SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ABSTRAK
*)
Mahasiswa Fakultas Hukum USU
**)
Dosen Pembimbing I
***)
Dosen Pembimbing II
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IV
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunianya dalam setiap tahapan kehidupan
sehingga dapat melewati masa perkuliahan sampai pada tahap pengerjaan skripsi
Penulisan skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat
untuk meraih gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara dimana hal tersebut
sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun agar kemudian skripsi ini menjadi lebih baik.
Penulisan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan para pihak, sehingga dalam
kesempatan ini, dengan rendah hati dan tanpa mengurangi rasa hormat penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan dukungan
secara langsung maupun tidak langsung terhadap penulisan skripsi ini. Dalam
kepada:
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
V
1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
6. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
8. Ibu Dr. Detania Sukarja, SH., MH., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
berupa masukan dalam penulisan skripsi , yang selalu sabar harus dikejar-kejar
9. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum
10. Ibu Zulfi Chairi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik;
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
VI
11. Seluruh Dosen dan Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
12. Teristimewa kepada Orangtua tercinta yang tak henti-hentinya selalu mendoakan,
13. Kepada kakak saya Rahim Doli, Anggita Faradibah Siregar dan Junaida Siregar
yang selalu mendukung dan menyemangati saya baik secara langsung maupun
tidak;
14. Kepada sahabat dari SMP hingga sekarang, Gichara Angguna yang telah
15. Kepada sahabat sekaligus teman pertama di kampus, Gita Clarariska Pratama,
16. Kepada Kelompok Klinis yang telah bekerja bersama untuk berusaha
17. Kepada sahabat-sahabat dari SMA sampai sekarang, Gichara Angguna, Dira
Depira Prilia, Astriyani Karina, Rury anggun Fricilla, Yunita Anugrahani, Bayu
ini;
18. Kepada Group F Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Seluruh Rekan
19. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu dan berjasa dalam
Atas semua dukungan tersebut, kiranya Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
karunia-Nya dan balasan berlipat ganda. Demikian yang dapat di sampaikan, terima
kasih.
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IX
Bermasalah .......................................................................................................... 44
A. Kesimpulan ................................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................................. 79
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Alat transportasi saat ini tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Segala
aman dan nyaman hingga menginginkan alat transportasi yang mewah. Transportasi
adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
sehari-hari.1 Transportasi sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu transportasi laut, udara
dan darat. Dari tiga macam sarana transportasi tersebut, sarana transportasi darat
kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun berupa mobil. Dalam kenyataanya
sekarang ini dan mahalnya kendaraan bermotor maka terbuka peluang usaha bagi
1
Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi : Karakteristik, Teori, dan Kebijakan (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 23.
mempunyai kendaraan bermotor sendiri yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari.2
Kebutuhan akan alat transportasi dirasakan mendesak apalagi bagi mereka yang
tinggal di daerah yang tidak terjangkau sarana transportasi umum. Salah satu cara
mengatasi hal tersebut, yaitu dengan memiliki alat transportasi sendiri. Kendaraan
bermotor sebagai salah satu sarana transportasi menjadi sangat penting dalam
untuk membeli kendaraan bermotor melalui transaksi jual beli bersyarat antara
pembeli dan penjual. Penjual di sini bisa perseorangan maupun perusahaan. Fasilitas
perjanjian pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara fidusia antara pembeli
konsumen sebagai kreditur. dalam pembelian kendaraan tersebut hak milik seolah-
olah beralih ke pembeli, akan tetapi pada kenyataannya tidak karena hak milik ada
2
Ibid, hlm. 24-25.
3
Sunaryo (1), Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2008), hlm.
95.
ditangan kreditur, dimana penyerahan hak milik berupa BPKB merupakan salah satu
pelaku usaha dalam memberikan penawaran alat transportasi baik berupa kendaran
bermotor roda dua /motor/ kendaran bermotor roda empat kepada masyarakat.
yaitu dengan cara pemberian kredit dengan uang muka yang ringan. Selain
cara membuat iklan maupun langsung membuka show room dijalan-jalan khususnya
swalayan untuk alat tranportasi roda empat/mobil maupun sepeda motor. Segala
bentuk penawaran ini dilakukan agar konsumen tertarik untuk membelinya dan
akhirnya pelaku usaha dapat dengan mudah untuk meraup keuntungan dari
konsumen.5
seiring dengan banyaknya produk yang diluncurkan ke pasar dan juga kebutuhan
manusia yang kompleks yang juga didorong oleh kecenderungan masyarakat yang
konsumtif, mendorong manusia untuk selalu mencari alat yang bisa memudahkan
4
Munir Fuady (1), Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori Dan Praktek, (Bandung :
P.T.Citra Aditia Bakti, 1995), hlm. 1-2.
5
Ibid, hlm. 4-5.
aktifitasnya sehari-hari salah satu kebutuhan penting manusia adalah alat transportasi,
untuk mendukung mobilitas manusia yang semakin tinggi. Sepeda motor adalah salah
satu sarana transportasi yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini menjadi
salah satu alternative yang sangat menggiurkan konsumen, masyarakat yang tadinya
kesulitan untuk membeli kendaraan secara tunai, akan dapat teratasi dengan mudah
dan cepat.6
mereka. Dengan adanya kelebihan dana, maka timbul suatu pemikiran untuk
sebagai perantara yang menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Bank merupakan salah satu
bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk memberikan kridit, pinjaman dan
jasa-jasa keuangan lainnya, sehingga dapat dikemukakan bahwa fungsi bank pada
6
R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, (Jakarta: Pradya Paramita, 1994),
hlm. 14.
7
Ibid, hlm. 23.
8
Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 162.
Pada kenyataannya lembaga keuangan yang disebut “bank” ini tidak cukup
dimiliki. Hal ini semakin nyata terlihat dari banyaknya bank-bank yang ambruk dan
“bank” dalam menyalurkan kebutuhan dana, maka muncul lembaga keuangan bukan
bank yang merupakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan moderat
daripada bank yang dalam hal-hal tertentu tingkat risikonya bahkan lebih tinggi.
menawarkan model-model formulasi baru dalam hal penyaluran dana terhadap pihak-
Pengertian lembaga keuangan bukan bank, dapat di lihat dalam Pasal 1 angka
(4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan, Lembaga Keuangan bukan bank, adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun
9
Ibid, hlm. 166.
10
Ibid, hlm. 200.
semakin meningkat.11
pasal 1 tentang perizinan usaha leasing, memberi definisi mengenai leasing yaitu
yang dimaksud dengan leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu
disertai dengan hak pilih (optio) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-
pembiayaan (lessor) dengan seseorang/ pengusaha (lessee) dan bekerja sama dengan
pihak supplier/ dealer, dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna
usaha dengan hak OPSI (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak OPSI
(operating lease) untuk di gunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
11
Retnowulan Sutantio, Perjanjian Pembiayaan Konsumen, (Jakarta : Dalam Pustaka
Peradilan Proyek Pembinaan Tehnis Yustisial Mahkamah Agung RI, 1994), hlm. 1.
12
Hasarudin Rahman, Legal Drafting, (Bandung : Penerbit Pt. Citra Aditya Bakti, 1992),
hlm. 20.
13
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,
(Bandung : Penerbit Pt. Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 14.
Cabang Kota Medan merupakan perjanjian hutang piutang antara pihak Federal
International Finance Astra Cabang Kota Medan dan pihak konsumen dengan
penyerahan barang secara fidusia, dalam arti penyerahan barang tersebut dilakukan
berdasarkan atas kepercayaan. Perlu di pahami, bahwa yang dimaksud dengan fidusia
dalam hal ini bukanlah jaminan fidusia yang merupakan perjanjian accessoir atau
tambahan dari perjanjian pokoknya yaitu hutang piutang namun hanya pada
penyerahan barangnya saja yang dilakukan secara fidusia atau lebih sederhananya
menyerahkan dana pembiayaan yang diperlukan oleh konsumen, serta demikian pula
yang akan membawa akibat hukum. Oleh karenanya, perbuatan tersebut perlu
14
Ibid, hlm. 16.
1338 ayat (1) KUH Perdata). Perjanjian pembiayaan tersebut berfungsi sebagai
dokumen sah bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen. Sebagai suatu
perjanjian yang menegaskan tentang pemenuhan hak dan kewajiban yang mengikat
pihak penanggung dengan tertanggung, maka kedua belah pihak harus menaati
seluruh isi perjanjian, karena jika salah satu pihak tidak memenuhi maka dapatlah
dikatakan pihak yang ingkar janji tersebut telah wanprestasi dan berhak menuntut
ganti kerugian, seperti yang tercantum dalam Pasal 1239 dan 1240 Kitab Undang-
Pengertian perjanjian akan lebih baik apabila “sebagai satu perbuatan hukum
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”. 17 Para ahli hukum memberikan suatu pengertian
dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanankan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaan”18 Persetujuan ini merupakan arti yang pokok dalam dunia
15
Subekti, R, Hukum Perjanjian (Jakarta : Penerbit Intermasa, 1979), hlm. 98.
16
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III, ( Hukum Perikatan dengan
Penjelasan ), (Bandung : Alumin, 2001), hlm. 99.
17
J Satrio, Hukum Perjanjian , (Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 1982), hlm. 322.
18
Abdul kadir muhamad, hukum perikatan , (Bandung : Penerbit PT Citra Aditia Bakti,
1992), hlm. 78.
usaha dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang. Sedangkan Subekti
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.
Dari peristiwa itulah, timbul hubungan antara dua orang tersebut yang
yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis Suatu
perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak.
Berdasarkan kondisi sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah
tersebut di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang
tersebut. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Penulisan
Medan
2. Manfaat Penulisan
berikutnya.
D. Keaslian Penulisan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan bahwa tidak ada judul
Sumatera Utara. Adapun judul skripsi “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam
Leasing Kendaraan Bermotor (Studi Pada Federal Internasional Finance Astra Kota
Medan)” adalah hasil dari pemikiran dan ide serta gagasan dari penulis sendiri dan
penulisan skripsi ini terjamin benar adanya. Jikalau ada terdapat judul yang
Sumatera Utara seperti judul penulis di atas, tentunya di luar sepengetahuan penulis
dan pasti substansi di dalam skripsi tersebut berbeda dengan substansi di dalam
skripsi penulis ini. Namun demikian adanya, di dalam penulisan skripsi ini terdapat
kutipan-kutipan atau pendapat orang lain yang dilakukan sebagai referensi untuk
mendukung fakta-fakta dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga melihat beberapa
judul skripsi yang berkaitan dengan Kredit Lessing dalam hal ini berbeda substansi
E. Tinjauan Kepustakaan
Ketentuan mengenai perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata. Pasal
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
19
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1313.
definisi perjanjian tersebut sudah otentik namun rumusannya disatu sisi adalah tidak
lengkap karena hanya menekankan pada perjanjian sepihak saja dan disisi lain terlalu
luas karena dapat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan janji kawin yaitu
adalah sebagai suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
adalah asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. 21
Asas kebebasan berkontrak tersebut diatur dalam buku III KUH Perdata,
karena buku ke III KUH Perdata tersebut bersifat terbuka. Terbuka disini artinya
siapa saja diperbolehkan baik dari segi bentuk dan isinya untuk mengadakan suatu
perjanjian. Asalkan perjanjian yang akan diperjanjikan itu tidak dilarang oleh
dengan kepentingan umum. Hal tersebut sesuai dengan isi Pasal 1337 KUH Perdata.22
20
Mariam Daruz Badrulzaman (1), Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Penerbit Alumni, 1994),
hlm. 18.
21
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1338.
22
Ibid, Pasal 1337.
“kebebasan bagi setiap orang”. Kebebasan disini bukan tanpa pembatasan, artinya
dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata untuk syarat
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
23
Ibid, Pasal 1320.
24
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2001), hlm. 281.
proyek infrastruktur.
huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank
dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud Lembaga Pembiayaan adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
25
Indonesia, (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan), Pasal 1 huruf (b).
badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak
nomor 9 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (7) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
Finance”. Pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi
konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan
26
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers. 2008), hlm. 2.
27
Indonesia, (Peraturan Presiden nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan), Pasal
1 ayat (7).
28
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2001),
hlm. 114.
kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh
perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar (standard contract, standard
di dalamnya terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu pihak”.
bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat
baku, yang oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk
disetujui”.
Jaminan yang ada dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya sama dengan
29
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
(Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2000), hlm. 149.
30
Munir Fuady (3), Hukum Tentang Pembiayaan, (Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya
Bakti, 2014), hlm. 168.
Ownership (fidusia).
Menurut Prof. Subekti, S.H, wanprestasi adalah “Apabila si berutang (debitur) tidak
alpa atau “lalai” atau ingkar janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, bila ia
melakukan atau bebuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya”. 31 Mengenai ganti
kerugian akibat wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUH Perdata, yaitu:
“Penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian
kewajibannya, masih tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat tenggang waktu yang telah
dilampaukannya”.
31
Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan XVI, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 1996), hlm. 4.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
ini digunakan untuk memperjelas kesesuaian antara teori dan praktik dengan
dengan cara wawancara secara langsung dengan narasumber di FIF ASTRA Cabang
Kota Medan yang berhubungan langsung dengan materi penelitian yang ingin peneliti
teliti tentang Perlindungan hukum bagi konsumen dalam leasing kendaraan bermotor
di FIF ASTRA Cabang Kota Medan. dan telaah pustaka serta dokumen yang
2. Metode Pendekatan
3. Lokasi Penelitian
Medan.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data
primer, data sekunder, dan data tersier antara lain sebagai berikut:
pihak terkait dengan penulisan skripsi ini, dalam hal ini pihak-pihak
b. Data sekunder, yaitu data atau dokumen yang diperoleh dari instansi
ilmiah, dan lain-lain yang berkaitan dengan data primer dan sekunder.
Teknik pengumpulan data yaitu dengan studi lapangan pada FIF ASTRA
lainnya yang berkaitan tentang pencatatan sipil untuk mendapatkan data sekunder dan
tersier.
32
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayumedia
Publishing, 2006), hlm. 392.
Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data kualitatif,
dimana keseluruhan data baik primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis
dihubungkan antara satu data dengan data yang lainnya, dilakukan interpretasi untuk
memahami makna data dalam situasi sosial, serta dilakukan penafsiran dari perspektif
G. Sistematika Penulisan
ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan
yang teratur yang dibagi dalam beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain.
BAB I PENDAHULUAN
selanjutnya yang terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu: Latar Belakang , Perumusan
BERMOTOR
Pada bab ini berisikan 4 (empat) uraian sub bab yaitu yang pertama
hukum Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah, dan yang
Pada Bab ini berisikan uraian 2 (dua) sub bab yang pertama menjelaskan
Bermotor pada FIF ASTRA Medan, dan yang kedua menjelaskan tentang Proses
BAB IV PENUTUP
dengan saran.
BAB II
Pembiayaan adalah salah satu tugas yang harus ada pada sebuah bank, seperti
Perbankan, yang dimaksud pembiayaan adalah: “menyediakan dana atau tagihan atau
yang bisa disamakan dengan itu berdasarkan manfaat yang bisa diambil dari dana
tersebut atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak yang
mengambil manfaat dari dana tersebut yang mewajibkan pihak tersebut untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan jumlah
Jasa pembiayaan merupakan salah satu cara yang digunakan masyarakat untuk
mendapatkan sumber dana pembiayaan, disamping melalui badan usaha atau lembaga
Pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi, Hanya saja, jika
33
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), hlm. 160.
34
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta:UUI Press, 2004),
hlm. 163.
meliputi ;
Dari berbagai bidang usaha lembaga pembiayaan tersebut di atas, yang sama
kegiatan yang “dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk
pembelian barang, yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh
konsumen”.37
sejumlah dana yang dalam dunia perekonomian lazim disebut dengan modal. Seirama
dengan perkembangan masa, maka jika yang mengatur perbankan dikenal adanya
35
Munir Fuady, Op.Cit,, hlm. 65.
36
Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan), Pasal
2.
37
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Penerbit Citra Aditya
Bakti, 1999), hlm. 315.
tentunya yang mengatur bantuan finansial lewat lembaga pembiayaan dikenal juga
adalah salah satu bentuk usaha dibidang lembaga keuangan bukan bank yang
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah
dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka dapat ditemui adanya
dua sisi yang berbeda, di satu sisi ada orang atau sekumpulan orang atau badan
hukum yang memiliki kelebihan dana dan di sisi lain begitu banyaknya masyarakat
diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti
“Credere” artinya percaya. Maka arti dari percaya tersebut adalah bahwa pihak yang
kredit bahwa kredit yang diberikan harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati.39
Kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank dalam penyaluran dana
dengan baik dan maksimal. Disamping itu berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No.
38
Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 1-2.
39
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,2005),
hlm. 92-93.
berkembang khususnya pada sektor riil yang diusahakan oleh pengusaha kecil, dan
Pemberian kredit dari bank kepada nasabah debitur didasarkan pada perjanjian
kredit, perjanjian kredit berisi kesepakatan tentang hak dan kewajiban masing-masing
pihak antara bank dengan nasabah debitur, yang akan menjadi undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya. Asas ini membentuk suatu hubungan kontraktual serta
meletakan hak dan kewajiban terhadap para pihak sesuai dengan yang disepakati
bersama. Dalam praktek perbankan perjanjian kredit di buat secara tertulis dan dalam
Dari pengertian kredit dan pembiayaan diatas ternyata pengertian kredit pada
40
Etty Mulyati, “Asas Keseimbangan Pada Perjanjian Kredit Perbankan dengan Nasabah
Pelaku Usaha Kecil,” (Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol.1, No.1, 2016), hlm. 37.
41
Ibid.
Pada dasarnya Pembiayaan dan Kredit merupakan salah satu jenis pelayanan
jasa suatu bank baik bank konvensional ataupun bank syariah yang mana bank
memberikan jasa peminjaman uang kepada masyarakat pada bank konvensional atau
bank membiayai pembelian sesuatu dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat pada
pasal 1313 KUH Perdata. Dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata) Pasal 1313, dinyatakan bahwa perjanjian atau persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan
juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut
Menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya perjanjian diperlukan empat
syarat, yaitu : 43
42
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1313.
43
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1320.
Syarat sepakat dan cakap bagi sahnya perjanjian, disebut sebagi syarat
subjektif karena menyangkut orang atau pihak – pihak yang terlibat dalam perjanjian,
sedangkan syarat mengenai suatu hal tertentu dan sebab yang halal disebut sebagai
syarat objektif karena menyangkut objek yang diperjanjikan oleh orang – orang atau
subjek yang membuat perjanjian. suatu syarat subjektif jika tidak terpenuhi ( sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya atau cakap untuk berbuat sesuatu ) maka
perjanjiannya dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Apabila syarat
objektif tidak terpenuhi (mengenai sesuatu hal tertentu atau sebab yang halal) maka
Perdata sudah dipenuhi, maka berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata, perjanjian telah
antara bank dengan pihak lain, namun Undang-Undang tersebut tidak menentukan
untuk memahami pengertian perjanjian kredit yang diutarakan oleh para pakar hukum
antara lain, Marhainis Abdul Hay mengemukakan bahwa perjanjian kredit adalah
44
Megarita, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Saham Yang Di Gadaikan, (Medan :
USU Press, 2008), hlm. 49.
identik dengan perjanjian pinjam-meminjam dan dikuasai oleh ketentuan Bab XIII
ada kesepakatan dari pihak yang melakukan perjanjian. Dengan demikian, perjanjian
kredit ini tunduk pada Buku III KUH Perdata juga ketentuan UU Perbankan 1998.
Apabila dilihat dari latar belakang sejarah leasing itu sendiri, yang berasal
dari Amerika Serikat dan banyak diterapkan di Negara-negara dimana situasi, kondisi
serta hukumnya sangat berbeda dengan Amerika Serikat, maka kesulitan mencari
definisi leasing dapatlah dimengerti. Sedangkan dilihat dari arti katanya, leasing
berasal dari bahasa Inggris “lease” yang berarti “menyewakan”, yang merupakan
suatu pengertian yang kompleks. Tetapi secara umum leasing dipandang sebagai
kontrak antara pemilik atau penyewa barang (lessee), dimana pemilik barang
Di Indonesia sendiri lembaga leasing sudah ada sekitar dua puluh tahun
terakhir ini. Undang-undang yang secara resmi mengatur belum ada, karena itu masih
mengikuti peraturan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral dan merupakan lembaga keuangan yang mengatur keuangan secara
45
Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, ( Bandung : Pradnya Paramita,
1975 ), hlm. 67.
46
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet-1 (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 258.
masih belum lama, ternyata dalam dunia usaha nampaknya cukup menunjukkan
leasing sering terjadi permasalahan yang antara lessor dan lesse, sehingga
mengakibatkan barang modal tersebut diambil kembali oleh lessor tanpa ada tuntutan
melalui peradilan perdata. Sedangkan sesuai dengan pasal 1238 KUH-Perdata pihak
lessor seharusnya memberikan somasi atas kelalaian lesse dan memberikan surat
pernyatan bahwa lesse telah lalai (wanprestasi), kecuali perjanjian leasing yang
yang kegiatan utamanya adalah pemberian kredit untuk pembiayaan barang modal.
Berbeda dengan bank yang memperoleh sumber pendanaan dari deposan masyarakat
dicanangkan oleh OJK pada tahun 2014 dalam rangka mengembangkan industi
menjadi finance dan operating lease, installment financing, fee based income,
47
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1238.
48
Kasmir, Op.Cit, hlm. 208.
OJK juga menerapkan sistem manajemen risiko yang berlaku pada 19 November
2015. OJK menetapkan one obligor concept dimana perusahaan pembiayaan wajib
menetapkan kualitas kredit yang sama terhadap 1 (satu) debitur dengan beberapa
kontrak pembiayaan atau kredit yang berbeda. OJK juga menetapkan bahwa batasan
Financing (NPF) kategori 3 (tiga) sebesar 5%. Definisi NPF kategori 3 (tiga) adalah
Berkaitan dengan aturan baru yang ditetapkan OJK, maka perusahaan leasing
risiko yang dimulai dari penerapan manajemen risiko internal termasuk manajemen
risiko dalam kegiatan penyaluran dana leasing. Kegiatan penyaluran dana untuk
melibatkan risiko apabila dana yang digunakan untuk kegiatan tersebut tidak tertagih
kebangkrutan.50
49
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Utama
Grafiti, 1993), hlm. 119.
50
Ibid, hlm. 121.
perusahaan leasing.51
perhatian yang besar karena tingkat risiko dari karakteristik dan kondisi konsumen
yang diberikan fasilitas leasing akan menentukan tingkat risiko yang ditanggung oleh
sumber daya. Strategi yang dapat diambil mencakup transfer risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi dampak negatif dari risiko, dan menerima beberapa
51
Komar Andasasmita, Leasing dan Praktek . (Bandung : Ikatan Notaris Bandung, 1993),
hlm. 77.
52
Siti Ismijati, Tinjauan Umum mengenai Leasing dan Peranannya dalam Usaha Memenuhi
Kebutuhan akan Alat-alat Produksi, (Yogyakarta : Diktat Penataran Dosen Hukum Perdata Universitas
Gadjah Mada, 1994), hlm. 25.
memperoleh dan mendapatkan barang modal, yaitu dengan jalan membayar angsuran
tiap bulan atau tiap triwulan kepada perusahaan leasing, dengan demikian
Bila perusahaan ingin membeli barang modal tersebut, maka hanya harga sisa yang
telah disepakati bersama saja yang dilunasi, sedangkan harga barang modal yang
hak opsi dimana dapat memilih apakah akan membeli atau memperpanjang pinjaman
Sewa Guna Usaha (leasing). Perjanjian pembiayaan ini antara lain sebagai berikut :
f. Perjanjian simpanan
53
Siti Ismijati, Op.Cit, hlm. 27.
g. Perjanjian kredit
h. Perjanjian penitipan
Leasing merupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari bahasa asing yang
masuk kedalam bahasa Indonesia , yang sampai sekarang padanannya dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa cocok. Istilah leasing
ini sangat menarik karena bertahan dalam nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam
bahasa setempat, baik di Amerika yang merupakan asal-usul adanya lembaga leasing
disebutkan bahwa sewa guna usaha merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal (misal mobil atau mesin pabrik) selama jangka waktu
peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Leasing juga berarti pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh
54
Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Bisnis, (Bandung, : Alumni, 1994), hlm. 31.
55
Achmad Anwari, Leasing di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 43.
56
Indonesia, (Salinan keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia no :
1169/KMK.01/1991 tentang sewa guna usaha leasing) bab I Pasal 1.
perusahaan yang menggunakan barang modal tersebut, dan dapat membeli atau
Perjanjian leasing tidak hanya sebatas suatu kontrak atau persetujuan sewa
yang obyeknya berupa barang modal, dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan
harga berdasarkan nilai sisa, namun lebih kompleks, karena dalam leasing dapat
timbul hak beli, dan hal ini sangat mendekati transaksi jual beli aktiva angsuran dan
dapat pula seperti sewa menyewa biasa. Leasing memiliki sejarah yang cukup
panjang.58
apakah sebenarnya leasing itu bila ditinjau dari segi hukum di Indonesia, sebab
selama ini segi-segi ekonomislah yang lebih sering ditonjolkan dalam informasi
tehnis yang diberikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, namun aspek yuridisnya
Bertalian dengan sifat hukum perdata dari leasing tampaknya ada dua
57
Ainun Naim (2), Akuntansi Keuangan. (Yogyakarta : BPEF, 1992 ), hlm. 150.
58
Achmad Anwari, Op.Cit, hlm. 45.
59
Komar Andasasmita, Leasing dan Praktek, (Bandung : Ikatan Notaris, 1993 ) hlm. 77.
Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). 60
Pada prinsipnya pengertian dari lembaga leasing itu sendiri adalah sama dan
1) Pembiayaan perusahaan
barang dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan leasing ini ada dua katagori global,
operating lease dan financial lease. Operating lease merupakan suatu proses
menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya,
tidak terjadi pemindahan kepemilikan (transfer of title) asset, baik di awal maupun di
60
Indonesia, (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan
Sewa Guna Usaha), Pasal 1 huruf (a).
61
Amin Widjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, (Jakarta : Rineka
Cipta,2001), hlm. 9.
akhir periode sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan konsep ijarah di dalam
syariah.62
Financial leasse merupakan suatu bentuk sewa dimana di akhir periode sewa
si penyewa diberikan pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang yang
disewakan. Namun, dalam praktiknya (khususnya di Indonesia) sudah tidak ada hak
opsi karena sudah “dikunci” di awal periode. Sehingga jenis akadnya menjadi ganda,
yakni bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya,
barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya
dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak penyewa
dapat melunasi cicilannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Intinya,
dalam financial lease terdapat dua proses akad sekaligus : sewa sekaligus beli. Dan
2. Macam-macam Leasing
Untuk memahami isi dan fungsi lembaga yang baru berkembang ini,
meneliti ciri-ciri khususnya masing-masing, usaha ini telah dilakukan oleh bebarapa
penulis, oleh ikatan-ikatan profesi dan oleh Persatuan pengusaha Leasing itu sendiri.
misalnya :
62
Adiwarman karim, Bank Islam, (Analisis Fiqih Dan Keuangan), (Jakarta : IIIT Indonesia,
2003), hlm. 111.
63
Achmad Anwari, op.cit, hlm. 110.
kontrak lease
Kriteria yang paling lazim dipergunakan adalah pembagian resiko ekonomis di antara
pihak-pihak yang terikat pada suatu kontrak lease, berdasarkan kriteria ini leasing
Vancil (dalam Siti Ismijati) memberikan tekanan pada fungsi financial leasing
sebagai suatu cara untuk melakukan pembiayaan, jadisuatu pandangan yang bersifat
ekonomis. Leasing dipandang sebagai suatu cara yang memungkinkan suatu badan
usaha memperoleh alat-alat produksi yang diinginkan oleh lessee, oleh karena itu
hak milik, pemilik atau benda dengan sendirinya senantiasa harus menanggung resiko
ekonomis atas benda tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dapatlah dikatakan
bahwa lessee dalam suatu financial lease seolah-olah memperoleh hak milik atas
benda yang menjadi obyek lease tersebut, karena dialah yang harus menanggung
64
Siti Ismijati, Tinjauan Umum mengenai Leasing dan Peranannya dalam Usaha Memenuhi
Kebutuhan akan Alat-alat Produksi, (Yogyakarta : Diktat Penataran Dosen Hukum Perdata Universitas
Gadjah Mada, 1994), hlm. 22.
65
Ibid, hlm. 23.
resiko ekonomis atas benda itu, sedangkan Hak milik yang berada pada lessor
hanyalah sekedar alat untuk menjamin pemenuhan perikatan lessee kepada lessor .
Hak milik ini bukanlah Hak milik dalam arti yang sebenarnya, sebab didalamnya
Dilihat dari segi transaksi yang terjadi antara lessor dan lessee maka sewa
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance lease) yang merupakan
Ciri utama dari sewa guna usaha dengan hak opsi adalah pada akhir kontrak,
lessee mempunyai hak pilih untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa
bersama. Pada sewa guna usaha jenis ini, lessee menghubungi lessor untuk memilih
barang modal yang dibutuhkan, memesan, memeriksa, dan memelihara barang modal
tersebut, selama masa sewa , lessee membayar sewa secara berkala dari jumlah
seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (full pay out), sehingga bentuk
pembiayaan ini disebut full pay out lease atau capital lease.67
66
Ibid, hlm. 24
67
Abdul kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 205.
3. Kegiatan Leasing
a. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance
lease);
b. Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee
(operating lease).
Ciri-riri kedua kegiatan leasing seperti yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut
:69
persyaratan:
guna usaha pertama kali, ditambah dengan nilai sisa barang yang
68
Indonesia (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK. 01/1991)
69
Siti Ismijati, Op.Cit, hlm. 55.
sebagai berikut:
bagi lessee.
Kemudian dalam praktiknya transaksi finance leasing dibagi lagi ke dalam bentuk-
Transaksi ini dikenal juga dengan nama true lease. Di mana dalam transaksi
ini pihak lesoor membeli barang modal atas permintaan lessee dan sekaligus
Oleh karena itu, proses pembelian yang dilakukan lessor hanyalah untuk memenuhi
Proses ini dilakukan di mana pihak lessee menjual barang modalnya kepada
lessor untuk dilakukan kontrak sewa guna usaha barang tersebut, antara lessee dengan
lessor. Metode ini biasa digunakan untuk menambah modal kerja pihak
lessee.Sedangkan dalam operating lease di mana pihak lessor membeli barang modal
70
Ibid.
untuk kemudian dileasekan kepada pihak lessee. Biaya yang dikenakan terhadap
lessee adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan
gudang/toko.
untuk dileasekan. jadi dalam hal ini lease broker hanya sebagai perantara
71
Amin Wijaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2001), hlm. 67.
5. Perjanjian Leasing
kepada Direktur Jenderal Moneter, Departemen Keuangan, antara lain “copy kontrak
dibuat secara tertulis, akan tetapi tidak ditentukan atau diwajibkan apakah perjanjian
lesing harus berbentuk Akta Otentik/Akta Notaris atau akta di bawah tangan. Jadi
Perjanjian leasing ini sepintas mirip dengan perjanjian sewa beli dan jual beli
dengan angsuran. Tetapi apabila ditelaah maka ternyata tidak sama. Adapun
persamaan antara perjanjian leasing dengan perjanjian jual beli dengan angsuran
yaitu pembayaran imbalan jasa dari lessee kepada lessor, atau pembeli kepada
penjual adalah dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Sedangkan perbedaan
antara perjanjian leasing dengan perjanjian jual beli dengan angsuran adalah : 73
72
Amin Widjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Op.Cit, hlm. 14.
73
Achmad Anwari, Leasing Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 19.
kegunaan barang.
Namun ditinjau dari sudut hukum pembuktian yang berlaku di Indonesia Pasal
1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, menyatakan bahwa bukti yang paling
kuat adalah bukti dalam bentuk akta otentik Pasal 1870 Kitab Undang-undang
“Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi
d. Kewajiban perpajakan;
e. Penutupan asuransi;
f. Perawatan barang;
74
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1870.
a. Obyek lease;
c. Lamanya kontrak;
e. Pertanggungan garansi.75
Bermasalah
Risiko dalam operasional perbankan selalu ada, salah satunya adalah risiko
pembiayaan. Risiko ini muncul jika bank tidak mendapatkan kembali cicilan pokok
nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran tidak sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati oleh Bank dan nasabah. Ada beberapa
75
Komar Andasasmita, Op.Cit, hlm. 121-135.
76
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang : Azkia Publisher, 2009
), hlm. 263.
77
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung : mandar maju, 2000), hlm. 121.
debitur.
bermasalah, maka semakin baik karena akan berdampak semakin dini pula dalam
upaya penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah yang berakhibat semakin sulit
78
penyelesaiannya. Mengingat bahwa tanggung jawab bank lebih berat ketika
pembiayaan yang telah disetujui oleh bank dicairkan kepada nasabah. Untuk
pembinaan dan regular monitoring, yaitu dengan cara monitoring aktif dan
nasabah /call report kepada komite pembiayaan, sedangkan monitoring pasif adalah
Agar terhindar dari NPF bank perlu mempertimbangkan secara cermat calon
diajukan calon nasabah sehingga pihak bank memperoleh keyakinan bahwa usaha
yang dibiayai dengan pembiayaan bank layak untuk dijalankan. Untuk mengetahui
layak atau tidaknya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah, maka bank perlu
protection).80
78
Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2015), hlm. 91-92.
79
Trisadini P. Usanti dan Abd Somad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hlm. 101.
80
Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank & Institusi Keuangan Non Bank di
Indonesia, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hlm. 204.
bank kepada nasabah akan berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan dalam
(a)
Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah;
Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah;
(b)
(c)
Kesalahan setting fasilitas pembiayaan;
(d)
Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha
nasabah
(e) Proyeksi penjualan terlalu optimis;
(f) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan
kurang memperhitungkan aspek kompetitor;
(g) Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable;
(h) Lemahnya supervisi dan monitoring;
(i) Terjadinya erosi mental, yaitu kondisi yang dipengaruhi timbal balik
antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakhibatkan proses
pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktik perbankan yang
sehat.
2) Faktor eksternal, antara lain:
(a) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan
informasi dan laporan tentang kegiatannya);
(b) Melakukan sidestreaming penggunaan dana;
(c) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah
dalam persaingan usaha;
(d) Usaha yang dijalankan relatif baru;
(e) Bidang usaha nasabah telah jenuh;
(f) Tidak mampu menanggulangi masalah/kurang menguasai bisnis;
(g) Meninggalnya key person;
81
Ikatan Bankir Indonesia, Op.Cit, hlm. 92.
82
Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm.132.
berjalan dengan lancar, nasabah mematuhi apa yang telah disepakati dalam perjanjian
dan membayar lunas ketika jatuh tempo. Akan tetapi, bisa terjadi dalam jangka waktu
maka perlu dilakukan penagihan secara insentif terhadap nasabah bermasalah oleh
bank yang dapat dikategorikan sebagai upaya pembinaan sebelum masuk dalam
permasalahan pembiayaan yang terjadi murni karena aktivitas usaha atau karena
yang dapat dilakukan penyelamatan terhadap fasilitas pembiayaannya dan mana yang
83
Usanti dan Somad, Op.Cit, hlm. 10.
84
Ikatan Bankir Indonesia, Op.Cit, hlm. 9.
terhadap nasabah bermasalah untuk dapat memperbaiki kinerja usaha nasabah yang
dijalankannya dan dapat melaksanakan kewajibannya kepada bank dari potensi risiko
potongan.
85
Usanti dan Somad, Op.Cit, hlm. 109-110.
atau reconditioning.
kekayaan lain yang tidak dikuasai oleh bank atau sengaja disembunyikan
86
Usanti dan Somad, Op.Cit, hlm. 114.
87
Ibid.
pembiayaanmacetnya. 88
yang dapat di berikan pada konsumen untuk pembelian barang yang pembayaranya
di atur dalam 1320 KUH Perdata yaitu adanya kesepakatan antara konsumen
(debitur) dan pihak FIF ASTRA Cabang Medan (kreditur) untuk membuat suatu
perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda dua, adanya kecakapan hukum dari
Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal
Coordinator FIF ASTRA Cabang Medan yang memaparkan bahwa sebelum melakukan
yang harus di lalui. Adapun tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut :91
88
Ibid.
89
Abdul Khadir Muhammad, dan Rilda Murniati, Op.Cit, hlm. 65.
90
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1320.
91
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
1. Tahap permohonan
Dalam tahapan ini ibu Erika menjelaskan Untuk dapat memperoleh fasilitas
sudah mempunyai usaha yang baik atau mempunyai pekerjaan yang tetap dan
penghasilan yang memadai sehingga bisa menjadi jaminan bagi pihak FIF ASTRA
Medan untuk memberikan pembiayaan konsumen. Adapun syarat – syarat yang harus
d) Rekening listrik
e) NPWP
f) Kartu Keluarga
Dalam tahapan ini menurut keteranagan ibu Erika setelah melihat aplikasi dari
pengisian formulir aplikasi tersebut dengan melakukan analisa dan evaluasi terhadap
92
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
data dan informasi yang telah diterima, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan
ketempat calon peminjam (plan visit), melakukan pengecekan ketempat lain (credit
barang kebutuhan yang dibutuhkan serta menghitung secara pasti berapa besar tingkat
permohonan yang diajukan oleh debitur kepada proposal pemohon yang diajukan
93
Ibid.
94
Ibid.
Pada tahap ini menurut Ibu Erika bahwa Keputusan kredit komite merupakan
debitur ditolak maka harus diberitahukan melalui surat penolakan, sedangkan apabila
6. Tahapan pengikatan.
95
Ibid.
96
Ibid.
97
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
uang muka dan atau bukti pelunasan uang muka, confirm purchase order, bukti
pengiriman dan surat tanda penerimaan barang, gesekan rangka dan mesin, surat
pernyataan BPKB, kunci duplikat dan surat jalan. Sebelum pembayaran barang
dilakukan oleh kreditur kepada supplier hal- hal yang akan dilakukan oleh kreditur
adalah : 98
98
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
selanjutnya adalah pembayaran angsuran dari debitur sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Adapun sistim pembayaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu;
dengan cara cash, cheque/bilyet giro, transfer dan ditagih langsung. Perlu diketahui
bahwa penentuan sistim pembayaran angsuran telah ditentukan pada waktu marketing
Perlu dijelaskan bahwa monitoring oleh kreditur tidak terbatas hanya pada monitoring
pembayaran angsuran kredit juga terhadap jaminan, jangka waktu masa berlakunya
mengembalikan kepada debitur : jaminan BPKB dan atau sertifikat dan atau invoice/
pembiayaan sepeda motor pada FIF ASTRA Cabang Medan maka konsumen harus
memenuhi persyaratan– persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak FIF Kota
perorangan dalam pengajuan kredit kendaraan bermotor roda dua adalah :100
99
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
100
Ibid.
Perjanjian adalah:” Suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling
kekayaan”.Persetujuan ini merupakan arti yang pokok dalam dunia usaha danmenjadi
seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal” Dari peristiwa itulah, timbul hubungan antara dua orang
tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian
ditulis.102
Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan itu. Pihak
yang diperhatikan atau yang diawasi oleh undang-undang ialah isi perjanjian itu, yang
101
J. Satrio, Hukum Perjanjian, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 24.
102
Subekti, Op.Cit, hlm.18.
103
J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya, (Bandung : Alumni, 1993),
hlm. 45.
Dalam pasal 1338 KUH Perdata disebutkan bahwa “semua perjanjian yang
membuatnya”.104 Sebenarnya yang dimaksud dalam pasal ini adalah Suatu perjanjian
yang dibuat secara sah artinya tidak bertentangan dengan undang-undang mengikat
kedua belah pihak. Perjanjian itu pada umumnya tidak dapat ditarik kembali kecuali
dengan persetujuan tertentu dari kedua belah pihak atau berdasarkan alasan yang
Dari hasil penelitian dilapangan yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada
konsumen yang dilakukan oleh FIF ASTRA Cabang Medan telah memenuhi syarat-
syarat perjanjian sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu
adanya kesepakatan antara konsumen dan FIF ASTRA cabang Kota Medan untuk
membuat suatu perjanjian yaitu kendaraan bermotor ,adanya kecakapan hukum dari
berdasarkan suatu sebab yang halal sehingga konsumen tidak akan dirugikan.
Hal ini dapat dilihat dari perjanjian pembiayaan konsumen yang telah diatur
oleh FIF ASTRA cabang Medan. Hubungan antara pihak kreditur (FIF ASTRA
Cabang Medan) dengan Kreditur (konsumen) adalah hubungan kontraktual dalam hal
ini kontrak pembiayaan konsumen. Dimana pihak pemberi biaya( FIF ASTRA
Cabang Medan) sebagai kreditur dan pihak penerima biaya (konsumen) sebagai pihak
104
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847,Pasal 1338.
debitur. Pihak pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang
berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara cicilan kepada
sebenarnya merupakan perjanjian timbal balik atau perjanjian baku. Dapat dikatakan
roda dua tersebut terdapat hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yaitu FIF
ASTRA Cabang Medan selaku kreditur dan pihak konsumen selaku debitur. FIF
perjanjian pembiayaan konsumen yang telah disepakati bersama. Hak konsumen atas
105
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM LEASING
KENDARAAN BERMOTOR BERMASALAH PADA FIF ASTRA
KOTA MEDAN
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia atau selanjutnya
“Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam
dan berlaku terhadap asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan
yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Perlindungan Hukum yang sama juga dilihat
kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak
106
Indonesia, (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia), Pasal 20.
107
Indonesia, (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia) Pasal 23 Ayat (2).
Sanksi terhadap ketentuan diatas adalah Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Atas segala tindakan dan kelalaian Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia berdasarkan
kelalaian Pemberi Fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual atau
Pada intinya maksud atau tujuan dari perjanjian Jaminan Fidusia dari segi
Perlindungan Hukum bagi Pemberi fasilitas adalah memberikan hak istimewa atau
108
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia) Pasal 35.
Dalam wawancara dengan Ibu Erika tentang timbulnya hutang pada debitur
barang yang menjadi objek pembiayaan, dalam hal ini khususnya kendaraan
bermotor.”
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para
pihak yang membuatnya” (Pasal 1338 KUH Perdata). Pasal ini mengandung arti
bahwa para pihak boleh membuat berbagai persetujuan atau perjanjian baik yang
sudah diatur dalam Undang-Undang maupun yang tidak diatur dalam Undang-
Undang akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. 111
pasal 1330 KUH Perdata terkait kecakapan seseorang dalam mengadakan sebuah
perjanjian. Hal ini menunjukkan orang yang tidak cakap hukum seperti orang yang
belum dewasa dan orang yang dibawah pengampuan tidak dapat dijadikan sebagai
subjek dalam perjanjian. Selain itu, perjanjian tersebut harus merupakan kesepakatan
109
Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Jaminan, (Yogyakarta :
Liberty, 1984).
110
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
111
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1338.
sesuai pasal 1321 KUHPerdata yang mana tidak ada unsur paksaan maupun rekayasa
Selama apa yang disepakati itu sah, artinya memenuhi syarat-syarat sahnya
suatu perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu : 112
Dengan demikian, menurut Ibu Erika jika para pihak membuat Perjanjian
itu mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai Undang-Undang bagi para
pihak yang membuatnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya blanko kelengkapan
dokumentasi customer yang dibuat Penerima fasilitas pada saat melakukan perjanjian
Dalam hal pengajuan gugatan secara perdata terhadap Penerima fasilitas yang
112
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1320.
113
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
ganti rugi. Ketentuan mengenai wanprestasi, telah dimuat secara tegas dalam
Pembiayaan Konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia antara FIF
menjelaskan bahwa:114
“Penerima Fasilitas atau Penerima Jaminan setuju dan mengikat diri kepada
Pemberi Fasilitas dan/atau kuasanya mengenai terjadinya atau keadaan
wanprestasi yang dengan lewatnya waktu telah cukup membuktikan
terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut :
1. Penerima fasilitas dan/atau Penjamin mengajukan permohonan untuk
dinyatakan pailit atau permohonan penundaan kewajiban pembayaran
utang (Surseance van Betaling) atau Penerima fasilitas digugat pailit
oleh Pemberi fasilitas;
2. Penerima fasilitas dan/atau Penjamin meninggal dunia, kecuali bila
Penerima Hak/para ahli warisnya dapat memenuhi seluruh kewajiban
Penerima fasilitas dan dalam hal ini disetujui oleh Pemberi fasilitas
(dalam hal Penerima fasilitas adalah perusahaan atau badan hukum
atau badan usaha atau lembaga maka klausal ini tidak berlaku);
3. Penerima fasilitas dan/atau Penjamin ditaruh di bawah pengampuan
(die onder curatele gesteld zijn)
4. Penerima fasilitas lalai membayar angsuran secara penuh pada tanggal
yang telah ditetapkan, atau Penerima fasilitas dan/atau Penjamin
lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian ini atau
perjanjian/pernyataan lain yang berhubungan dan merupakan satu
kesatuan dengan perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya yang
terpisah dari perjanjian ini.”
Secara pidana Penerima fasilitas dapat dituntut dengan Pasal 372 dan Pasal
378 KUHPidana. 115 Kemudian di dalam Pasal 23 ayat (2) jo. Pasal 35 UUJF
mengatur sanksi yang tegas apabila Debitur telah melakukan suatu pelanggaran
114
Ibid.
115
Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 378.
tindak pidana seperti yang telah dijelaskan diatas. Adapun bunyi Pasal tersebut yaitu
Adapun menurut ibu Erika bentuk perlindungan hukum terhadap FIF ASTRA
Cabang Medan dari perbuatan debitur atau konsumen yang dianggap dapat
Sesuai UUJF Penerima fasilitas yang melanggar larangan tersebut dan tidak
melakukan pembayaran lagi ,maka jalan terakhir yang ditempuh oleh PT. FIF
116
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia).
117
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB
“Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam
jaminan fidusia”.
kebendaan dan berlaku asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan
yang menjadi objek jaminan fidusia. Perlindungan hukum yang sama juga dilihat
kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak
118
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia), Pasal 20.
119
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia), Pasal 23.
120
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia), Pasal 36.
hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian
jaminan fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000.-
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.-(seratus juta
rupiah).’’
Atas segala tindakan dan kelalaian Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia
Pada intinya maksud atau tujuan dari perjanjian jaminan fidusia dari segi
perlindungan hukum bagi Pemberi fasilitas adalah memberikan hak istimewa atau
Lebih jauh perlindungan hukum terhadap hak atas piutang yang didahulukan dapat
Hak yang didahulukan dan Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya
kepailitan dan atas likuidasi Pemberi Fidusia. Adapun beberapa hal yang dapat
121
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia), Pasal 24.
122
Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia), Pasal 27.
masyarakat, FIF ASTRA Cabang Medan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian, hal
ini disampaikan oleh ibu Erika dalam wawancara dengan penulis, adapun
123
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
dengan nilai pinjaman yang akan diberikan kepada Konsumen sehingga bila
nanti terjadi kredit bermasalah maka Perusahaan dapat meminimalisir
kerugian yang terjadi.”
kredit bermasalah, kredit bermasalah tetap saja dapat terjadi. Pada umumnya kredit
Sampai saat ini belum ada aturan yang mengatur tata cara penyelesaian kredit
Dalam pemaparan ibu Erika Ada dua cara yang ditempuh oleh FIF ASTRA
Cabang Medan dalam menyelesaikan kredit bermasalah yaitu melalui jalur litigasi
124
Edy Putra The ’aman, Kredit Pernbankan, Suatu Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta: Liberty,
1989), hlm. 1.
125
Ibid, hlm, 12.
sedangkan jalur non-litigasi dilakukan diluar jalur pengadilan. Jalur non-litigasi dapat
Menurut Ibu Erika FIF ASTRA Cabang Medan dalam menangani kredit
berbeda tiap-tiap perusahaan tergantung dari kebijakan yang dibuat oleh masing-
hari, FIF ASTRA Cabang Medan menerapkan dengan cara persuasif. FIF ASTRA
126
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
127
Ibid.
angsurannya.
ASTRA Cabang Medan, Ibu Erika menarik kesimpulan sebagai berikut :128
tidak dapat melunasi hutang yang telah disepakati dalam perjanjian yang dibuat
128
Ibid.
antara Konsumen dan FIF ASTRA Cabang Medan dan tercantum dalam klausa
adalah dengan pengundang dealer sepeda motor bekas (minimal 2 dealer) untuk
melihat kendaraan tarikan di pool, dengan disertai daftar/ list kendaraan yang ditarik,
lelang.129
Harga yang diajukan oleh semua peserta lelang oleh FIF ASTRA Cabang
Medan selanjutnya diperbandingkan dengan jumlah hutang dan bunga yang masih
lelang kendaraannya, sehingga apabila ada selisih lebih dari hasil penjualan objek
jaminan tersebut setelah dikurangi dengan kewajiban dan bunga serta biaya
Namun biasanya yang terjadi seorang Konsumen yang kendaraaannya telah ditarik
tidak berkomunikasi lagi dengan pihak lembaga pembiayaan. Sebaliknya, bila harga
penjualan lelang kendaraan tersebut tidak menutupi jumlah kredit yang telah
diberikan oleh Perusahaan Pembiayaan, maka resiko itu ada pada lembaga
129
Ibid.
pembiayaan ini, dan tidak meminta tambahan dana pada pihak Konsumen. Bisnis
lembaga pembiayaan adalah bisnis resiko. Bagi piutang-piutang yang tidak mungkin
tertagih ini biasanya Lembaga Pembiayaan melakukan write off atas piutang
tersebut.130
dengan cara damai atau dengan cara persuasif dibandingkan dengan cara represif
yakni perusahaan harus menarik jaminan konsumen berupa sepeda motor untuk
dilelang guna melunasi hutang dari Konsumen. Penyelasaian dengan jalan damai
perusahaan harus melelang sepeda motor yang menjadi jaminan Konsumen. 131
Medan, apabila jaminan yang diberikan oleh Konsumen harus dijual dengan cara
dilelang terkadang hasil dari penjualannya tidak mencukupi pelunasan hutang dari
Lebih lanjut menurut Erika Ramadhani, kasus kredit bermasalah yang sampai
bahwa secara finansial mereka tidak akan kuat untuk melawan Lembaga Pembiayaan
yang mempunyai tim legal sendiri dan dukungan dana yang kuat. Terlebih lagi
130
Munir Fuady, Op.Cit, hlm.72
131
Ibid.
132
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB.
133
Ibid.
usaha pinjaman tunai ini yang dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan secara
berjalannya kegiatan usaha pinjaman dana tunai ini sehingga belum ada pengaturan
bermasalah yang dapat melindungi hak Konsumen dan Perusahaan Pembiayaan. 134
Jalur hukum ditempuh apabila jalur non hukum tidak dapat dilakukan.
disepakati oleh kedua pihak. Konsumen yang tidak puas akan penyelesaian kredit
bermasalah yang sampai ke Pengadilan sedikit sekali jumlahnya, hal ini dikarenakan
Konsumen memandang bahwa secara finansial mereka tidak akan kuat untuk
melawan Lembaga Pembiayaan yang mempunyai tim legal sendiri dan dukungan
dana yang kuat. Terlebih lagi mereka telah menandatangani perjanjian pembiayaan
134
Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 211.
135
Ibid.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya kesepakatan antara konsumen
dan FIF ASTRA cabang Kota Medan untuk membuat suatu perjanjian yaitu
kendaraan bermotor ,adanya kecakapan hukum dari para pihak dan perjanjian
selama lebih dari 30 (tiga puluh) hari. Selain melalui telepon, FIF ASTRA
tanggapan dari Konsumen, FIF ASTRA Cabang Medan akan menempuh cara
ditahan oleh FIF ASTRA Cabang Medan guna sebagai pelunasan terhadap
hutang dari Konsumen. Konsumen yang mempunyai itikad baik dan bersikap
B. Saran
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Andasasmita Komar, 1993, Leasing dan Praktek , Bandung : Ikatan Notaris Bandung
Amin Wijaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, 2001, Aspek Yuridis Dalam
Publisher
Fuady Munir, 1995, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori Dan Praktek,
Yogyakarta : Liberty
Hasarudin Rahman, 1992, Legal Drafting, Bandung : Penerbit Pt. Citra Aditya Bakti
Hendro Tri dan Tjandra Rahardja Conny, 2014, Bank & Institusi Keuangan Non
Ibrahim Johnny, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :
Bayumedia Publishing
Ikatan Bankir Indonesia, 2015, Bisnis Kredit Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Ismijati Siti, 1994, Tinjauan Umum mengenai Leasing dan Peranannya dalam Usaha
Aditia Bakti
Kasmir, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali Pers
karim Adiwarman, 2003, Bank Islam, (Analisis Fiqih Dan Keuangan), Jakarta : IIIT
Indonesia
Paramita
Mulyati Etty, 2016 “Asas Keseimbangan Pada Perjanjian Kredit Perbankan dengan
Nasabah Pelaku Usaha Kecil,” Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol.1, No.1
Press
______________, 2001, Hukum Dagang, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti
Universitas Indonesia
Syafii Antonio Muhammad, 2001, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani
Paramita
Usanti Trisadini P. dan Somad Abd, 2013, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: Bumi
Aksara
Widjaya Tunggal Amin dan Djohan Tunggal Arif, 2001, Aspek Yuridis Dalam
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Pembiayaan
C. WAWANCARA
Hasil wawancara dengan Ibu Erika Rahmadhani, selaku Personal Coordinator FIF
ASTRA Cabang Medan pada Tanggal 21 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB