perjanjian konstruksi pembangunan jalan tol antara
PT. Hutama karya (persero) dan pt. Waskita karya (persero) Tbk. Pactum Law Journal, Vol 1 No.
3 , 2018, hlm 212-213

35
Universitas Sumatera Utara
1. Perbuatan

Pemakaian kata “perbuatan” pada rumusan tentang perjanjian ini lebih tepat

bila diganti dengan kata “perbuatan hukum”atau “tindakan hukum”, sebab

perbuatan tersebut memiliki akibat hukum bagi para pihak yang

memperjanjikan.

2. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih

Untuk membuat sebuah perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang

saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas

satu sama lain. Pihak tersebut ialah orang atau badan hukum.

3. Mengikatkan dirinya

Dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu

kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat

hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.49

E. Akibat Hukum Pihak PT. Blastindo Mitra Mandiri Tidak Melaksanakan

Perjanjian Sesuai dengan Kesepakatan

Perbuatan wanprestasi pada penelitian hukum ini bukan merupakan dalam

keadaan memaksa, kedua belah pihak dikategorikan tidak memiliki maksud

tertentu akan tetapi tahu pasti akibat dari perbuatannya tersebut. Biasanya jika kita

menemukan kasus dengan label yang sama perjanjian kerja atau kontrak kerja

konstruksi khususnya, kebanyakan yang melakukan wanprestasi adalah satu pihak

saja bukan keduanya, maka dalam hal penyedia jasa sering didapati kasus yang

melakukan wanprestasi, entah mengenai kegagalan bangunan konstruksi atau

yang lainnya.50

49
Hasil wawancara dengan Henny Matondang Bag. Keuangan PT.Dian Perkasa
50
Chintiyana Rachmaditasari, Akibat Hukum Adanya Wanprestasi Dalam Perjanjian
Konstruksi Antara Pemkot Kota Salatiga dengan PT. Matahari Mas Sejahtera Tentang Perjanjian

36
Universitas Sumatera Utara
Setiap hubungan hukum yang melibatkan dua pihak atau lebih, keberadaan

pihak yang berkewajiban untuk melakukan prestasi pada satu sisi disertai dengan

pihak yang berhak prestasi yang wajib dipenuhi. Dalam pelaksanaan perjanjian,

para pihak harus melaksanakan apa yang telah dijanjikan atau apa yang telah

menjadi kewajibannya dalam perjanjian tersebut. Kewajiban memenuhi apa yang

dijanjikan itulah yang disebut sebagai prestasi, sedangkan apabila salah satu

pihak atau bahkan kedua belah pihak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai

dengan perjanjian yang telah dibuatnya, disebut dengan wansprestasi.

Wansprestasi tersebut akan menimbulkan akibat hukum.

Akibat hukum adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memproleh

suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan

ini dinamakan tindakan hukum. Jadi dengan lain perkataan, akibat hukum adalah

akibat dari suatu tindakan hukum.51

Akibat yang timbul dalam Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan

Pembangunan Jalan/Pengaspalan Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-

Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat prestasi pertama kali yang harus

dipenuhi berada pada pihak PT. Blastindo Mitra Mandiri, yaitu melakukan

kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan, sesuai dengan

ketentuan yang termuat dalam Surat Perintah Kerja (SPK). Pihak PT. Blastindo

Mitra Mandiri yang melaksanakan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan

Pembangunan Jalan/Pengaspalan Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-

Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat, tetapi di dalam pelaksanaan

melakukan kelalaian dalam keterlambatan perjanjian kerjasama paket pekerjaan

Kerjasamapembangunan Pasaraya II, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas hukum


Universitas Diponegoro Semarang Februari 2016, hlm 19
51
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 155

37
Universitas Sumatera Utara
pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo

Mitra Mandiri Desa Sipermara Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten

Pakpak Bharat tersebut, maupun mutu dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan

apa yang telah disepakati dengan pihak kedua belah pihak dianggap telah

melakukan wansprestasi atau ingkar janji.52

Surat perintah kerja yang telah dibuat dan disepakati oleh kedua belah

pihak, waktu pelaksanaan yang disepakati adalah 90 (sembilan puluh) hari

kalender terhitung sejak tanggal 30 September 2016 sampai dengan 30 Desember

2016, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan selama 3 (tiga) bulan, akan tetapi

pada kenyataannya, setelah lewat 2 (dua) minggu sejak waktu pelaksanaan

berakhir yaitu 13 Januari 2017, pekerjaan belum selesai juga. Berdasarkan pada

hal inilah, maka dapat dikatakan bahwa PT. Blastindo Mitra Mandiri telah

melakukan wanprestasi.53

Tidak tepat waktu berarti, debitur tidak menempati pelaksanaan

pemenuhan prestasi sesuai dengan waktu yang ditentukan, akibatnya debitur dapat

dianggap melakukan wansprestasi yang mewajibkan dia membayar ganti rugi. 54

Wanprestasi, artinya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam

perikatan atau perjanjian. Tidak dipenuhinya kewajiban dalam suatu perjanjian,

dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Karena kesalahan debitur baik sengaja maupun kelalaian; dan

2. Karena keadaan memaksa.55

52
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, tanggal 5 Januari
2019 di Kantor PT. Dian Perkasa
53
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan PT. Dian Perkasa.
54
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 2001, hlm 12
55
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan Hukum
Perikatan, Nuansa Aulia, Bandung, 2007, hlm. 99.

38
Universitas Sumatera Utara
Djaja S. Meliala, menyatakan ada empat unsur keadaan wanprestasi, yakni

di antaranya:

a. Tidak memenuhi prestasi;

b. Terlambat memenuhi prestasi;

c. Memenuhi prestasi secara tidak baik; dan

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 56

Seorang dapat dikatakan melakukan pelanggaran terhadap prestasi yang

telah disepakati oleh para pihak di dalam suatu kontrak yaitu bila tidak

melakukan hak dan kewajiban dengan baik sesuai prestasinya, yang dinamakan

wanprestasi. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak yang tidak

melakukan prestasi akan dikenakan sanksi.

Tanggung jawab penyerahan pekerjaan yaitu bahwa mengawasi

pelaksanaan pembangunan proyek harus selesai 100% (seratus persen) dan

diserahkan untuk pertama kalinya kepada pihak pemberi tugas dengan baik dan

dapat diterima selambat-lambatnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Pihak kontraktor juga diwajibkan untuk memperbaiki segala kekurangannya atau

kekurangsempurnaan pekerjaan jalan yang dikerjakan pada masa pemeliharaan.

Jangka waktu pemeliharaan oleh pihak kontraktor terhadap suatu proyek yang

dikerjakannya biasanya 1 sampai 3 bulan tergantung dari jenis pekerjaan.57

Pelaksanaan perjanjian pengawasan adakalanya tidak berjalan

sebagaimana mestinya, hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak

pengawasan konstruksi disebabkan oleh wanprestasi pihak penyedia jasa terhadap

kontrak yang dibuat dan telah disepakati bersama. Di samping itu, tidak

terlaksananya kewajiban atau berbuat yang pada prinsipnya tidak diinginkan oleh

56
Ibid., hlm 99-100
57
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

39
Universitas Sumatera Utara
kedua pihak. Walaupun perjanjian telah dibuat dalam bentuk tertulis dan memuat

berbagai ketentuan hak dan kewajiban para pihak, namun tetap saja tidak berjalan

sebagaimana mestinya seperti tidak tepat waktu dalam pelaksanaan pengawasan

pembangunan jalan sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian.

Apabila dalam pelaksanaan perjanjian pengawasan adanya cidera janji

(wanprestasi) maka adanya somasi dari pihak pemberi proyek. Somasi merupakan

pemberitahuan atau pernyataan dari pemberi proyek kepada pengawas proyek

yang berisi ketentuan bahwa pemberi proyek menghendaki pemenuhan prestasi

seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan

itu dengan kata lain somasi adalah peringatan agar pengawas proyek

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan teguran yang telah disampaikan

pemberi proyek kepadanya. Dalam hal ini jelas bahwa akibat tindakan konsultan

pengawas yang tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian, maka

konsultan pengawas akan dimasukkan dalam daftar hitam rekanan.

F. Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pelaksanaan


Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan
/Pengaspalan

Tanggung jawab kontraktor adalah memenuhi dan melaksanakan pasal

pasal yang tercantum dalam perjanjian pemborongan antara lain yang berkenaan

dengan kualitas, yaitu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instruksi dari pihak

pemberi tugas, menginformasikan setiap keterlambatan kepada pihak pemberi

tugas atau pengguna jasa pemborongan. Selain itu tanggung jawab pihak

kontraktor juga meliputi tanggung jawab dalam perjanjian pemborongan

bangunan adalah melaksanakan pemborongan sesuai dengan kontrak rencana

kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan berdasarkan negosiasi awal antara

pihak kontrakor dengan pihak pemberi tugas. Adapun tanggung jawab kontraktor

40
Universitas Sumatera Utara
meliputi tanggung jawab menurut waktu, tanggung jawab menurut syarat bahan

dan tanggung jawab penyerahan pekerjaan. Dalam pelaksanaan perjanjian

pemborongan terdapat beberapa masalah yang sering terjadi dilapangan yang

terkait dengan tanggung jawab dan risiko kontraktor.58

Pelaksanaan perjanjian tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan

permasalahan yang terkait dengan tanggung jawab kontraktor adalah hal- hal yang

berkenaan dengan penyimpangan pekerjaan dari bestek. Yang dimaksud dengan

bestek ialah uraian tentang pekerjaan yang disertai dengan gambar-gambar dan

syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan pekerjaan pemborongan

pembangunan jalan. Jika terbukti tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan antara lain meliputi penggunaan bahan bahan

dan peralatan, yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan mutu bangunan

maka setelah kontraktor yang dalam melaksanakan pekerjaannya tidak sesuai

dengan bestek tersebut telah mendapatkan 3 (tiga) kali peringatan berturut-turut

secara tertulis dari pengguna jasa pemborong, akan dikenakan sanksi- sanksi,

yaitu pemberi tugas akan menangguhkan pembayaran. Diadakan pembongkaran

atau penggantian. Memasukkan ke dalam daftar hitam rekanan. denda sebesar 1

/1000 (satu permil) dari biaya pekerjaan dengan ketentuan pemborong tetap

berkewajiban untuk menyelesaikan tugasnya sampai dilaksanakannya pemutusan

pekerjaan maksimum dengan kumulatif ditetapkan sebesar 10% (Sepuluh persen)

dari jumlah biaya kegiatan.59 Tanggung jawab secara perdata pelaku jasa

konstruksi dapat dilihat dari perikatan yang terjadi antara pengguna jasa (pemilik

58
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa
59
Hasil wawamcara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, tanggal 5 Januari
2019 di kantor PT. Dian Perkasa

41
Universitas Sumatera Utara
proyek) dengan penyedia jasa (konsultan atau kontraktor). Perikatan yang

berbentuk kontrak kerja konstruksi tersebut terkait dengan KUHPerdata Pasal

1233, yaitu bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, dan atau

karena undang-undang. 60 Akibat pemutusan perjanjian tersebut maka pengguna

jasa pemborongan berkewajiban membayar pekerjaan-pekerjaan yang telah

dikerjakan dengan baik oleh pemborong. Setelah adanya pemutusan perjanjian ini

maka pengguna jasa pemborongan berwenang untuk melanjutkan pekerjaan yang

belum diselesaikan oleh kontraktor dengan dikerjakan sendiri (eigenbeheer) atau

dilanjutkan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh pengguna jasa pemborongan.

Namun lain halnya apabila keterlambatan bagi pemborong karena keadaan

memaksa (overmacht/force majeure) berarti tidak ada kesalahan dan pemborong


61
tidak bertanggung jawab. Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, pihak

pemborong lah yang harus bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan orang

yang dipekerjakan olehnya sesuai ketentuan Pasal 1613 KUH Perdata, ketentuan

ini juga mengacu pada Pasal 1367 KUH Perdata. Hal tersebut telah ditegaskan

dalam syarat-syarat umum kontrak pada angka 48 mengenai penanggungan dan

risiko bahwa penyedia bertanggung jawab atas cidera tubuh, sakit atau kematian

personilnya dan kehilangan atau kerusakan harta benda, cidera tubuh, sakit atau

kematian pihak ketiga.62

Akibat adanya wanprestasi ini maka kreditur (berhak menuntut prestasi) dapat

menuntut kepada debitur (wajib memenuhi prestasi) yaitu berupa :

a) Pemutusan perjanjian

b) Penggantian kerugian

60
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Op.Cit., hlm 21
61
Purwahid, Patrik, Hukum Perdata I (Asas – Asas Hukum Perikatan). Jurusan Perdata
Fakultas UNDIP Semarang/ 1998, hlm 59
62
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

42
Universitas Sumatera Utara
c) Pemenuhan perjanjian disertai ganti kerugian

d) Pemutusan perjanjian disertai ganti kerugian.63

Tanggung jawab kontraktor atas pelaksanaan pemborongan pekerjaan

adalah sejak tanggal ditandatanganinya Surat Perintah Kerja sampai dengan

setelah selesaianya masa pemeliharaan, yang direkomendasi oleh Panitia/Tim

final hand over dan apabila ada kerusakan, setelah penandatanganan Berita Acara

Penyerahan Akhir, maka di luar tanggung jawab kontraktor, sesuai dengan bunyi

Surat Perintah Kerja yang mereka tandatangani, yang merupakan kesepakatan

kedua belah pihak, sehingga mengikat kedua kedua belah pihak sebagai Undang-

Undang, mengenyampingkan ketentuan Undang-Undang yang bersifat umum (lex

specialis drogat lex generalis) dan hal ini telah memenuhi syarat asas

konsensualitas dan asas kebebasan berkontrak, sebagaimana diatur dalam Pasal

1338 ayat 1 KUHPerdata.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggung

jawab para pihak kalau terjadi wanprestasi adalah sebagai berikut: Apabila

menurut hasil pemeriksaan Tim PHO dan FHO menunjukkan adanya

penyimpangan, kelainan atau tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan teknis

dan gambar, maka pihak kedua (kontraktor) wajib mengganti, memperbaiki dan

menyempurnakannya sesuai dengan persyaratan tekis dan gambar yang memenuhi

syarat; jika hasil pekerjaan pihak kedua (kontraktor) rusak atau banyak cacat-cacat

tersembunyi sebelum diserahkan kepada pihak pertama, maka pihak kedua

(kontraktor) bertanggungjawab sepenuhnya atas segala kerugian yang

ditimbulkan, kecuali jika pihak pertama telah menerima hasil pekerjaan tersebut.
63
Tasya Anindita. Analisis Perjanjian Pengadan Barang/Jasa Kontrak Nomor :
03/Kontrak/ Pdam/Pmpk/Vii/2013 Oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak Kota Pekanbaru
dengan CV. Putri Cahaya Riau Jom Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015, hlm 8

43
Universitas Sumatera Utara
Jika pihak kedua (kontraktor) terlambat menyelesaikan dan menyerahkan

pekerjaan, maka dikenakan denda keterlambatan sebesar 1000 (permil) per hari

keterlambatan dan maksimal 5% dari nilai kontrak/surat perjanjian, kecuali

keterlambatan tersebut terjadi oleh karena keadaan memaksa ( force majeure).

Pihak Pertama, akan menang gung keterlambatan pembayaran pekerjaan (proyek)

yang telah diserahkan oleh Pihak Kedua (Kontraktor), sebesar 1000 (permil) per

hari keterlambatan.

44
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN


JALAN/PENGASPALAN ANTARA PT. DIAN PERKASA DENGAN
PT. BLASTINDO MITRA MANDIRI (STUDI DESA SIPERMARA,
KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT)

D. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan


Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra
Mandiri

PT. Dian Perkasa Kota Medan Sumatera Utara merupakan perusahaan

swasta yang bergerak di bidang kontraktor. PT. Dian Perkasa didirikan pada

tanggal 23 Januari 2004 dihadapan Notaris Henry Tjong, SH dengan Nomor Akte

: 127 dengan pendiri awal Bapak Luhut Matondang dan selanjutnya dilakukan

perubahan akte pendirian dengan Nomor 23 pada tanggal 21 April 2005 dihadapan

notaris yang sama karena adan penambahan anggota komisaris/sekutu perusahaan

yakni :

1. Bapak Hiras Siahaan

2. Bapak Suryadi Muhammad Zein

3. Bapak Zulkifli Lubis

Perusahaan ini berlokasi di Jalan Pintu Air IV No. 373 F Kwala Bekala,

Medan Johor. Modal dasar perusahaan ini berjumlah Rp. 1.000.000.000. Adapun

maksud dan tujuan perusahaan ini didirikan berdasarkan akte notaris tersebut di

atas antara lain :

a. Menjalankan usaha di bidang perdagangan umum termasuk perdagangan

untuk ekspor, impor maupun perdagangan lokal dan antar propinsi.

b. Menjalankan usaha di bidang keagenan, diantaranya dagang dan komisi atau

sebagai leveransir atau penyalur chemical dan distributor bahan-bahan pokok

kebutuhan rakyat, bahan-bahan bangunan dan alat-alat bangunan.

Universitas Sumatera Utara


c. Menjalankan usaha dalam bidang pembangunan, antara lain menjadi

kontraktor pembangunan, perumahan, real estate, gedung-gedung, jalan dan

jembatan, dermaga-dermaga, landasan, pengairan, sebagai developer,

arsitektur, menjadi instalatur pemasangan instalasi listrik dan air, instalasi

alat-alat pendingin ruangan dan alat-alat komunikasi.

Berikut ini diuraikan mengenai PT. Dian Perkasa Medan Sumatera Utara :

1) Visi :

Menjadi perusahaan kontraktor di bidang jasa kontruksi yang meliputi bidang

perumahan, gedung, konstruksi baja dan jalan, interior serta developer dengan

ditunjang total quality management yang memberikan total quality services

bagi para pengguna jasa di seluruh Indonesia.

2) Misi :

(a) Memberikan pelayanan, mutu, dan kepuasan yang terbaik kepada

pelanggan.

(b) Membangun serta menciptakan citra terbaik perusahaan.

(c) Turut berpartisipasi dalam pembangunan negara Republik Indonesia.

Organisasi adalah suatu wadah yang di dalamnya terdapat suatu sistem

yang mengatur masalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab dari

masing-masing anggotanya. Struktur organisasi menunjukkan tanggung jawab dan

pembagian wewenang (authority) dan hubungan antara bagian-bagian dalam

perusahaan secara jelas. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas akan

tercipta suatu koordinasi kerja yang efektif yang mendukung tercapainya tujuan

perusahaan. Struktur organisasi suatu perusahaan dipengaruhi tujuan dan kegiatan

operasi perusahaan.

46
Universitas Sumatera Utara
Organisasi timbul atau terjadi apabila dua orang atau lebih bersama-sama

menjalankan pekerjaan untuk kepentingan bersama. Organisasi merupakan

penggabungan manusia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sedangkan sebagai fungsi suatu proses merincikan tugas dan

kewajiban serta memberikan pendelegasian kekuasaan dengan mengadakan

kerjasama baik secara vertikal maupun horizontal.

Adapun struktur organisasi pada PT. Dian Perkasa adalah struktur

organisasi yang mengikuti perkembangan usaha dengan melihat situasi dan

keadaan dari perusahaan. Dalam hal pembagian tugas bukan saja perlu dilihat dari

manfaat yang diperoleh tetapi juga dalam rangka mewujudkan penempatan orang

yang tepat dalam rangka pengawasan dari atasan.

1. Direktur

Membuat rencana kerja untuk kegiatan operasi perusahaan sesuai dengan

garis kebijakan yang telah ditetapkan oleh komisaris, mengawasi dan

mengevaluasi jalannya kegiatan operasi perusahaan dan kemudian

mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Secara terperinci tugas

dan tanggung jawab direktur adalah :

a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan keseluruhan,

sehingga semua kegiatan usaha dan pekerjaan tidak menyimpang dari

tugas rutin yang telah ditentukan.

b. Menandatangani dan memberi persetujuan terhadap usulan kontrak

dan surat penting menyangkut perusahaan.

c. Mengkoordinir secara langsung seluruh kegiatan sehari-hari para staf.

d. Menetapkan program kerja dan anggaran pembelanjaan perusahaan

secara keseluruhan melalui masukan dan usukan para staf.

47
Universitas Sumatera Utara
e. Ikut serta dalam pengurusan, berusaha untuk mendapatkan penawaran

kerja.

2. Administrasi/keuangan

Bagian ini mengatur dan melaksanakan pemeriksaan catatan-catatan

keuangan dan melaporkan posisi keuangan kepada pimpinan/atasan. Bagian ini

juga bertanggung jawab terhadap pembukuan keuangan dan menyediakan data

mengenai kegiatan bidang keuangan dalam rangka menyusun laporan keuangan

baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Dalam bagian administasi

keuangan ini ada orang yang diberi wewenang untuk menagih penjualan kredit

kepada para pembeli apabila jatuh masa tempo piutang tersebut.

3. Ahli sipil

a. Bertanggungjawab kepada direktur

b. Melaksanakan kegiatan atau proyek sipil seperti jalan, jembatan dan

bangunan

4. Drafter

a. Bertanggung jawab kepada direktur

b. Melaksanakan kegiatan proyek perusahaan seperti perancangan atau

desain bangunan

5. Team leader

a. Membuat schedule kegiatan atau jadwal kegiatan pekerjaan

b. Memonitor atau memantau progress pekerjaan yang dilakukan tenaga

ahli

c. Bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi langsung dan tidak

langsung kepada semua karyawan yang berada di bawah tanggung

48
Universitas Sumatera Utara
jawabnya, antara lain memberikan pelatihan kepada karyawan agar

dapat mencapai tingkat batas minimum kemampuan yang diperlukan

bagi teamnya dan dapat menerapkan sikap disiplin kepada karyawan

sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan

d. Bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi dalam membina

kerja sama team yang solid

e. Membimbing dan Mengarahkan anggota team dalam mempersiapkan

semua laporan yang diperlukan.

6. Pelaksana lapangan

Bertanggungjawab kepada team leader dalam pelaksanaan kegiatan atau

proyek perusahaan di lapangan

Tujuan dan aktivitas didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh

manfaat ekonomi yang layak dan menguntungkan. Dalam hal ini usaha yang

dipilih harus benar-benar memiliki peluang untuk dikembangkan dan memberikan

keuntungan bagi perusahaan. Adapun dalam akte notaris pendirian perusahaan

dinyatakan bahwa maksud dan tujuan serta aktivitas usaha yang dilakukan oleh

perusahaan adalah sebagai berikut :

1) Maksud dan tujuan adalah berusaha dalam bidang perindustrian,

kontraktor, perdagangan, pengadaan barang, jasa dan percetakan.

2) Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, perusahaan dapat

melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

(a) Merencanakan, memborong dan mengerjakan pekerjaan bangunan

termasuk pembuatan dan perbaikan gedung-gedung, jembatan-

jembatan, saluran-saluran dan pemasangan instalasi listrik

49
Universitas Sumatera Utara
(b) Berdagang pada umumnya, baik atas tanggungan sendiri maupun atas

tanggungan pihak lain secara komisi, termasuk perdagangan ekspor

dan impor.

Aktivitas utama PT. Dian Perkasa adalah bergerak dalam bidang jasa

kontruksi untuk pembangunan jalan, jembatan, gedung dan lain-lain. PT.

Blastindo Mitra Mandiri berdiri pada tanggal 13 Januari 2006 di Jakarta Utara

dengan nama awal PT. Blastindo Sejahtera dan kemudian berubah menjadi PT.

Blastindo Mitra Mandiri pada tanggal 21 Maret 2011. Mempunyai dua cabang

yang saling berhubungan yaitu properti dan kontraktor. hal ini menunjukan bahwa

PT. Blastindo Mitra Mandiri ingin memberikan pelayanan yang maksimal kepada

masyarakat dengan mengutamakan kepuasan anda.

Memulai unit bisnisnya dalam bidang properti komersial dan kontraktor

management design saat ini perusahaan merupakan salah satu pengembang mixed-

used properti dan kontraktor komersial terbesar di Indonesia. Untuk semakin

memantapkan posisi perusahaan sebagai pengembang mixed-used property dan

kontraktor komersial terdepan, perusahaan membangun dan fokus

mengembangkan Beberapa wilayah di Indonesia.

PT. Blastindo Mitra Mandiri, dengan visi dan misi sebagai berikut :

Visi :

Honest, fast and reliable

1) Memberikan informasi property yang lengkap dan ter up to date.

2) Memberikan pelayanan kontraktor dan design yang berkualitas dan

terjangkau.

3) Memberikan kemudahan bertransaksi dan mempercepat proses transaksi.

50
Universitas Sumatera Utara
4) Berusaha menjadi konsultant properti dan kontraktor yang terbaik untuk

masyarakat.

Misi :

1) Memberikan kemudahan bagi masyarakat mencari informasi properti dan

kontraktor di Indonesia dan asia.

2) Keamanan dan Kepuasan Terjamin.

3) Menciptakan Hunian bertaraf International dengan sangat terjangkau.

4) Menjadi konsultan properti dan kontraktor pertama dan satu – satunya di

indonesia.

Peningkatan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa Dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut,

Kabupaten Pakpak Bharat, merupakan bagian dari Kegiatan Peningkatan

Jalan/pengaspalan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun Anggaran 2016/2017. Dalam

rangka penyaringan pemborong/rekanan/kontraktor/penyedia jasa digunakan

metoda pelelangan umum dengan proses pasca kualifikasi.

Pelaksanaan paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara, Kecamatan

Pergetteng-Getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat melalui pelelangan

umum dengan cara pascakualifikasi dilalui dengan beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahap pengumuman.

Pengumuman dilakukan oleh panitia pelelangan dalam hal ini Dinas

Pemukiman dan Prasarana Wilayah melalui media cetak, elektronik dan

papan pengumuman resmi. Pengumuman tersebut antara lain diumumkan

melalui 2 (dua) harian surat kabar antara lain Kompas dan Posmetro pada

51
Universitas Sumatera Utara
tanggal 2 Januari 2016. Syarat-syarat dalam mengikuti pendaftaran untuk

mengikuti pelelangan adalah sebagai berikut :

a. membawa fotokopi Sertifikat Badan Usaha (SBU);

b. membawa surat tugas dari perusahaan dan ditandatangani oleh

pimpinan perusahaan;

c. mengambil formulir penilaian kualifikasi yang disediakan oleh panitia

dan diserahkan pada saat pemasukan surat penawaran sebagai lampiran

surat penawaran;

2. Tahap pendaftaran untuk mengikuti pelelangan.

Pendaftaran pelelangan diikuti oleh 5 (lima) perusahaan yang bergerak di

bidang jasa pemborongan khususnya jasa konstruksi.

3. Tahap pengambilan dokumen lelang umum.

Dalam dokumen lelang umum terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a. Instruksi kepada peserta, berisi tentang segala sesuatu mengenai

penjelasan-penjelasan pelaksanaan.

b. Bentuk penawaran, informasi kualifikasi dan perjanjian, bagian ini

berisi tentang bentuk surat penawaran dan bentuk surat perjanjian yang

menjadi acuan bagi semua peserta/calon penyedia jasa.

c. Syarat-syarat umum kontrak, bagian ini berisi mengenai contoh dari

kontrak yang memuat pasalpasal perjanjian tersebut, antara lain:

definisi, asal jasa, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran,

harga dan sumber dana, delegasi, penyerahan lapangan, Surat Perintah

Mulai Kerja (SPMK), persiapan pelaksanaan kontrak, program mutu,

perkiraan arus uang, pemeriksaan bersama, perubahan kegiatan

52
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, pembayaran untuk perubahan, perubahan kuantitas dan

harga, amandemen kontrak, hak dan kewajiban para pihak, resiko,

laporan hasil pekerjaan, cacat mutu, jadwal pelaksanaan, penyedia jasa

lainnya, pengawasan, keterlambatan, perpanjangan waktu pelaksanaan,

kontrak kritis, keadaan kahar, peringatan dini, rapat pelaksanaan,

iktikad baik, penghentian dan pemutusan kontrak, penyelesaian

perselisihan, bahasa hukum, perpajakan, denda dan ganti rugi, serah

terima pekerjaan, gambar pelaksanaan, kegagalan bangunan, penilaian

pekerjaan, percepatan, penemuan-penemuan, kompensasi, dan

pengambilalihan, penyesuaian harga.

d. Syarat-syarat khusus kontrak, bagian ini berisi mengenai syarat-syarat

yang diatur secara khusus dalam kontrak, antara lain mengenai:

jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, jadwal

pelaksanaan, penyelesain perselisihan, penyesuaian harga, denda dan

ganti rugi, gambar pelaksanaan, kegagalan bangunan, pedoman

pengoperasian dan pemeliharaan.

e. Spesifikasi, berisi tentang syarat-syarat teknis umum seperti penjelasan

umum, material, jaminan mutu, gambar rencana, daftar kuantitas dan

harga.

f. Daftar perusahaan

Berisi mengenai data-data perusahaan seperti: Surat Izin Usaha Jasa

Konstruksi (SIUJK), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), akta pendirian,

sertifikat jasa konstruksi, data personil, dan sebagainya.

4. Penjelasan (aanwijziing).

53
Universitas Sumatera Utara
Dalam tahapan ini semua peserta / calon penyedia jasa, sesuai yang telah

ditetapkan yaitu pada tanggal 1 Juni 2016, bertempat di Dinas Pemukiman

dan Prasarana Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat, diberikan penjelasan

oleh pimpinan proyek tentang Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan

tata cara penilaian pelelangan. Penjelasan (aanwijziing) tersebut

dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan Nomor: 03/25/PU-

PT/PPBJKPW/2016 tanggal 1 Juni 2016.

5. Pemasukan penawaran.

Tahap ini semua peserta/calon penyedia jasa memasukkan penawaran

harga dengan antara lain melampirkan:

a. Jaminan penawaran;

b. Rekapitulasi daftar kuantitas dan harga;

c. Analisa harga satuan pekerja utama;

d. Daftar harga upah;

e. Daftar harga bahan;

f. Daftar harga sewa peralatan;

g. Daftar personil inti;

h. Metode pelaksanaan;

i. Jadwal pelaksanaan;

j. Fotokopi SPT PPh dan SSP PPh Pasal 29 tahun terakhir;

k. Surat pernyataan bukan PNS/TNI/POLRI

6. Evaluasi penawaran;

54
Universitas Sumatera Utara
Melakukan evaluasi penawaran, panitia pelelangan Dinas Pemukiman dan

Prasarana Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat, memberikan ketentuan-

ketentuan pelelangan sebagai berikut :

a. Penilaian administrasi, penilaian ini dilakukan untuk menguji

kebenaran, kecocokan serta kelengkapan dokumen pelelangan guna

menentukan apakah peserta pelelangan memenuhi atau tidak

memenuhi surat penawaran.

b. Penilaian teknis, Dalam penilaian ini, dokumen yang telah dinyatakan

memenuhi persyaratan administrasi selanjutnya dilakukan penilaian

terhadap kelengkapan dan kebenaran surat penawaran beserta

lampiran-lampirannya yang harus memenuhi syarat-syarat teknis

seperti yang tercantum dalam rencana kerja. Apabila peserta penyedia

jasa tidak memenuhi persyaratan teknis, maka dinyatakan gugur.

7. Penetapan calon pemenang

Dilakukan berdasarkan hasil evaluasi penawaran yang dilakukan oleh

panitia pelelangan berdasarkan harga terendah diantara penawaran yang

telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadap

dokumen pelelangan.

8. Pengumuman calon pemenang,

Setelah panitia pelelangan melakukan penetapan calon pemenang, maka

dikeluarkan Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Sub Dinas

Prasarana Transportasi pada Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah

Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 9/25/PU-PT/PPJB-KPW/2006 tanggal

26 Juni 2016, perihal Pengumuman Pemenang Penyedia Barang/Jasa

55
Universitas Sumatera Utara
9. Masa sanggah;

Dikeluarkannya pengumuman pemenang dan sebelum dikeluarkannya

penetapan pemenang terdapat suatu masa yang disebut masa sanggah,

yaitu waktu yang diberikan oleh panitia terhadap para peserta

pelelangan/pihak lain di luar peserta pelelangan untuk melakukan

sanggahan/protes/ketidakpuasan terhadap pelelangan kepada panitia, yang

diajukan secara tertulis. Masa sanggah ditetapkan paling lambat 5 (lima)

hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang.

10. Penetapan pemenang.

Penetepan pemenang dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Pejabat

Pembuat Komitmen dengan Nomor : 11/25/PPK – PT/KPW/2016 tentang

Penetapan Penyedia Barang/Jasa (PPBJ) pada tanggal 4 juli 2016, yang

isinya menunjuk untuk melaksanakan pekerjaan paket pekerjaan

pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-

Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat.64

Pelaksanaan perjanjian adalah realisasi atau pemenuhan hak dan

kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu

mencapai tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud tanpa ada pelaksanaan perjanjian

itu. Masing-masing pihak harus melaksanakan perjanjian yg dibuat oleh kedua

belah pihak dengan sempurna dan tepat tanpa kurang hal apapun yang telah

disetujui untuk dilaksanakan.65

64
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, tanggal 5 Januari
2019 di kantor PT. Dian Perkasa
65
Siti Rafika Ilhami, Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara PT. Serasi autoraya dengan
audi variasi JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015, hlm 5

56
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan proyek yang dituangkan dalam perjanjian pemborongan

tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti yang direncanakan. Banyak hal yang

dipengaruhi oleh kehendak manusia maupun di luar kehendak manusia yang

mempengaruhi jalannya pelaksanaan perjanjian pemborongan yang dapat

menyebabkan rencana tersebut terhambat atau bahkan kemungkinan rencana

tersebut dibatalkan sama sekali, maka akhirnya berkembanglah teori dan praktek

hukum mengenai ketidakterlaksanaan perjanjian pemborongan dengan berbagai

bentuk dan konsekuensinya. Berkaitan dengan itu terdapat dua macam hambatan

dalam pelaksanan perjanjian pemboorngan yaitu hambatan oleh kelalaian manusia

dan hambatan yang diakibatkan peristiwa di luar kekuasaan manusia atau force

mejeur. Hambatan yang diakibatkan kelalaian manusia antara lain wanprestasi

pihak kontraktor. Wanprestasi tersebut terjadi karena pihak pemborong

melaksanakan pekerjaan tidak sebagaimana mestinya, atau terlambat dalam

penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan.66

E. Hak dan Kewajiban Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Paket Pekerjaan


Pembangunan Jalan / Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.
Blastindo Mitra Mandiri

Berkembangnya sebuah kontrak di Indonesia dewasa ini, tidak

membenarkan hanya KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD) yang berlaku. Semakin luasnya kontrak kerja yang ada semakin banyak

dan spesifik pula peraturan perundang-undangan yang mengatur. 67 Pelaksanaan

perjanjian pelaksanaan pekerjaan perjanjian perjanjian kerjasama paket pekerjaan

pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo

Mitra Mandiri diikat dengan suatu perjanjian pemborongan dimana masing-

masing pihak mempunyai hak dan kewajiban, sebagaimana perjanjian

66
Purwahid, Patrik, Op.Cit, hlm 62
67
Chintiyana Rachmaditasari, Op.Cit., hlm 12

57
Universitas Sumatera Utara
pemborongan, pihak pemberi kerja wajib memberikan kontra prestasinya berupa

upah yang telah disepakati atas pekerjaan yang telah dikerjakan oleh pihak PT.

Blastindo Mitra Mandiri selaku pemborong, dimana "lazimnya penyerahan

pekerjaan dilakukan beberapa tahap sesuai dengan tahap pekerjaan yang

dikerjakan oleh pihak PT. Blastindo Mitra Mandiri selaku pemborong, sehingga

pembayaran upah yang telah disepakati tersebut pun dibayar pertahap atau per

termin sesuai dengan hasil pekerjaan".68

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang memberikan hak dan

kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian timbal balik adalah hal yang

paling umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya perjanjian jual


69
beli, sewa-menyewa, pemborongan bangunan, tukar menukar. Perjanjian

pemborongan bangunan hapus dengan selesainya pekerjaan 100% sesuai dengan

kontrak, kemudian hasil pemborongan bangunan tersebut diserahkan. Berbeda

dengan perjanjian yang lain dengan diserahkannya hasil pemborongan bangunan

tersebut (lazim disebut penyerahan pertama) kewajiban dari si pemborong masih

belum selesai. Selanjutnya diikuti dengan masa pemeliharaan yang lazimnya

berlangsung dalam waktu antara 4 sampai 6 bulan terhitung dari penyerahan yang

pertama.70

Menurut Van Apeldoorn, hak adalah kekuasaan (wewenang) yang oleh

hukum diberikan kepada seseorang (atau suatu badan hukum) dan yang menjadi

tantangannya adalah kewajiban orang lain (badan hukum lain) untuk mengakui

kekuasaan itu. Jadi bisa disimpulkan bahwa hak adalah sesuatu yang melekat pada

68
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan PT. Dian Perkasa
tanggal 5 Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa
69
M . Yahya Harahap, Op.Cit, hlm 31 .
70
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi PT. Dian
Perkasa tanggal 5 Januari 2019

58
Universitas Sumatera Utara
seseorang, dimana hal itu merupakan kekuasaan (wewenang dasar) yang hukum

telah berikan kepada seseorang tersebut. Sedangkan kewajiban sesungguhnya

merupakan beban yang diberikan oleh hukum kepada orang atau badan hukum

(subjek hukum), misalnya kewajiban seseorang atau badan hukum untuk

membayar pajak dan lahirnya karena ketentuan undang-undang. 71 Tanggung

jawab masing-masing pihak dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan perjanjian

perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Tanggung jawab PT. Blastindo Mitra Mandiri sebagai pelaksana kerja,

antara:

1. Risiko kecelakaan, kematian, kerusakan atau kehilangan harga benda (di

luar pekerjaan, peralatan, instalasi dan bahan untuk pelaksanaan

pekerjaan) yang disebabkan oleh penggunaan atau penguasaan lapangan

dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat dihindari sebagai

akibat pekerjaan tersebut atau keteledoran, pengabaian kewajiban dan

tanggung jawab.

2. Risiko kerusakan terhadap pekerjaan, peralatan, instalasi dan bahan yang

disebabkan karena desain atau disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa,

keadaan kahar dan pencemaran/terkontaminasi limbah radio aktif/nuklir.72

3. Risiko yang terkait dengan kerugian atau kerusakan dari pekerjaan,

peralatan, instalasi dan bahan sejak saat pekerjaan selesai sampai

berakhirnya masa pemeliharaan, kecuali apabila kerusakan yang terjadi

71
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004 hlm. 34-35.
72
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi PT. Dian
Perkasa tanggal 5 Januari 2019.

59
Universitas Sumatera Utara
pada masa pemeliharaan atau kejadian sebelum tanggal penyerahan

pertama pekerjaan yang bukan tanggung jawab pengguna jasa

Sebelum mendapatkan haknya PT. Blastindo Mitra Mandiri sebagai

penyedia jasa harus melaksanakan kewajibannya yang meliputi:

a. melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada Pejabat

Pembuat Komitmen. Laporan hasil kemajuan hasil pekerjaan merupakan

laporan pemeriksaan pekerjaan yang dilakukan selama pelaksanaan

kontrak untuk menetapkan volume pekerjaan atas kegiatan yang telah

dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan. Sedangkan laporan

realisasi pekerjaan (harian dan bulanan) merupakan laporan yang dibuat

untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan seluruh aktivitas

pekerjaan.

b. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak yaitu 100

(seratus) hari kalender dan masa pemeliharaan selama 270 (dua ratus tujuh

puluh) hari kalender dimulai sejak 28 Maret 2014 sampai dengan 15 April

2015;

c. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan

penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan,

peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen

maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan

perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;

d. memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan

pelaksanaan yang dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen. Pemeriksaan

60
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang dilakukan selama pelaksanaan kontrak dilakukan untuk

menetapkan volume pekerjaan atas kegiatan yang telah dilaksanakan guna

pembayaran hasil pekerjaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

e. menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak yaitu setelah 100 (seratus) hari

kalender;

f. mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi

lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada

masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia;

g. mengembalikan atau menyetorkan ke kas daerah atau negara atas kerugian

daerah atau negara apabila dikemudian hari ditemukan adanya kerugian

daerah atau negara dengan jangka waktu pengembalian paling lambat 12

(dua belas) bulan sejak diterbitkannya Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

pemeriksa fungsional. 73

Surat perjanjian diatur mengenai kewajiban para pihak, dalam hal ini PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, selaku Pihak Kesatu, antara

lain :

1) Pihak kedua wajib melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki pekerjaan,

secara cermat, akurat, dan penuh tanggung jawab dan menyediakan tenaga

kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan, ke atau dari lapangan dan segala

pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan unuk pelaksanaan

dan perbaikan pekerjaan yang telah dirinci dalam kontrak yang dijanjikan

oleh kedua belah pihak.

73
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

61
Universitas Sumatera Utara
2) Bahwa Pihak Kedua wajib melaksanakan, meyelesaikan, memperbaiki

seluruh pekerjaan sesuai ketentuan kontrak, sampai diterima dengan baik

oleh Pihak Kesatu.

3) Pihak Kesatu wajib menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan

pekerjaan.

4) Pihak Kesatu wajib membayar kepada Pihak Kedua atas pelaksanaan,

penyelesaian dan perbaikan pekerjaan berdasarkan hasil pengukuran,

harga satuan pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas harga.74

Serah terima pekerjaan termuat pada Pasal 5 dalam perjanjian antara lain

sebagai berikut :

1) Setelah bagian pekerjaan 100% (seratus persen) sesuai dengan yang

tertuang dalam dokumen kontrak, maka pihak pertama akan melakukan

penilaian terhadap hasil bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan pihak

kedua. Jika dalam penilaian pekerjaan tersebut pihak pertama masih belum

dapat menerima hasil bagian pekerjaan, pihak pertama memerintahkan

pihak kedua untuk memperbaiki, melengkapi, menyempurnakan bagian

pekerjaan agar sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak, dan

pihak kedua wajib melaksanakan perintah tersebut tanpa tambahan biaya

apapun.

2) Setelah seluruh hasil satu bagian pekerjaan atau lebih dalam satu segmen

gate to gate selesai sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak,maka

pihak pertama akan menerima segmen tersebut yang dinyatakan dalam

74
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

62
Universitas Sumatera Utara
Berita Acara Serah Terima Sementara segmen gate to gate yang

ditandatangani oleh pihak pertama dan pihak kedua.

3) Setelah ditandatangani Berita Acara Serah Terima Sementara adalah Masa

Pemeliharaan. Selama Masa Pemeliharaan, pihak kedua wajib melakukan

pemeliharaan atas hasil pekerjaannya agar tetap sesuai dengan ketentuan

dalam dokumen kontrak. Semua kerusakan, kekurangan,

ketidaksempurnaan atas hasil bagian pekerjaan yang terjadi selama masa

pemeliharaan wajib diperbaiki, dilengkapi, disempurnakan sesuai dengan

ketentuan dalam dokumen kontrak oleh pihak kedua dengan atau tanpa

perintah dari pihak pertama, dan tanpa tambahan biaya apapun. 75

4) Setelah masa pemeliharaan berakhir, maka pihak pertama segera

melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan

pihak kedua. Jika dalam penilaian pekerjaan tersebut pihak pertama masih

belum dapat menerima hasil pekerjaan dan/atau bagian pekerjaan, maka

pihak pertama memerintahkan pihak kedua untuk memperbaiki,

melengkapi, menyempurnakan pekerjaan dan/atau bagian pekerjaan agar

sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan kontrak anak, dan

pihak kedua wajib melaksanakan perintah tersebut tanpa tambahan biaya

apapun.

5) Setelah hasil pekerjaan dan/atau bagian pekerjaan sesuai dengan ketentuan

dalam dokumen kontrak, maka pihak pertama menerima pekerjaan

dan/atau bagian pekerjaan tersebut yang dinyatakan dalam Berita Acara

75
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

63
Universitas Sumatera Utara
Serah Terima Akhir segmen gate to gate yang ditandatangani oleh pihak

pertama dan pihak kedua. 76

6) Berita Acara Serah Terima Akhir segmen gate to gate akan ditandatangani

oleh pihak pertama dan pihak kedua.

7) Setelah ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Akhir segmen gate

to gate, para pihak melepaskan haknya untuk saling menggugat dalam

bentuk apapun.

Ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Akhir segmen gate to gate,

maka berakhirlah hak dan kewajiban yang timbul antara pengguna jasa dan

penyedia jasa. Pengguna jasa mendapatkan haknya dan penyedia jasa dikatakan

telah memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan di dalam kontrak.77

F. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan


Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.
Blastindo Mitra Mandiri

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat

hukum, dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi juga mengatur akibat hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa,

dimana penyedia jasa berkewajiban untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

konstruksi sesuai apa yang telah diperjanjikan dengan pengguna jasa sebelumnya.

Sedangkan pengguna jasa berhak atas suatu pekerjaan konstruksi yang telah

dikerjakan oleh penyedia jasa. Adanya kontrak antara pengguna jasa dan penyedia

jasa ini, berfungsi untuk memberikan kepastian hukum para pihaknya dan

76
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa
77
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

64
Universitas Sumatera Utara
menggerakkan (hak milik) sumber daya dari nilai ekonomi yang lebih rendah

menjadi nilai ekonomi yang lebih tinggi. 78

Tanggung jawab adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk

melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya. Model penyelesaian

sengketa keperdataan ada dua macam, yaitu jalur litigasi dan non-litigasi. Jalur

litigasi ialah penyelesaian sengketa atau masalah hukum melalui jalur peradilan

baik kasus perdata maupun pidana, sedangkan jalur non-litigasi adalah

penyelesaian sengketa atau masalah hukum diluar proses peradilan.79

Dalam hal ini penyelesaian yang dimaksud dalam isi kontrak kerja

kontruksi tersebut yaitu apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi maka

diberih teguran, teguran ke satu, ke dua dan ke tiga didalam teguran pertama akan

ada diberi pebinaan apabila ada lagi kelalian maka tetap diberi teguran kedua

dengan pembinaan kembali diantaranya apabila masih lali dalam pelaksaan

kontrak kerja maka dikeluarkan teguran ketiga dalam penyelesaiannya adalah

pemutusan kontrak dan akan di bleclis selama 2 tahun.

Berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Alternatif

mengatur tentang bentuk dan mekanisme hukum penyelesaian sengketa di luar

pengadilan baik melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian

ahli serta melalui arbitrase. Begitu pula dalam kontrak pengadaan barang/jasa

maka penyelesaiannya yang dapat ditempuh adalah :

1. Negosiasi merupakan lembaga penyelesaian sengketa alternatif adalah

suatu proses yang berlangsung secara sukrela antara pihak - pihak yang

sedang bersengketa atau beda pendapat, dimana mereka saling bertatap


78
Salim dkk, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU),Sinar
Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 23
79
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 24

65
Universitas Sumatera Utara
muka untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa bantuan pihak

lain;

2. Konsultasi merupakan pertemuan dua pihak atau lebih untuk membahas

atau meminta pertimbangan atas masalah atau sengketa atau beda pendapat

yang sedang dihadapi, untuk dapat dicarikan penyelesaiannya secara

bersama;

3. Mediasi merupakan bentuk penyelesaian alternatif dengan bantuan pihak

ketiga yang netral dan tidak memihak, serta tidak sebagai pengambil

keputusan karena mediator hanya sebagai fasilitator saja;

4. Konsiliasi merupakan penyelesaian sengketa dengan mempertemukan para

pihak yang berselisih dengan didampingi pihak ketiga yang netral dan

bersifat aktif. Konsiliator berkewajiban memberikan anjuran kepada para

pihak yang bersengketa;

5. Pendapat ahli hampir sama dengan konsultasi, namun pendapat ahli pihak

konsultan memberikan pendapatnya secara rinci terhadap sengketa yang

dimintakan konsultasi, yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa.

6. Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar

peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat

secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. 80

Bentuk wanprestasi dalam perjanjian kerjasama paket pekerjaan

pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo

Mitra Mandiri adalah bentuk waprestasi debitur berpretasi tetapi tidak sesuai atau

keliru hal ini pekerjaan konstruksi yang telah diselesaikan maka wajib dibayar

80
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2013, hlm. 140.

66
Universitas Sumatera Utara
tepat waktu sesuai isi kontrak yang telah disepakati di dalam kontrak, tidak

membayar pembayaran keseluruhan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh

PT. Blastindo Mitra Mandiri kontrak setelah pekerjaan itu selesai dikerjakan.81

Apabila terjadi wanprestasi selama pelaksanaan perjanjian pekerjaan

tersebut maka upaya penyelesaian yang akan ditempuh adalah dengan cara

musyawarah, seperti yang tertuang di dalam perjanjian pekerjaan sebagai

pedoman. Namun apabila dalam upaya musyawarah tidak membuahkan hasil

maka dilanjutkan menurut ketentuan Hukum yang berlaku. Upaya penyelesaian

yang dapat ditempuh yaitu:

a. Musyawarah

1) Jika terjadi perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua

sehubungan dengan surat perjanjian pekerjaan ini, maka akan

diselesaikan secara musyawarah untuk memperoleh mufakat.

2) Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu

penyelesaian, maka kedua belah pihak menyerahkan permasalahan ini

kepada Pengadilan Negeri, sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

b. Jalur pengadilan (litigasi) merupakan suatu penyelesaian melalui jalur

lembaga peradilan. Cara ini dapat ditempuh apabila cara non ligitation

tidak dapat menyelesaikan sengketa. Namun cara ini sebaiknya dihindari

karena tidak adanya win-win solution, dan kekurangannya yaitu

menghabiskan waktu berlarut-larut, biaya banyak.82

81
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, tanggal 5 Januari
2019 di kantor PT. Dian Perkasa
82
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

67
Universitas Sumatera Utara
Proses negosiasi diawali dengan pemanggilan pihak penyedia oleh

konsultan pengadaan pihak pengguna anggaran. Berdasarkan sistem hukum di

Indonesia, dan umumnya di negara-negara penganut civil law, bila salah satu tidak

memenuhi prestasi maka haruslah pihak lain dalam kontrak tersebut mengajukan

peringatan berupa somasi. Hal ini sesuai dengan Pasal 1238 KUHPerdata yang

menyebutkan bahwa dalam somasi ditentukan jangka waktu pemenuhan prestasi.

Jika dalam waktu tersebut terlewati, dan prestasi masih juga belum terpenuhi

maka dapat dikatakan pihak tersebut melakukan wanprestasi dan dapat dituntut.

Apabila somasi tidak diindahkan, maka pihak yang dirugikan dapat membawa

persoalan tersebut ke pengadilan, dan pengadilan berhak menentukan apakah

pihak yang merugikan tersebut wanprestasi atau tidak. 83 Namun, dalam kasus

yang terjadi, pihak penyedia barang dan atau jasa bersedia untuk hadir dan

memaparkan alasan tidak terpenuhinya prestasi, sehingga proses negosiasi dapat

dilakukan.

Wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus

ditetapkan lebih dahulu apakah si debitur melakukan wanprestasi atau lalai, dan

kalau hal itu disangkal olehnya, maka harus dibuktikan di muka hakim. Pengajuan

ke pengadilan tentang wanprestasi dimulai dengan adanya somasi yang dilakukan

oleh seorang jurusita dari pengadilan, yang membuat proses verbal tentang

pekerjaannya itu, atau juga cukup dengan surat tercatat atau surat kawat, asal saja

jangan sampai dengan mudah dimungkiri oleh si debitur.84

Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dipenuhinya prestasi oleh

pemborong karena terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat
83
Salim H.S, Op.Cit., hal 98
84
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Cetakan Ketigapuluh enam. Jakarta,
2005, hal. 147

68
Universitas Sumatera Utara
diduga akan terjadi ketika membuat perikatan. Unsur-unsur keadaan memaksa

adalah tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang membinasakan/

memusnahkan benda objek perikatan, atau tidak dipenuhi prestasi karena terjadi

peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, peristiwa itu

tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan. 85

Penyelesaian sengketa perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan

jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri,

apabila timbul perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua, maka

diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, Jika dengan jalan musyawarah

tidak tercapai kata sepakat maka penyelesaian dilakukan di pengadilan negeri.

Dapat pula penyelesaian perselisihan tersebut dengan dibentuk panitia arbitrase

yang terdiri dari seorang wakil pihak kesatu dan seorang wakil pihak kedua,

kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui oleh kedua

belah pihak. Selanjutnya penyelesaian perselisihan akan diteruskan melalui

pengadilan apabila melalui cara tersebut tidak dicapai penyelesaiaan. 86

Prakteknya dalam melaksanakan perjanjian pemborongan timbul suatu

sengketa. Sengketa tersebut terjadi apabila salah satu pihak tidak memenuhi

kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian pemborongan

sehingga pihak lain merasa dirugikan, jika timbul perselisihan dalam pelaksanaan

perjanjian pemborongan kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak

kontraktor akan berusaha untuk menyelesaikan secara musyawarah. 87

85
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2011, hlm 205
86
Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, tanggal 5 Januari
2019 di kantor PT. Dian Perkasa
87
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

69
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi pada saat berlangsungnya

pelaksanaan proyek dapat diidentifikasikan, antara lain;

a. Penyelesaian sengketa kontraktual

1.1. Penyelesaian sengketa dengan site meeting (rapat-rapat lapangan) yang

dilaksanalan 2 (dua) minggu sekali. Rapat ini dihadiri oleh pengguna jasa,

penyedia jasa, dan wakil pemerintah bidang konstruksi (untuk proyek

pemerintah-instansi teknis). Kesepakatan yang dihasilkan dalam site

meeting ini dibuatkan Berita Acara Rapat Lapangan yang ditandatangani

pihak-pihak yang terlibat/hadir, mengikat semua pihak, serta masuk

dalam dokumen pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang sedang berjalan.

Dengan rapat-rapat lapangan yang bersifat rutin ini diharapkan segala

permasalahan yang ada dan yang terjadi dapat diantisipasi.

1.2. Penyelesaian sengketa dengan arbitrase ad hoc (arbitrase voluntier).

Cara ini dilakukan manakala penyelesaian sengketa di tingkat pertama

(butir a) belum menghasilkan kesepakatan diantara para pihak. Arbitrase

Volunter ini dibentuk khusus untuk menyelesaikan sengketa atau

memutus sengketa tertentu. Arbitrase volunter ini bersifat insidentil dan

jangka waktunya tertentu pula sampai sengketa tersebut diputuskankan.

Dalam praktik konstruksi, arbitrase volunter ini dapat disebut sebagai

Panitia pendamai yang berfungsi sebagai juri/wasit yang dibentuk dan

diangkat oleh para pihak, yang anggota-anggotanya terdiri dari :88

a.1. Seorang wakil dari pihak kesatu (pengguna jasa) sebagai anggota

a.2. Seorang wakil dari pihak kedua (penyedia jasa) sebagai anggota

88
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

70
Universitas Sumatera Utara
a.3. Seorang wakil dari pihak ketiga sebagai ketua yang ahli dibidang

konstruksi, dan disetujui kedua belah pihak.

1.3. Penyelesaian sengketa dengan arbitrase institusional, yaitu suatu lembaga

permanen (permanent arbitral body) sebagaimana ayat (2) Konvensi New

York 1958. Arbitrase institusional ini didirikan oleh organisasi tertentu

dan sengaja didirikan untuk menampung perselisihan yang timbul dari

perjanjian. Faktor sengaja dan sifat permanen itulah yang membedakan

dengan arbitrase ad hoc. Arbitrase institusional ini berdiri sebelum

sengketa timbul. Di samping itu arbitrase ini berdiri untuk selamanya

walaupun suatu sengketa telah diputus dan diselesaikan. Lembaga ini

jarang dimanfaatkan oleh para pihak yang bersengketa, disebabkan karena

minimal 2 (dua) hal : (1) sengketa biasanya telah dituntaskan pada tahap

pertama (butir a-site meeting) dan (2) para pihak seolah enggan

meneruskan sengketa ke tingkat yang lebih tinggi (butir b – arbitrase

volunter dan arbitrase institusional apalagi melalui jalur pengadilan).

1.4. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

Upaya pengadilan yang dimaksud adalah upaya penyelesaian sengketa

melalui pengadilan, manakala upaya yang ada belum juga menghasilkan

kesepakatan. Perlu diingat bahwa upaya pengadilan ini merupakan upaya

akhir pengadilan negeri tempat domisili para pihak berselisih, termasuk

lokasi proyek yang bersangkutan yang biasanya sudah dicantumkan

dalam kontrak kerja). Padahal menurut beberapa ahli hukum, selama ini

sudah ada institusi hukum lain yang mengangani upaya penyelesaian

sengketa, yaitu arbitrase institusional, sehingga para pihak harus

71
Universitas Sumatera Utara
memilih salah satu institusi hukum tersebut, pengadilan atau arbitrase

institusional, karena keduanya sama-sama kuat kedudukannya di depan

hukum.

Menurut UU Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 6 ayat (7), pengadilan negeri

menerima pendaftaran hasil kesepakatan para pihak yang bersengketa

(tertulis) untuk dilaksanakan dengan itikat baik dalam waktu paling lama

30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan kesepakatan tersebut. Bisa

diartikan bahwa kesepakatan yang telah ditandatangani para pihak yang

bersengketa tersebut (baik melalui atau tanpa melalui arbitrase

institusional), cukup didaftarkan ke pengadilan negeri dimana domisili

para pihak yang bersengketa dan atau lokasi proyek berada.

2. Penyelesaian sengketa kontraktual (sampai dan setelah penyerahan ke II)

Pada tahap ini dibagi 2 (dua) yaitu : (1) Tahap pekerjaan konstruksi

sampai dengan penyerahan ke II pekerjaan pelaksanaan, dan (2) Tahap

operasional yaitu tahap bangunan dimanfaatkan hingga jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun. Tahap yang pertama, kontrak kerja pelaksanaan masih berlaku hingga

tahap penyerahan kedua kalinya, yang sering disebut masa pemeliharaan. Pada

masa pemeliharaan ini segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan

pelaksanaan yang masih belum sempurna (rusak, cacat, kekurang sempurnaan

pekerjaan yang ringan) dapat diselesaikan pada masa sebelum penyerahan kedua

kalinya. Waktu pelaksanaan tahap pemeliharaan ini biasanya singkat sekitar 2

(dua) minggu saja.

Tahap kedua, adalah masa “pertanggungan atau jaminan” bangunan

hingga 10 (sepuluh) tahun ke depan atau masa bangunan dioperasikan

72
Universitas Sumatera Utara
/dimanfaatkan. Pada masa ini segala sesuatu yang berkaitan dengan kerusakan

akibat kesalahan/kekurangan pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi (masa

kontraktual) dilaksanakan. Masa ini kontraktor masih “ikut” bertanggung jawab,

termasuk konsultan pengawas dan konsultan perencana. Untuk tahap kedua ini,

akan dibahas lebih lanjut dalam kesempatan lain.89

Prakteknya apabila timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian

pemborongan kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor

akan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya kepada badan arbitrase yang

terdiri dari wakil pihak pemberi tugas dan wakil pihak kontraktor masing-masing

satu orang dan satu orang lagi dari pihak netral yang ditunjuk oleh kedua belah

pihak. Penyelesaian perselisihan lewat jalur hukum dapat ditempuh sebagai

langkah terakhir yaitu meminta penyelesaian ke pengadilan negeri.90

89
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, tanggal 5
Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa
90
Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi, 5 Januari
2019 di kantor PT. Dian Perkasa

73
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukan pada pembahasan, maka dapat

ditarik kesimpulan, sebagai berikut

1. Bentuk dan isi perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan

jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri,

bentuk perjanjian dibuat secara tertulis dengan saksi notaris untuk tanda tangan

para pihak. Fungsi kesaksian notaris atau suatu dokumen semata-mata hanya

untuk kebenaran tanda tangan para pihak, akan tetapi, kesaksian tersebut

tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Salah satu pihak

mungkin saja menyangkal isi perjanjian namun pihak yang menyangkal itu

adalah pihak yang harus membuktikan penyangkalannya.

2. Kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian

kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian

Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri. Bentuk tanggung jawab dari pihak

kontraktor apabila tidak sesuai dengan bestek akan dikenakan sanksi-sanksi

seperti pemberi tugas akan menangguhkan pembayaran. diadakan

pembongkaran atau penggantian, memasukkan ke dalam daftar hitam rekanan,

denda sebesar 1 /1000 (satu permil) dari biaya pekerjaan dan maksimum10%

(Sepuluh persen) dari jumlah biaya kegiatan dan terlambat dalam penyelesain

proyek, adalah denda sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari nilai kontrak untuk

setiap hari keterlambatan dan maksimum 5% (lima persen) dari nilai kontrak.

Universitas Sumatera Utara


3. Perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara

PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri. Waktu pelaksanaan

disepakati 90 (Sembilan puluh) hari Kalender terhitung sejak tanggal 30

september 2016. Pemutusan perjanjian, pihak pertama dapat membatalkan

secara sepihak perjanjian ini tanpa menggunakan Pasal 1266 dan 1267

KUHPerdata apabila pemilik proyek dalam hal ini tidak dapat memenuhi

kewajibannya, pihak kedua dapat menghentikan pekerjaan apabila pihak

pertama tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran pekerjaan kepada pihak

kedua. Apabila timbul perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua, maka

diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.

D. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran,

antara lain :

1. Kepada penyedia jasa sebaiknya mempelajari terlebih dahulu mengenai

peraturan-peraturan yang terkait dengan jasa konstruksi. Sehingga dapat lebih

memahami klausula-klausula yang ada dalam kontrak kerja konstruksi yang

mereka sepakati dengan pengguna jasa. Selain itu, dalam proses pelelangan

sebaiknya pengguna jasa berani menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti

ataupun mengenai ketersediaan anggaran dana dan hal-hal yang berkaitan

dengan pelaksanaan perjanjian agar tidak terjadi lagi suatu ketidakseimbangan

dalam isi kontrak dan pelaksanaannya, maka dibutuhkan sebuah iktikad baik

dari kedua belah pihak baik pejabat pembuat komitmen maupun penyedia jasa

konstruksi agar tercipta keseimbangan dalam kontrak kerja konstruksi.

75
Universitas Sumatera Utara
2. Kepada pihak penyedia jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus lebih

memahami pada saat meneliti dan memeriksa ketentuan yang tercantum di

dalam kontrak.

3. Jika terjadi wanprestasi, kiranya para pihak dapat menyelesaikan secara

musyawarah mufakat guna memulihkan hak dan kewajiban masing-masing

pihak

76
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk, 2001. Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Adytia
Bakti, Bandung.

_____2011. Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung.

Djumialdji, F.X, 2001,Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta.

Andi Hamzah, 2005. Kamus Hukum, Ghalia Indonesia. Jakarta

Harahap, M.Yahya. 2001. Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung.

Hernoko, Agus Yudha,2011, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak


Komersial, Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

H.S, Salim, 2005, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika Jakarta.

_____2007,Salim dkk, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding


(MoU),Sinar Grafika, Jakarta.

_____, 2008, Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian, cetakan
kelima, Sinar Gafika. Jakarta.

Ibrahim, Johanes dan Lindawaty Sewu, 2003. Hukum Bisnis (Dalam Persepsi Manusia
Modern), Reika Aditama, Bandung.

Mas, Marwan. 2004. Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Meliala, Djaja S. 2007. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan Hukum
Perikatan, Nuansa Aulia, Bandung.

Mertokusumo, Sudikno.2003. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty Yogyakarta.

_____2009. Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

Mintorowati, Endang.1999. Hukum Perjanjian, UNS Press, Surakarta.

Miru, Ahmadi dan Sakka Patti, 2008. Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233
sampai Pasal 1456 BW, Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Miru, Ahmadi.2013. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti.
Bandung.

77
Universitas Sumatera Utara
_____.2011. Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2006. Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono.2004 Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur Bandung, Cetakan


VII, Bandung.

Patrik, Purwahid, 1998. Hukum Perdata I (Asas – Asas Hukum Perikatan). Jurusan
Perdata Fakultas UNDIP Semarang.

Rijan, Yunirman dan Ira Koesoemawati, 2009. Cara Mudah Membuat Surat Perjanjian
Atau Kontrak Dan Surat Penting Lainya, Raih Asa Sukses. Depok.

Simamora Y. Sogar, 2014. Hukum Kontrak (kontrak pengadaan barang dan jasa di
Indonesia), Alumni, Surabaya.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2013. Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press. Jakarta.

Soeroso, R.2006. Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika. Jakarta.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchun.2009. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan


Bangunan, cet. 3, Liberty, Yogyakarta.

Subekti,2001. Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung.

_____2005. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Cetakan Ketigapuluh enam.


Jakarta.

_____2005, Hukum Perjanjian, Intermasa. Jakarta.

_____2014. Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Subekti dan Tjitrosudibio. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya


Paramita, Jakarta.

Sudarsono, 2007. Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.


Sugiyono.2016 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabteha.
Bandung.

Suharnoko,2004. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta.

Sunggono, Bambang. 2014. Metode Penelitian Hukum Raja Grafindo. Jakarta.

78
Universitas Sumatera Utara
Trihastuti, Nanik.2013. Hukum Kontrak Karya, Setara Press. Malang.

Usman, Rachmadi.2013. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra


Aditya Bakti, Bandung.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonsia tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Alternatif.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jurnal/artikel/makalah/skripsi

Chintiyana Rachmaditasari, Akibat Hukum Adanya Wanprestasi Dalam Perjanjian


Konstruksi Antara Pemkot Kota Salatiga dengan PT. Matahari Mas Sejahtera
Tentang Perjanjian Kerjasamapembangunan Pasaraya II, Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas hukum Universitas Diponegoro Semarang Februari 2016.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan


dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2010.

Dinda Anna Zatika, tinjauan yuridis perjanjian konstruksi pembangunan jalan tol antara
PT. Hutama karya (persero) dan PT. Waskita karya (persero) Tbk. Pactum Law
Journal, Vol 1 No. 3 , 2018.

I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra,2010, Implementasi Ketentuan-
Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Uniersity
Press, Denpasar.

Linna Nindyahwati, Perjanjian Kerjasama Operasi Proyek Pembangunan Jalan Tol /


Freeway Paket 2 Samboja – Palaran 1 Kalimantan Timur Nomor :
01/KSO/WRM/XII/2010, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya
2013.

Siti Rafika Ilhami, Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara PT. Serasi autoraya dengan
audi variasi JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.

Tasya Anindita. Analisis Perjanjian Pengadan Barang/Jasa Kontrak Nomor :


03/Kontrak/ Pdam/Pmpk/Vii/2013 Oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak
Kota Pekanbaru dengan CV. Putri Cahaya Riau Jom Fakultas Hukum Volume 2
Nomor 2 Oktober 2015, hlm 8

79
Universitas Sumatera Utara
Website

“Kebijakan Pembangunan Jalan di Indonesia tahun 2005-2010”, http://jdih.bpk. go.id/


wpcontent/uploads/2011/03/KebijakanPembgnJalan.pdf diakses tanggal 01
desember 2018

80
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai