Anda di halaman 1dari 93

PENYELESAIAN PINJAMAN MACET PADA KOPERASI

SYARI’AH UMMAHAT AL KAFFAH KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dalam Memenuhi Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ABDUL MUNIR NST


NIM 140200230
DEPARTEMEN KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Abdul Munir Nasution

NIM : 140200230

Departemen : Hukum Keperdataan

Judul Skripsi : Penyelesaian Pinjaman Macet Pada Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah Kota Binjai

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan dari

skripsi atau karya ilmiah yang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan maka

segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau

tekanan dari pihak manapun.

Medan, 26 Mei 2018

Abdul Munir Nasution


140200230

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Abdul Munir Nasution*


Utary Maharani Barus **
Zulfi Chairi***

Pinjaman macet sering terjadi dalam suatu perjanjian, dimana merupakan


suatu keadaan ketidak mampuan pihak nasabah untuk membayar suatu kewajiban
yang telah disepakati bersama oleh pihak koperasi syariah sehingga dapat timbul
kerugian pada pihak koperasi, seperti yang terjadi pada Koperasi Syariah
Ummahat Al Kaffah Kota Binjai. Hal ini lah yang melatarbelakangi penulis,
untuk membahas permasalahan tersebut yaitu faktor-faktor penyebab terjadinya
pinjaman macet pada Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai,
hambatan dalam penyelesaian pinjaman macet yang dihadapi Koperasi Syariah
Ummahat Al Kaffah Kota Binjai, upaya penyelesaian pinjaman macet yang
dilakukan Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai.
Metode Penelitian Hukum dalam penelitian ini adalah metode penelitian
yuridis normative yaitu menggunakan kajian terhadap peraturan perundang-
undangan dan bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini,
dan metode penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh data primer dengan observasi langsung di lapangan yaitu melalui
wawancara para responden dari Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota
Binjai. Skripsi ini bersifat deskriptif analisis.
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor
penyebabnya, kelemahan koperasi syariah dalam analisis pembiayaan dalam
memberikan pembiayaan, Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah. Kondisi usaha
anggota yang sedang menurun atau mengalami kerugian, serta adanya i’tikad
yang kurang baik dari anggota dalam hal pembayaran kembali pinjamannya
walaupun kemungkinan usahanya baik dan berkembang, namun kewajiban
diabaikan. Hambatannya, karakter anggota yang tidak memiliki itikad baim dan
tidak kooperatif, membuat proses penyelesaian menjadi tidak efisien. Upaya
penyelesaiannya, karena pada dasarnya koperasi berasaskan asas kekeluargaan,
sehingga koperasi dikatakan usaha bersama, yang harus mencerminkan ketentuan-
ketentuan seperti lazimnya dalam suatu kehidupan keluarga. Oleh karena itu,
Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah memprioritaskan segala permasalahan
harus diselesaikan dengan cara kekeluargaan.

Kata kunci: Penyelesaian, Pinjaman Macet, Koperasi Syariah

*
Mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Sumatera Utara
***
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan

karuniaya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai

tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriringkan salam

penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya

ke jalan yang di ridhai Allah SWT.

Adapun skripsi ini berjudul: “PENYELESAIAN PINJAMAN MACET

PADA KOPERASI SYARIAH UMMAHAT AL KAFFAH KOTA BINJAI”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak kekurangan

di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan

saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi agar dapat

dipergunakan oleh masyarakat di masa yang akan datang.

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan

dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan, serta petunjuk dari

dosen pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Dr. Utary Maharani Barus, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I

yang telah banyak membantu penulis dalam memberi masukan, arahan-arahan,

dan bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan ini.

8. Ibu Zulfi Chairi, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membantu penulis dalam memberi masukan, arahan-arahan, dan

bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan ini.

9. Terima kasih kepada Ibu Dr. Utary Maharani Barus, SH., M.Hum sebagai

Pembimbing Akademik selama penulis menjalani studi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

10. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu bagi penulis.

11. Terima kasih kepada Ketua Koperasi Ibu Hj. Siti Aisyah, Amd dan semua

pengurus serta pengelola Koperasi Ummahat Al Kaffah Kota Binjai yang

telah berkenan memberikan data serta informasi yang penulis butuhkan.

12. Teristimewa kepada Orang Tua penulis, Ayahanda Ahmad Zuhri Nasution

dan Ibunda Lis Afrita serta seluruh keluarga besar penulis yang telah

banyak mendukung dalam hal materil maupun moril sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan ini.

Universitas Sumatera Utara


13. Teristimewa kepada Mar’a Azizah, SE sebagai inspirasi penulis dan semangat

hidup penulis yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam

berbagai hal moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Rekan-rekan se-angkatan penulis: Faisal Batubara, Fathur Roji, Syahri

Ramadhan Nasution, Mahmudin Harahap, Farhan Ramadhan, M. Yusuf

Pasaribu, Faridz, Mayriska Bangun, Dini Sari, dan semuanya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan

saran-saran dan dukungan kepada penulis.

15. Buat para sahabatku: Teguh, Defri, SE, Akbar Fahreza, Bintang, SH,

Yunus, Cristian, SH, Anugrah Akbar, Dimas, Panji, Sibran, Tommy, SE,

Dika, A.Md, Herry, Oki.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak mungkin disebut satu persatu dalam kesempatan ini, hanya Allah SWT yang

dapat membalas budi baik semuanya.

Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan

berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, 26 Mei 2018

Penulis

Abdul Munir Nasution


140200230

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................. 9

D. Metode Penelitian ................................................................. 10

1. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................ 10

2. Sumber Data ................................................................... 11

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 12

E. Keaslian Penulisan ................................................................ 12

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM KOPERASI SYARIAH ........................ 15

A. Sejarah dan Dasar Hukum Koperasi Syariah........................ 15

1. Sejarah Koperasi Syariah ................................................ 15

2. Pengertian Koperasi Syariah ........................................... 21

3. Dasar Hukum Koperasi Syariah di Indonesia ................. 23

B. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah ...................................... 27

C. Prinsip-prinsip Koperasi Syariah .......................................... 32

Universitas Sumatera Utara


BAB III TINJAUAN MENGENAI PINJAMAN MACET .................. 37

A. Pengertian Pinjaman Macet .................................................. 37

B. Faktor-faktor Penyebab Pinjaman Macet ............................. 41

C. Upaya Penyelesaian Pinjaman Macet ................................... 53

BAB IV PENYELESAIAN PINJAMAN MACET PADA KOPERASI


SYARIAH UMMAHAT AL KAFFAH KOTA BINJAI ....... 59

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pinjaman Macet pada


Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai ............. 59

B. Upaya Penyelesaian Pinjaman Macet yang dilakukan


Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai ............. 66

C. Hambatan dalam Penyelesaian Pinjaman Macet yang


dihadapi Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota
Binjai..................................................................................... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 77

A. Kesimpulan ........................................................................... 77

B. Saran ..................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 80

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1. Data Pembiayaan Tahun 2015 ................................................ 59

2. Data Pembiayaan Tahun 2016 ................................................ 61

3. Data Pembiayaan Tahun 2017 ................................................ 62

4. Hambatan dalam Penyelesaian Pinjaman Macet yang


Dihadapi Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai 75

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1. Penyaluran Dana Koperasi Syariah ........................................ 36

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka memasuki era globalisai dan menghadapi pertumbuhan

perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, sektor lembaga keuangan

adalah merupakan salah satu sektor yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan

secara maksimal. Pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan bertujuan

mewujudkan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama

melalui pemberian fasilitas-fasilitas atau dana dari lembaga keuangan tersebut.

Seperti, pemberian modal usaha yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi

untuk mengembangkan dan memperbesar usaha mereka, baik yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi angka pengangguran dan

membantu terjadinya pemerataan pendapatan masyarakat. Selain itu, fungsi

lembaga keuangan dapat pula dimanfaatkan oleh masyarakat guna memenuhi

kebutuhan sekundernya, seperti pembelian barang konsumtif yang berupa

kendaraan, alat elektronik, dan lain-lain.

Amanat yang tertuang dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menyiratkan

bahwa satu-satunya bentuk badan usaha yang selaras dengan jiwa Pancasila dan

UUD 1945 adalah Koperasi. Kegiatan usaha koperasi yang mencakup seluruh

lapisan masyarakat dengan cara gotong-royong saling menolong dalam memenuhi

kebutuhan anggotanya. Diharapkan dengan mengedepankan asas kekeluargaan

di dalam koperasi dapat tercapai kemakmuran bagi seluruh elemen masyarakat

melalui peran Koperasi di setiap sektor. Peran yang sangat penting ini dimiliki

Universitas Sumatera Utara


oleh Koperasi yang memiliki ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan

keterbukaan.1

Dalam kehidupan perekonomian di era sekarang ini Koperasi seharusnya

memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas serta menyangkut

kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Koperasi yang memiliki ruang gerak

ekonomi hingga menyentuh akar rumput (masyarakat kecil) sangat diharapkan

oleh bangsa ini dapat membawa kemakmuran serta kesejahteraan yang

diwujudkan bersama oleh anggotanya. Cita-cita mulia ini bukan tanpa hambatan,

perkembangan ekonomi yang begitu cepat telah meninggalkan gerakan Koperasi

jauh di belakang. Pertumbuhan dan peran Koperasi selama ini belum sepenuhnya

signifikan sejalan seperti yang termaktub dalam UUD 1945.

Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin mempunyai

peran dalam tataran perekonomian nasional. Sebagai wujud menumbuh

kembangkan Koperasi Indonesia maka dibentuklah Undang-Undang No. 17

Tahun 2012 tentang Perkoperasian sebagai wadah dan payung hukum badan

usaha koperasi ini. Yang dimaksud Koperasi di dalam undang-undang ini,

menurut Pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan

kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan

prinsip Koperasi. Pembangunan Koperasi haruslah benar-benar menerapkan

prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Adapun penyusunan prinsip-prinsip

koperasi Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan prinsip koperasi


1
Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi Berwatak Sosial, Bhatara Karya Aksara,
Jakarta, 1984, hal. 12.

Universitas Sumatera Utara


internasional. Disadari sepenuhnya bahwa pengembangan prinsip koperasi

tersebut harus dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat perkembangan

koperasi di negeri ini. Ada tujuh prinsip yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1)

UU No. 17 Tahun 2012 yakni: kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung

jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan, dan kemandirian.

Dalam perkembangannya di era globalisasi ini seringkali koperasi sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang menyatukan kaum ekonomi lemah tidak bisa turut

berperan banyak. Hal ini dikarenakan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki

koperasi dalam hal modal, sumber daya, serta manajemen yang belum optimal.

Belum lagi masalah eksternal seperti adanya pesaing baru atau perusahaan besar

yang memasuki bidang usaha koperasi sehingga kalah saing, adanya sentiment

negative masyarakat terhadap koperasi yang telah kehilangan kepercayaan karena

permasalahan yang terjadi di masa lalu yang tidak mendapatkan penyelesaian

memuaskan, tingkat harga (suku bunga) yang selalu naik sehingga margin

keuntungan tidak cukup lagi untuk memutar roda usaha koperasi tetapi malah

menciutkan usaha. Ditambah lagi banyak jenis koperasi konvensional

(KSP/koperasi kredit) yang dengan jelas menerapkan sistem bunga bagi

anggotanya yang memperoleh fasilitas pembiayaan namun pengembalian

pinjaman tersebut kurang bisa dipertanggungjawabkan oleh anggota sehingga

timbul masalah-masalah baru.

Beberapa faktor diatas mendorong munculnya sebuah sistem baru di

dalam dunia Perkoperasian indonesia yang diharapkan dapat lebih memasyarakat

serta mendapat dukungan masyarakat luas. Berawal pada era 1990an ketika

di dalam dunia perbankan di Indonesia mulai berkembang sistem syariah yang

Universitas Sumatera Utara


mengadopsi sistem keuangan dari negara-negara di wilayah jazirah Arab.

Sistem syariah ini diadopsi dari sistem-sistem perbankan dunia arab terutama dari

negara Pakistan yang menjadi pelopor perbankan syariah yang sukses secara

global. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam.2

Di Indonesia jumlah koperasi yang tercatat pada tahun 2017 sebanyak

153.171 unit, kontribusi sektor koperasi terhadap PDB Nasional, berdasarkan data

per triwulan III 2107, nilainya setara 452 triliun rupiah naik 0.5 persen dibanding

tahun 2016 yang mana kontribusi koperasi terhadap PDB di periode yang sama

pada 2016 yakni 3,99. Perkembangan pesat yang dialami perbankan syariah

secara pelan dan pasti berimbas pada pembentukan Koperasi yang juga

mengadopsi sistem Syariah. Koperasi syariah mulai banyak diikuti sejak

didirikannya Baitul Maal Wattamwil yang mula-mula pada tahun 1992 di Jakarta.

Koperasi Syariah ini cukup berhasil diterima dalam masyarakat dan berkembang

sehingga mulai banyak didirikan juga koperasi dengan sitem yang sejenis.

Adanya kebutuhan terhadap penegakan syariat Islam di dalam masyarakat juga

merupakan salah satu faktor pendorong koperasi syariah dapat terus bertahan dan

berkembang di Indonesia.

Kemudian dengan dukungan masyarakat serta sebuah LSM asing GTZ

dari Jerman yang berkerjasama dengan Bank Indonesia maka embrio Koperasi

Syariah tersebut sukses menanamkan pola syariat Islam dan prinsip ekonomi

Islam pada badan hukum Koperasi. Koperasi Syariah secara menyeluruh

2
Warkum Sumitro, Asas-asas Lembaga Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 5.

Universitas Sumatera Utara


mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dalam prinsip operasionalnya.

Sistem Koperasi Syariah sebelum membiayai suatu proposal usaha maka diteliti

kelayakan halal atau haram usaha tersebut serta menetapkan nisbah di awal

perjanjian (akad). Pada tahun 1998 berdirilah sebuah Koperasi Sekunder

KOSINDO sebagai payung hukum koperasi Syariah pertama di Jakarta.

Pada tahun 2004 koperasi Simpan Pinjam Syariah atau dikenal juga sebagai

BMT diberi penamaan KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) sesuai dengan

keputusan Menteri Koperasi RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. 3

Konsep usaha Koperasi Syariah pada umumnya adalah sebuah konversi

dari koperasi konvensional tetapi melalui pendekatan Syariat Islam dan

peneladanan ekonomi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Dikenal akad Syirkah

Mufawadhoh yakni usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang

atau lebih, masing-masing anggota memberi kontribusi dana dalam porsi yang

sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama. Asas usaha

Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong-royong, bagi hasil secara adil dan

saling ridha serta tidak boleh dimonopoli oleh salah satu anggota. Di dalam

operasionalnya dikenal 3 model pembiayaan pada Koperasi Syariah yang

mengacu pada konsep pembiayaan pada sitem ekonomi islam yakni:

1. Mudharabah

2. Musyarokah

3. Murabahah

Koperasi Syariah dengan prinsip syariah atau lebih familier disebut

dengan bagi hasil, lahir untuk menjawab permasalahan-permasalahan riil yang

dialami oleh umat Islam khususnya. Dengan pemikirannya, Koperasi Syariah


3
Nur S Buchori, Koperasi Syariah, Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009, hal.3.

Universitas Sumatera Utara


berkeinginan untuk memberikan pinjaman tanpa jaminan. Namun seiring

berjalannya waktu, untuk pinjaman yang harus dijamin, maka Koperasi Syariah

pun menerapkan jaminan. Hal ini sebagai sarana win-win solution untuk kedua

belah pihak.

Bagi dunia perekonomian dan pengusaha kecil dan menengah, serta

masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan masalah keterbatasan financial

sesalu dirasakan sebagai kendala utama yang dikeluhkan. Dengan keterbatasan

financial itu sendiri diharapkan adanya akses dari masyarakat kepada Koperasi

Syariah untuk memberikan pembiayaan-pembiayaan yang jumlahnya relatif

terjangkau, syarat-syarat yang lebih mudah, dan prosedur yang tidak berbelit-belit

namun tetap menerapkan prinsip syariahnya. Hal ini sesuai dengan sifat

kebutuhan masyarakat yang mudah, cepat, serta terjangkau. Mudah dan cepat

berarti tanpa persyaratan surat-surat yang menyulitkan, dan cepat diambil bila

diperlukan tanpa harus menunggu, serta jumlah dan pelaksanaannya yang fleksibel.

Koperasi Serba Usaha Syariah “UMMAHAT AL KAFFAH” Badan

Hukum No. 40/BH/518/2006 Tanggal 30 Januari 2006. Perkantoran berada di

lingkungan toko salah satu pengurus Jln. Jamin Ginting depan Indomaret

Rambung Timur, Kota Binjai. Komposisi dan Personalia Pengurus Koperasi

Serba Usaha Syariah Ummahat Al Kaffah Binjai periode 2015-2018 adalah:4

Ketua : Hj. Siti Aisyah, AMd

Bendahara : Nilam Sari, S.Pd

Sekretaris : Ari Andayani, S.Pdi


4
Buku Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi Serba Usaha Syariah
“UMMAHAT AL KAFFAH” Kota Binjai, (Tahun Buku 2015), hal. 4.

Universitas Sumatera Utara


Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan anggota

KSUS “UMMAHAT AL KAFFAH” baik dari segi organisasi dan usaha,

maka pengurus mempunyai Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja

sebagai berikut:5

1. Bidang Organisasi

a. Meningkatkan kualitas Pengurus, Badan, Pengawas, serta anggota KSUS

“UMMAHAT AL KAFFAH” melalui pendidikan dan pelatihan.

b. Menyempurnakan dan mengembangkan perangkat-perangkat organisasi

dan management, untuk meningkatkan efesiensi kerja lebih professional

sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada anggota.

c. Menambah sarana dan prasarana kerja untuk meningkatkan kualitas

tugas-tugas koperasi.

d. Mengikuti dan melaksanakan petunjuk dan saran-saran serta bimbingan

dari Instansi Pemerintah, dalam hal ini instansi yang mengatur kegiatan

perkoperasian.

e. Mengadakan rapat-rapat rutin minimal sebulan sekali untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan

yang telah dilaksanakan oleh Manager.

f. Mengupayakan RAT Tahun Buku tepat waktu.

g. Mengadakan magang pada Koperasi Syariah yang telah berhasil.

h. Menjaga dan meningkatkan citra yang baik terhadap koperasi dari

anggota kepada masyarakat melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan

dan informasi.
5
Ibid., hal. 11.

Universitas Sumatera Utara


1) Bidang Usaha

a) Memberi pinjaman kepada anggota untuk meningkatkan usaha

melalui jasa pembiayaan dengan sistem Bagi Hasil (Mudharabah)

dan Jual Beli (Murabahah).

b) Melayani pengadaan segala jenis barang yang dibutuhkan.

c) Mengadakan kerjasama yang paling menguntungkan dengan

koperasi lainnya dan juga dengan masyarakat disekitar koperasi.

2) Bidang Permodalan

a) Menggiatkan pembayaran Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib

dengan teratur.

b) Wajib bagi setiap Peminjaman untuk ikut menabung.

c) Menjalin kerjasama kepada pihak ketiga seperti Bank atau

Koperasi lain.

3) Bidang Kesejahteraan

Dengan memberikan Paket Lebaran atau THR (Tunjangan Hari Raya).

Koperasi Syariah dengan produk-produk pembiayaannya diharapkan

mampu mengurangi kegelisahan sebagian masyarakat yang memiliki keterbatasan

finansial. Baik pengusaha kecil menengah untuk tambahan modal usaha,

maupun masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan yang harus memenuhi

kebutuhannya dengan cara cicilan. Namun dari pada itu, minimnya informasi

dari masyarakat terhadap Koperasi Syariah khusunya kaitannya masalah

pembiayaan menjadi titik masalah baru bagi masyarakat itu sendiri. Lebih-lebih

ketakutan-ketakutan mereka jika tidak mampu mengembalikan pinjaman yang

telah diberikan. Hal ini wajar, karena memang Koperasi Syariah tidak mampu

menembus lapisan masyarakat yang paling bawah. Sehingga dengan hal ini,

penulis terinspirasi untuk memberikan sebuah karya yang nantinya diharapkan

Universitas Sumatera Utara


mampu memberikan sedikit pengetahuan tentang bagaimana pinjaman pada

Koperasi Syariah dan cara penyelesaiannya ketika terjadi macet dalam

mengembalikan pinjaman yang diberikan. Oleh karenanya penulis dalam

penulisan ini mengambil judul: Penyelesaian Pinjaman Macet Pada Koperasi

Syariah (Studi Kasus Pada Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai).

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

dapat dikemukakan permasalahan skripsi sebagai berikut:

1. Bagaimana fakto-faktor penyebab terjadinya pinjaman macet pada koperasi

syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai?

2. Bagaimana upaya penyelesaian pinjaman macet yang dilakukan koperasi

syari'ah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai?

3. Bagaimana hambatan dalam penyelesaian pinjaman macet yang dihadapi

koperasi syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan yang

menjadi tujuan penelitian skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui fakto-faktor penyebab terjadinya pinjaman macet pada

koperasi syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai.

2. Untuk mengetahui hambatan dalam penyelesaian pinjaman macet yang

dihadapi koperasi syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian pinjaman macet yang dilakukan

koperasi syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara


Manfaat penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Pembahasan secara teoritis dan akademis berguna dalam kontribusi pemikiran

ilmiah untuk menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kajian tentang

pinjaman macet khususnya dalam Koperasi Syariah. Secara teoritis dapat

memberikan pengetahuan lebih lanjut, sekaligus hal ini dapat menjadi

sebuah kontribusi bagi para intelektual muslim yang akan datang untuk diteliti

lebih dalam dengan konsep atau penyelesaian pinjaman macet pada Koperasi

Syariah.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan pedoman oleh baik itu penulis, mahasiswa, pemerintah,

praktisi hukum, masyarakat ataupun khususnya para pengamat perkembangan

lembaga keuangan syariah serta menambah khasanah pemikiran bagi pengelola

lembaga-lembaga keuangan syariah.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa

penelitian hukum ini merupakan bentuk penelitian deskriptif analisis yang

memiliki sifat eksploratif kualitatif yang bertujuan mengekplorasi,

menggambarkan keadaan atau status fenomena yang berhubungan dengan

manajemen yang dikaitkan dengan penyelesaian pinjaman macet Koperasi Syariah

yang diterapkan pada KOPERASI syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, penelitian ini tidak bermaksud menguji suatu hipotesis,

akan tetapi hanya mendeskripsikan dan menganalisis data sehingga dapat

menemukan fenomena dan kecenderungan, serta kemungkinan adanya berbagai

implementasi dalam pengelolaan atau manajemen sumber daya manusia. 6

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analisi. Deskriptif artinya ini

bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karekteristik dari fakta-fakta

(individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu

yang terjadi, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan

dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berhubungan, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. 7

2. Sumber Data

Sumber data yang menjadi bahan penelitian skripsi adalah data sekunder

yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan, yang terdiri dari beberapa bahan

hukum yaitu:

a. Bahan hukum primer adalah Peraturan perundang-undangan yang terkait

pinjaman macet dalam koperasi syariah.

b. Bahan hukum sekunder, yang meliputi Al-Qur’an, Hadits, buku-buku,

dokumen hasil penelitian bidang hukum.

c. Bahan hukum tersier, yang meliputi tentang bahan-bahan ajaran kuliah,

jurnal hukum, serta tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
6
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 105.
7
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Garanit, Jakarta, 2004, hal. 58.

Universitas Sumatera Utara


3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data dilakukan

dengan:

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk

memperoleh informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan,

tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian menggunakan data

primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut menggunakan

penelitian lapangan ataupun laboraturium atau didalam museum.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan

studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan,

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang

dipecahkan.8

b. Field Research, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pengurus

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai. Hasil wawancara

digunakan sebagai data yang akan mendukung data sekunder.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penulisan

dari skripsi ataupun tulisan ilmiah yang lain tentang “Penyelesaian Pinjaman

Macet Pada Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai” ini belum pernah

menjadi pembahasan oleh penulis lain dalam topik dan permasalahan yang sama.

Dimana topik yang penulis kaji ini termotivasi dengan penyelesaian pinjaman

8
M Nazir, Metode Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 1988, hal. 111.

Universitas Sumatera Utara


macet oleh ketentuan hukum islam pada koperasi syariah. Jadi penulisan ini dapat

disebut “asli” dan sesuai dengan asas-asas khazanah ilmu pengetahuan yang jujur,

rasional, obyektif, dan terbuka. Semua ini merupakan impilkasi etis dari proses

pembahasan yang benar dan sudah ditinjau secara yuridis sehingga penelitian ini

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya

sistematika yang teratur dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

Adapun sitematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bagian dari pengantar. Didalamnya termuat

mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari

latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

metode penelitian, keaslian penulisan, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM KOPERASI SYARIAH

Bab ini menjelaskan tentang mengenai sejarah dan dasar hukum

koperasi syariah, fungsi dan peran koperasi syariah, prinsip-prinsip

koperasi syariah.

BAB III TINJAUAN MENGENAI PINJAMAN MACET

Bab ini menjelaskan tentang mengenai pengertian pinjaman macet,

faktor-faktor penyebab pinjaman macet, upaya penyelesaian pinjaman

macet.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV PENYELESAIAN PINJAMAN MACET PADA KOPERASI SYARIAH

UMMAHAT AL KAFFAH KOTA BINJAI

Bab ini menjelaskan tentang fakto-faktor penyebab terjadinya pinjaman

macet pada koperasi syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai, hambatan

dalam penyelesaian pinjaman macet yang dihadapi koperasi syariah

Ummahat Al Kaffah Kota Binjai, upaya penyelesaian pinjaman macet

yang dilakukan koperasi syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi ini berupa kesimpulan

atau hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan dan saran

untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN UMUM KOPERASI SYARIAH

A. Sejarah dan Dasar Hukum Koperasi Syariah

1. Sejarah Koperasi Syariah

Gerakan koperasi di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1896 yang

diprakarsai ileh seorang pamong praja bernama Patih R. Aria Wiria Atmaja di

Purwokerto yang mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi).

Terdorong oleh keinginan untuk menolong para pegawai yang makin menderita

karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang

tinggi. Maka patih tersebut mendirikan koperasi kredit model Raif feisen seperti

Jerman. Dengan dibantu oleh asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda)

yang pada waktu itu cuti berkunjung ke Jerman. Langkah pertama yang dilakukan

adalah mengubah “Bank Pertolongan Tabungan” menjadi “Bank Pertolongan

Tabungan dan Pertanian”. Mengingat bukan hanya pegawai negeri saja yang

menderita melainkan petani pun terjerat pengijon.9

Perkembangan koperasi juga dipengaruhi oleh adanya perkumpulan-

perkumpulan orang-orang yang berkongsi secara bersama-sama dalam menjalankan

aktivitas usaha, sebut saja seperti berdirinya Syarikat Dagang Islam (SDI) pada

tahun 1905 yang dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta. Organisasi Syarikat

Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang

Islam. Tujuan awal organisasi ini untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim

(khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar

9
Nur S Buchori, Op.Cit., hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


yang berasal dari Tionghoa. Pada saat itu, pedagang pedagang Islam tersebut

telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggu daripada

penduduk Indonesia lainnya. Syarikat Dagang Islam merupakan organisasi

ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai

dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini

berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. 10

Pada tahun 1909 R.M Tirtoadisuryo mendirika Syarikat Dagang Islam di

Batavia (sekarang Jakarta). Demikian pula, di Surabaya HOS Tjokroaminoto

mendirikan organisasi serupa pada tahun 1912.

Undang-undang Koperasi yang pertama lahir pada tahun 1915 dikenal

dengan nama Verordening op de Cooperative vereeningen (Koninkklijk Besluit

7 April 1915 Stbl No. 431), yakni Undang-undang tentang perkumpulan koperasi

yang berlaku untuk segala bangsa dan bukan khusus Bumi Putra saja. Pada tahun

1920 diadakan penelitian apakah koperasi ini bermanfaat untuk Indonesia

(d/h Nederlandsch Indie).11

Undang-undang Dasar 1945 menempatkan koperasi sebagai soko guru

perekonomian Indonesia. Atas itu koperasi sebagai suatu perusahaan yang

permanen dan memungkinkan koperasi sebagai suatu perusahaan yang permanen

dan memungkinkan koperasi untuk berkembang secara ekonomis. Dengan demikian

akan mampu memberikan pelayanan secara terus menerus dan meningkat kepada

anggota serta masyarakat sekitarnya, juga dapat memberikan sumbangan yang

mendasar kepada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.12

10
Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis Cet I, CAPS (Center of Academic Publising
Service, Yogyakarta, 2005, hal. 473.
11
Nur S Buchori, Op.Cit., hal. 2.
12
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


Meski sebelumnya gerakan ekonomi Islam gaungnya sudah ada sejak

tahub 1905 pasa masa Syarikat Dagang Islam namun keberadaannya tidak dapat

diwariskan sehingga terjadi kevakuman cukup lama hingga di era tahun delapan

puluhan kembali gerakan ekonomi Islam tersebut diangkat kembali dengan

munculnya Baitutamwil Teknosa di Bandung, kemudian disusul dengan

munculnya Baitutamwil Ridho Gusti di Jakarta akan tetapi keberadaan keduanya

pun tidak dapat bertahan, hingga muncullah gerakan ekonomi Islam kembali pada

tahun 1992 dengan sebutan Baitul Maal Wattamwil.13

Koperasi Syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi

semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal

Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya

oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberikan

warna bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro.14

Kendati awalnya hanya merupakan KSM Syariah (kelompok Swadaya

Masyarakat Berlandasan Syariah) namun memiliki kinerja layaknya sebuah Bank.

Diklasifikasinya BMT sebagai KSM pada saat itu adalah untuk menghindari

jeratan hukum sebagai bank gelap dan adanya program PHBK Bank Indonesia

(Pola Hubungan kerjasama antara Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat)

Hasil Kerjasama Bank Indonesia dengan GTZ sebuah LSM dari Jerman.15

Seiring dengan adanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun

1998 menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana

masyarakat dalam bentuk tabungan dalam menyalurkan dalam bentuk kredit harus
13
Ibid.
14
Ibid, hal. 3.
15
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


berbentuk Bank. Maka muncullah beberapa LPSM (Lembanga Pengembangan

Swadaya Masyarakat) yang memanyungi KSM BMT. LPSM tersebut antara lain:

P3UK sebagai penggagas awal, PINBUK yabg dimotorin oleh ICMI dan FES

Dompet Dhuafa Republika. Mereka turut membantu mengembangkan sistem

perekonomian Indonesia melalui perannya dengan cara memfasilitasi bantuan

dana pembiayaan oleh BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang merupakan

satu-satunya Bank Umum Syariah pada saat itu. Disamping sebagai fasilitator

juga memberikan bantuan peningkatan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia)

melalui pelatihan Katalis BMT termasuk akses jaringan software BMT. 16

Kemudian jika melihat Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945

menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas asa kekeluargaan, maka tidaklah heran muncul lembaga-lembaga

yang turut membantu pemerintahan dalam hal pengembangan perekonomian

Indonesia. Dalam penjelasan pasal ini menyatakan bahwa kemakmuran

masyarakat sangat diutamakan bukan kemakmuran orang perseorangan dan

bentuk usaha seperti itu tepat adalah Koperasi yang didasarkan atas asas

gotong-royong, yang artinya bahwa peranan masyarakat maupun lembaga

masyarakat harus tetap dilibatkan. Atas dasar pertimbangan itu maka disahkan

Undang-undang RI Nomor 25 tahun 1992 pada tanggal 12 Oktober 1992

“Tentang Perkoperasian” oleh Presiden Soeharto.17

Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan

falsafat yang sama yaitu dari anggota oleh anggota untuk anggota maka

berdasarkan Undang-undang RI Nomor 25 tahun 1992 tersebut berhak


16
Ibid, hal. 4.
17
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, Erlangga, Jakarta 2001,
hal. 18.

Universitas Sumatera Utara


menggunakan badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan Koperasi

Konvensional (non syariah) salah satunya terletak pada teknis opersionalnya saja,

Koperasi Syariah mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan

melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya.18

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Koperasi Syariah adalah

usaha ekonomi yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom partisipatif,

dan berwatak sosial yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang

mengusung etika moral dengan memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha

yang dijalankannya sebagaimana diajarkan dalam Agama Islam. 19

Keberadaan BMT telah mendorong Pelmas ICMI yang memiliki kedekatan

dengan pemerintah untuk melakukan pembinaan kepada BMT secara profesional

dengan mendirikan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) di bawah

Yayasan Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (YINBUK) yang beranggotakan para

menteri kabinet pembangunan di era Soeharto. Gaung BMT semakin meluas

setelah Presiden Soeharto pada tahun 1995 berkenaan untuk mencanangkan

Gerakan Balai Usaha Mandiri Terpadu Baitul Maal Wattamwil (BMT) sebagai

gerakan ekonomi kerakyatan yang dapat menopang pendanaan bagi para usaha

kecil mikro dan masyarakat akar rumput.20

Pada tahun 1994 berdiri sebuah forum komunikasi (FORKOM) BMT

Se-Jabodetabek yang beranggotakan BMT-BMT di Jakarta, Bogor, Depok,

Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang diketuai oleh Efendi Syarief B.Sc

dari BMT Ikhtiro di Depok. Forum Komunikasi BMT Sejabodetabek dalam

setiap pertemuan bulannya, berupaya menggagas sebuah payung hukum bagi


18
Nur S Buchori., Loc.Cit.
19
Ibid.
20
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


anggotanya, maka tercetuslah ide pendirian BMT dengan badan hukum Koperasi

Syariah sesuai dengan harapan Departemen Koperasi pada waktu itu agar seluruh

BMT berbadan hukum koperasi. Sebagian besar BMT yang ada mulai membuat

pada hukum koperasi hanya saja jenis Badan Hukum koperasi yang dipilih

adalah jenis Koperasi Karyawan Yayasan dengan terlebih dahulu mendirikan

Akte Yayasan.21

Pada tahun 1998 dari hasil beberapa pertemuan Forkum BMT

sejabodetabek terjadi sebuah kesepakatan untuk mendirikan sebuah koperasi

sekunder yakni Koperasi Syariah Indonesia (KASINDO) yang berdiri pada

tahun 1998, sebuah koperasi sekunder dengan keputusan Menteri Koperasi,

Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 028/BH/M.I/XI/1998

yang diketuai DR. H. Ahmat Hatta, MA beranggotakan BMT-BMT di Jobodetabek,

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Lampung. 22

Selain KASINDO berdiri pula koperasi sekunder lainnya seperti

INKOPSYAH (Induk Koperasi Syariah) yang diprakarsai oleh PINBUK

(Pusat Inkubusi Bisnis Usaha Kecil), ICMI, dan KOFESMID (Koperasi Forum

Ekonomi Syariah Mitra Dompet Dhuafa) yang didirikan oleh Dompet Dhuafa

Republika.23

Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan

anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan pendanaan

dan pendayagunaannya tersebut maka bentuk yang idealnya BMT adalah Koperasi

Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya pada tahun 2004 oleh Kementerian

Koperasi disebut KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) melalui keputusan


21
Ibid, hal. 5.
22
Ibid.
23
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


Menteri Koperasi RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. “Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah”.24

Namun demikian, jika melihat dari banyaknya akad-akad muamalah yang ada,

Koperasi Syariah sama dengan koperasi serba usaha (KSU). Khususnya Jika

ditinjau dari akad jasa persewaan gadai dan jual beli secara tunai (Bai' Al-musawamah)

sehingga dapat pula dikategorikan sebagai KSU Syariah. Disisi lain kegiatan

usaha pembiayaan anggota dalam bentuk tidak tunai dapat dikategorikan sebagai

unit simpan pinjam (USP) atau berdasarkan Kep.Men tersebut dinamakan Unit

Usaha Keuangan Syariah (UJKS) yang merupakan unit dari KSU Syariah

tersebut. Karena KSU biasanya hanya diperbolehkan 1 (satu) KSU dalam sebuah

Kelurahan maka beberapa Dinas Koperasi memperbolehkan dengan sebutan

Koperasi Syariah yang memiliki usaha UJKS dan Unit Sektor riil lainnya. 25

Badan hukum Koperasi Syariah Dianggap sah setelah Akta pendiriannya

dikeluarkan oleh Notaris yang ditunjuk dan disahkan oleh pemerintah melalui

Dinas Koperasi Daerah untuk keanggotaannya wilayah Kabupaten/kodya,

Sedangkan untuk keanggotaannya meliputi provinsi harus dibuat Kanwil Koperasi

provinsi yang bersangkutan.26

2. Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip

kegiatan tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan kepada syariah Islam yaitu

Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan

usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah apabila

koperasi memiliki unit usaha produktif simpan-pinjam, maka seluruh produk dan
24
Danang Sunyoto., Loc.Cit.
25
Nur S Buchori., Loc.Cit.
26
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah

Nasional (DNS) Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka

koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu koperasi

syariah tidak diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derifatif sebagaimana

lembaga keuangan syariah lainnya. 27

Berikut beberapa hal mengenai pengertian dan ketentuan pengelolaan

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) sebagai berikut:28

a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau seorang atau

badan hukum koperasi dengan melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

dasar kekeluargaan.

b. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi

yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi produksi,

perdagangan, dan simpanan sesuai dengan pola layanan Syariah.

c. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS adalah unit Koperasi

yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan dengan

pola bagi hasil (Syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang

bersangkutan.

d. Kekayaan, adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun

secara mutlak.

27
https://mushodiq.wordpress.com/2009/08/12/koperasi-syariah-apa-bagaimana/, diakses
pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 20.00 WIB.
28
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia
Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syariah (KJKS).

Universitas Sumatera Utara


e. Manusia diberikan kebebasan bermuamalah (berdagang) selama bersama

dengan ketentuan Syariah.

f. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi.

g. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk riba dan pemusatan

sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang. 29

Tujuan Koperasi Syariah itu sendiri adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam

membangun perekonomian Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Selain itu

juga koperasi syariah memiliki fungsi dan peran sebagai untuk membangun

dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya guna meningkatkan kesejahteraan ekonominya, peran

yang lain juga sebagai untuk memperkuat kualitas sumber daya Insani anggota,

agar menjadi lebih amanah, profesional (fathonah), konsisten, dan konsekuen

(istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan prinsip

syariah Islam serta berperan untuk mewujudkan dan mengembangkan

perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi juga mengembangkan dan perluas

kesempatan kerja bagi masyarakat.30

3. Dasar Hukum Koperasi Syariah di Indonesia

Dalam perkembangan terakhir terhitung sejak diberlakukannya Instruksi

Presiden RI No. 14 tahun 1998, maka berbagai macam/jenis koperasi

bermunculan, hal ini disesuaikan dengan aspirasi masyarakat, antara lain:


29
Ibid.
30
Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung 2013,
hal. 35.

Universitas Sumatera Utara


a. Koperasi Tani (KOPTAN)

b. Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN)

c. Koperasi Wanita

d. Koperasi Agribisnis

e. Koperasi Pedagang Pasar

f. Koperasi Industri

g. Koperasi Syariah

h. Koperasi Serba Usaha

i. Koperasi Kredit

j. Koperasi dikalangan profesi (akuntan, arsitek, pengacara, dokter, dan lain-lain)

k. Koperasi Kelompok Masyarakat (POKMAS)

Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor 91/kep/M.KUKM/IX/2004 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

merupakan menjadi sebuah sandaran baru realisasi dalam masyarakat ekonomi

Indonesia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Kenyataan itu membuktikan bahwa sistem ekonomi syariah dapat diterima

dan diterapkan dalam masyarakat Indonesia bahkan mempunyai nilai positif

membangun masyarakat Indonesia dalam kegiatan ekonomi sekaligus

membuktikan kebenaran hukum ekonomi syariah mempunyai nilai lebih

dibandingkan dengan sistem ekonomi komunis maupun ekonomi kapitalis.

Indonesia yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam adalah lahan

subur untuk berkembangnya ekonomi syariah semakin tinggi kualitas kemampuan

seseorang dan integritas Diniyahnya akan semakin tertarik untuk menerapkan

sistem ekonomi syariah daripada yang lain.

Universitas Sumatera Utara


Praktek usaha koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh

dan berkembang di masyarakat serta mengambil bagian penting dalam

memberdayakan ekonomi masyarakat. Di dalam masyarakat telah bermunculan

BMT yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi. Hal inilah yang

mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk

menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 91/kep/M.KUKM/IX/2004.

Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,

investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan demikian semua

BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung

Hukum dan Legalitas kegiatan operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Jenis-jenis Koperasi Syariah:

Dalam Fiqih Islam Koperasi/Koperasi Syariah dikenal dengan sebutan

Syirkah. Syirkah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:31

a. Syirkah Amlak (Kepemilikan Bersama)

Syirkah Amlak adalah kepemilikan atas suatu barang dan beberapa orang tanpa

adanya akad, baik secara sukarela maupun paksaan syirkah ini tidak termasuk

dalam koperasi.

b. Syirkah ‘Uqud/Akad (Kontrak)

Syirkah ‘Uqud adalah akad antara dua orang atau lebih untuk bekerja sama

dalam hal harta baik keuntungan ataupun kerugian. Syirkah inilah yang para

fuqoha dahulu membaginya menjadi empat macam, yaitu:

31
Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam Cet I, Angkasa, Bandung 2003,
hal. 100.

Universitas Sumatera Utara


1. Syirkah ‘Abdan,

2. Syirkah mufawadhoh,

3. Syirkah wujuh, dan

4. Syirkah ‘Inan.

Menurut madzhab Hanafi terdapat 4 (empat) bentuk-bentuk syirkah yang

terdapat di dalam hukum Islam yang terdiri atas, yaitu:32

a. Syirkah ‘Abdan

Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan keahlian

masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda.

Misalnya satu pihak tukang cukur dan pihak lainnya tukang jahit. Mereka

menyewa satu tempat untuk perniagaannya dan bila mendapatkan keuntungan

dibagi menurut kesepakatan di antara mereka syirkah ini dinamakan juga

dengan syirkah shona’i atau taqobul.

b. Syirkah mufawadhoh

Mufawadhoh artinya sama-sama. Syirkah ini dinamakan Syirkah Mufawadhoh

karena modal yang disetor para partner dan usaha fisik yang dilakukan mereka

sama atau proporsional. Jadi Syirkah Mufawadhoh merupakan suatu bentuk

akad dari beberapa orang yang menyetorkan modal dan usaha fisik yang sama.

Masing-masing partner saling menanggung satu dengan lainnya dalam hak

dan kewajiban. Dalam syirkah ini tidak diperbolehkan satu partner memiliki

modal dan keuntungan yang lebih tinggi dari para partner lainnya. Hal yang

perlu diperhatikan dalam syirkah ini adalah persamaan dalam segala hal

di antara masing-masing partner.


32
Ikhwal Abidin Basri, MA, Pola Pembiayaan Usaha Melalui Bank Syariah Syirkah
Musyarakah, https://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/syirkahmusyarakah/, diakses pada tanggal
31 Maret 2018 pukul 21.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


c. Syirkah wujuh

Syirkah ini bentuk tanpa modal dari para partner. Mereka hanya bermodalkan

nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan kejujurannya dalam

berniaga. Syirkah ini berbentuk manakala ada dua orang atau lebih yang

memiliki reputasi yang baik dalam bisnis memesan suatu barang atau

dibeli dengan kredit (tangguh) dan kemudian menjualnya dengan kontan.

Keuntungan yang dihasilkan dari usaha ini kemudian dibagi menurut

persyaratan yang telah disepakati antara mereka.

d. Syirkah ‘Inan

‘Inan artinya sama dalam menyetor kan atau menawarkan modal Syirkah Inan

merupakan suatu akad dimana ada dua orang atau lebih berkongsi dalam

modal dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam keuntungan

hukum jenis syirkah ini merupakan titik kesepakatan di kalangan para fuqoha

demikian juga syirkah merupakan bentuk syirkah yang paling banyak

dipraktekkan kaum Muslimin di sepanjang sejarahnya. Hal ini disebabkan

karena bentuk perkongsian ini lebih mudah dan praktis karena tidak

mensyaratkan persamaan modal dan pekerjaan salah satu dari partner dapat

memiliki modal yang lebih tinggi daripada mitra yang lain begitu pula salah

satu pihak dapat menjalankan perniagaan sementara yang lain tidak ikutserta

pembagian keuntunganpun dapat dilakukan.

B. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah

Sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 yaitu Pasal 4

menguraikan Fungsi dan Peran koperasi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperoleh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 fungsi dan peran

koperasi sebagai berikut:

1. Kekeluargaan

2. Menolong diri sendiri

3. Bertanggung jawab

4. Demokrasi

5. Persamaan

6. Berkeadilan

7. Kemandirian

Banyak sekali ditemukan perbedaan isi dan makna Antara Undang-Undang

No. 25 Tahun 1992 dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 sebagai

Undang-undang Koperasi yang terbaru. Oleh sebab itu saat ini undang-undang

koperasi yang terbaru ini sedang digugat ke Mahkamah Konstitusi oleh para LSM

yang pro terhadap keberadaan Koperasi di Indonesia karena dinilai bertentangan

dengan Undang-undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 serta lebih mengarah kepada

ekonomi kapitalis yang sangat membuat rakyat menjadi sengsara.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Drs A.Setiady yang mengacu pada UU No. 12 Tahun 1967

bagian 2 Pasal 4 tentang fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut:

a. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.

b. Sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional.

c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

d. Sebagai alat Pembina Insan masyarakat untuk memperoleh kedudukan

ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana

perekonomian rakyat.33

Koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari keuntungan untuk

kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau membungakan uang yang ada

pada anggota. Para anggota yang meminjam tidak dilihat dari sudut pandang

penggunaannya hanya melihat uang pinjaman kembali ditambah dengan bunga

yang tidak didasarkan kepada kondisi hasil usaha atas penggunaan uang tadi.

Bahkan bisa terjadi jika ada anggota yang meminjam untuk kebutuhan sehari-hari

seperti untuk makan dan minum, maka pihak koperasi memperlakukannya sama

dengan peminjaman lainnya yang penggunaannya untuk usaha produktif dengan

mematok bunga sebagai jasa koperasi.

Pada koperasi Syariah hal ini tidak dibenarkan, karena setiap transaksi

(tasharruf) didasarkan atas penggunaan yang efektif apakah untuk pembiayaan

atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan secara berbeda untuk

usaha produktif, misalnya anggota membutuhkan dana untuk sebuah proyek maka

dapat menggunakan prinsip Bagi Hasil (Musyarakah atau Mudharabah),

sedangkan untuk pembelian alat transportasi atau alat-alat lainnya dapat

menggunakan prinsip Jual Beli (Murabahah).


33
A.Setiady dkk, Koperasi Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan peran dan fungsinya maka, koperasi syariah memiliki fungsi

sebagai berikut:34

1. Sebagai Manajer Investasi

Manajer Investasi yang dimaksud adalah, koperasi syariah dapat memainkan

perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para pemilik dana.

Koperasi syariah akan menyalurkan kepada calon atau anggota yang berhak

mendapatkan dana atau bisa juga kepada calon atau anggota yang sudah

ditunjuk oleh pemilik dana. Umumnya, apabila pemilihan calon penerima

dana (anggota atau calon anggota) berdasarkan ketentuan yang diinginkan

oleh pemilik dana, maka koperasi syariah hanya mendapatkan pendapatan atas

jasa agennya. Misalnya jasa atas proses seleksi calon anggota penerima dana,

atau biaya administrasi yang dikeluarkan koperasi atau biaya monitoring

termasuk reporting. Kemudian apabila terjadi wanprestasi yang bersifat

force major yakni bukan kesalahan koperasi atau bukan kesalahan anggota,

maka sumber dana tadi (pokok) dapat dijadikan beban untuk resiko yang

terjadi. Akad yang tepat untuk seperti ini adalah Mudharabah Muqayyadah.

2. Sebagai Investor

Peran sebagai Investor (Shahibul Maal) bagi koperasi syariah adalah jika,

sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari pihak lain yang

kemudian dikelola secara profesional dan efektif tanpa persyaratan khusus dari

pemilik dana, dan koperasi syariah memiliki hak untuk terbuka dikelolanya

berdasarkan program-program yang dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini

34
Nur S Buchori, Op.Cit., hal. 14-15.

Universitas Sumatera Utara


dapat disebut sebagai Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang

dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai

dengan syariah. Investasi yang sesuai meliputi akad jual beli secara tunai

(Al Musawamah) seperti pendirian waserda dan jual beli tidak tunai

(Al Murabahah), Sewa-menyewa (Ijarah), kerjasama penyertaan sebagai

modal (Musyarakah) dan penyertaan modal seluruhnya (Mudharabah).

Keuntungan yang diperoleh dibagikan secara proporsional (sesuai kesepakatan

nisbah) pada pihak yang memberikan dana seperti, anggota yang memiliki

jenis simpanan tertentu dan ditetapkan sebagai yang mendapatkan hak bagi

hasil dari hasil usaha.

3. Fungsi Sosial

Konsep koperasi Syariah mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik

kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat dhu’afa.

Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat (emergency loan)

dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan pengambilan pokok (Al Qard)

yang sumber dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun.

Dimana anggota tidak dibebankan bunga dan sebagainya seperti di koperasi

konvensional. Sementara bagi anggota masyarakat dhu’afa dapat diberikan

pinjaman kebajikan dengan atau tanpa pengambilan pokok (Qardhul Hasan)

yang sumber dananya dari dana ZIS (zakat, infaq shodaqoh). Pinjaman

Qardhul Hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat

miskin agar usaha yang menjadi besar, jika usaha yang mengalami kemacetan,

ia tidak perlu di bebani dengan pengembalian pokoknya.

Universitas Sumatera Utara


Fungsi ini juga yang membedakan antara koperasi konvensional dengan

koperasi syariah di mana konsep tolong menolong begitu kentalnya sesuai

dengan ajaran Islam “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan

ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan

perbuatan dosa.” (QS Al Maidah:2).

C. Prinsip-prinsip Koperasi Syariah

Menurut Pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 mengemukakan:

1. Bahwa koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis;

c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

d. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal;

e. Kemandirian.

2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi dilaksanakan pada prinsip

koperasi sebagai berikut:

a. Pendidikan koperasi;

b. Kerjasama antar koperasi.

Penjelasan mengenai Pasal 5 UUK adalah, prinsip koperasi merupakan

satu kesatuan dan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi.

Dengan melaksanakan keseluruhan di prinsip tersebut, koperasi mewujudkan

dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berwatak sosial. Selain itu, prinsip koperasi ini juga merupakan esensi dari dasar

kerja koperasi sebagai suatu badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri

koperasi yang membedakannya dari badan usaha lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Pasal 6,

prinsip-prinsip koperasi meliputi:

1. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka;

2. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;

3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi;

4. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen;

5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,

pengawas, pengurus, dan karyawannya serta memberikan informasi kepada

masyarakat tentang jati diri, kegiatan dan kemanfaatan koperasi;

6. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan

koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal,

nasional, regional, dan internasional;

7. Koperasi bekerjasama untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan

dan masyarakatnya melalui kebijakan dan disepakati oleh anggota.

Jika dikaji secara mendalam, prinsip koperasi tersebut merupakan

penerimaan dari rumusan prinsip-prinsip koperasi seperti dirumuskan oleh dengan

hidup yang penuh kemakmuran dan sejahtera lahir batin, serta ikut menciptakan

kehidupan bangsa yang berkeadilan, dengan berlandaskan pancasila dan UUD

1945.

Koperasi Indonesia dapat berperan sebagai alat pembina iman masyarakat,

untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam

mengatur tata laksana perekonomian rakyat. Fungsi dan peran koperasi ini

ditujukan untuk mempertinggi dan mempertebal semangat dan kesadaran

Universitas Sumatera Utara


beroperasi oleh karena itu agar pertumbuhan koperasi mampu memperkokoh

kedudukan ekonomi bangsa, harus diawali dengan adanya semangat dan

kesadaran dalam berkoperasi ini. Sedangkan pengarahan dan bimbingan dalam

mengatur ketatalaksana perekonomian rakyat diarahkan agar koperasi mampu

berdiri sendiri (mandiri) dengan sistem ketatalaksana yang baik.

Prinsip-prinsip Koperasi Syariah

Ada 2 prinsip dasar pada koperasi syariah, yaitu:

1. Koperasi syariah menegakkan prinsip-prinsip ekonomi islam, sebagai

berikut:

a. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki

oleh siapapun secara mutlak;

b. Manusia diberi kebebasan dalam mu’amalah selamat tidak

melanggar ketentuan syariah;

c. Manusia merupakan wakil Allah dan pemakmur bumi;

d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi

dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau

sekelompok orang saja;

2. Koperasi syariah dalam melaksanakan kegiatan yang berdasarkan pada

prinsip-prinsip syariah Islam sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara

konsisten dan konsekuen;

c. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional;

Universitas Sumatera Utara


d. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

e. Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan

profesional menurut sistem bagi hasil;

f. Jujur, amanah, dan mandiri;

g. Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi dan

sumber daya informasi secara optimal;

h. Menjalin dan menguatkan kerjasama di antara anggota, antar

koperasi dan atau lembaga lainnya.

Perbedaan antara koperasi syariah dengan koperasi konvensional terletak

dalam hal bunga dimana koperasi syariah tidak memakai sistem bunga melainkan

sistem bagi hasil.35

Prinsip Operasional Koperasi Syariah

Koperasi syariah memiliki keluwesan dalam menerapkan akad-akad

muamalah, yang umumnya sulit dipraktekkan pada perbankan syariah karena

adanya keterbatasan peraturan dari Bank Indonesia PBI (Peraturan Bank

Indonesia). Prinsip Dasar Operasional Koperasi Syariah tersebut dapat digambarkan

berikut:36

35
http//www.koperasisyari’ah.com/category/koperasi-syari’ah/page2, diakses pada tanggal
1 April 2018 pukul 20.00 WIB.
36
https://koperasiannafi.wordpress.com/2012/10/01/bukanhanyabagihasil/prinsipoperasional-
koperasi-syariah/, diakses pada tanggal 1 April 2018 pukul 20.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1
Penyaluran Dana Koperasi Syariah

Porsi Koperasi
Syariah
Sumber Dana 1. L/R SHU
Koperasi Syariah Berjalan
1. Sanan Sukarela Jasa-jasa
- Simp. Wali’ah FEE
1. Wakalah
- Simp. Berjangka(mdrb) 2. Kafalah 55 %
2. Investasi pihak lain 3. Hawalah
- Investasi terikat 4. Ijaroh R
- Investasi tidak terikat e
3. Dana ZIS Jual Beli v
- Zakat 1. Mura- u
Margin
- Infak dan Shdaqah bahah e
4. Modal Koperasi 2. Salam
- Simpanan Pokok+wajib 3. Istishna
4. Musaw D
- Dana Hibah wamah i
- L/R SHU berjalan s
Investasi t
Pembiayaan Bagi r
1. Mudhara i
Hasil
bah b
2. Musya- u
rakah t
i
o
Penempata n
Bagi
n Lainnya
1. Bank Hasil
45 %
Syariah Bank/
2. Koperasi Kop
Syariah

Porsi
1. Simpanan Berjangka Bagi Hasil
2. Investasi pihak lain

Porsi
Bonus
1. Simpanan Wadi’ah

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN MENGENAI PINJAMAN MACET

A. Pengertian Pinjaman Macet

Pinjaman adalah sebutan yang dipakai dalam koperasi, dalam dunia

keuangan lainnya biasa disebut dengan “kredit”. Kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan atau dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antar pihak bank/koperasi dengan pihak lain, yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan sejumlah imbalan berupa bunga atau pengembalian bagi hasil

keuntungan.

Kredit berasal dari kata Romawi ”Credere” artinya percaya. Dalam bahasa

Belanda ”Vertrouwen”. Dalam Bahasa Inggris “Believe atau trust or confidence”

yang artinya percaya. 37 Sedangkan di negara kita pengertian kredit yang lebih

baku untuk menunjang proses kegiatan operasional pebankan, yaitu dalam

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7

Tahun 1992, yang menyatakan bahwa “kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga”. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kredit

dapat berupa uang atau tagihan dan kemudian adanya kesepakatan antara kreditor

dengan debitur yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak,

termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.

37
Sutarno, Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 92.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Thomas Suyanto dalam Moh. Djumhana, unsur-unsur kredit

meliputi:

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

b. Tenggang waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi

dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat adanya

jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra

prestasi yang akan diterima dikemudian hari.

d. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,

tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa.

Dalam pemberian kredit, pada umumnya dalam dunia perbankan tentunya

bank mempertimbangkan beberapa hal untuk memperkecil resiko yang tidak

diinginkan, seperti tidak kembalinya uang. Pemberian kredit oleh lembaga

keuangan harus berpegangan pada prinsip yaitu:38

1. Prinsip kepercayaan.

2. Prinsip Kehati-hatian.

3. Prinsip 5C, Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal),

Caollateral (angunan) dan Condition of economic (prospek usaha debitur).

4. Prinsip 3R, Returns (Hasil yang Diperoleh), Repayment (Pembayaran

Kembali), Risk Bearing Ability (Kemampuan Menganggung Risiko).

38
Ibid., hal. 93.

Universitas Sumatera Utara


Pinjaman macet adalah suatu keadaan dimana si debitur tidak dapat

mengembalikan hutangnya kepada kreditur sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Suatu kredit digolongkan macet apabila terdapat tunggakan pokok

dan/atau bunga yang telah dilampaui 270 hari setelah dokumentasi kredit dan/atau

pengikatan agunan tidak ada.39

Berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 02/PMK.10/1977 Tentang Pelaksanaan Penyelesaian Piutang Negara

Macet, dalam Pasal 3 peraturan tersebut ditegaskan mengenai kapan suatu piutang

dinyatakan macet yaitu:

1. Untuk kredit jangka pendek selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah jatuh

tempo.

2. Untuk kredit jangka menengah dan panjang, meskipun pinjaman hitung

belum melampaui jangka waktu akan tetapi terdapat tunggakan pembayaran

sebanyak-banyaknya tiga kali angsuran pokok dan berdasarkan penilaian yang

wajar dari pihak bank, debitur tidak akan dapat melunasi pokok dan bunganya,

maka kredit tersebut dapat digolongkan sebagai kredit macet.

Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang

Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam

Koperasi, pinjaman bermasalah terdiri dari:

1. Pinjaman Kurang Lancar

Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria dibawah

ini:
39
S. Mantayborbir, Iman Jauhari, dan Agus Hari Widodo, Pengurusan Piutang Negara
Macet Pada PUPN BUPLN (Suatu Kajian Teori dan Praktek), Pustaka Bangsa Press, Medan,
2001, hal. 50.

Universitas Sumatera Utara


a. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan angsuran yaitu:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai berikut:

a) Tunggakan melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi

pinjaman dengan angsuran harian dan/atau mingguan; atau

b) Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman

yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, 2 bulan atau 3 bulan;

atau

c) Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi

pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih;

atau

2) Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut:

a) Tunggakan melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 3 bulan

bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan; atau

b) Melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi

pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan.

b. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu :

1) Pinjaman belum jatuh tempo. Terdapat tunggakan bunga yang

melampaui 3 (tiga) bulan tetapi belum melampaui 6 (enam) bulan.

2) Pinjaman telah jatuh tempo. Pinjaman telah jatuh tempo dan belum

dibayar tetapi belum melampaui 3 (tiga) bulan.

2. Pinjaman yang diragukan

Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak

memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan

bahwa:

Universitas Sumatera Utara


a. Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-

kurangnya 75 % dari hutang peminjam termasuk bunganya; atau

b. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai

sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam termasuk bunganya.

3. Pinjaman macet

Pinjaman digolongkan macet apabila:

a. Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan, atau;

b. Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 12 bulan sejak

digolongkan diragukan belum ada pelunasan.

c. Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan

Negeri atau telah diajukan penggantian kepada perusahaan asuransi

pinjaman.

B. Faktor-faktor Penyebab Pinjaman Macet

Sebenarnya, lembaga keuangan bisa mendeteksi gejala awal munculnya

kredit macet. Secara umum, gejala-gejalanya, antara lain, debitur sering menarik

dana di atas plafon kredit (overdrafts), lalu banyak tolakan cek, menarik cek

kosong, beberapa kali memperpanjang jatuh tempo kredit yang seharusnya sudah

dilunasi, atau laporan keuangan tidak diserahkan sesuai dengan jadwal.40

Sedangkan menurut Dahlan, menyebutkan bahwa faktor kredit macet

yaitu:41

40
Pengamat Perbankan, Kenapa Terjadi Kredit Macet,
http://www.infobanknews.com/2011/05/kenapa-terjadi-kredit-macet/, diakses pada tanggal 20 April 2018
pukul 12.34 WIB.
41
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, LPEE UI, Jakarta, 2001, hal. 175.

Universitas Sumatera Utara


1. Faktor Internal

Faktor internal kredit bermasalah ini berhubungan dengan kebijakan strategi

yang ditempuh oleh pihak bank, antara lain:

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit

d. Lemahnya sistem informasi kredit

e. Itikad kurang baik dari pihak bank

2. Faktor Eksternal

a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur

c. Kegagalan usaha debitur

d. Debitur mengalami musibah

Selain itu, sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan pengembalian

kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank,

adalah:42

1. Self Dealing

Self Dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi

kredit terhadap permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian

kredit yang tidak layak atas dasar yang kurang sehat terhadap nasabahnya

dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa pemberian imbalan dari

nasabah.

42
Andri Arsasi, Belajar Tentang Investasi, Pajak, dan Perbankan,
https://arsasi.wordpress.com/2008/09/21/penyebab-kredit-bermasalahnpl/, diakses pada tanggal
20 April 2018 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


2. Anxiety for Income

Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber

pendapatan utama sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun nafsu yang

berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit

sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit.

3. Compromise of Credit Principles

Pelanggaran prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui

pemberian kredit yang mengandung risiko yang potensial menjadi kredit yang

bermasalah.

4. Incomplete Credit Information

Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping

informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan

mengenai sumber pelunasan kembali kredit.

5. Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements

Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang

telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya,

juga merupakan penyebab timbulnya kredit-kredit yang tidak sehat dan

mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank.

6. Complacency

Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan

terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan.

7. Lack of Supervising

Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah

pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena

nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


8. Technical Incompetence

Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit

dari aspek keuangan meupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam

operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasan

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya

dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal

dengan baik.

9. Poor Selection of Risks

Risiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:

a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai

usahanya, selain yang diperoleh dari bank.

b. Pejabat kredit harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang

sesungguhnya.

c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai transaksi jaminan yang

mengcover kredit yang diberikan.

d. Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan risiko yang

dihadapi dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan.

e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi risiko pemberian kredit yang

mungkin secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang

menguntungkan bagi bank.

f. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan

menimbulkan masalah dikemudian hari.

10. Overlending

Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas

kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah.

Universitas Sumatera Utara


11. Competition

Competition merupakan risiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang

memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat.

Menurut Bloem dan Cornelis dalam work paper International Monetary

Fund (2001), The amount involved in non performing loans may rise considerably

as a result of less predictable incidents, such as when the costs of fuel, price of

key export products, foreign exchange rates, or interestrates change abruptly. A

similiar effect may becaused by the failure of major company in an overly

optimistic market. Jumlah yang terlibat dalam kredit bermasalah dapat meningkat

jauh sebagai akibat dari insiden kurangnya prediksi, seperti ketika biaya yang

tinggi, harga produk utama, nilai tukar, atau tingkat bunga berubah tiba-tiba.

Efek yang sama dapat disebabkan oleh kegagalan perusahaan besar di pasar yang

terlalu optimis.43

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kredit macet

yakni:44

1. Faktor internal, yang disebabkan:

a. Adanya kebijakan kredit yang ekspansif

Pola kebijakan pemberian kredit yang terlalu ekspansif melebihi batas

pertumbuhan yang normal mengakibatkan kreditur kurang selektif dalam

menilai perekonomian calon kreditur dan cenderung banyak memberikan

kemudahan kemudahan. Hal ini disebabkan karena mengejar target yang

cukup tinggi sehingga mendorong sebagian membajak nasabah yang lain

tanpa melakukan analisis dan perhitungan risiko yang bakal terjadi.


43
Bloem, Adrian M dan Cornelis N. Gorter, The Treatment of Non Performing Loans in
Macroeconomic Statistic. Work Paper International Monetary Fund. Statistic Department,
https://www.researchgate.net/publication/5123742_The_Treatment_of_Nonperforming_Loans_in_
Macroeconomic_Statistics, diakses pada tanggal 21 April 2018 pukul 21.00 WIB.
44
Rasjim Wiraatmadja dkk, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah,
Info Bank, Jakarta, 1997, hal. 3-8.

Universitas Sumatera Utara


b. Penyimpangan dalam prosedur pemberian kredit

Adanya kecenderungan kreditur kurang mengikuti sistem atau kurang

disiplin dalam menerapkan prosedur pemberian kredit yang berlaku dapat

menimbulkan kredit bermasalah. Karena biasanya dalam proses pemberian

kredit kurang diperhatikan asas pemberian kredit yang sehat, seperti

analisis kelayakan usaha, data keuangan debitur, tujuan pemberian kredit

dan lain sebagainya. Penyimpangan terhadap sistem dan prosedur tersebut

dapat bersumber dari 2 (dua) faktor yaitu:

1) Kuantitas dan kualitas pejabat/staf di bidang perkreditan kurang

memadai.

2) Unsur dominasi pejabat pemutus kredit sangat tinggi, komite tersebut

tidak berfungsi, namun hanya merupakan lembaga performa saja.

c. I’tikad kurang baik dari pemilik/pengurus

Adanya I’tikad yang kurang baik dari pengurus/pemilik sehingga sering

dijumpai adanya kredit yang tidak layak, kredit fiktif, kredit yang tidak

jelas tujuan penggunaannya, kredit topengan yang pada umumnya kredit

tersebut digiring untuk sekarang menjadi macet, kemudian dihapuskan

dari neraca kreditur untuk menghilangkan jejaknya agar tidak mudah

dibaca oleh siapapun.

d. Lembaga administrasi dan pengawasan kredit

Sistem administrasi dan pengawasan kredit yang lemah banyak

mengakibatkan kredit bermasalah, karena administrasi dokumen-dokumen

tidak dilakukan dengan baik dan peninjauan langsung terhadap kegiatan

usaha debitur hampir tidak pernah dilakukan. Sehingga diketahui tiba-tiba

usaha debitur sudah macet dan sulit diselamatkan lagi.

Universitas Sumatera Utara


e. Lemahnya sistem informasi kredit bermasalah

Kredit memiliki kecenderungan untuk melaporkan gambaran yang lebih

baik mengenai kondisi kreditnya kepada pihak ketiga dengan harapan akan

mendapatkan penilaian yang baik. Sementara itu secara intern sendiri tidak

mengadministrasikan kondisi kredit yang sebenarnya, sehingga kreditur

seringkali terlambat dalam mengatasi terjadinya kredit bermasalah.

2. Faktor eksternal, yang disebabkan:

a. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit

Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit dapat

menyulitkan debitur dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur,

karena beban bunga yang ditanggung debitur terlalu berat.

b. Iklim persaingan yang tidak sehat

Adanya iklim persaingan yang ketat, dimana antara kreditur memberikan

kemudahan-kemudahan serta fasilitas yang berlebihan kepada debitur,

sehingga mendorong debitur untuk menggunakan kelebihan dana tersebut

kepada tujuan yang bersifat spekulatif.

c. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat menyebabkan debitur tidak mampu

memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Hal ini biasanya karena kegiatan

usaha debitur sensitif terhadap perubahan lingkungan.

d. Musibah yang menimpa kegiatan usaha debitur

Keadaan yang tidak terduga sering menyebabkan kredit menjadi

bermasalah, seperti ada kebakaran yang menimpa tempat usaha debitur

sementara tempat tersebut lalai diasuransikan oleh kreditur.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kredit

macet antara lain:

1. Tingkat suku bunga pinjaman

Salah satu faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah adalah tingkat

suku bunga. Dimana tingkat suku bunga yang ditetapkan sangat tinggi yang

menyebabkan para debitur atau nasabah tidak sanggup membayarnya.

Tetapi jika tingkat suku bunga yang rendah mungkin akan meringankan

usaha nasabah dan usahanya dapat berkembang karena beban biaya modal

pinjamannya rendah. Sehingga arus pengembalian pinjaman diharapkan lebih

lancar.

2. Jangka Waktu kredit

Jangka waktu pinjaman adalah waktu yang diberikan oleh pihak bank

atau koperasi kepada debitur untuk mengembalikan pokok dan bunga

pinjaman. Makin panjang jangka waktu kredit, makin tinggi risiko yang

mungkin muncul, maka bank atau koperasi akan membebankan bunga yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kredit jangka pendek.

Namun semakin panjang jangka waktu kredit jumlah angsuran yang

disetor nasabah ke bank atau koperasi semakin kecil, sehingga hal ini tidak

memberatkan bagi nasabah.

3. Stabilitas penjualan anggota

Pada umumnya stabilitas penjualan nasabah merupakan tingkat

penjualan usaha dari para nasabah. Jika barang dagangan atau tingkat

penjualan para nasabah lancar (stabil) dan meningkat, maka pengembalian

pinjaman ke bank atau ke koperasi akan lancar pula dan bank atau koperasi

akan berusaha memberikan kredit dimasa berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


Sebaliknya apabila penjualan para nasabah tidak lancar (tidak stabil),

maka pengembalian pinjaman ke bank atau koperasi akan mengalami

keterlambatan yang pada gilirannya akan menimbulkan kemacetan.

4. Kolektibilitas

Kolektibilitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana

kemampuan bank atau koperasi mengumpulkan pendapatan bunga dari kredit

yang disalurkan. Angka kolektibilitas kredit mencerminkan kemampuan

bank atau koperasi dalam memasarkan kredit kepada para nasabah untuk

sektor-sektor kegiatan yang memang secara ekonomis layak dibiayai, sehingga

mampu memberikan keuntungan lewat membayar bunga kredit kepada bank

atau koperasi yang bersangkutan. 45

5. Komitmen anggota kepada koperasi

Komitmen anggota organisasi menjadi hal penting bagi sebuah

organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidup sebuah organisasi apapun

bentuk organisasinya. Begitu juga pada koperasi, komitmen anggota kepada

koperasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan

koperasi itu sendiri.

Sama halnya komitmen anggota organisasi, komitmen anggota koperasi

kepada koperasi merupakan suatu tingkat kepercayaan atau loyalitas anggota

untuk tetap menjadi anggota atas kepuasan yang diberikan oleh koperasi.

Banyak hal yang mendorong terciptanya komitmen ini, diantaranya

kepuasan-kepuasan yang diperoleh di dalam koperasi atau selama menjadi

anggota. Kepuasan akan pinjaman atau kredit yang diberikan koperasi,

45
Iswardono dan Sandro, Trauma Kredit Macet Hantui Perbankan, Majalah Kelola,
Jakarta,1993, hal. 10.

Universitas Sumatera Utara


adanya kepercayaan yang diberikan, mutu dan layanan yang diberikan oleh

pengurus koperasi yang memuaskan, sistem kerja koperasi yang profesional

merupakan faktor yang mendorong terciptanya komitmen anggota kepada

koperasi.

Komitmen anggota kepada koperasi bisa menjadi salah satu faktor

penyebab kredit macet. Karena jika anggota tidak komitmen kepada maka

pengembalian pinjaman akan terhambat. Tetapi jika anggota memegang

komitmennya terhadap koperasi maka masalah kredit macet akan teratasi.

Dari sisi tindak pidana kredit macet timbul karena disebabkan oleh

faktor-faktor sebagai berikut:46

1. Kolusi

Kolusi adalah bentuk kerjasama yang menguntungkan diri sendiri atau orang

lain tetapi berakibat merugikan kepentingan umum atau negara. Perbuatan itu

dilakukan sebagai jalan pintas, dengan tujuan untuk mendapatkan kemudahan

akan sesuatu yang diharapkan.

Dalam keadaan seperti ini, dimana standar penggajian di negeri kita masih

tergolong rendah, masyarakat berlomba-lomba mencari kekayaan yang

banyak, orang kaya masih dipandang lebih terhormat daripada status lainnya,

dan keberhasilan pembangunan di bidang materi sementara ini menarik minat

untuk dikonsumsi tidak heran kalau banyak terjadi polusi di mana-mana.

Dalam pemberian kredit tidak lepas adanya kolusi antara debitur dan oknum

pihak ketiga, karena debitur yang mengajukan permohonan kredit ke kreditur

berkeinginan mendapat kredit yang cepat dan jumlahnya seperti yang diharapkan.

46
Gatot Supramono, Tindak Pidana di Bidang Perkreditan, Alumni, Bandung 1997,
hal. 133-141.

Universitas Sumatera Utara


2. Ketidaktelitian kreditur dan itikad buruk debitur

Latar belakang terjadinya kredit macet pada umumnya orang banyak yang

berpandangan kepada debitur semata-mata karena kenyataannya debitur tidak

dapat melunasi hutangnya kepada kreditur sesuai yang diperjanjikan.

Hal ini tidak dapat dipungkiri, memang ada sejumlah debitur yang berkelakuan

tidak baik atau beri’tikad buruk. Perbuatan debitur yang buruk dapat terjadi

pada waktu kredit harus dikembalikan.

Dilain pihak terjadi kredit macet tidak dapat hanya dipandang dari sisi debitur

saja, pihak kreditur juga dapat merupakan penyebab terjadinya masalah

tersebut. Perbuatan yang menjadi penyebab ini dapat dilakukan secara sengaja

seperti kolusi diatas dan dapat secara tidak sengaja atau tindakan ceroboh.

3. Penyalahgunaan pemakaian kredit

Kemacetan kredit dapat terjadi akibat debitur menggunakan kredit untuk

kepentingan lain yang tidak sesuai dengan tujuan pemakaiannya sebagaimana

yang disepakati dalam perjanjian.

4. Kredit fiktif

Kasus yang terjadi di atas meskipun benar-benar terjadi hubungan kredit

tetapi berkas atau dokumen yang tidak dibuat oleh pejabat yang berwenang.

Dalam kredit fiktif berkasnya ada, tetapi nasabahnya tidak ada. Hal ini dapat

terjadi karena oknum pejabat yang ingin mendapatkan uang secara gampang

dengan jalan pintas

Adanya kredit fiktif sudah dapat dibayangkan pasti kredit akan macet,

karena tidak mungkin dapat menagih kepada nasabah yang tercantum dalam

berkas kredit sebagai orang yang tidak pernah meminjam uang.

Universitas Sumatera Utara


5. Hal ini

Kejadian lain yang agak sukar diduga karena jarang terjadi, apabila hutang

debitur sudah dianggap lunas setelah terjadi pembayaran kemudian hari kredit

itu macet. Hal ini terjadi karena tidak melakukan pengurusan yang baik yang

sengaja dilakukan oleh oknum pejabat untuk kepentingannya sendiri.

Demikian kiranya faktor yang dapat mendorong terjadinya kredit

bermasalah, sehingga menimbulkan kredit macet saat ini ada perbedaan

pandangan mengenai batasan kredit macet bagi usaha kecil dan menengah,

termasuk di dalamnya KUT. Menurut Kantor Menteri Negara Koperasi dan

Bank Indonesia (BI) mengenai kriteria dan batasan usaha kecil menengah itu,

Menurut kriteria Kantor Menteri Negara Koperasi, batas kredit macet 5 miliar

rupiah dikategorikan sebagai UKM. Tapi menurut BI, batasan kredit macet yang

tergolong UKM adalah 10 miliar rupiah.47

Menurut praktisi perbankan I Nyoman Moena kriteria kredit macet usaha

kecil menengah (UKM) sangat menyesatkan jika ukurannya hanya di bawah

5 miliar rupiah. Hal ini disebabkan kredit macet yang di bawah 5 miliar rupiah itu

dapat saja terdiri atas kredit untuk rumah mewah, mobil mewah, dan kartu kredit

yang semuanya bersifat konsumtif.

Berdasarkan pada alasan ini, maka batasan kredit macet yang hingga saat

ini masih menjadi perdebatan, semestinya segera diselesaikan. Apabila hal ini

telah diselesaikan maka tentunya tinggal menentukan langkah penyelesaian kredit

macet. Ada beberapa cara atau pola yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

kredit macet. Pola itu meliputi; Pertama, melalui hair cut atau memberi
47
http://www.jitf.or.id/publication/doc.DebtNews/pressmi190302.pdf, diakses pada tanggal
21 April 2018 pukul 22.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


keringanan; Kedua, melalui refinancing artinya diupayakan penyuntikan

dana/modal kembali sehingga pada akhirnya mereka dapat menyelesaikan kredit

macet tersebut; ketiga, dilakukan tindakan hukum berupa gugatan kepada

pengadilan Negeri setempat; keempat, dapat melalui proses kepailitan.

Kini Pemerintah guna menyelesaikan kredit macet, terutama yang terjadi

di kalangan usaha kecil dan menengah telah mengeluarkan Keputusan Presiden

(Keppres) yaitu Keppres Nomor 56/2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) tertanggal 29 Juli 2002. Dalam Keppres ini upaya

penyelesaian kredit macet untuk usaha kecil dan menengah dapat dilakukan

dengan cara melakukan restrukturisasi. Keppres tersebut tidak mencantumkan

besar potongan bunga (hair cut), namun memberikan insentif berupa penghapusan

denda dan bunga pinjaman. Pembebasan bunga dan denda diberikan kepada

debitur UKM yang melunasi dalam tenggang waktu enam bulan dari pengesahan

Keppres ataupun debitur yang tidak dapat membayar tunai.48

C. Upaya Penyelesaian Pinjaman Macet

Bank Syariah/Koperasi Syariah dalam memberikan pembiayaan berharap

bahwa pembiayaan tersebut berjalan lancar, nasabah mematuhi apa yang

telah disepakati dalam perjanjian dan membayar lunas bilamana jatuh tempo.

Akan tetapi, bisa terjadi dalam jangka waktu pembiayaan nasabah mengalami

kesulitan dalam pembayaran yang berakibat kerugian bagi pihak bank.49

48
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/30/0101.htm, diakses pada tanggal 21 April 2018
pukul 23.00 WIB.
49
Trisadini, P. Usanti dan Abd Shomad, Transaksi Bank Syariah, PT Bumi Aksara,
Jakarta, 2013, hal.108.

Universitas Sumatera Utara


Penanganan pembiayaan bermasalah menurut teori Islam adalah sebagai

berikut:

1. Perdamaian (al-shulh)

Perdamaian (Sulh/Ishlah) secara harfiah mengandung pengertian

“memutus pertengkaran atau perselisihan”. Dalam pengertian syariah dirumuskan

sebagai suatu jenis akad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan (perselisihan)

antara dua orang yang berlawanan.

Dapat disimpulkan musyawarah adalah mencari solusi atas sebuah

perselisihan antara dua pihak yang berselisih dengan cara damai guna mencapai

suatu kesepakatan bersama. Penyelesaian sengketa dengan jalur al-shulh ini, baik

untuk mengakhiri sengketa dengan tidak ada yang merasa dikalahkan sehingga

para pihak sama-sama merasa puas dan terhindar dari rasa permusuhan.

Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung memilih lembaga perdamaian

menyelesaikan sengketa di luar peradilan dari pada melalui pengadilan atau

arbitrase.50

2. Melalui Badan Abitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

BASYARNAS merupakan abitrase instusional khusus yang dapat

dijadikan sebagai alternatif untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syariah.51

3. Melalui Peradilan Agama

Pengadilan agama adalah pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari

keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu. Dengan adanya UU-RI

No. 10 Tahun 1998 kemudian diperbaharui dengan Undang-undang No. 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah. Rancangan Undang-Undang Perbankan Syariah


50
Suyud Margono, ADR dan Arbitrase Proses pelembagaan dan Aspek Hukum,
PT. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000, hal. 82.
51
Ibid., hal. 85.

Universitas Sumatera Utara


bermaksud mengadili terhadap sengketa ekonomi syariah. Maka ditetapkannya

UU-RI No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Demikian pula dengan

lembaga peradilan atau lembagalembaga sejenis lainnya yang berwenang

menyelesaikan sengketa ekonomi dan keuangan syariah. 52

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi

Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah Pasal 1 ayat (7)

menentukan bahwa Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan

Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya,

antara lain melalui:

1. Penjadwalan kembali (rescheduling) yaitu perubahan jadwal pembayaran

kewajiban nasabah atau jangka waktunya,

2. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh

persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran,

jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak

menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank,

3. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan persyaratan pembiayaan

tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi:

a. Penambahan dana fasilitas pembiayaan Bank;

b. Konversi akad pembiayaan;

c. Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu

menengah;

d. Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada

perusahaan nasabah.
52
Ibid., hal. 95-97.

Universitas Sumatera Utara


Ketentuan mengenai nasabah yang dapat diberikan upaya restrukturisasi

diatur di dalam Pasal 5 ayat (1) yang menentukan bahwa Restrukturisasi

pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1. Nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

2. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban

setelah restrukturisasi.

Ayat (2): Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk

pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Ayat (3):

Restrukturisasi pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan bukti-bukti yang

memadai serta terdokumentasi dengan baik.

Upaya penyelesaian yang yang diterapkan BMT umumnya mengikuti

kelaziman yang ada pada Bank. Penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah

dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:53

1. Rescheduling

Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga keringanan

yang dapat diberikan adalah:

a. Memperpanjang jangka waktu kredit.

b. Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran

ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan.

c. Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan

jangka waktu kredit.

53
Thomas Suyatno dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007,
hal. 115-117.

Universitas Sumatera Utara


2. Reconditioning

Bantuan ini diberikan dengan cara mengubah persyaratan kredit, seperti:

a. Kapitalisasi bagi hasil, yaitu bagi hasil dijadikan hutang pokok sehingga

untuk waktu tertentu anggota tidak perlu membayar bagi hasil, tetapi

jumlah hutang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Hal ini

berarti bahwa fasilitas kredit perlu ditingkatkan, kemudian bagi hasil

dihitung sebagai bagi hasil majemuk yang pada dasarnya akan lebih

memberatkan anggota. Cara ini ditempuh dalam hal prospek usaha

anggota pada kondisi baik.

b. Penundaan pembayaran bagi hasil, yaitu bagi hasil tetap dihitung, tetapi

penagihan atau pembebanannya kepada anggota tidak dilaksanakan

sampai anggota mempunyai kesanggupan. Berdasarkan atas bagi hasil

yang terhutang tersebut tidak menambah plafon kredit.

c. Penurunan suku bagi hasil, yaitu dalam hal anggota dinilai masih mampu

membayar bagi hasil pada waktunya tetapi suku bagi hasil yang dikenakan

terlalu tinggi untuk aktivitas dan hasil usaha pada waktu itu. Cara ini

ditempuh jika hasil operasi anggota memang menunjukkan surplus/laba

dan likuiditas memungkinkan untuk membayar bagi hasil.

d. Pembebasan bagi hasil, yaitu dalam hal anggota memang dinilai tidak

sanggup membayar bagi hasil karena usaha anggota hanya mencapai

tingkat kembali pokok (break even). Pembebasan bagi hasil ini dapat

dilakukan untuk sementara, selamanya, ataupun seluruh hutang bagi hasil.

e. Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang

dengan syarat yang lebih ringan.

Universitas Sumatera Utara


3. Restructuring

Faktor kesulitan anggota disebakan karena modal, sehingga penyelesaiannya

adalah dengan meninjau kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal

dalam arti dana untuk keperluan modal kerja maupun modal berupa

barang-barang modal (mesin, peralatan, dan sebagainya). Tindakan yang dapat

diambil dalam upaya restructuring adalah:

a. Menambah jumlah pembiayaan

Anggota dapat mengalami kekurangan modal, maka perlu

dipertimbangkan penanaman modal kerja, demikian juga dalam hal

investasi baik perluasan maupun tambahan investasi.

b. Menambah equity

Anggota dapat merasa dibebankan sehubungan dengan pembayaran bagi

hasilnya, maka perlu dipertimbangkan tambahan modal sendiri yang

berupa tambahan modal dari pihak BMT ataupun tambahan dari pemilik.

4. Kombinasi

Upaya penyelesaian yang dilakukan berupa gabungan dari ketiga jenis metode

yang telah disebutkan. Misalnya Restructuring dengan Reconditioning atau

Rescheduling dengan Restructuring serta gabungan dari Rescheduling,

Reconditioning, dan Restructuring.

5. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah

benar-benar tidak punya etiket, baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk

membayar semua hutang-hutangnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENYELESAIAN PINJAMAN MACET PADA KOPERASI SYARIAH


UMMAHAT AL KAFFAH KOTA BINJAI

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pinjaman Macet Pada Koperasi


Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai

Pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2015, jumlah nasabah

anggota yang mengalami kredit macet berjumlah 88 nasabah anggota

koperasi dari 138 nasabah anggota. Dari Laporan Hasil Pengawsan (LPH)

Badan Pengawas KSUS “UMMAHAT AL KAFFAH” Tahun Buku 2015,

di bidang keuangan/pemodalan dinyatakan:

Transaksi uang masuk dan keluar didukung oleh data yang lengkap dan

dilaksanakan sesuai prosedur Akuntansi. Pendapatan tidak mencapai angka yang

di anggarkan, hanya sebesar 85%. Sedangkan biaya dapat ditekan menjadi lebih

kecil dari yang dianggarkan. Hal ini perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan.

Piutang yang diluncurkan menurun 34,5% namun pendapatan hanya menurun

sekitar 4%. Sementara angsuran anggota menurun 4,45% dari tahun sebelumnya.

Hal ini sudah menunjukkan angka yang baik.54

Berikut adalah Tabel Data Pembiayaan Tahun 2015:55

Tabel 1
Data Pembiayaan Tahun 2015
Pembiayaan Tahun Penerimaan
Sisa Pinjaman
No. Tahun 2015 ditambah sisa Angsuran dari
Angsuran
Desember 2014 Anggota
1. 2014 381.007.661,- 165.474.176,- 215.433.485,-
2. 2015 298.133.485,- 172.828.422,- 125.305.063,-
Sumber: Buku RAT KSUS UMMAHAT AL KAFFAH Tahun 2015
54
Buku Laporan 2015, Op.Cit., hal. 22.
55
Ibid, hal. 7.

Universitas Sumatera Utara


Permodalan KSUS Ummahat Al Kaffah berasal dari :

- Modal dari Luar (DBS): Rp. 50.000.000,-

- Modal Anggota:
Simpanan Pokok Rp. 3.870.000,-
Calon Anggota Rp. 920.000,-
Simpanan Wajib Rp. 52.755.000,-
Calon Anggota Rp. 900.000,-

- Modal Penyertaan
Cadangan Umum Rp. 85.929.555,-
SHU belum dibagikan Rp. 30.009.580,-
ZIS Rp. 36.402.627,-
Dana Pendidikan Rp. 20.542.891,-
Jumlah Modal Rp.231.329.653,-

- Passiva
Simpanan Sukarela Rp. 56.732.211,-
Bonus YMH dibayar Rp. 1.056.876,-
Jumlah Kewajiban Rp. 57.789.087,-
Total Rp.289.118.740,-

Melihat angka diatas diharapkan agar pengurus lebih berhati-hati dalam


memberikan pinjaman karena modal masih sangat terbatas.

Pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2016, jumlah nasabah
anggota yang mengalami kredit macet berjumlah 30 nasabah anggota
koperasi dari 59 nasabah anggota. Dari Laporan Hasil Pengawsan (LPH)

Badan Pengawas KSUS “UMMAHAT AL KAFFAH” Tahun Buku 2016,


di bidang keuangan/pemodalan dinyatakan:
Transaksi uang masuk dan keluar didukung oleh data yang lengkap dan

dilaksanakan sesuai prosedur Akuntansi. Pendapatan tidak mencapai angka yang


di anggarkan, hanya sebesar 55%. Sedangkan biaya dapat ditekan menjadi lebih
kecil dari yang dianggarkan. Piutang yang diluncurkan naik hanya 16% namun

pendapatan menurun sekitar 54%. Sementara angsuran anggota menurun 33%


dari tahun sebelumnya.56

56
Buku Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi Serba Usaha
Syariah “UMMAHAT AL KAFFAH” Kota Binjai, (Tahun Buku 2016), hal, 22.

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah Tabel Data Pembiayaan Tahun 2016:57

Tabel 2
Data Pembiayaan Tahun 2016
Pembiayaan Tahun Penerimaan
Sisa Pinjaman
No. Tahun 2016 ditambah sisa Angsuran dari
Angsuran
Desember 2015 Anggota
1. 2015 298.133.485,- 172.828.422,- 125.305.063,-
2. 2016 220.805.063,- 114.945.615,- 105.859.448,-
Sumber: Buku RAT KSUS UMMAHAT AL KAFFAH Tahun 2016

Permodalan KSUS Ummahat Al Kaffah berasal dari:

- Modal dari Luar (DBS) : Rp. 50.000.000,-

- Modal Anggota :
Simpanan Pokok Rp. 4.370.000,-
Calon Anggota Rp. 920.000,-
Simpanan Wajib Rp. 64.325.000,-
Calon Anggota Rp. 900.000,-

- Modal Penyertaan
Cadangan Umum Rp. 96.432.908,-
SHU belum dibagikan Rp. 13.819.000,-
ZIS Rp. 35.974.627,-
Dana Pendidikan Rp. 23.542.891,-
Jumlah Modal Rp.290.284.426,-

- Passiva
Simpanan Sukarela Rp. 24.635.483,-
Bonus YMH dibayar Rp. 1.056.876,-
Jumlah Kewajiban Rp. 25.692.359,-
Total Rp.315.976.785,-

Melihat angka diatas diharapkan agar pengurus lebih berhati-hati dalam

memberikan pinjaman karena modal masih sangat terbatas.

Pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2017, jumlah nasabah

anggota yang mengalami kredit macet berjumlah 34 nasabah anggota

koperasi dari 47 nasabah anggota. Dari Laporan Hasil Pengawsan (LPH)

Badan Pengawas KSUS “UMMAHAT AL KAFFAH” Tahun Buku 2017,

di bidang keuangan/pemodalan dinyatakan:

57
Ibid, hal. 7.

Universitas Sumatera Utara


Transaksi uang masuk dan keluar didukung oleh data yang lengkap

dan dilaksanakan sesuai prosedur Akuntansi. Pendapatan tidak mencapai angka

yang di anggarkan, hanya sebesar 35%. Sedangkan pengeluaran lebih kecil

dari yang dianggarkan. Hal ini perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan.

Hingga walaupun pendapatan menurun tidak perlu menyolok karena dapat

menekan pengeluaran. Piutang yang diluncurkan naik 6% namun pendapatan

menurun sekitar 23%. Sementara angsuran anggota menurun 29% dari tahun

sebelumnya. Hal ini sudah menunjukkan angka sulitnya membayar hutang

untuk itu pengawas mendukung sikap pengurus yang sangat berhati-hati dalam

memberikan pinjaman.58

Berikut adalah Tabel Data Pembiayaan Tahun 2017:59

Tabel 3
Data Pembiayaan Tahun 2017
Pembiayaan Tahun Penerimaan
Sisa Pinjaman
No. Tahun 2017 ditambah sisa Angsuran dari
Angsuran
Desember 2016 Anggota
1. 2016 220.805.063,- 114.945.615,- 105.859.448,-

2. 2017 208.469.448,- 81.263.862,- 127.205.586,-


Sumber: Buku RAT KSUS UMMAHAT AL KAFFAH Tahun 2017

Permodalan KSUS Ummahat Al Kaffah berasal dari :

- Modal dari Luar (DBS) : Rp. 50.000.000,-

- Modal Anggota :

Simpanan Pokok Rp. 2.920.000,-


Calon Anggota Rp. 920.000,-
Simpanan Wajib Rp. 42.365.000,-
Calon Anggota Rp. 900.000,-
58
Buku Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi Serba Usaha
Syariah “UMMAHAT AL KAFFAH” Kota Binjai, (Tahun Buku 2017), hal, 22.
59
Ibid, hal. 7.

Universitas Sumatera Utara


- Modal Penyertaan

Cadangan Umum Rp.101.269.558,-


SHU belum dibagikan Rp. 10.632.000,-
ZIS Rp. 37.165.503,-
Dana Pendidikan Rp. 24.924.791,-
Jumlah Modal Rp.271.096.852,-

- Passiva

Simpanan Sukarela Rp. 25.604.433,-


Jumlah Kewajiban Rp. 25.604.433,-
Total Rp.296.701.285,-

Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pinjaman

diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang

merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benar terwujud sehingga

pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya

pengembalian pinjaman tersebut tepat waktunya sesuai dengan akad perjanjian.

Tidak kembalinya pinjaman yang diberikan oleh suatu Koperasi Syariah

berarti secara langsung mengancam kelangsungan hidup bagi Koperasi Syariah itu

sendiri. Hal tersebut karena penghasilan Koperasi Syariah yang utama adalah dari

bagi hasil dan margin (keuntungan dari jual beli) yang dikenakan terhadap

pinjaman yang diberikannya. Jangan dilupakan bahwa dana pinjaman yang

diberikan tersebut sebagian berasal dari simpanan masyarakat baik yang berbentuk

giro, tabungan maupun deposito.

Pinjaman yang disalurkan oleh Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah baik

yang digunakan untuk modal kerja maupun untuk kebutuhan mendesak ada

kalanya terjadi hambatan pengembalian oleh para anggota sehingga menimbulkan

pinjaman macet. Menurut Ketua Koperasi Syariah Umi Hj. Siti Aisyah, AMd dan

Universitas Sumatera Utara


Bendahara Koperasi Syariah Ibu Nilam Sari, SPd ada beberapa faktor yang

menjadi penyebab timbulnya pinjaman macet pada Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah , diantaranya adalah:60

1. Faktor intern

a. Pengurus Koperasi

Dalam hal ini faktor yang dapat disebabkan oleh karakter dan kemampuan

pengurus (Account Officer) dalam menganalisa calon anggota kurang

baik atau cermat, dikarenakan kedekatan dengan anggota atau juga

ketidakmampuan account officer menganalisis secara baik karakter usaha

dan karakter anggota, sehingga, analisa yang disajikan tidak akurat.

b. Sistem

Dalam hal ini, sistem dan prosedur penyaluran pinjaman yang ada

kalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat.

Faktor sistem juga berkaitan dengan monitoring yang kurang intensif dari

account officer, sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi

sejak dini.

Dalam hal ini manajemen Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah sangat

menekankan kepada para pengurus untuk mengantisipasi adanya pinjaman

macet, dengan melakukan training setiap bulannya agar dapat lebih akurat dalam

menganalisa pembiayaan. Selain itu, Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah

menekankan pada pengurus untuk tidak menerima imbalan apapun dari anggota

yang dapat menciptakan kedekatan hubungan antara pengurus dan anggota.

60
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah
Ummahat Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor ekstern

a. Kondisi usaha anggota yang sedang menurun atau mengalami kerugian.

b. Adanya i’tikad yang kurang baik dari anggota dalam hal pembayaran

kembali pinjamannya walaupun kemungkinan usahanya baik dan

berkembang, namun kewajiban diabaikan.

c. Anggota kurang mampu mengelola usahanya. Pada saat mengajukan

pinjaman calon anggota selalu optimis akan kemajuan usahanya dan selalu

menjelaskan prospek usahanya, tetapi setelah dana itu direalisasikan yang

terjadi adalah ketidaksesuaian antara kerja yang diberikan dengan realitas

dilapangan bahkan anggota tidak mau memberikan perkembangan hasil

usahanya.

d. Bencana alam. Pinjaman macet timbul karena disebabkan oleh

bencana alam yang menerjang usaha anggota seperti banjir, angin rebut

dan serangan hama. Sehingga usaha anggota menjadi terganggu dan

tidak dapat lagi melanjutkan usahanya yang berimplikasi terhadap

ketidakmampuan anggota mengembalikan dana yang telah diberikan oleh

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah.

e. Masih eratnya sistem hubungan kekeluargaan/kerabat. Hal ini menjadi

salah satu penyebab terjadinya pinjaman yang macet di koperasi ini,

karena banyak sanak keluarga maupun kerabat dekat dari para pengurus

koperasi untuk melakukan pinjaman. Meskipun nominal pinjaman tersebut

dikatakan tidak banyak dan memiliki tujuan yang jelas, tetap saja dalam

pembayaran ada saja yang tidak lancar.61

Kedua faktor ini sama-sama mendominasi terjadinya pinjaman macet

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah.


61
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah
Ummahat Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


B. Upaya Penyelesaian Pinjaman Macet yang dilakukan Koperasi Syariah
Ummahat Al Kaffah Kota Binjai

Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan

bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai salah satu usaha bersama

berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari sini dapat ditangkap suatu makna bahwa

kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang

dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.

Dalam posisi koperasi seperti ini, maka peran koperasi sangat penting

dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam

mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis,

kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

Koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan.

Sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia tata kehidupan berasaskan

kekeluargaan dan kerjasama saling bantu membantu. Bergotong-royong dengan

koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama koperasi Indonesia

hendaknya menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai

pencerminan kehidupan yang dipengaruhi keadaan dan tempat lingkungan

berasaskan kekeluargaan dan gotong-royong. Bagi koperasi asas gotong-royong

berarti terdapatnya keinsafan dan kesadaran semangat dan tanggung jawab

terhadapnya akibat dari kerja tanpa memikirkan untuk diri sendiri, akan tetapi

selalu untuk kesejahteraan bersama.

Hal ini sejalan dengan tujuan koperasi yang tertuang dalam Pasal 3

Undang-undang perkoperasian yang menyatakan: “Koperasi bertujuan

memajukan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945”.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mewujudkan tujuan koperasi, maka Koperasi berdasarkan pada

Undang-undang Perkoperasian diberikan fungsi dan peran. Fungsi dan peran

koperasi menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 meliputi:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial dan ekonomi.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Undang-undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, dalam Pasal 60

menyatakan:

1. Setiap Pengurus wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh

tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha Koperasi.

2. Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan Koperasi untuk kepentingan

dan pencapaian tujuan Koperasi kepada Rapat Anggota.

3. Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang

bersangkutan bersalah menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

4. Pengurus yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian pada Koperasi

dapat digugat ke pengadilan oleh sejumlah Anggota yang mewakili paling

sedikit 1/5 (satu perlima) Anggota atas nama Koperasi.

Universitas Sumatera Utara


5. Ketentuan mengenai tanggung jawab Pengurus atas kesalahan dan

kelalaiannya yang diatur dalam Undang-Undang ini tidak mengurangi

ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Setiap lembaga/organisasi syariah mempunyai cara tersendiri yang

berbeda-beda untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lembaga/organisasi

tersebut. Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah juga mempunyai cara tersendiri

untuk mengatasi pinjaman macet yang terjadi pada Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah. Setiap kebijakan yang diperlukan dalam menangani pinjaman macet

harus di musyawarahkan terlebih dahulu antara pihak koperasi syariah dengan

nasabah.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat

280 sebagai berikut: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,

maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”62

Pada ayat tersebut dapat didefinisikan, bahwa jika ada orang yang

mengalami kesulitan dalam hal berhutang, maka pihak koperasi syariah harus

memberikan kelonggaran waktu/ke lapangan kepada nasabah sampai pihak

nasabah benar-benar bisa melunasi pembiayaan tersebut.

Dalam hal pinjaman macet ini, pihak koperasi syariah perlu melakukan

penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Koperasi syariah

memberikan kelonggaran waktu kepada nasabah yang tidak tepat waktu dalam

membayar angsuran serta memberikan keringanan berupa jumlah angsurannya

serta melakukan penyitaan bagi pembiayaan yang sengaja lalai untuk membayar.

62
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, PT Intermasa, Jakarta, 1993,
hal. 70.

Universitas Sumatera Utara


Dari pihak Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah itu sendiri,

mengatasi pinjaman macet adalah mendatangi rumah nasabah tersebut dengan

bersilaturahmi, bermusyawarah terlebih dahulu membicarakan jalan keluarnya,

kemudian bertanya tentang usahanya lancar atau mengalami masalah, dan bila

sudah bermusyawarah tetapi tidak menemukan jalan keluarnya, maka pihak

koperasi syariah bisa menarik jaminan yang sudah digunakan nasabah untuk

mengajukan pembiayaan tersebut.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak koperasi syariah,

cara lain yang diterapkan untuk mengatasi pinjaman macet adalah:63

1. Rescheduling (Penjadwalan kembali)

Rescheduling merupakan tindakan yang diambil dengan cara

memperpanjang jangka waktu pembiayaan atau jangka waktu angsuran.

Rescheduling juga berarti penjadwalan kembali sebagian atau seluruh

kewajiban nasabah. Dalam hal ini, nasabah yang kesulitan dalam hal angsuran

diberikan keringanan jangka waktu angsuran untuk membayar.

Langkah ini dilakukan supaya nasabah lebih ringan lagi dalam

melakukan pembayaran, misalnya di Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah

memperpanjang jangka waktu dan jumlah angsuran yang semula dilakukan 36

kali menjadi 48 kali sehingga jangka waktu yang lebih panjang, nasabah bisa

lebih mempersiapkan lagi uang yang nantinya akan digunakan untuk

membayar angsuran karena jangka waktu angsurannya diperpanjang sehingga

nasabah bisa lebih siap lagi untuk membayar nantinya. Sehingga dengan

adanya kebijakan perpanjangan jangka waktu angsuran maka nasabah akan

merasa lebih ringan dan terbantu.


63
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah Ummahat
Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


2. Reconditioning (Persyaratan Kembali)

Reconditioning berarti pihak koperasi syariah mengubah persyaratan

sebagian atau seluruh persyaratan yang dulu telah disepakati dengan nasabah.

Pihak Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah memberi kesempatan pada

nasabah yang mengalami pinjaman macet, yaitu memberi kesempatan kepada

nasabah dengan cara hanya membayar kewajiban yang pokoknya saja,

sementara nisbah bagi hasil atau keuntungan diberi kelonggaran waktu sampai ia

sanggup membayarnya.

Persyaratan yang lainnya antara lain:

a. Kapitalisasi bagi hasil, yaitu bagi hasil dijadikan kewajiban pokok.

b. Penundaan pembayaran bagi hasil sampai waktu tertentu yaitu waktu yang

sudah ditentukan oleh pihak koperasi syariah, namun hanya bagi hasilnya

yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap

dibayarkan seperti biasa.

c. Penurunan bagi hasil

Penurunan bagi hasil dilakukan supaya lebih meringankan beban nasabah.

d. Pembebasan bagi hasil

Pembebasan bagi hasil diberikan kepada nasabah namun dengan

pertimbangan bila nasabah sudah tidak bisa lagi membayar pembiayaan

tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar

pokok pinjaman sampai lunas.

3. Restructuring (Penataan Kembali)

Restructuring merupakan tindakan Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan

pertimbangan nasabah yang memang membutuhkan tambahan dana dan usaha

Universitas Sumatera Utara


yang dibiayai jika masih layak. Karena memang tujuan dari restructuring

itu sendiri adalah untuk meningkatkan kemampuan pihak nasabah dalam

melakukan pembiayaan.

Upaya dari Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah dalam melakukan

restructuring meliputi:64

a. Dengan menambah jumlah pembiayaan


Bertujuan agar nasabah bisa bangkit kembali dalam menjalankan usahanya
sehingga dapat kembali membayar angsurannya.
b. Pihak koperasi syariah juga harus memperhitungkan karakter yang dimiliki
nasabah, pihak koperasi syariah haru selektif dalam memilih nasabah agar
tidak salah membiayai nasabah. Prospek usaha yang dijalankan harus yang
baik dan menguntungkan agar tidak merugikan pihak koperasi syariah.

4. Kombinasi (Gabungan dari Rescheduling, Reconditioning, dan Restructuring)

Cara ini dilakukan oleh pihak Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah

apabila ketiga cara tersebut masih belum bisa mengatasi pembiayaan

bermasalah yang terjadi. Tindakan tersebut dilakukan agar dapat mengurangi

risiko kerugian yang ditanggung oleh pihak koperasi syariah.

5. Penyitaan Jaminan

Penyitaan jaminan merupakan cara terakhir apabila nasabah sudah

benar-benar tidak punya i’tikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk

membayar semua hutang-hutangnya.

Penyitaan barang jaminan dapat berupa:

a. Sertifikat Tanah

Barang jaminan berupa sertifikat tanah diperlukan prosedur yang harus

dilalui sebelum dilakukan pencairan pembiayaan. Prosedurnya sebelum

pembiayaan tersebut dicairkan, maka sertifikat tanah dialihkan hak

64
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah Ummahat
Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


tanggungannya kepada lembaga keuangan untuk keamanan dana supaya

apabila nanti terjadi pinjaman macet, lembaga keuangan langsung berhak

atas tanah yang sudah dijaminkan oleh nasabah kepada pihak koperasi

syariah.

b. Jaminan BPKB

BPKB kendaraan bermotor merupakan jaminan yang digunakan untuk

memperoleh pinjaman di Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah. BPKB

kendaraan bermotor ini mudah mengurusnya, karena cukup mudah dijual

kalau suatu saat nanti terjadi pinjaman macet. Batas minimal agunan

BPKB kendaraan bermotor di Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah

adalah tahun pembuataan 2000. Jika sudah dibawah tahun 2000 maka tidak

diperbolehkan untuk mengajukan pinjaman. Penarikan BPKB dilakukan

saat pencairan dana pinjaman, dan akan dikembalikan pada saat nasabah

sudah melunasi hutangnya. Namun jika sudah jatuh tempo untuk

membayar angsuran, nasabah belum bisa untuk melunasinya setelah

diberikan perpanjangan dan tidak mempunyai i’tikad baik untuk

membayar, maka pihak koperasi syariah membuat surat keputusan untuk

melakukan penarikan pada kendaraan kepunyaan nasabah.

Namun sampai saat ini, kasus seperti itu belum pernah terjadi di Koperasi

Syariah Ummahat Al Kaffah karena itu hanya merupakan strategi atau cara

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah untuk mengatasi pinjaman macet. Koperasi

Syariah Ummahat Al Kaffah harus tetap menjaga stabilitas keuangan mereka dari

tahun ke tahun agar tidak terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti

kebangkrutan yang disebabkan oleh kurangnya pemasukan yang dikarenakan

banyaknya pinjaman macet.

Universitas Sumatera Utara


Di koperasi ini tidak pernah berniat untuk menggunakan penyelesaian

yang bersifat litigasi. Karena pada dasarnya koperasi berasaskan asas

kekeluargaan, sehingga koperasi dikatakan usaha bersama, yang harus

mencerminkan ketentuan-ketentuan seperti lazimnya dalam suatu kehidupan

keluarga. Oleh karena itu, Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah memprioritaskan

segala permasalahan harus diselesaikan dengan cara kekeluargaan.65

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah serta anggota koperasinya

menyelesaikan pinjaman macet ini dengan jalur negosiasi kekeluargaan.

Keuntungan tersebut diantaranya:66

1. Dari segi biaya relatif murah dan terjangkau.

2. Proses tidak berbelit-belit, bahkan mampu diselesaikan dalam waktu singkat.

3. Kepentingan para pihak anggota dilindungi.

4. Nama baik dari masing-masing pihak dapat terjaga, sebab bagaimanapun

dengan negosiasi secara kekeluargaan penyelesaian pinjaman macet cenderung

dilakukan hanya oleh para pihak dan sifatnya tertutup.

5. Suasana kekeluargaan dengan negosiasi terasa lebih kental dibandingkan

dengan melalui proses lain. Hal ini tentunya berdampak pada dorongan

anggota untuk mau menyelesaikan pinjaman macet.

Di samping adanya keuntungan dari pola penyelesaian pinjaman macet,

disini juga masih menyimpan kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang dapat

ditemukan dalam pola penyelesaian seperti ini meliputi:

65
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah Ummahat
Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.
66
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah Ummahat
Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


1. Jika ada anggota yang tidak konsisten untuk melunasi pinjaman macet sangat

sulit untuk mencari penegakan secara kuat, sebab putusan dari negosiasi

secara kekeluargaan ini sifatnya mempunyai kekuatan moral saja.

2. Acapkali ketika pola penyelesaian ini di pola dalam bentuk negosiasi,

ada kecenderungan anggota selalu mengulur-ngulur waktu.

C. Hambatan dalam Penyelesaian Pinjaman Macet yang dihadapi Koperasi


Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai

Dalam penanganan pinjaman macet, Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah tidak luput dari permasalahan atau hambatan yang dihadapi di

lapangan. Beberapa hambatan yang dialami pihak Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah antara lain:67

1. Walaupun pembiayaan telah ditata ulang dan digantikan dengan anggota

yang baru, namun proses pembayaran oleh anggota baru tersebut masih tetap

juga terkadang mengalami macet.

2. Karakter anggota yang tidak memiliki itikad baik dan tidak kooperatif,

membuat proses penyelesaian menjadi tidak efisien.

Beberapa hambatan dalam penanganan pinjaman macet di Koperasi

Syariah Ummahat Al Kaffah diselesaikan dengan upaya koperasi perlu menilai

ulang terhadap kemampuan anggota dalam penyesuaian dengan saldo pembiayaan

yang lama. Selain itu, petugas harus lebih teliti dalam menganalisis karakter dan

menyetujui anggota yang akan mengajukan pinjaman, dan mempersingkat alur

administrasi dan memperbaiki kinerja manajemen koperasi. Selain itu, Koperasi

Syariah Ummahat Al Kaffah juga melakukan pengawasan yang ketat terhadap

kegiatan usaha anggotanya.

67
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah Ummahat
Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4
Tabel Hambatan dalam Penyelesaian Pinjaman Macet yang dihadapi
Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai

No. Pelaksana Hambatan Upaya


1. Penataan Walaupun pembiayaan Koperasi perlu menilai

kembali telah ditata ulang dan ulang terhadap

(Restructuring) diganti dengan anggota kemampuan anggota

baru, namun proses dalam penyesuain dengan

pembayaran oleh anggota saldo pembiayaan yang

baru tersebut masih tetap lama.

juga terkadang mengalami

macet.

2. Penjadwalan Karekter anggota yang Petugas koperasi harus

kembali tidak memiliki itikad baik lebih teliti dalam

(Rescheduling) dan tidak kooperatif, menganalisis karekter dan

membuat proses menyetujui anggota yang

penyelesaian menjadi tidak akan mengajukan

efisien. pinjaman.

Sumber: Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya, Amd selaku Ketua Koperasi
Syariah Ummahat Al Kaffah

Pinjaman macet menurut hasil wawancara dengan pihak pengurus

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah disebabkan karena adanya kelalaian

dari para anggota dalam menyelesaikan kewajiban atau pelunasan pihak

pengurus koperasi sendiri telah berupaya secara maksimal untuk mendorong

agar anggota-anggotanya yang menunggak segera melakukan pelunasan namun

hal ini tidak berhasil.

Universitas Sumatera Utara


Namun demikian, menyangkut pinjaman macet pada Koperasi Syariah

Ummahat Al Kaffah, maka sangat jelas sekali pengurus koperasi tidak dapat

dimintai pertanggung jawaban. Hal ini dikarenakan ada beberapa alasan penguat,

yakni: Pertama, kelalaian bukan terletak pada pengurus koperasi, namun hal ini

terletak pada para anggota koperasi; Kedua, pengurus koperasi dalam realitasnya

telah melakukan upaya-upaya untuk mencegah atas kelalaian yang sekiranya

dapat merugikan bagi kepentingan koperasi tersebut.68

68
Wawancara dengan Umi Hj. Siti Aisya AMd., Selaku Ketua Koperasi Syariah
Ummahat Al Kaffah pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 14.00, di Yayasan Al Kaffah.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana yang telah diuraikan diatas

dengan mengacu kepada rumusan masalah penelitian, maka dapat dikemukakan

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya pinjaman macet pada Koperasi Syariah

Ummahat Al Kaffah Kota Binjai, dari pihak Koperasi Syariah yaitu

kelemahan koperasi syariah dalam analisis pembiayaan dalam memberikan

pinjaman. Kurang adanya pengawasan pengurus koperasi terhadap pinjaman

yang telah diberikan kepada anggota koperasi. Adapun dari pihak anggota

yaitu karakter anggota, anggota koperasi tidak mau dan tidak mampu untuk

membayar/melunasi hutang-hutangnya. Hal ini berkaitan dengan

karakter/watak yang dimiliki oleh anggota yang muncul dari diri anggota

koperasi itu sendiri, kurangnya kejujuran yang dimiliki oleh anggota. Anggota

kurang mampu mengelola usahanya, ini disebabkan oleh perekonomian yang

terjadi di masyarakat tidak menentu, misalnya perubahan kebijakan

pemerintah yang tiba-tiba diganti, maka akan mempengaruhi aktifitas dari

usaha anggota. Masih eratnya sistem hubungan kekeluargaan/kerabat.

2. Upaya penyelesaian pinjaman macet yang dilakukan Koperasi Syariah

Ummahat Al Kaffah Kota Binjai yaitu, dari pihak Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah itu sendiri, mengatasi pinjaman macet adalah mendatangi rumah

nasabah tersebut dengan bersilaturahmi, bermusyawarah terlebih dahulu

membicarakan jalan keluarnya, kemudian bertanya tentang usahanya

Universitas Sumatera Utara


lancar atau mengalami masalah, dan bila sudah bermusyawarah tetapi tidak

menemukan jalan keluarnya, maka pihak koperasi syariah bisa menarik

jaminan yang sudah digunakan nasabah untuk mengajukan pembiayaan

tersebut. Cara lain yang diterapkan untuk mengatasi pinjaman macet:

Rescheduling (Penjadwalan kembali), Reconditioning ( Persyaratan Kembali),

Restructuring (Penataan Kembali), Kombinasi (Gabungan dari Rescheduling,

Reconditioning, dan Restructuring). Dikoperasi ini tidak pernah berniat untuk

menggunakan penyelesaian yang bersifat litigasi. Karena pada dasarnya

koperasi berasaskan asas kekeluargaan, sehingga koperasi dikatakan usaha

bersama, yang harus mencerminkan ketentuan-ketentuan seperti lazimnya

dalam suatu kehidupan keluarga. Oleh karena itu, Koperasi Syariah Ummahat

Al Kaffah memprioritaskan segala permasalahan harus diselesaikan dengan

cara kekeluargaan.

3. Hambatan dalam penyelesaian pinjaman macet yang dihadapi Koperasi

Syariah Ummahat Al Kaffah Kota Binjai yaitu, walaupun pembiayaan telah

ditata ulang dan digantikan dengan anggota yang baru, namun proses

pembayaran oleh anggota baru tersebut masih tetap juga terkadang mengalami

macet. Karakter anggota yang tidak memiliki itikad baik dan tidak kooperatif,

membuat proses penyelesaian menjadi tidak efisien.

B. Saran

1. Pihak koperasi syariah harus lebih teliti lagi dalam urusan pembiayaan,

harus lebih mengenali lagi nasabah yang akan meminjam pembiayaan di

Koperasi Syariah Ummahat Al Kaffah. Perlu diadakan juga pengawasan

Universitas Sumatera Utara


yang lebih intensif supaya tidak ada lagi pinjaman macet dan dapat

mengurangi kerugian yang ditanggung oleh pihak koperasi syariah.

2. Dalam analisis pembiayaan, bagian yang mengurusi hal pembiayaan

harus lebih teliti lagi serta melakukan tinjauan ulang supaya resiko yang

ditimbulkan tidak akan nantinya merugikan koperasi syariah tersebut.

3. Pihak nasabah sebaiknya lebih mematuhi peraturan yang ada dalam

perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, karena pada dasarnya

koperasi memberikan pinjaman karena adanya prinsip kepercayaan

sehingga seharusnya pihak nasabah bertanggung jawab atas beban yang

diberikan oleh pihak koperasi syariah tersebut.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdad Zaidi, 2003, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, Bandung,


Angkasa, Cet ke I.

Adi Rianto, 2004, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta, Garanit.

Ali Zainuddin, 2014, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

Buchori Nur S, 2009, Koperasi Syariah, Sidoarjo, Masmedia Buana Pustaka.

Departemen Agama RI, 1993 Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, PT Intermasa.

Hasan Ridwan Ahmad, 2013, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung,


Pustaka Setia.

Iswardono dan Sandro, 1993, Trauma Kredit Macet Hantui Perbankan, Jakarta,
Majalah Kelola.

Mantayborbir S, Jauhari Iman, dan Hari Widodo Agus, 2001, Pengurusan Piutang
Negara Macet Pada PUPN BUPLN (Suatu Kajian Teori dan Praktek),
Medan, Pustaka Bangsa Press.

Margono Suyud, 2000, ADR dan Arbitrase Proses pelembagaan dan Aspek
Hukum, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia.

Nazir M,1988, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana.

Setiady A dkk, 2001, Koperasi Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta.

Siamat Dahlan, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, LPEE UI.

Sitio Arifin dan Tamba Halomoan, 2001 Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta,
Erlangga.

Sumitro Warkum, 2004, Asas-Asas Lembaga Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga


Terkait, Jakarta PT Raja Grafindo Persada.

Sunyoto Danang, 2005, Studi Kelayakan Bisnis, Cet. I, Yogyakarta: CAPS


(Center of Academic Publising Service).

Supramono Gatot, 1997, Tindak Pidana di Bidang Perkreditan, Bandung, Alumni.

Sutarno, 2003, Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung, CV Alfabeta.

Universitas Sumatera Utara


Suwandi Ima, 1984, Koperasi Organisasi Ekonomi Berwatak Sosial, Jakarta,
Bhatara Karya Aksara.

Suyatno Thomas dkk, 2007, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta, PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Trisadini, Usanti P dan Shomad Abd, 2013, Transaksi Bank Syariah, Jakarta,
PT Bumi Aksara.

Wiraatmadja Rasjim dkk, 1997, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit


Bermasalah, Jakarta, Info Bank.

B. Peraturan Perundang-undangan

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik


Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, tanggal 10 September 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan
Syariah (KJKS).

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkopersian.

Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkopersian.

C. Sumber Internet

Andri Arsasi, Belajar Tentang Investasi, Pajak, dan Perbankan,


https://arsasi.wordpress.com/2008/09/21/penyebab-kredit-bermasalahnpl/,
diakses pada tanggal 20 April 2018 pukul 14.00 WIB.

Bloem, Adrian M dan Cornelis N. Gorter, The Treatment of Non Performing


Loans in Macroeconomic Statistic. Work Paper International Monetary
Fund. Statistic Department,
https://www.researchgate.net/publication/5123742_The_Treatment_of_Non
performing_Loans_in_Macroeconomic_Statistics, diakses pada tanggal
21 April 2018 pukul 21.00 WIB.

http//www.koperasisyari’ah.com/category/koperasi-syari’ah/page2, diakses pada


tanggal 1 April 2018 pukul 20.00 WIB.

http://www.jitf.or.id/publication/doc.DebtNews/pressmi190302.pdf, diakses pada


tanggal 21 April 2018 pukul 22.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/30/0101.htm, diakses pada tanggal
21 April 2018 pukul 23.00 WIB.

https://koperasiannafi.wordpress.com/2012/10/01/bukanhanyabagihasil/prinsipoperas
ional-koperasi-syariah/, diakses pada tanggal 1 April 2018 pukul 20.00 WIB.

https://mushodiq.wordpress.com/2009/08/12/koperasi-syariah-apa-bagaimana/ ,
diakses pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 20.00 WIB.

Ikhwal Abidin Basri, MA, Pola Pembiayaan Usaha Melalui Bank Syariah
Syirkah Musyarakah,
https://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/syirkahmusyarakah/, diakses
pada tanggal 31 Maret 2018 pukul 21.00 WIB.

Pengamat Perbankan, Kenapa Terjadi Kredit Macet,


http://www.infobanknews.com/2011/05/kenapa-terjadi-kredit-macet/,
diakses pada tanggal 20 April 2018 pukul 12.34 WIB.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai