Anda di halaman 1dari 132

TANGGUNG JAWAB PENJAMIN (PERSONAL GUARANTEE)

TERHADAP NASABAH KOPERASI YANG MELAKUKAN


WANPRESTASI

(Studi pada Koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di daerah Dolok
Sanggul)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk


Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Rahmat Sihombing

160200011

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara


TANGGUNG JAWAB PENJAMIN (PERSONAL GUARANTEE)
TERIIADAP NASABAH KOPERAST YANG MELAKUKAN
WANPRESTASI
(Studi pada Koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul)

SKRIPSI

\ Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum


Oleh:

Rahmat Sihombing
160200011

DEPARTEMEN HI]KUM KEPERDATAAN

PROGRAM TMKHUSUSAN HUKI]M PERDATA BW

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr.-f,as-lh Purba" S.H., M.Hum Illuhammad Siildik, S.H.. M.Hum


NIP: 196603031985081001 NIP: 1954firc1986011001

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rahmat Sihombing

NIM : 160200011

Departemen : Hukum Keperdataan

Judul Skripsi :Tanggung Jawab Penjamin (Personal Guarantee) terhadap Nasabah


Koperasi yang melakukan Wanprestasi (Studi pada Koperasi
Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di daerah Dolok Sanggul)

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan
dari skripsi atau karya ilmiah yang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan,
maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab
saya.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.

Medan, Januari 2020

Rahmat Sihombing

160200011

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Rahmat Sihombing*
H. Hasim Purba**
M.Siddik***

Skripsi ini mengambil judul “Tanggung Jawab Penjamin (Personal


Guarantee) Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Wanprestasi (Studi
Pada Koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di daerah Dolok Sanggul).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berupaya untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
diciptakan berbagai kemudahan supaya masyarakat dapat mengembangkan
kehidupannya. Koperasi tercipta sebagai salah satu alat yang diharapkan dapat
membantu masayarakat untuk memperoleh bantuan modal usaha yang berasaskan
kekeluargaan. Skripsi ini mengangkat permasalahan yang juga menjadi tujuan
penulisan skripsi ini yaitu Tanggung jawab hukum peminjam dalam koperasi
simpan pinjam di Koperasi Saut Maju Nauli daerah Dolok Sanggul. Penyelesaian
perbuatan wanprestasi peminjam dalam meminjam uang pada Koperasi Saut Maju
Nauli daerah Dolok Sanggul. Tanggung jawab penjamin dalam pinjam meminjam
terhadap peminjam yang wanprestasi di Koperasi Saut Maju Nauli daerah Dolok
Sanggul.
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
kombinasi metode penelitian empiris dan metode penelitian normatif. spesifikasi
penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan data melalui data primer dan data
sekunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya
dalam bentuk laporan tertulis ilmiah.

Tanggung jawab penjamin kepada peminjam yang lalai (wanprestasi) di


koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli berupa pembebanan pembayaran
sejumlah uang kepada koperasi sebesar sepertiga dari jumlah utang yang harus
dilunasi oleh peminjam. Penjamin juga bertanggungjawab terhadap aggota yang
meminjam uang di koperasi yang bertindak untuk mengawasi dan mengunjungi
peminjam supaya melunasi pinjamannya. Dalam pertanggungjawaban dimuka
pengadilan, penjamin diharapkan dapat memberikan keterangan sebagai saksi
untuk memperoleh penyelesaian kepada peminjam yang lalai (wanprestasi).

Kata Kunci: Koperasi, Peminjam, Penjamin

*
Mahasiswa
**
Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang penulis angkat

adalah Tanggung Jawab Penjamin (Personal Guarantee) Terhadap Nasabah

Koperasi yang Melakukan Wanprestasi (Studi pada Koperasi Saut Maju

Nauli Nagasaribu di daerah Dolok Sanggul).

Penjamin sebagai pihak ketiga yang bersedia secara sukarela mengikatkan

diri untuk memberikan jaminan kepada peminjam uang di koperasi simpan

pinjam. Penjamin ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum mana kala

peminjam lalai untuk melunasi hutangnya terhadap koperasi. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana tanggung jawab penjamin terhadap peminjam yang

lalai melunasi hutangnya kepada koperasi simpan pinjam.

Tetapi dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat

beberapa kekurangan. Walaupun dari diri penulis telah berusaha dengan

kemampuan tenaga dan pikiran untuk merampungkan skripsi ini. Untuk itu

penulis dengan hati terbuka menerima kritik dan saran yang membangun untuk

lebih menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, yang

berkaitan dengan penjaminan di koperasi simpan pinjam.

ii

Universitas Sumatera Utara


Dalam penyusunan skripsi ini penulis juga mendapat bantuan dari

berbagai pihak baik secara materil maupun materil, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, MS, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, Selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan dan sekaligus sebagai Dosen Penguji.

7. Prof. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan bagi

penulis dalam menyusun skripsi ini dan sekaligus sebagai Dosen Penguji.

8. Bapak M. Siddik, S.H., M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis

dalam menyusun skripsi ini dan sekaligus sebagai Dosen Penguji.

9. Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum, selaku Dosen Penguji.

iii

Universitas Sumatera Utara


10. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

atas segala pembelajaran yang telah penulis terima.

11. Ayahanda Tercinta J.Sihombing yang telah memberikan dukungan materil

dan moril kepada penulis selama kuliah di Fakultas Hukum USU.

12. Almarhum Ibunda Tercinta H. Hutasoit yang selalu memberikan motivasi

dan semangat kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

13. Semua keluarga besar Op. Sintong Sihombing yang selalu memotivasi

penulis menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Komisariat

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas motivasi yang diberikan

kepada penulis.

15. Seluruh kawan-kawan dari Unit Kegiatan Mahasiswa KMK UP FH USU

yang telah banyak membantu saya bertumbuh dalam iman dan semangat

menyelesaikan skripsi ini.

16. Kelompok kecil Ozora dalam KMK telah bisa sama-sama bertumbuh dan

belajar dalam firman Tuhan.

17. Semua kawan-kawan dalam Ikatan Mahasiswa Perdata tahun 2019.

18. Keluarga besar Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

19. Keluarga besar organisasi PPPNS selaku perkumpulan anak Nagasaribu

yang berkuliah di Medan.

iv

Universitas Sumatera Utara


20. Seluruh anggota pelayanan dalam gereja HKI EL Shaddai yang

memberikan motivasi kepada penulis.

21. Semua kawan-kawan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara Stambuk 2016.

22. Semua sahabat yang selalu mendukung dan menyayangi penulis.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga Tuhan melindungi dan menyertai

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga memohon maaf kepada Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji untuk

segala sikap dan perilaku penulis yang tidak berkenan selama penulisan skripsi

ini.

Medan, Januari 2020

Penulis

Rahmat Sihombing

160200011

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................. 10

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 11

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 11

E. Metode Penulisan ...................................................................................... 12

F. Keaslian Penulisan .................................................................................... 16

G. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 17

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 22

BAB II TANGGUNG JAWAB HUKUM PEMINJAM DALAM


KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOPERASI
SAUT MAJU NAULI DAERAH DOLOK SANGGUL .................... 24

A. Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia beserta Dasar

Hukumnya ................................................................................................. 24

B. Pengaruh Pinjaman Uang oleh Anggota Terhadap Perkembangan

Permodalan Koperasi Simpan Pinjam....................................................... 37

C. Analisis Kredit terhadap Calon Peminjam dalam Koperasi Simpan

Pinjam ....................................................................................................... 42

D. Tanggung Jawab Peminjam dalam Proses Pelunasan Pinjaman

hingga Berakhirnya Pinjaman dalam Koperasi Simpan Pinjam ............... 52

vi

Universitas Sumatera Utara


E. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Peminjam Dalam Pelunasan

Pinjaman Uang Dalam Koperasi Simpan Pinjam ..................................... 58

BAB III PENYELESAIAN PERBUATAN WANPRESTASI


PEMINJAM DALAM PINJAM MEMINJAM
UANG DI KOPERASI SAUT MAJU NAULI DAERAH
DOLOK SANGGUL ........................................................................ 61

A. Klasifikasi perbuatan wanprestasi dalam pinjam meminjam uang

di koperasi Simpan pinjam .................................................................. 61

B. Faktor-faktor penyebab wanprestasi oleh peminjam dalam

Koperasi Simpan Pinjam ..................................................................... 66

C. Tindakan dan upaya penyelesaian Hukum terhadap Peminjam

yang melakukan wanprestasi............................................................... 74

D. Hambatan yang dialami oleh koperasi dalam penyelesaian

perbuatan wanprestasi peminjam ........................................................ 83

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENJAMIN


(PERSONAL GUARANTEE) DALAM PINJAM
MEMINJAM UANG DI KOPERASI SAUT
MAJU NAULI DAERAH DOLOK SANGGUL

A. Kedudukan Hukum Penjamin dalam pinjam meminjam uang

di Koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli daerah

Dolok Sanggul .................................................................................... 86

B. Peran Penjamin terhadap peminjam untuk melaksanakan

pinjaman uang dalam koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli

daerah Dolok Sanggul ........................................................................ 93

C. Bentuk pertanggung jawaban penjamin terhadap peminjam

yang melakukan wanprestasi dalam pinjaman uang

vii

Universitas Sumatera Utara


di koperasi simpan Pinjam Saut Maju Nauli daerah

Dolok Sanggul .................................................................................... 96

D. Akibat Hukum terhadap penjamin yang tidak memenuhi

prestasi terhadap peminjam yang wanprestasi dalam koperasi

simpan pinjam Saut Maju Nauli daerah Dolok Sanggul ..................100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.......................................................................................102

B. Saran .................................................................................................105

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................107

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berupaya keras untuk

bisa mewujudkan tujuan nasionalnya yaitu meningkatkan kesejahteraan

rakyatnya. Dalam upaya ini, bidang ekonomi merupakan prioritas utama untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Berbagai kebijakan dibuat

untuk meningkatkan dan memacu kegiatan ekonomi, memberikan kemudahan-

kemudahan pada pelaku ekonomi untuk merentangkan sayap usahanya.

Pengembangan dunia usaha tentu saja sangat membutuhkan fasilitas modal dalam

jumlah yang besar, untuk itu dibutuhkan lembaga terkait yang memberikan

dukungan dana bagi kegiatan suatu usaha. Dana bagi pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan usahanya dapat diperoleh dari berbagai sumber, dapat

berupa modal dan utang. Dana berupa modal diperoleh dari para pendirinya

berupa setoran modal pendiri dan diperoleh dari pemodal [investor]. Dana berupa

utang dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti Bank , Lembaga-lembaga

pembiayaan, Pasar Uang, Pasar Modal, dan Koperasi.1

Koperasi dalam kegiatan ekonomi terlihat nyata kehadiraannya, baik

dilingkungan para: pelajar, mahasiswa, pegawai negeri, karyawan swasta,

pedagang, pelaku ekonomi non formal, petani, pejabat pemerintah, maupun

pengusaha. Keberadaan organisasi koperasi dan cara kerja koperasi yang bersifat

“melayani” sangat bermanfaat bagi anggota secara khususnya, dan bagi orang-
1
Prasetyawati. N dan Hanoraga. T, Jaminan Kebendaan dan Jaminan Perorangan Sebagai
Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Piutang, Vol 8 No. 1, 2015, hlm. 120

Universitas Sumatera Utara


2

orang yang mengerti tentang hakikat kehadiran dari sebuah badan usaha koperasi

dan memerlukan pelayanan jasa-jasanya. Keberadaan koperasi di sebuah

lingkungan masyarakat selalu signifikan bagi kepentingan ekonomi para anggota

masyarakat yang menjadi anggota dan pengguna koperasi tersebut.2

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.25 tahun 1992 tentang

koperasi (yang selanjutnya disebut UU Perkop): “Koperasi adalah badan usaha

yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandasakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Secara

substansial, prinsip perkoperasian berdasarkan UU Perkop dengan Undang-

undang sebelumnya tidak banyak berbeda, yaitu keanggotaan bersifat sukarela

dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha

dilakukan secara adil dan seimbang dengan besarnya jasa usaha masing-masing

anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal dan memiliki

kemandiriaan.

Pada tahun 1978 dalam rangka pelaksanaan program pembangunan

nasional untuk peningkatan produksi, penciptaan kesempatan kerja dan

pembagian pendapatan yang adil dan merata, perlu dipertumbuhkan dan

ditingkatkan peranan dan tanggung jawab masyarakat pedesaan agar mampu

mengurusi diri sendiri dan berpartisipasi secara nyata dalam pembangunan desa

atau dasar swadaya bergotong- royong serta dapat memetik dan menikmati hasil

pembangunan guna peningkatan taraf hidupnya; maka Koperasi secara terus

2
Andjar Pachta W, Dkk, Hukum Koperasi Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, hlm 2.

Universitas Sumatera Utara


3

menerus perlu diperkokoh, dikembangkan dan dimampukan sehingga Koperasi

terus benar-benar dapat menjadi wadah utama kegiatan ekonomi pedesaan yang

dimiliki dan diatur oleh seluruh warga desa sendiri untuk keperluan mereka dan

pembangunan pedesaan.3

Secara umum koperasi bertujuan untuk ikut membantu para anggotanya

untuk dapat meningkatkan penghasilannya. Sebagai suatu badan usaha yang

bergerak dibidang ekonomi, koperasi sangat memerlukan modal sebagai

pembiayaan dari usahanya tersebut. Besar kecilnya modal yang ada pada koperasi

menentukan besar kecilnya pinjaman yang dapat diberikan kepada anggota.

Mengenai modal koperasi Indonesia ini, didalam UU No. 25 tahun 1992 diatur

dalam ketentuan pasal 41 dan pasal 42 beserta penjelasannya. Sumber modal

koperasi dapat berasal dari Simpanan Pokok anggota, Simpanan Wajib, Dana

Cadangan dan hibah.4

Dari uraian diatas dapat ditemukan sedikitnya ada 6 ciri Koperasi adalah:

1. Sebagai badan yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan

keuntungan ekonomis sehingga dapat bergerak di segala sektor

perekonomian dimana saja dengan mempertimbangkan kelayakan usaha.

2. Harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk

meningkatkan usaha dan kesejahteraannya.

3. Sifat keanggotaannya sukarela tanpa paksaan.

3
Sri Woelan Azis, Aspek-Aspek KUD Dalam Gerak Pelaksanaanya, Offset Alumni, Bandung,
1984, hlm.106.
4
R.T.Sutantya Rahardja hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, hlm. 95-96.

Universitas Sumatera Utara


4

4. Pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para

anggota memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sehingga anggota

koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

5. Pembagian pendapat atau sisa hasil usaha di dalam koperasi didasarkan

perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi serta balas jasa atau

modal yang diberikan kepada anggota dibatasi, yaitu tidak melebihi suku

bunga yang berlaku di pasar, sehingga dengan demikian tidak didasarkan

atas besarnya modal yang diberikan.

6. Koperasi bersifat mandiri, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab,

memiliki otonomi, swadaya, serta mempertanggung jawabkan

perbuatannya sendiri dan keinginan mengelola diri sendiri.5

Dalam perjanjian pinjaman kredit yang berasal dari koperasi akan

melahirkan kewajiban atau prestasi anggota kepada koperasi tersebut. Rumusan

tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan

selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi

(debitur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut

(kreditur).

Menurut pasal 1313 KUHPerdata, “Suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Jika

diperhatikan dengan seksama rumusan yang diberikan dalam pasal 1313

5
Budi Hartono Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Andi Yogyakarta,
Jakarta, 2005, hlm 3.

Universitas Sumatera Utara


5

KUHPerdata tersebut ternyata menegaskan kembali bahwa perjanjian

mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain.

Perjanjian kredit menurut KUHPerdata merupakan salah satu bentuk

perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam buku Ketiga KUHPerdata yaitu

pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata. Menurut Pasal 1754

KUHPerdata menyatakan bahwa: “Pinjam-meminjam adalah persetujuan dengan

mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu

barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang

belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam keadaan

yang sama pula.”

Pembuatan Perjanjian Kredit tersebut diperlukan dalam rangka

memberikan kepasatian hukum bagi para pihak, sehingga apabila terjadi

permasalahan dikemudian hari maka para pihak yang berkepentingan dalam

perjanjian kredit yang telah dibuat sebagai dasar hukum untuk menuntut pihak

yang telah dirugikan.6

Dalam praktek pemberian pinjaman oleh koperasi Simpan Pinjam

umumnya di ikuti dengan penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga

anggota koperasi yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh

pinjaman uang dari koperasi. Perjanjian jaminan selalu bergantung dengan

perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya selesai maka perjanjian

jaminannya juga ikut selasai, sebab tidak mungkin ada orang yang bersedia

6
Bambang Fitrianto, Hukum Jaminan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, Pustaka Bangsa
Press, Medan, 2013, hlm. 66-69.

Universitas Sumatera Utara


6

menjamin sebuah utang kalau utang itu sendiri tidak ada wujudnya, sifat

perjanjian yang demikian disebut accessoir.

Dalam penyaluran pinjaman kredit oleh koperasi kepada anggota tidak

seluruhnya dapat dikembalikan lagi dengan baik oleh peminjam sesuai dengan

waktu yang telah diperjanjikan. Hal ini dapat mengakibatkan perjalanan kredit

terhenti atau macet. Kredit macet merupakan salah satu risiko yang dihadapi

koperasi simpan pinjam dalam usaha menyalurkan kreditnya, risiko kredit macet

merupakan suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka

waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan

diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula

tingkat risiko karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu

maka masih selalu dapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan.

Resiko kredit merupakan risiko kerugian yang diderita Koperasi Simpan Pinjam,

terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, debitur gagal dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada Koperasi.7

Pinjaman uang yang dilakukan oleh anggota koperasi merupakan sumber

pendapatan dan keuntungan koperasi yang terbesar. Disamping itu pinjaman juga

merupakan jenis kegiatan penggunaan dana yang sering menjadi penyebab utama

koperasi menghadapi masalah besar. Karenanya, tidak berlebihan bila dikatakan

bahwa stabilitas usaha dalam koperasi simpan pinjam sangat dipengaruhi oleh

keberhasilan mereka mengelola pinjaman. Koperasi simpan pinjam yang berhasil

7
Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2015, hlm. 5-6.

Universitas Sumatera Utara


7

mengelola pinjaman anggotanya akan berkembang, sedangkan koperasi yang

selalu dirongrong kredit bermasalah yang tak terselesaikan lambat laun akan

mundur.8

Setiap Koperasi Simpan Pinjam pasti menghadapi masalah kredit

bermasalah dan kredit macet. Pada umumnya, permasalahan yang timbul berupa

keterlambatan pembayaran kredit, yaitu disebut kredit bermasalah dan/ atau kredit

macet. Kredit bermasalah, yaitu kredit yang dalam pelaksanaannya belum

mencapai/ memenuhi target yang diinginkan oleh pihak Koperasi, dan memiliki

kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi Koperasi, juga mengalami

kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk

pembayaran kembali utang pokoknya maupun pembayaran bunga. 9

Untuk memberikan jaminan perlindungan hukum bagi koperasi atas

pinjaman hutang anggota koperasi, salah satu syarat bagi peminjam uang adalah

menyediakan pihak ketiga sebagai penjamin untuk mengurangi tingkat

permasalahan yang timbul dari kredit bermasalah dan kredit macet. Keberadaan

penjamin adalah untuk memberikan jaminan terhadap peminjam uang mana kala

peminjam cidera janji untuk pemenuhan kewajiban melunasi hutang. Aturan

hukum telah menyediakan sarananya untuk memberikan Jaminan kebendaan dan

jaminan perorangan seperti yang tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata pasal 1820-Pasal 1850. Pada umumnya penjamin itu dapat timbul untuk

menjamin perutangan yang timbul dari segala macam hubungan hukum.

8
Ibid.
9
Etty Mulyati, Kredit Perbankan, Refika Aditama, Bandung, 2016, hlm. 200-201.

Universitas Sumatera Utara


8

Lazimnya hubungan hukum yang bersifat keperdataan, namun dimungkinkan juga

bahwa penjamin diberikan untuk menjamin pemenuhan prestasi yang lahir dari

hubungan hukum yang bersifat publik, asal prestasi dapat dinilai dalam bentuk

uang.10

Dahulu penjamin juga lazim diberikan oleh seseorang tertentu yang tanpa

mempunyai kepentingan sesuatu dan murni atas dasar rasa persahabatan

menjamin untuk memenuhi pertanggungan orang lain. Namun perkembangannya

sekarang, jaminan yang diberikan atas dasar persahabatan demikian hampir tak

pernah terjadi. Karena perkembangan kebutuhan akan kredit sekarang semakin

meningkat, sehingga dasar pemberian penjaminan atas dasar persahabatan

demikian sekarang menjadi terdesak dan kurang beralasan, mungkin hanya terjadi

dalam hal ada hubungan keluarga antara penjamin dan peminjam. Dasar

pemberian kredit sekarang menjadi lebih ketat disamping kebutuhan akan kredit

yang semakin meluas.11

Pada umumnya penjamin itu timbul sebagai akibat adanya perjanjian

pokok yang menyebutkan secara khusus adanya penjamin tersebut. Karena dalam

banyak hal ternyata bahwa seorang kreditur baru mau mengadakan hubungan

perutangan jika pihak lawannya itu dapat mengajukan penjamin, yang akan

menjamin pemenuhan hutang mana kala debitur wanprestasi. Perjanjian

penjaminan dapat diminta oleh kreditur dengan menunjuk seorang penjamin untuk

memenuhi perutangan debitur tanpa persetujuan dan tanpa sepengetahuan debitur.

10
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum
Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta, 1980, hlm. 80.
11
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


9

Penjamin juga dapat timbul karena adanya keputusan hakim atau ketetapan

yang memutuskan perlu adanya penjamin yang menjamin dipenuhinya

perutangan. Si debitur yang diwajibkan memberikan seorang penjamin harus

mengajukan seseorang penjamin yang memenuhi syarat- syarat tertentu, yaitu:

1. Harus mempunyai kecakapan bertindak untuk mengikatkan diri.

2. Cukup mampu (kemampuan ekonomi) untuk dapat memenuhi pertanggungan

yang bersangkutan. Kemampuan ini harus ditinjau secara khusus menurut

keadaanya dimana Hakim bebas untuk menentukan pernilaiannya.

3. Harus berdiam di wilayah Republik Indonesia.

Bagi penjamin yang timbul karena perjanjian pokok yang menunjuk secara

khusus seorang penjamin (menghendaki seorang tertentu sebagai penjamin)

merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur untuk mengajukan

seorang penjamin yang memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana ditentukan

oleh Undang-Undang dengan demikian syarat untuk mengajukan pinjaman

dianggap telah terpenuhi. Si kreditur kemudian tidak dapat menggugat jika

kemudian ternyata penjamin tidak mampu atau tidak berdiam di wilayah

Indonesia.

Dengan adanya perjanjian penjaminan antara kreditur dan peminjam, maka

lahirlah akibat-akibat hukum yang berupa hak-hak dan kewajiban-kewajiban

tertentu yang harus diperhatikan baik oleh si peminjam maupun oleh si kreditur.

Universitas Sumatera Utara


10

Penjamin ditujukan untuk memenuhi prestasi/ hutang untuk kepentingan hak bagi

Peminjam manakala peminjam wanprestasi.12

Berdasarkan uraian diatas dan ketentuan-ketentuan yang ada, maka penulis

berkeinginan untuk mengkaji masalah Nasabah Koperasi Simpan Pinjam yang

Wanprestasi dan sejauh mana bentuk pertanggung jawaban Penjamin terhadap

peminjam yang wanprestasi dalam Skripsi yang berjudul “ Tanggung Jawab

Penjamin (Personal Guarantee) Terhadap Nasabah Koperasi Simpan Pinjam Yang

Melakukan Wanprestasi (Studi Kasus di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok

Sanggul)”.

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan diatas, dalam beberapa praktek pinjaman

kredit dalam Koperasi Simpan Pinjam terdapat masalah dalam proses

pembayaran oleh peminjam, Sehingga kehadiran Penjamin merupakan salah

satu cara bagi Koperasi Simpan Pinjam untuk memberikan pinjaman uang bagi

anggotanya untuk memperoleh pelunasan utang atas pinjaman uang yang telah

diberikan kepada peminjam mana kala peminjam wanprestasi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka permasalahan yang

akan diteliti dalam penulisan skripsi ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

12
Ibid., hlm 91.

Universitas Sumatera Utara


11

1. Bagaimana Tanggung Jawab Hukum Peminjam dalam Koperasi Simpan

Pinjam di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul ?

2. Bagaimana Penyelesaian Perbuatan Wanprestasi Peminjam dalam Pinjam

meminjam Uang pada koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul ?

3. Bagaimana Tanggung jawab Penjamin (Personal Guarantee) dalam Pinjam

meminjam terhadap Peminjam yang Wanprestasi di Koperasi Saut Maju

Nauli di Dolok Sanggul ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan judul dan permasalahan yang dikemukakan dalam

penelitian ini, menitik beratkan pada Tanggung Jawab Penjamin terhadap

Nasabah Koperasi Simpan Pinjam yang Wanprestasi dalam Pembayaran Utang

ke Koperasi, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab hukum peminjam dalam

koperasi simpan pinjam di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul.

2. Untuk mengetahui bagimana penyelesaian perbuatan wanprestasi peminjam

dalam pinjam meminjam uang di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok

Sanggul.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana bentuk tanggung jawaban Penjamin dalam

pinjam meminjam terhadap peminjam yang wanprestasi di Koperasi Saut

Maju Nauli di Dolok Sanggul.

Universitas Sumatera Utara


12

D. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini memberikan beberapa manfaat yang berguna, baik

manfaat secara Teoritis dan juga manfaat secara Praktis anatara lain:

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara Teoritis, pembahasan terhadap masalah yang telah dirumuskan

akan memberikan kontribusi pemikiran serta pemahaman dan pandangan

tentang tanggung jawab Penjamin terhadap peminjam koperasi simpan pinjam

apabila peminjam tersebut Wanprestasi. Pembahasan ini juga akan

memberikan kontribusi terhadap proses penyelesaian hukum terhadap

peminjam yang melakukan perbuatan wanprestasi. Pembahasan yang telah

dirumuskan juga memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai

tanggung jawab hukum peminjam terhadap koperasi.

2. Manfaat secara Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat menjadi masukan

bagi pembaca juga sebagai bahan teoritis dalam menambah wawasan

pengetahuan terhadap perkembangan hukum Indonesia. Penulisan ini juga

diharapkan memberikan manfaat terhadap koperasi dalam penyelesaian hukum

terhadap peminjam yang melakukan perbuatan wanprestasi.

E. Metode Penulisan

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


13

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi

ini adalah kombinasi antara penelitian Yuridis Normatif dan Yuridis

Empiris. Penelitian Yuridis normatif yang mengacu kepada norma-norma

hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-

norma hukum yang ada dalam masyarakat. Penelitian Yuridis normatif

dilakukan dengan cara penelusuran terhadap norma-norma hukum yang

terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur topik yang

penulis angkat, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat

dalam berbagai literatur di perpustakaan, Jurnal Hasil penelitian, situs

internet, dan sebagainya. Sementara penelitian yuridis empiris adalah

penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan

didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan

mengacu kepada pola-pola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan. 13

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptif ini

dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk

mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat

teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori.14

13
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 105.
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
2007, hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara


14

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah Data Primer dan

Data Sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke

lapangan melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber,

dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan 2 Narasumber.

Pertama, dengan Ketua Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Saut

Maju Nauli di Dolok Sanggul. Kemudian kedua, dengan Badan Pengawas

dan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul.

Sedangkan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel

hukum di internet, media massa dan kamus serta data yang terdiri atas:

a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni

seperti Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Koperasi, UU 79

tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi, PP Nomor 60 tahun 1959

tentang Perkembangan Gerakan Koperasi, UU Nomor 14 tahun 1965

tentang Pokok-pokok Perkoperasian, UU Nomor 12 tahun 1967 tentang

Pokok-pokok Perkoperasian, UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Nomor 11 tahun 2018

tentang Perizinan Usaha Simpan Pinjam Koperasi.

b) Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan

Universitas Sumatera Utara


15

hukum, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh

baik melalui media cetak maupun media elektronik.

c) Bahan hukum tersier, yang berkaitan dengan judul skripsi yang

memberikan petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum

primer dan sekunder, kamus, ensiklopedia, majalah, koran, makalah,

dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Studi Kepustakan (Data Sekunder)

Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang

berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku

hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet,

pendapat sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.

b. Studi Lapangan (Data Primer)

Penelitin ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan

pihak yang terkait dalam hal ini adalah Koperasi Simpan Pinjam Saut

Maju Nauli di daerah Dolok Sanggul, sebagai informan serta pihak

yang berhubungan dengan masalah Pinjaman uang pada Koperasi

Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul.

Universitas Sumatera Utara


16

5. Analisi Data

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran

kepustakaan, studi dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian

ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya

merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari

teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan

kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan Pengamatan dan Penelusuran yang dilakukan di

Kepustakaan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

belum terdapat tulisan yang mengangkat tentang “TANGGUNG JAWAB

PENJAMIN (PERSONAL GUARANTEE) TERHADAP NASABAH

KOPERASI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI (Studi pada Koperasi

Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul)” untuk membuktikan

bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Meskipun dalam tulisan ini terdapat pendapat dan kutipan-kutipan

dari berbagai sumber, hal ini adalah semata-mata sebagai bahan penunjang

dalam penulisan ini karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan demi

memenuhi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


17

Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah

ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka

hal itu dapat dimintakan pertanggungjawabannya.

G. Tinjauan Pustaka

1) Pengertian Koperasi

Asal kata koperasi adalah Cooperation atau cooperative yang

berarti bekerjasama. Maksud dari kerja sama disini adalah ikut serta

beberapa orang untuk bekerja sendiri-sendiri dengan maksud tujuan yang

sukar dicapai apabila mereka bekerja sendiri-sendiri.

Koperasi secara etimologi terdiri dari dua suku kata Co artinya

Bersama dan Operation artinya Bekerja. Secara umum artinya bekerja

bersama, atau bekerjasama, atau kebersamaan. Sehingga secara harafiah

dapat diartikan sebagai bekerja bersama atau yang populer dengan sebutan

kebersamaan. Namun demikian yang harus diperhatikan bahwa bekerjasama

tidak sama dengan sama-sama bekerja15

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang

beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

masuk dan keluar sebagai anggota menutur peraturan yang ada; dengan

15
Koermen, Manajemen Koperasi Terapan, Prestasi Pustakaraya, Surabaya, 2003, hlm. 17.

Universitas Sumatera Utara


18

bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan

mempertinggi kesejahteraan jasmania para anggotanya.16

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang

Koperasi (yang selanjutnya disebut UU Perkop): “Koperasi adalah badan

usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan prinsip Koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan.

Dari pasal ini dapat dipastikan secara hukum bahwa:17

a) Koperasi adalah badan usaha bukan Ormas.

b) Pendiri/ Pemiliknya adalah orang-orang (Perorangan/Individu) atau

badan hukum koperasi.

c) Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi dan asas kekeluargaan.

d) Sebagai gerakan ekonomi rakyat.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2018 menyatakan

bahwa Koperasi Simpan pinjam adalah Koperasi yang melakukan kegiatan

usahanya hanya usaha simpan pinjam.

16
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002, hlm.1-2.
17
Budi Hartono Untung, Op.cit, hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara


19

2) Pengertian Perjanjian

Menurut KUHPerdata pasal 1313 menyatakan Kontrak atau

perjanjian adalah Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Jika diperhatikan dengan seksama, rumusan yang diberikan dalam

pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut menyiratkan

bahwa sesungguhnya dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi

dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak)

lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut.18

Subekti memberikan defenisi perjanjian adalah suatu peristiwa

dimana seorang berjanji pada seorang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

KRMT Tirtodiningrat memberikan definisi perjanjian adalah suatu

perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih

untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dilaksanakan oleh

undang-undang.19

3) Pengertian Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu

Zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-

cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya, disamping pertanggung

jawaban umum debitur terhadap barang-barangnya.

18
Gunawan Widjaja, Jaminan Fidusia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 13.
19
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 15.

Universitas Sumatera Utara


20

Dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang

diselenggarakan di Yogyakarta, dari tanggal 20 s.d. 30 juli 1977

disimpulkan pengertian jaminan. Jaminan adalah “Menjamin dipenuhinya

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan

hukum”.20

4) Pengertian Jaminan Perorangan

Istilah Jaminan Perorangan berasal dari kata Borgtocht. Ada juga

yang menyebutkan dengan istilah jaminan Imateril. Pengertian jaminan

perorangan dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengartikan jaminan Imateril (perorangan)

adalah: “Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan

tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta

kekayaan debitur pada umumnya”.

Unsur jaminan perorangan, yaitu:

a. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;

b. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan

c. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

Subekti mengartikan jaminan perorangan adalah: “Suatu perjanjian

antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang

menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur)”. Ia bahkan dapat

diadakan di luar (tanpa) si berhutang tersebut.

20
H. Salim H.S, Perkembangan Hukum Jaminan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 22.

Universitas Sumatera Utara


21

Subekti mengkaji jaminan perorangan dari dimensi kontraktual

antara kreditur dengan pihak ketiga. Selanjutnya Ia mengemukakan, bahwa

maksud adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si

berutang, yang dijamin pemenuhannya secara keseluruhan atau sampai

suatu bagian tertentu, harta benda sipenunjang dapat disita dan dilelang

menurut ketentuan perihal pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.21

Jaminan perseorangan adalah kewajiban untuk menanggung

kerugian yang akan diderita pihak lawan, manakala debitur tidak

memenuhi prestasi (manakala debitur wanprestasi)22

Jaminan perorangan dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Penanggung (Borg) adalah orang lain yang dapat ditagih.

2. Tanggung menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng;

3. Akibat dari tanggung renteng pasif

Hubungan hak bersifat ekstern: hubungan hak antara para

debitur dengan pihak lainnya.

4. Perjanjian garansi (Pasal 1316 KUHPerdata), yaitu bertanggung

jawab guna kepentingan pihak ketiga.23

5) Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi

buruk. Dapat dikatakan Wanprestasi, apabila si berutang (debitur)

tidak melakukan apa yang dijanjikan. “Ia alpa atau lalai atau ingkar
21
H. Salim H.S, Ibid., hlm. 2.
22
Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, Op.Cit. , hlm. 83.
23
H. Salim H.S, Op. Cit., hlm. 218.

Universitas Sumatera Utara


22

janji atau ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat

sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.24

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan harus diuraikan secara sistematis agar menghasilkan karya

ilmiah yang baik, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang

dibuat dalam beberapa bab yang dimana dalam hal ini saling berkaitan satu sama

lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan secara umum

keadaan-keadaan yang berhubungan dengan objek penelitian seperti Latar

Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode

Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan kemudian diakhiri dengan Sistematika

Penulisan.

Bab II berjudul Tanggung Jawab Hukum Peminjam dalam Koperasi

Simpan Pinjam di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul. Bab ini akan

menguraikan tentang Tanggung Jawab Hukum Peminjam yang meliputi: Sejarah

perkembangan koperasi di Indonesia beserta dasar hukumnya, Pengaruh Pinjaman

uang oleh anggota terhadap perkembangan permodalan Koperasi Simpan Pinjam,

Analisis kredit terhadap calon peminjam dalam Koperasi Simpan Pinjam,

Tanggung jawab peminjam dalam proses pelunasan pinjaman hingga berakhirnya

24
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991,
hlm. 42-45.

Universitas Sumatera Utara


23

pinjaman dalam Koperasi Simpan Pinjam, Permasalahan yang dihadapi oleh

peminjam dalam pelunasan pinjaman uang dalam Koperasi Simpan Pinjam.

Bab III berjudul Penyelesaian perbuatan wanprestasi peminjam dalam

pinjam meminjam uang di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul. Bab ini

akan membahas mengenai: Klasifikasi perbuatan wanprestasi dalam perjanjian

pinjam meminjam uang di Koperasi Simpan Pinjam, Faktor-faktor penyebab

wanprestasi oleh peminjam dalam Koperasi Simpan Pinjam, Tindakan dan upaya

penyelesaian hukum terhadap peminjam yang melakukan wanprestasi, Hambatan

yang dialami oleh koperasi dalam penyelesaian perbuatan wanprestasi peminjam.

Bab IV berjudul Tanggung Jawab Penjamin terhadap Nasabah Koperasi

yang Melakukan Wanprestasi (Studi pada Koperasi Simpan Pinjam Saut Maju

Nauli di Dolok Sanggul). Pada bab ini akan menguraikan mengenai Kedudukan

hukum penjamin dalam pinjam meminjam uang di Koperasi Saut Maju Nauli di

Dolok Sanggul, Peran penjamin terhadap peminjam untuk melaksanakan

pinjaman uang dalam Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul, Bentuk

pertanggung jawaban penjamin terhadap peminjam yang melakukan wanprestasi

dalam pinjaman uang di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul, Akibat

hukum terhadap penjamin yang tidak memenuhi prestasi terhadap peminjam yang

wanprestasi dalam Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul.

Bab V merupakan bab yang berisikan rangkuman kesimpulan dan saran

dari bab-bab yang telah dibahasa sebelumnya, yang berguna bagi koperasi supaya

lebih teliti dalam mencairkan dana terhadap nasabah untuk menghindari tingkat

pelunasan yang macet atau bermasalah dan juga supaya Penjamin mengetahui

Universitas Sumatera Utara


24

kedudukannya dan kewajibannya sebagai penjamin terhadap nasabah kopersi dan

resiko yang akan ditimbulkan apabila pihak yang dijaminnya tidak mampu

membayar pelunasan pinjaman dari koperasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TANGGUNG JAWAB HUKUM PEMINJAM DALAM KOPERASI


SIMPAN PINJAM DI KOPERASI SAUT MAJU NAULI DI DOLOK
SANGGUL

A. Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia dan Dasar Hukumnya

1. Periode Penjajahan Belanda

a) Masa tahun 1896-1908

Masa ini merupakan titik awal dikenalkannya koperasi di

Indonesia. Pada tahun 1896 ada seorang Patih Pamong Praja bernama

R.Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang merintis mendirikan suatu

Bank Simpanan (Hulp Spaarbank) untuk menolong para pegawai negeri

yang terjerat tindakan dalam soal riba dari kaum lintah darat. Tetapi usaha

ini mendapat rintangan atau hambatan sebagai kegiatan politik pemerintah

penjajah pada waktu itu. Pemerintah Penjajah Belanda tidak memberikan

dukungan untuk pertumbuhan koperasi di masyarakat, karena mereka

takut koperasi di masyarakat akan digunakan oleh kaum pejuang untuk

tujuan yang dapat membahayakan Pemerintah Penjajah.1

b) Masa tahun 1908-1927

Veroedening op de Cooperative Verenigingen (Stb.431/1915),

merupakan regulasi pertama yang berlaku bagi semua golongan penduduk

(pasal 131 IS) yang ada di Indonesia. Peraturan ini timbul atas adanya

kekosongan hukum akan pengaturan koperasi padahal telah berdiri

1
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, hlm. 14-15.

25

Universitas Sumatera Utara


26

berbagai bentuk badan hukum koperasi seperti Koperasi E. Sieburg,

gerakan Budi Utomo, dan Serikat Islam. Definisi Koperasi pada Regulasi

ini adalah, “Perkumpulan orang-orang dimana orang-orang tersebut

diperbolehkan untuk keluar masuk sebagai anggota, yang bertujuan untuk

meningkatkan kemakmuran anggotanya, dengam cara bersama-sama

menyelenggarakan suatu sistem penghidupan atau pekerjaan, atau secara

bersama-sama menyediakan alat perlengkapan atau bahan-bahan keperluan

mereka, atau memberikan uang muka atau kredit”. Dengan menggunakan

asas konkordansi, maka ketentuan yang ada di Belanda dapat dikatakan

sama seperti yang tertuang pada Verordening op de Cooperative

Verenigingen.2

Sistem yang diberlakukan Belanda yang ditanam tanpa

penyesuaian ternyata malah menyusahkan penduduk golongan III yakni

Pribumi. Mereka dalam mendirikan badan usaha koperasi harus memiliki

prasyarat mulai dari Akta Notaris, akta pendirian berbahasa Belanda,

materai, hingga pengumuman di surat kabar javasche Courant. Biaya yang

dikeluarkan oleh pelaku usaha yang ingin membuat koperasi pada saat itu

sangatlah besar sehingga Verordening op de Cooperative Verenigingen di

atas tidak memberi manfaat dan ditentang habis-habisan oleh kaum

pergerakan Nasional”.3

2
Andjar Pachta W, Dkk, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman regulasi, Prenada Media,
Jakarta, 2005, hlm. 48.
3
Ibid., hlm. 51-52.

Universitas Sumatera Utara


27

c) Masa tahun 1927-1942

Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen (Stb. 91/1927).

Ketika momentum yang tepat yakni pada saat politik balas budi Belanda

baru saja didengungkan, diperjuangkan para nasionalis akan keengganan

regulasi Verordening op de Cooperative Verenigingen. Penerapan

Verordening op de Cooperative Verenigingen menjadi Gol.I dan Gol.II,

sedangkan Regeling Inlandsche Cooperative Verenigingen hanya untuk

Gol.III saja. Pengaturan Koperasi ini menunjuk pada Hukum Adat dan

bukan pada BW. Desakan liberalistik dari pasar tanah air atas bentukan

Belanda pada saat itu membuat kemudahan demi kemudahan yang

ditawarkan oleh Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen tidak

berarti dan masih saja membuat koperasi di Indonesia sulit berkembang.

Buktinya adalah dari 172 yang tercatat dan 1540 koperasi tidak tercatat

makin hari jumlahnya makin menurun karena tidak puas dengan hasil yang

dicapai koperasi pada praktiknya.

Pada tahun 1933, Pemerintah Belanda mengeluarkan lagi Peraturan

Koperasi yaitu Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen (Stb.

108/1933). Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen

merupakan perubahan dari Verordening op de Cooperatieve Verenigingen

yang berlaku bagi Gol.I, II, III, namun disisi lain peraturan Regeling

Inlandsche Cooperatieve Verenigingen untuk Gol. III masih tetap berlaku.

Kemudian pada tahun 1937 dibentuklah Koperasi-koperasi Simpan Pinjam

yang diberi bantuan modal oleh Pemerintah, dengan tugas sebagai koperasi

Universitas Sumatera Utara


28

pemberantas hutang rakyat, terutama kaum tani yang tidak dapat lepas dari

cengkraman kaum pengijon dan lintah darat.4

Pada masa ini atas kebijakan penghematan maka Depertemen Ekonomi

atas anjuran dari jawatan koperasi mendirikan gabungan dari pusat-pusat

koperasi di Hindia Belanda yang dinamakan Moeder Centrale. Sedangkan

usaha menyuntikkan dana segar sebesar f-25.000.000 untuk koperasi,

menjadi gagal total dengan keluarnya Ordonantie op Inlandsche

Maatshappji op Aandeelen yang memudahkan pelaku usaha berkembang

dengan menggunakan Maskapai Andil dan bukan koperasi yang dirancang

pada saat adanya Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen.

Pada kesimpulannya bahwa keberatan-keberatan untuk pembentukan

koperasi yang tadinya ada, sejak Algemene Regeling op de Coorporatieve

Verenigingen sudah dinyatakan tidak berlaku lagi.5

2. Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)

Sejak Balatentara Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942,

peranan koperasi menjadi berubah lagi. Koperasi yang bercirikan

demokrasi sudah tidak ada lagi, karena oleh Balatentara Jepang sebagai

penguasa waktu itu, koperasi dijadikan sebagai alat pendistribusian

barang-barang keperluan tentara Jepang. Koperasi-koperasi yang ada

kemudian diubah menjadi Kumiai, yang berfungsi sebagai pengumpul

barang untuk keperluan perang.

4
Ibid., hlm. 18-20.
5
Syamsul Arifin, Dkk, Hukum dan Koperasi, Medan, Pustaka Bangsa Press,1985, Hal.11-12.

Universitas Sumatera Utara


29

Pada masa ini, koperasi tidak mengalami perkembangan bahkan

semakin hancur. Hal ini disebabkan karena adanya ketentuan dari

penguasa Jepang bahwa untuk mendirikan koperasi harus ada ijin dari

pemerintah setempat, dan biasanya izin tersebut sangat dipersulit.6

3. Periode Kemerdekaan

a) Masa Tahun 1945-1958

Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian UUD disahkan, maka

timbul semangat baru untuk menggerakkan koperasi. Hal ini dikarenakan

koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat didalam UUD 1945,

yaitu Pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya.

Pada tahun 1949 muncul peraturan untuk koperasi yaitu Regeling

Coperative Verenigingen (Stb.179/1949). Regulasi ini timbul karena krisis

yang berkepanjangan mulai dari agresi militer Belanda, hingga

pemberontakan PKI. Regulasi ini mengubah defenisi koperasi dengan

menambahkan unsur syarat pendiriannya. Hal ini diluncurkan untuk

mengantisipasi Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan sebelum

Regeling ini dibuat. Pada saat Regulasi ini berlaku banyak hal yang terjadi

mulai dengan adanya kongres pertama koperasi seluruh Indonesia, dimana

hari 12 Juli 1947 dijadikan hari koperasi, adanya Bank Koperasi Provinsi,

6
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Op.cit., hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara


30

sehingga pembekuan oleh Menteri Kehakiman atas Algemene Regeling op

de Cooperatieve Verenigingen.

b) Masa tahun 1958-1965

Kemudian pada tahun 1958 Pemerintah mulai mengundangkan

Undang-undang tentang Perkumpulan Koperasi (UU 79/1958). UU

Koperasi ini dibuat berdasar pada UUD Sementara 1950 Pasal 38, dimana

isi ketentuannya sama dengan isi Pasal 33 UUD 1945. Pembuatan UU

yang sangat tergesa-gesa ini dirasakan oleh banyak kalangan saat itu tidak

membawa banyak perubahan. Namun Undang-Undang yang mencabut

Regeling-regeling sebelumnya tentang koperasi ini, modifikasi prinsip

dengan menyerap Prinsip Koperasi Rochdale. Definisi Koperasi dalam UU

ini disebutkan bahwa Koperasi ialah Perkumpulan yang beranggotakan

orang-orang atau badan-badan hukum yang tidak merupakan konsentrasi

modal yang berasaskan kekeluargaan, bertujuan meningkatkan

kesejahtraan anggotanya, mendidik anggotanya, berdasarkan kesukarelaan,

dan dalam pendiriannya harus menggunakan akta yang didaftarkan.

Organisasi Koperasi pada saat regulasi ini berlaku dipandang sebagai alat

perjuangan dibidang ekonomi melawan kapitalisme, dengan berprinsip

tidak mencari keuntungan tetapi mengutamakan pelayanan. Istilah saham

yang biasa dikenal di Perseroan Terbatas, ternyata diganti menjadi

simpanan pokok, yang memiliki fungsi yang lebih sosial yang

mengajarkan kehidupan menabung dan kesediaan anggotanya untuk

berpartisipasi.

Universitas Sumatera Utara


31

Pada tahun 1959 disahkan Peraturan Pemerintah tentang

Perkembangan Gerakan Koperasi (PP 60/ 1959), Peraturan Pemerintah

tentang perkembangan Gerakan Koperasi masih mengacu pada norma

peraturan perundang-undangan diatasnya yakni UU 79/ 1958 tentang

perkumpulan Koperasi. PP ini menyodorkan konsep pengaturan lebih

lanjut mengenai tujuan koperasi atas dorongan, bimbingan, perlindungan

serta pengawasan gerakan koperasi yang lebih terjamin secara serentak,

tepat guna, berencana, dan terpimpin. Peralihan menjadi demokrasi

terpimpin menyebabkan koperasi juga harus menyesuaikan yakni dengan

menjabarkan peranan koperasi, yakni menyelenggarakan kegiatan

ekonomi, meningkatkan taraf hidup, serta membina dan mengembangkan

swadaya dan daya kreatif rakyat sebagai perwujudan masyarakat gotong-

royong.

Pada tahun 1960 disahkan Instruksi Presiden Nomor 2 dan 3 Tahun

1960. Sebagai peraturan pelaksana dari Peraturan Pemerintah tentang

Perkembangan Gerakan Koperasi, Instruksi Presiden Nomor 2 dan 3 tahun

1960 mengungkapkan Pembentukan Badan Penggerak Koperasi sebagai

wadah tunggal kerjasama antar jawatan koperasi dan masyarakat. Inpres

yang mengatur campur tangan pemerintah terlalu dalam ini berakibat pada

rusaknya mentalitas idiil koperasi dengan suburnya praktik mencari

keuntungan dengan menjual barang-barang karena adanya kemudahan

merendahkan harga kebutuhan pokok jikalau dijual di koperasi. Disisi lain,

Pendidikan mengenai koperasi meningkat pesat, dengan memasukkannya

Universitas Sumatera Utara


32

kesetiap jenjang pendidikan. Ketentuan Inpres ini jelas-jelas telah

menabrak pasal 27 ayat (1) dan (2) UUD 1945, dengan adanya pemecatan

atas pegawai yang tidak bisa mengikuti garis-garis besar perkoperasian,

sehingga akibat lebih lanjutnya ialah Muhammad Hatta mengundurkan diri

untuk tidak menjadi Wakil Presiden dan koperasi kehilangan tokohnya

yang duduk di pemerintahan.

Pada tahun 1965 disahkan Undang-Undang tentang Pokok-Pokok

Perkoperasian (UU 14/ 1965). Undang-Undang sebagai pengejahwantahan

prinsip nasakom ini megebiri prinsip koperasi yang telah ada di Indonesia.

Koperasi didefenisikan sebagai orgnisasi ekonomi dan alat revolusi yang

berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana

menuju sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila. Kemudian

Pengesahan UU ini pada saat Musyawarah Nasional Koperasi

memperlihatkan sensasinya kepada dunia dengan keluarnya Indonesia dari

keanggotaan di International Cooperative Alliace (ICA). 7

4. Masa tahun 1966 sampai sekarang

Pemerintah Orde Baru bertekad untuk mengembalikan citra

koperasi sesuai dengan kehendak dari pasal 33 UUD 1945. Pada tahun

1967 Pemerintah Orde Baru telah berhasil membuat UU Koperasi.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Tentang Pokok-Pokok

Perkoperasian (UU 12/ 1967). Undang-Undang racikan Pemerintah Orde

7
Andjar Pachta W, Dkk, Op.cit., Hal. 61-65

Universitas Sumatera Utara


33

Baru ini mendapatkan tanggapan positif dari semua perkumpulan koperasi

karena kembalinya hakikat koperasi yang sejati dan menyingkirkan

depolitisasi koperasi ini secara tegas mencabut UU 14/1967 tentang

Perkoperasian. Hubungan baik yang sempat terputus dengan ICA kembali

diperbaiki pada berlakunya UU 12/ 1967. Koperasi didefenisikan sebagai

oraganisasi-organisasi rakyat yang berwatakkan sosial, beranggotakan

orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata

susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Ini merupakan UU pertama yang menjadikan Koperasi adalah Badan

Hukum apabila koperasi tersebut telah menyesuaikan diri dengan UU 12

Tahun 1967.

Selanjutnya pada tahun 1978, Pemerintah mengeluarkan Instruksi

Presiden No. 2 tahun 1978 tentang Badan Usaha Unit Desa/ Koperasi Unit

Desa. Pada awalnya KUD hanya mencakup Koperasi Pertanian, Koperasi

Desa dan Koperasi Serba Usaha di desa-desa, akan tetapi selanjutnya KUD

telah mampu mengembangkan usahnya ke bidang-bidang lain seperti

bidang kerajinan rakyat, perkebunan, perkreditan dan kegiatan dalam

menangani masalah tebu rakyat intensifikasi dan bahkan percengkehan

nasional.8

Ketidak jelasan atauran main di lapangan mengenai jati diri, tujuan,

kedudukan, peran, manajemen, keusahaan, permodalan, serta pembinaan

koperasi lahirlah UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

8
R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit., hlm. 26-30.

Universitas Sumatera Utara


34

Undang-undang ini hadir untuk lebih menjamin terwujudnya kehidupan

koperasi sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Pengaturan Koperasi

sebagai badan hukum semakin jelas pada definisi koperasi menurut UU 25

tahun 1992 yakni badan hukum yang beranggotakan orang-orang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiataannya berdasarkan

prinsip koperasi serta berdasarkan prinsip koperasi serta berdasarkan pada

asas kekeluargaan.

Selanjutnya pada tahun 2008 lahir UU Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-undang yang

menyiratkan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menegah ini secara tegas

meyuratkan bahwa pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, ini

bisa mendorong melalui koperasi Simpan Pinjam dan koperasi Jasa

Keuangan Konvensional dan Syariah. Dengan keluarnya Undang-Undang

ini diharapkan untuk semakin berkembangnya usaha koperasi untuk

membiayai Usaha-usaha mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana pasal

22 UU 20/2008.9

Sejarah Perkembangan Koperasi Kredit (Credit Union) di Indonesia

pada tahun 1950-an sesungguhnya sudah ada praktik simpan pinjam di

Indonesia. Beberapa perkumpulan simpan pinjam mulai menerapkan prinsip

Raiffesien. Saat itu terjadi krisis politik yang hebat, dan berpengaruh pada krisis

ekonomi tahun 1965-1967. Koperasi simpan pinjam tidak berkembang baik,

9
Suhardi, Dkk, Hukum Koperasi usaha Mikro, Kecil, dan Menengh di Indonesia, Akademia,
Jakarta, 2012, hlm. 14-18.

Universitas Sumatera Utara


35

karena koperasi menjadi komoditi politik, bukan pemberdayaan masyarakat. Awal

orde baru, koperasi jenis ini kembali bangkit seiring dengan mulai stabilnya

politik dan ekonomi. Para penggerak kopdit Indonesia menghubungi WOCCU

atau Dewan Koperasi Kredit Dunia di Amerika. WOCCU mengutus Mr. A.A.

Bailey dan Augustine R. Kang berkunjung ke Indonesia tahun 1967 dan diterima

oleh Majelis Wali Gereja Indonesia (MAWI), salah satu lembaga swadaya di

Indonesia seksi sosial ekonomi.10

Beberapa rohaniawan Katolik ditugaskan untuk pengembangan sosial

ekonomi. Sedangkan khusus untuk pengembangan koperasi kredit, menugaskan

Romo Rev. Karl Albecht sebagai pendiri Koperasi Kredit di Indonesia. Setelah

Romo Albercht juga muncul nama-nama penggerak Kopdit lainnya, beberapa

diantaranya seperti Robby Tulus, AG. Lunandi, M. Woeryadi, PM. Sitanggang,

Ibnoe Soedjono, dan H. Woeranto.

Tahun 1970, Romo Karim Arbie SJ bersama teman-teman mendirikan

Credit Union Counselling Office (CUCO), badan pengembangan koperasi kredit.

Lembaga ini memberikan konsultasi kepada masyarakat untuk mengembangkan

koperasi kredit diseluruh wilayah Indonesia. Gagasan ini awalnya kurang

mendapat tanggapan positif dari pemerintah. Bahkan sebagaian warga Katolik

tidak menerimanya karena masih trauma dengan banyaknya kecurangan koperasi

yang pernah terjadi di Inonesia pada masa lalu. Namun Romo Karim Arbie, SJ

dan kawan-kawan tetap menjalankannya.

10
Agn. Suprianto, Tata Kelola Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam, CV Andi
Offset, Yogyakarta, 2015, hlm 26-29.

Universitas Sumatera Utara


36

Akhir tahun 1970-an, Romo Karim Arbie, SJ mengundurkan diri sebagai

Direktur CUCO, dan menyerahkan tugasnya kepada Drs. Robby Tulus untuk

melanjutkan usaha pengembangan koperasi kredit di Indonesia. Per 31 Desember

1970 di Indonesia telah memiliki 9 Kopdit dengan jumlah anggota 763 orang

dengan kekeayaan sebesar Rp 1.342.570,-.

Pada masa rezim Orde baru, pertumbuhan Koperasi Kredit sangat

terhalang dengan adanya Peraturan Pemerintah lewat Instruksi Presiden Nomor 4

Tahun 1974. Inpres ini intinya melarang koperasi beroperasi di pedesaan, selain

Koperasi Unti Desa. Dengan demikian Kopdit yang beroperasi di pedesaan

banyak melakukan kegiatan sembunyi-sembunyi karena takut dibubarkan oleh

penguasa. Seiring dengan tumbangnya rezim Orde Baru dan muncul rezim

Reformasi, maka Inpres Nomor 4 Tahun 1984 dihapus, dan tidak berlaku lagi.

Mulai saat itu Kopdit bebeas untuk berkumpul maupun melaksanakan pendidikan,

baik dikota maupun di desa. Para penggerak melakukan aktifitasnya

menumbuhkan benih-benih Kopdit di seluruh Indonesia.11

Dalam usahanya menumbuhkan benih-benih Kopdit tersebut, banyak

pihak luar negeri memberikan dukungan khususnya untu dana kegiatan

pendidikan. Lembaga tersebut antara lain Cebemo dari Netherland Missereor dari

Jerman, Intercooperation dari swiss, KAS dari Jerman dan CCA dari Canada.

Lembaga inilah yang mendukung dana untukmelaksanakan pelatihan dan

pendidikan sehingga Kopdit dapat tumbuh merata diseluruh wilayah Indonesia

sejak tahun 2000-an Lembaga tersebut mulai menghentikan bantuan, alhasil

11
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


37

CUCO Indonesia membiayai sendiri. Semua aktifitas baik pelatihan, pendidikan,

dan pembinaan serta monitoring di tiap wilayah kerja di seluruh Indonesia

dilakukan secara swadaya oleh CUCO 12

Prinsip KSP adalah siapa yang menanam, dialah yang akan menikmati

hasilnya. Karena dialah yang merawat hingga membuahkan hasil dan hati-hati

dengan sikap hanya mau memanen saja, tetapi tidak mau menanam dalam arti

mau menerima, tetapi tidak mau memberi. Mau memanen tetapi tidak mau

menanam, mau meminjam tetapi tidak mau menabung. Oleh sebab itu, sadarkan

anggota bahwa menjadi anggota KSP harus patuh dengan hukum tabur dan tuai.

Hampir 30 tahun (1970-2000) Gerakan Koperasi Kresit Indonesia baru

menananmkan filosofi dan prinsip koperasi kredit, dan belum mengelola yang

berbasis pada kelayakan ekonomi dan bisnis. Perjuangan untuk membangun

Kopdit masih panjang dan beum sepenuhnya menyentuh seluruh lapisan

masyrakat, karena saat ini masih dirasakan sebagau wadah kegiatan kelompok dan

belum menjadi kebutuhan keluarga sepenuhnya. Koperasi kredit sering dikenal

dengan nama CU, orang pada umumnya hanya mengartikan bahwa CU adalah

cukup uang atau cari utang. Namun yang terpenting bahwa CU adalah kumpulan

orang yang saling percaya. Kopdit menjual kepercayaan kepada semua anggota,

dan bila kepercayaan itu diyakini maka mereka tidak akan ragu dan bimbang

menyimpan uang mereka ke Kopdit. Salah satu tujuan Kopdit adalah mendidik

anggota supaya memiliki aset atau kekayaan.13

12
Ibid.
13
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


38

Dengan adanya koperasi, mereka dapat menyisakan sebagian dari

pendaptan untuk ditabung dan selain utang mereka juga harus mempunyai

kewajiban untuk menabung, namanya wajib harus bayar sesuai dengan aturan

mainnya, koperasi Simpan Pinjam mempunyai usaha untuk menghimpun dan dari

anggota dan menyalurkannya kepada anggota karena acore bisnisnya adalah

simpan pinjam dan tidak boleh membuka usaha yang lain kecuali simpan

pinjam.14

B. Pengaruh Pinjaman Uang oleh Anggota Terhadap Permodalan

Koperasi Simpan Pinjam.

Mengapa peran serta anggota cukup penting untuk dihubungkan

dengan upaya pengembangan koperasi? Koperasi Indonesia adalah organisasi

ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, atau

badan-badan hukum koperasi yang merupakan susunan ekonomi sebagai

usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan (Pasal 3 UU Koperasi

Nomor 12 Tahun 1967). Ungkapan organisasi ekonomi rakyat yang berwatak

sosial adalah ungkapan yang sangat penting yang dengan jelas

memperlihatkan hubungannya dengan peran serta anggota koperasi itu

sendiri.15

Partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu

kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam koperasi.

Koperasi sebagai Busines Entity dan Social Entity dibentuk oleh anggota-
14
Ibid.
15
Sri Edi Swasono, Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1983,
hlm. 254.

Universitas Sumatera Utara


39

anggota untuk mencapai manfaat tertentu melalui partisipasi. Oleh karena itu,

koperasi harus memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan

bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai

manfaat diperoleh melalui upaya-upaya bersama para anggota. Juga

diharapkan manfaat dapat didistribusikan secara adil dan merata sesuai

dengan kontribusi mereka terhadap koperasi. Atas dasar itu koperasi

diharapkan menanamkan dasar-dasar distribusi pemanfaatan dari hasil atau

pelayanan yang bersifat ekonomis dan sosial untuk mempertahankan

semangat kesatuan anggota dan kesetiaan mereka kepada semangat

koperasi.16

Sebagai suatu badan usaha yang bergerak dibidang kegiatan ekonomi,

Koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya

tersebut. Besar kecilnya modal yang ada pada koperasi menentukan pula

besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut. Sehingga

dengan demikian faktor modal dalam usaha koperasi ini merupakan salah satu

alat yang ikut menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal

ini, sesuatu usaha yang bersifat ekonomis tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya.17

Peran anggota terhadap koperasi:

1) Sebagai pemilik

2) Sebagai pengguna/ pelanggan (Nasabah)

16
Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1991,
hlm. 93.
17
Budi Hartono Untung, Ibid., hlm. 39.

Universitas Sumatera Utara


40

Ad. 1. Fungsi (Tugas) anggota sebagai Pemilik

a) Pendukung: anggota harus mendukung semua keputusan dan pola

kebijakan pengurus sepanjang keputusan dan pola kebijakan itu bertujuan

untuk menghindari kerugian atau masalah dalam koperasi.

b) Menjaga keamanan dan kenerlangsungan koperasi, melalui sikap dan

tindakan;

1) Jujur dan terbuka

2) Bertanggung jawab

3) Setiap akan janji

4) Rajin menabung

5) Mengangsur pinjaman dan membayar bunga tepat waktu

6) Mau bekerja keras, bekerjasama, serta mengikuti rapat.

7) Jangan menyimpang dari norma- norma kemanusiaan

8) Punya tenggang rasa dan solidaritas

9) Saling mengasihi dan rela berkorban.

c) Menaati serta melaksanakan keputusan dan kesepakatan organisasi.

Ad. 2 Fungsi anggota sebagai pengguna/ pelanggan (Nasabah)

a. Pasar Utama, tepatnya pasar tunggal

b. Uang yang terkumpul itu hanya bisa dipinjamkan kepada anggota

c. Pinjaman yang diberikan harus benar-benar untuk kepentingan anggota.

d. Pemanfaat Pelayanan: hanya anggota yang dilayani pengurus dalam hal

pinjaman, berbagai jenis simpanan, pendidikan, Daperma, dan Dakesma.

Universitas Sumatera Utara


41

e. Mitra usaha: anggota harus menjadi sahabat bagi pengurus dalam upaya

memajukan dan melestarikan koperasi.18

Modal koperasi terdiri dari simpanan, pinjaman, dan penyisihan dari hasil

usaha.

Jenis jenis Simpanan:

1) Simpanan Pokok, diterima dari anggota dan tidak dapat diterimanya

kembali selama ia masih menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib, diterima dari anggota dan pada dasarnya dapat

diterima kembali.

3) Simpanan Sukarela, diterima dari anggota dan orang luar.19

Sejalan dengan wawancara yang dilaksanakan oleh penulis kepada Koperasi

Saut Maju Nauli bahwa jenis-jenis simpanan adalah sebagai berikut:

1) Simpanan Pokok, diterima dari anggota dan tidak dapat diterimanya

kembali selama ia masih menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib, diterima dari anggota dan pada dasarnya dapat

diterima kembali.

3) Simpanan Sukarela, diterima dari anggota dan orang luar

4) Simpanan Kapitalisasi, simpanan yang diwajibkan pada saat anggota

meminjam. Besarnya 1% dari jumlah pinjaman yang diterima.20

18
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.
19
M. Isa Arief, Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 108.
20
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


42

Pinjaman uang yang dilakukan oleh anggota koperasi akan mempengaruhi

tingkat persediaan modal di koperasi. Sebuah koperasi yang mempunyai kredit

bermasalah dalam jumlah besar cenderung menurunkan profitabilitas dan kinerja

koperasi itu sendiri. Oleh kebanyakan koperasi simpan pinjam, kredit bermasalah

dalam jumlah besar akan mengurangi jumlah modal koperasi. Selanjutnya

menurunnya jumlah modal tadi akan menurunkan jumlah persentasi modal sendiri

koperasi simpan pinjam. Akibatnya guna mempertahankan jumlah ketersediaan

modal sendiri, koperasi yang bersangkutan harus memasukkan dana modal segar.

Apabila koperasi tidak mampu memasukkan modal segar, maka tingkat nilai

kesehatan operasi mereka akan menurun21

Terhadap pinjaman uang yang dilakukan oleh anggota koperasi yang

pelunasannya lancar, akan memberikan pengaruh baik terhadap tingkat

permodalan koperasi. Dalam hal koperasi simpan pinjam, besarnya pokok

pinjaman yang diberikan kepada anggota akan berpengaruh terhadap besarnya

jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU). Kewajiban anggota untuk mengembalikan pokok

pinjaman yang diberikan oleh koperasi ditambah dengan bunga dan biaya

administrasi pinjaman merupakan harga yang harus dibayar dari pelayanan

koperasi.22

Oleh karena itu, besarnya pengaruh pinjaman anggota terhadap

permodalan dalam koperasi simpan pinjam merupakan sumber utama penghasilan

koperasi simpan pinjam. Dengan kata lain, pinjaman diibaratkan sebagai jantung

21
Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2015, hlm. 12-13.
22
Andjar Pachta W, Dkk, Hukum Koperasi Indonesia, kencana, Jakarta, 2008, hlm. 127.

Universitas Sumatera Utara


43

dan jaringan pembuluh darah dari koperasi. Jika sistem ini tersumbat oleh

timbunan lemak yang disebabkan kadar kolesterol tinggi dalam darah, maka

peredaran darah terhambat dan kerja jantung semakin keras. Demikian pula

halnya dengan kredit macet, jika sistem ini terganggu dengan adanya pinjaman

bermasalah, maka peredaran uang di koperasi akan terganggu. Oleh karena itu

koperasi simpan pinjam harus menjaga kualitas kreditnya sebaik mungkin,

sekaligus sedini mungkin mengenali kemunculan penurunan kualitas pinjaman.

Selama masih hidup, koperasi simpan pinjam tidak dapat terlepas sama sekali dari

risiko kredit bermasalah. Oleh karena itu, dalam menyusun strategi penanaman

dana yang dikuasai, seyogyanya koperasi tidak terpaku pada usaha menghindari

pinjaman bermasalah, melainkan berusaha menekan risiko munculnya kasus itu

serendah mungkin. Secara singkat dapat dikatakan bahwa usaha menekan risiko

munculnya pinjaman bermasalah dapat dilakukan dengan jalan menjaga mutu

pinjaman yang disalurkan.23

C. Analisis Kredit terhadap Calon Peminjam dalam Koperasi Simpan

Pinjam

Ketentuan mengenai penyaluran pinjaman yang sehat oleh setiap Koperasi

Simpan Pinjam harus dituangkan secara tertulis dan menjadi suatu sistem dan

prosedur yang baku. Dengan demikian, setiap pejabat yang berkaitan dengan

penyaluran pinjaman, mempunyai pedoman yang dapat digunakan sebagai

23
Ahmad Subagyo, Op.Cit., hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara


44

pegangan dalam melaksanakan tugasnya. Ketentuan pokok perkreditan tersebut

harus jelas sehingga mudah dimengerti, ringkas tetapi padat dan memberi peluang

untuk ditinjau kembali dengan perkembangan situasi dan kondisi.

Kredit menyangkut Degree of Risk. Risiko yang terkumpul dalam suatu

tempat akan membahayakan. Karenanya satu tindakan manajemen adalah usaha

untuk menyebarkan risiko. Adalah suatu tindakan yang gegabah apabila kredit

yang ada hanya dinikmati oleh beberapa peminjam saja, sebab bila terjadi

kemacetan kredit di salah satu peminjam saja, hal tersebut dapat mengganggu

keadaan koperasi. Bila dilihat dari maksud penyebaran resiko, seolah-olah terlihat

adanya pemikiran yang berorientasi pada segi kuantitas, sebenarnya tidaklah

demikian. Asas kuantitas harus dibarengi dengan asas kualitas, yaitu dalam

penyebaran resiko yang dilakukan melalui pemberian kredit yang menyebar ke

beberapa sektor dan beberapa peminjam, titik beratnya ditekan pada segi

kemampuan usaha peminjam.24

Agar dapat menerapkan manajemen kredit yang sehat, koperasi harus

mempunyai organisasi yang sehat pula. Oleh karena itu, dalam ketentuan

penyaluran kredit wajib dicantumkan hal-hal yang bersangkutan dengan

organisasi perkreditan. Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab dari Dewan

Komisaris, Dewan Direksi dan Karyawan yang berkaitan dengan penyaluran

pinjaman, harus dinyatakan dengan tegas dan jelas.

24
Muchdarsyah Sinaungan, Manajemen Dana Bank, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm.
232.

Universitas Sumatera Utara


45

Karena kredit merupakan kegiatan dari koperasi simpan pinjam, maka

rencana kredit merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, dalam rangka

menentukan kebijakan perkreditan secara menyeluruh. Tanpa rencana kredit

tidaklah lengkap dan berarti. Aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam

pertimbangan penyusunan kredit yang mantap dan terarah.

Keputusan dalam pemberian kredit harus dapat dipertanggungjawabkan

dan memenuhi unsur-unsur:

a) Pemberian kredit tersebut didasarkan pada hasil analisis yang profesional;

b) Pinjaman tersebut diharapkan tidak menjadi kredit bermasalah;

c) Telah memenuhi ketentuan pokok penyaluran kredit yang telah ditetapkan

oleh koperasi;

d) Disamping ketentuan tentang persetujuan pemberian kredit, dalam

ketentuan pokok penyaluran pinjaman wajib dicantumkan juga ketentuan

tentang persetujuan pencairan pinjaman yang telah disetujui untuk

diberikan kepada peminjam. Pada dasarnya, koperasi baru dapat

memenuhi syarat-syarat tentang pencairan pinjaman apabila peminjam

memenuhi syarat-syarat tentang pencairan kredit yang telah disepakati.

Disamping itu koperasi akan menyetujui peminjam mencairkan pinjaman,

apabila berbagai macam aspek yuridis yang dapat melindungi koperasi

yaitu menyertakan pihak yang menjamin pelunasan hutang peminjam

apabila dikemudian hari peminjam tidak mampu melunasi pinjaman.25

25
Ahmad Subagyo, Op. cit., hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara


46

Terhadap pencairan pinjaman, koperasi simpan pinjam juga harus

menetapkan batas maksimum pemberian pinjaman kepada anggotanya, hal ini

akan mengurangi tingat resiko pinjaman yang bermasalah yang akan berdampak

buruk terhadap persedian modal di koperasi tersebut.

Beberapa analisis yang dapat dilakukan untuk memberikan kelayakan

terhadap anggota yang akan meminjam di koperasi simpan pinjam, yaitu:

a) Sifat atau watak calon peminjam. Tujuannya adalah untuk memberikan

kepada koperasi bahwa sifat calon peminjam dapat dipercaya.

Keyakinanan ini dapat tercermin dari latar belakang calon peminjam.

Misalnya: latar belakang pekerjaan. Koperasi mencari data tentang

kepribadian si peminjam seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan,

pengalaman, usaha/ pekerjaan dan sebagainya), hobinya, keadaan

keluarga, pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat

masyarakat tentang diri sipeminjam, serta hal lain yang erat

hubungungannya dengan kepribadian si peminjam.

b) Kemampuan calon peminjam dalam membayar pinjaman. Mengetahui

bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini

dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek, kelancaran penjualan

dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian

pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.

c) Jaminan yang ditunjuk oleh calon peminjam sebagai penjamin mana kala

peminjam wanprestasi.

Universitas Sumatera Utara


47

d) Mengetahui tujuan calon peminjam melakukan peminjaman uang kepada

koperasi. Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit,

apakah akan digunakan untuk perdagangan, berproduksi atau membeli

rumah.26

e) Prospek

Yang dimaksud dengan prospek adalah kegiatan usaha si peminjam. Ini

dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa

bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keadaan

ekonomi/sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan usaha yang

dibuat.

Dalam menekan risiko yang mungkin timbul, calon peminjam minimal

diharuskan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Anggota dan calon anggota koperasi bertempat tinggal di wilayah kerja

jangkauan pelayanan koperasi yang bersangkutan;

2. Anggota dan calon anggota sebaiknya dikelompokkan kedalam kelompok

anggota/calon anggota peminjam (tiap anggota dapat terdiri 10 sampai 20

orang) yang diorganisasikan menurut domisili atau profesi/usaha sejenis

untuk memudahkan pembinaan dan pengawasan pinjaman dengan pola

tanggung renteng;

3. Telah memiliki rekomendasi dari ketua kelompok (bagi koperasi yang

menyalurkan pinjaman dengan pola tanggung renteng);

4. Mempunyai usaha/penghasilan tetap;

26
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


48

5. Mempunyai simpanan aktif, baik berupa simpanan sukarela maupun

simpanan berjangka dan telah berjalan minimal satu bulan;

6. Tidak memiliki tunggakan (kredit bermasalah) dengan Koperasi maupun

pihak lain;

7. Tidak pernah tersangkut masalah pidana;

8. Memiliki karakter dan moral yang baik;

9. Telah mengikuti program pembinaan pra penyaluran pinjaman;

10. Mempertimbangkan jumlah agunan untuk jumlah pinjaman yang

berjumlah besar dan beresiko.27

Kebijakan Analisis Pinjaman yang dilakukan Koperasi:

a) Analisis pinjaman harus dilakukan agar pengelola koperasi memperoleh

keyakinan bahwa pinjaman yang diberikan dapat dikembalikan oleh

peminjam. Terdapat 2 aspek objek yang dianalisis, yaitu:

1. Analisis terhadap kemauan membayar (analsisis kualitatif),

mencakup karakter/watak, dan komitmen terhadap kewajibannya

sebagai peminjam pada koperasi.

2. Analisis terhadap kemampuan membayar (analisis kuantitatif)

mencakup sumber dana yang diharapkan dapat memenuhi

kewajibannya kepada koperasi, sisa pinjaman pada pihak lain (jika

ada) dan pengeluaran untuk biaya hidup.

b) Pendekatan yang digunakan untuk analisis kuantitatif, adalah pendekatan

pendapatan bersih, nilai pinjaman maksimal yang dapat diberikan antara

27
Ahmad Subagyo, Manajemen Koperasi Simpan Pinjam, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2014, hlm. 39.

Universitas Sumatera Utara


49

40 % hingga 50 % dari pendapatan bersih dikalikan dengan jangka waktu

pinjaman.

c) Pinjaman sebaiknya tidak diberikan karena pertimbangan-pertimbangan:

1. Belas kasihan, kenalan (bersaudara atau berteman)

2. Calon peminjam adalah orang terhormat (terkenal,disegani, status

sosialnya tinggi,dsb)

3. Pinjaman harus diberikan atas dasar pertimbangan kelayakan usaha

dan kemampuan membayar. 28

Analisis Pinjaman “TUKKEPAR” dalam Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok

Sanggul:

A. Tujuan Pinjaman:

1. Untuk tujuan apa pinjaman di ajukan, apabila bersifat produktif,

kesejahteraan atau keadaan darurat.

2. Pinjaman direncanakan minimal sebulan sebelumnya.

3. Pinjaman diketahui oleh suami/isteri/ahli waris.

4. Pinjaman sebelumnya tepat penggunaannya.

B. Kerajinan Menabung

1. Setoran Simpanan Wajib.

2. Rutinitas menabung setiap bulan.

3. Tidak pernah menarik simpanan.

4. Menyusun anggaran belanja keluarga.

28
Ibid, hlm. 43.

Universitas Sumatera Utara


50

C. Kemampuan mengembalikan

1. Rasio Hutang atas Penghasilan

2. Nilai agunan pinjaman

3. Kesesuaian angsuran pinjaman yang lalu.

D. Prestasi

1. Jangka waktu pinjaman yang lalu

2. Denda (kelalaian mengangsur)

3. Saldo simpanan pada saat mengajukan pinjaman.

E. Partisipasi

1. Upaya anggota untuk memajukan koperasi

2. Mengikuti pendidikan-pendidikan.

3. Cara menyetor angsuran.

4. Aktif dalam rapat dan kegiatan koperasi.

5. Berkas administratif.

F. Administrasi pendukung

1. Penjamin

2. Hasil survei lapangan

3. Keterangan penghasilan dan saldo tabungan.29

Ketentuan Umum Meminjam Di Koperasi Saut Maju Nauli:

1) Pada dasarnya semua anggota berhak meminjam, tetapi pinjaman hanya

diberikan kepada mereka yang mampu mengembalikan.

2) Pinjaman tidak diberikan kepada anggota yang pinjamannya sedang macet

29
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


51

3) Calon peminjam telah menabung berturut-turut selama 6 bulan menjadi

anggota.

4) Pengajuan pinjaman paling cepat dilakukan pada bulan ke-7 (Pinjaman

pertama).

5) Pinjaman diatas saham di realisasikan setelah satu minggu permohonan

diterima panitia kredit.

6) Pemberian pinjaman berdasarkan analisis TUKKEPPAR dari 5-C.

7) Sewaktu pencairan pinjaman suami/ isteri atau ahli waris anggota harus

hadir dan apabila besar pinjaman diatas 10 juta harus ikut penjamin utama.

8) Membayar provisi pinjaman sebesar 0,5% dari jumlah pinjaman.

9) Suku bunga pinjaman sebesar 2,5% dari jumlah saldo terakhir

10) Sewaktu pencairan pinjaman buku anggota harus dibawa.30

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Koperasi Saut Maju Nauli

menjelaskan Skema Peminjaman di koperasi Tersebut adalah31

Anggota Mengajukan permohonan Pinjaman kepada pengurus lingkungan

Pengurus Lingkungan Memberikan Surat Permohonan peminjaman ke calon


Peminjam

Anggota calon peminjam mengisi dan melengkapi berkas Administrasi

30
Ibid.
31
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada tanggal 8 November 2019 pukul 9.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


52

Berkas kemudian diserahkan kepada pengurus lingkungan untuk diajukan


kepada koperasi
.

Pihak kopersi melaksanakan analisis kredit berdasarkan prinsip “


\ TUKKEPAR”

Permohonan Pinjaman diputuskan saat Rapat Pengurus Koperasi Saut Maju


Nauli

Apabila Diterima maka Pencairan Pinjaman akan diterima pada bulan


berikutnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis kepada

pengurus Koperasi Saut Maju Nauli, sehingga penulis mendapat data tentang

format pengajuan pinjaman di koperasi tersebut, sebagai berikut: 32

Surat Permohonan Pinjaman

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :............................................................... NBA:..........................

Alamat :...................................................................

Pekerjaan :...................................................................

Anggota CU Saut Maju Nauli, memohon kepada pengurus CU agar saya

diberikan pinjaman sebanyak Rp............. (..............................................................)

Untuk bulan..................Tahun...............

Adapun keperluan pinjaman itu, adalah untuk........................................

Sebagai penjamin pinjaman itu, saya dijamin oleh,

1. Nama:................................... NBA:......................................

32
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada tanggal 8 November 2019 pukul 9.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


53

2. Nama:................................... NBA:......................................

Dan diketahui/ disetujui suami/ Istri saya:.................................................................

Apabila pinjaman itu tidak dibayar oleh peminjam tersebut diatas ,

maka saya penjamin bersedia membayarnya.

Diketahui/ disetujui Suami/ Istri Saya Pemohon

(..................................) (.................................)

NBA:....................

Ketua Lingkungan

(...............................)

NBA:...................

D. Tanggung Jawab Peminjam Dalam Proses Pelunasan Pinjaman

Hingga Berakhirnya Pinjaman Dalam Koperasi Simpan Pinjam

Dari sepuluh alasan yang menghapuskan perikatan sebagaimana diatur

dalam pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang

Universitas Sumatera Utara


54

Hukum Perdata mengenal dua macam alasan hapusnya perikatan sebagai akibat

pemenuhan perikatan, yaitu karena:

1. Dilakukan pembayaran; dan

2. Diberikan penawaran pembayaran tunai, yang diikuti dengan penyimpanan

atau penitipan.

A. Pembayaran sebagai alasan hapusnya perikatan

Mengenai pembayaran sebagai alasan yang menyebabakan hapusnya

perikatan dapat kita temui dalam bagian I dan IV Buku III KUHPerdata,

mulai pasal 1382 hingga Pasal 1403. Diawali dengan ketentuan pasal 1382

KUHPerdata yang berbunyi: “Tiap-tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa

saja yang berkepentingan, sepertinya seorang yang turut berutang atau

seorang penanggung utang”.33

Dengan rumusan yang demikian KUHPerdata tidak memberikan

pengertian mengenai pembayaran, hanya saja dalam rumusan tersebut secara

tegas dikatakan dan disebutkan masalah pemenuhan utang. Dengan demikian

berarti yang dimaksud dengan Pembayaran adalah pemenuhan perikatan,

kewajiban atau utang debitur kepada kreditur.

Dalam rumusan pasal 1382 dan Pasal 1383 KUHPerdata, jelas berbicara

mengenai pemenuhan perikatan, yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh

debitur sendiri maupun oleh pihak ketiga diluar para pihak yang terikat dalam

suatu perjanjian. Khusus mengenai pihak ketiga yang dapat memenuhi

perikatan, KUHPerdata menentukan bahwa pihak ketiga adalah:

33
Gunawan Widjaja, Hapusnya Perikatan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2003, hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara


55

1. Seorang yang turut berutang;

2. Seorang penanggung utang;

3. Seorang pihak ketiga yang tidak berkepentingan, dengan syarat

bahwa:

a. Bertindak untuk dan atas nama debitur dan untuk melunasi

utang debitur.

b. Bertindak untuk dan atas namanya sendiri tetapi tidak dengan

tujuan untuk menggantikan hak-hak kreditur.

Tanggung jawab peminjam dalam proses pelunasan pinjaman kepada

Koperasi:

a. Membayar biaya pinjaman,

Biaya pinjaman pada koperasi simpan pinjam meliputi bunga pinjaman

dan biaya provisi/administrasi. Penentapan besarnya biaya pinjaman

ditetapkan berdasarkan rapat anggota. Biaya pinjaman tersebut diperlukan

koperasi untuk menutupi bunga simpanan anggota dan biaya organisasi

koperasi. Besarnya bunga pinjaman tersebut dapat dibedakan antara bunga

pinjaman untuk anggota dengan bunga pinjaman untuk non anggota.

Bunga pinjaman untuk non anggota dapat ditetapkan lebih tinggi dari pada

bunga pinjaman untuk anggota, tetapi tetap dengan mempertimbangkan

persaingan dengan lembaga keuangan di sekitar koperasi.

Dalam menetapkan angsuran bunga pinjaman yang akan dibayar

tiap bulan terdapat metode perhitungan angsuran pinjaman:

1) Berdasarkan Sistem Flat (Tetap)

Universitas Sumatera Utara


56

Yaitu perhitungan bunga pinjaman berdasarkan pokok awal

pinjaman sehingga jumlah bunga yang dibayar setiap bulan adalah

sama.

2) Perhitungan Bunga Menurun (Slide Rate)

Adalah perhitungan bunga pinjaman berdasarkan sisa pokok

pinjaman setiap bulan, sehingga jumlah bunga yang harus dibayar

menurun setiap bulannya.

Prosedur Penetapan Bunga Pinjaman pada Koperasi Saut Maju Nauli di

Dolok Sanggul:

Penetapan bunga pinjaman dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Perhitungan bunga pinjaman dihitung dari besarnya saldo pinjaman setiap

bulan.

2. Bunga pinjaman dibayar setiap bulan bersamaan dengan angsuran.

3. Bunga pinjaman sebesar 2% apabila jumlah pinjaman sampai sebatas

simpanan saham.

4. Sebesar 2,3% apabila pinjaman diatas simpanan saham sampai dengan 5

kali jumlah simpanan saham.

5. Sebesar 2,5% apabila jumlah pinjaman lebih dari 5 kali jumlah simpanan

saham.

6. Bunga pinjaman dihitung berdasarkan jumlah saldo terakhir (bunga

menurun)

7. Bunga pinjaman satu bulan dihitung 30 hari sejak tanggal pencairan

pinjaman.

Universitas Sumatera Utara


57

8. Membayar biaya provisi pinjaman sebesar 0,5% dari jumlah pinjaman.

9. Membayar biaya materai.

10. Besarnya bunga pinjaman ditentukan berdasarkan ketentuan Rapat

Anggota dan atau disesuaikan dengan keadaan dan kondisi

perekonomian.34

b. Pembayaran Angsuran Pinjaman

Angsuran pinjaman dilakukan melalui prosedur berikut:

a. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan 1 bulan setelah

perjanjian pinjaman ditandatangani.

b. Pelunasan dan pembayaran angsuran (cicilan) pinjaman beserta

bunga pinjaman dilakukan di kantor dimana perjanjian tersebut

ditanda tangani.

c. Peminjam juga dapat melakukan pelunasan pinjaman dengan cara

melunasi sekaligus beserta bunga yang dibebankan atas pinjaman

tersebut sebagaimana ketentuan yang berlaku di koperasi Saut

Maju Nauli.

d. Denda pinjaman hanya dapat dibebankan jika peminjam tidak

melakukan pembayaran angsuran baik pinjaman pokok maupun

bunga pinjaman setiap bulannya. 35

34
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.
35
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


58

c. Tanggung jawab anggota terhadap pembebanan angsuran tertunda

Pembebanan angsuran tertunda apabila anggota melakukan

tunggakan pembayaran terhadap setoran angsuran pinjaman yang

seharusnya dibayar. Pembebanan tersebut dapat dilakukan melalui

pendebitan rekening simpan pinjam yang merupakan simpanan anggota

yang dibuka untuk menutupi timbulnya resiko pembayaran.

Pembebanan angsuran tertunda ditetapkan dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) Peminjam tidak pernah membayar, mengangsur/ mencicil dan/ atau

tidak melunasi pinjamannya secara tunai, sejak ditanda tangani

sampai dengan jangka waktu pelunasan yang telah disepakati

dalam perjanjian pinjaman.

b) Peminjam hanya membayar angsuran dan/ atau melunasi setengah

dari besar pinjaman selanjutnya tidak melakukan pembayaran/

pelunasan sampai berakhirnya perjanjian.36

d. Pelunasan Pinjaman

Prosedur pelunasan pinjaman dilakukan sebagai berikut:

1) Setelah dipastikan kartu pinjaman atas nama anggota telah lunas,

akan diberikan tanda/cap lunas pada kartu pinjaman dan buku

angsuran.

36
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


59

2) Seluruh berkas pelunasan diserahkan kepada manager untuk

dilakukan pemeriksaan dan memberikan persetujuan pada slip

buku angsuran.37

E. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Peminjam Dalam Pelunasan

Pinjaman Uang Dalam Koperasi Simpan Pinjam

Dalam kasus pinjaman/kredit bermasalah debitur dianggap telah ingkar

janji untuk membayar angsuran pokok dan/ atau angsuran bunga pinjaman yang

telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran. Masalah-masalah

yang timbul merupakan sebagai akibat dari ketidakmampuan peminjam untuk

melunasi pinjaman uang dari koperasi. Permasalahan yang sering dihadapi oleh

peminjam dalam pelunasan utang pinjaman dari koperasi simpan pinjam adalah

sebagai berikut:

1) Debitur menyimpangkan kredit produksi ke konsumsi;

2) Debitur (keluarga) sakit;

3) Debitur memiliki pola hidup mewah;

4) Debitur memiliki perencanaan yang lemah;

5) Debitur kacau dalam mengatur keuangan pribadi/bisnis;

6) Debitur mengalami musibah ditipu orang;

7) Debitur melakukan pembelian bahan diluar jadwal;

8) Debitur mengalami musibah kecelakaan;

9) Debitur mengalami musibah bencaana alam;

37
Ahmad Subagyo, Op. Cit., hlm. 88-89.

Universitas Sumatera Utara


60

10) Debitur mengalami musibah politik;

11) Debitur mengalami musibah kematian;

12) Debitur mengalami musibah gagal usaha;

13) Usaha yang dijalankan sulit berkembang;

14) Debitur suka berjudi.38

Sejalan dengan beberapa permasalahan diatas penulis juga mendapat fakta

di lapangan bahwa permasalahan yang dialami oleh peminjam sangat

mempengaruhi kelacaran peredaran uang di koperasi Saut Maju Nauli, dibawah

ini terdapat beberapa permasalahan berkaitan dengan peminjam, yaitu:

1. Komitmen dari anggota yang meminjam untuk mengembalikan pinjaman

yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati dengan pihak koperasi

dalam surat perjanjian.

2. Banyak anggota yang meminjam yang hanya membayar bunga pinjaman

yang tidak diikuti dengan pembayaran angsuran pinjaman. Peristiwa

demikian di kategorikan dalam pinjaman bermasalah. Koperasi Saut Maju

Nauli menetapkan sanksi terhadap anggota tersebut berupa teguran

tertulis yang diikuti dengan sanksi denda.

3. Rendahnya tingkat penghasilan anggota menjadi salah satu penyebab

macetnya pembayaran angsuran pinjaman. Penghasilan yang tidak

menentu yang didapatkan oleh anggota diakibatkan karena pekerjaan

yang tidak menetap yang dimiliki oleh anggota.

38
Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2015, hlm. 55.

Universitas Sumatera Utara


61

4. Sejalan dengan poin ke tiga, pinjaman yang diperoleh anggota terkadang

tidak sesuai dengan tujuan pinjaman yang telah disetujui dalam surat

perjanjian pinjaman. Pengalihan fungsi pinjaman yang diperoleh sering

kali di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan peminjam dan

untuk gaya hidup anggota. Akibatnya peminjam yang tidak menggunakan

pinjamannya sesuai tujuannya sangat sulit mengembalikan atau mencicil

pinjaman tersebut.

5. Pinjaman yang diajukan oleh anggota tidak produktif atau tidak

menghasilkan, usaha yang dijalankan lewat uang pinjaman tersebut tidak

mampu memenuhi menghasilkan sesuai dengan harapan. Akibatnya

anggota yang meminjam tidak mampu memenuhi kewajiban untuk

mencicil utang pinjaman ke koperasi Saut Maju Nauli. Faktor pekerjaan

yang mempengaruhi pendapatan suami/ atau istri. Mayoritas mata

pencaharian di daerah tersebut adalah bertani, sehingga gagal panen yang

dialami peminjam tersebut mengakibatkan tidak bisa mencicil utang ke

koperasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PENYELESAIAN PERBUATAN WANPRESTASI PEMINJAM DALAM


PINJAM MEMINJAM UANG DI KOPERASI SAUT MAJU NAULI DI
DOLOK SANGGUL
A. Klasifikasi Perbuatan Wanprestasi dalam Pinjam Meminjam Uang di

Koperasi Simpan Pinjam

Wanprestasi timbul apabila satu pihak (debitur) tidak melakukan apa yang

diperjanjiakan, misalnya: lalai atau ingkar janji.

Adapun bentuk dari wanprestasi bisa berupa empat kategori yakni:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

2. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang di

janjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 1

Oleh karen itu, kelalaian (wanprestasi) mempunyai akibat-akibat yang

berat maka tidak mudah untuk menyatakan bahwa seseorang lalai atau alpa.

Didalam pasal 1238 KUHPerdata menyebutkan bagaimana cara-cara

memperingatkan seseorang debitur. Si berutang adalah lalai, bila ia dengan surat

perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi

perikatannya sendiri, jika ini menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap

lalai dengan lewat waktu yang ditentukan.

1
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991,
hlm. 45.

62

Universitas Sumatera Utara


63

Akibat dari perbuatan wanprestasi atau kelalaian yang dilakukan, dapat

mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dengan sungguh-sungguh melaksanakan

perjanjian tersebut dengan itikad baik. Bagi pihak yang dirugikan, dapat

melakukan upaya hukum dengan tututan ganti kerugian, dengan terlebih dahulu

memberikan teguran tertulis. Dengan teguran tertulis tersebut, maka dapat

dijadikan alat bukti bahwa pihak yang lain telah melakukan wanprestasi atas

perjanjian yang ia buat bersamanya.

Didalam suatu perikatan apabila si berutang karena kesalahannya tidak

melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka dikatakan bahwa siberhutang itu

wanprestasi atau lalai/ingkar. Atau ia juga melanggar perjanjian, bila ia

melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh ia lakukan.

Didalam kenyataannya adalah sukar untuk menentukan kapan seorang

berutang itu dikatakan melakukan wanprestasi, karena seringkali ketika

mengadakan perjanjian pihak-pihak tidak menentukan waktu untuk melaksanakan

perjanjian itu.

Karena wanprestasi (kelalaian) mempunyai akibat yang begitu penting,

maka harus ditetapkan dahulu apakah si berutang melakukan wanprestasi atau

kelalaian, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim.

Tehadap kelalaian atau kealpaan si berhutang (si berhutang atau debitur

sebagai pihak yang melakukan sesuatu), diancamkan beberapa sanksi atau

hukuman. Hak-hak kreditur kalau terjadi ingkar janji adalah sebagi berikut:2

1. Hak untuk menuntut pemenuhan perikatan (Nokomen);

2
Ibid., hlm. 202.

Universitas Sumatera Utara


64

2. Hak untuk menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan itu

bersifat timbal balik, menuntut pembatalan perikatan (Ontbinding);

3. Hak untuk menuntut ganti rugi (Schade Vergoeding);

4. Hak untuk menuntut pemenuhan perikatan disertai dengan ganti rugi;

5. Hak menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.

Apabila undang-undang menyebut rugi maka yang dimaksud kerugian

nyata yang dapat diduga atau diperkirakan pada saat perikatan itu diadakan, yang

timbul sebagai akibat ingkar janji. Jumlahnya ditentukan dengan suatu

perbandingan diantara kekayaan sebelum terjadinya ingkar janji dan kedaan

kekayaan sesudah terjadi ingkar janji.

Pada asasnya bentuk ganti rugi yang lazim dipergunakan ialah uang, oleh

karena menurut ahli-ahli hukum perdata maupun Yurisprudensi uang merupakan

alat yang paling praktis, yang paling sedikit menimbulkan selisih dalam

menyelesaikan sesuatu sengketa. Selain uang, masih banyak bentuk-bentuk lain

yang diperlukan sebagai ganti rugi, yaitu pemulihan keadaan semula dan larangan

untuk mengulangi. Keduanya ini kalau tidak ditepati dapat diperkuat dengan uang
3
paksa tetapi uang paksa bukan merupakan bentuk atau wujud ganti rugi.

Dari pengalaman praktik apabila terjadi wanprestasi atau kredit macet

pada sebuah koperasi simpan pinjam, penyebabnya hanya ada dua, yaitu karena

Error Omission dan Error Comission. Error Omission (EO) adalah timbulnya

kredit macet yang diakibatkan oleh adanya unsur kesengajaan manusianya yang

melanggar kebijakan dan produr yang telah ditetapkan. Sedangkan, Error

3
Ibid., hlm.203.

Universitas Sumatera Utara


65

Eommission (EC) adalah timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya

peraturan dan ketentuan yang memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak

jelas.4

Pada EO jelas motifnya sejak awal tidak baik. Dengan perkataan lain,

sejak awal memang niatnya melanggar. Model ini lebih mudah terdeteksi karena

alat pembuktiannya mudah. Lain dengan EC yang memang tidak ada aturan dari

ketentuan yang dilanggar, tetapi motif untuk memanfaatkan belum adanya

peraturan atau ketentuan. Ada yang mengatakan kalau EO itu modusnya klasik,

sedangkan EC, adalah modusnya canggih. Biasanya saat kredit macet terjadi dan

dilakukan pemeriksaan, persoalannya tidak lepas dari EO dan EC atau bahkan

kedua-duanya.

Beberapa kriteria perbuatan Wanprestasi dalam pinjam meminjam uang di

Koperasi Simpan Pinjam:

1. Kurang Lancar

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah

melampaui 90 hari;

b) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang:

1. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi kredit

dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan, atau;

4
Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2010, hlm. 126.

Universitas Sumatera Utara


66

2. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit

yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, 2 bulanan atau 3

bulanan, atau;

3. Melampaui 6 bulan namun belum melampaui 12 bulan bagi

kredit yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih,

atau;

c) Terdapat cerukan karena penarikan yang jangka waktunya telah

melampaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja, atau;

d) Terdapat tunggakan bunga yang:

1. Melampaui 1 bulan namun belum melampaui masa 3 bulan

bagi kredit dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan, atau

2. Melampaui 3 bulan namun belum melampaui 6 bulan bagi

kredit yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan.5

e) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;

f) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan selama 90 hari;

g) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi peminjam;

h) Dokumen peminjam yang lemah.

2. Diragukan

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 180 hari;

b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen;

c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari;

5
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 198.

Universitas Sumatera Utara


67

d) Terjadi kapitalis bunga;

e) Dokumen hukum yang lemah baik untuk perjanjian pinjaman maupun

pengikatan perjanjian.

3. Macet

Suatu kredit digolongkan macet apabila:

a) Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan seperti

tersebut diatas;

b) Memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak

digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau suatu penyelamatan

kredit;

c) Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan

Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara atau telah diajukan

penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.6

B. Faktor Penyebab Wanprestasi oleh Peminjam dalam Koperasi

Simpan Pinjam

Dalam pemberian pinjaman, selisih rugi terjadi jika pelaksanaan tidak

sesuai dengan rencana yang ditetapkan, dapat berupa angsuran tidak sesuai

dengan perjanjian pinjaman, peminjam tidak dapat melunasi pinjamannya dalam

jangka waktu yang disepakati, kredit tidak digunakan sesuai dengan tujuan

6
Ibid, hlm. 200.

Universitas Sumatera Utara


68

permohonan pinjaman dan sebagainya. Kondisi ini umumnya disebut dengan

Wanprestasi.

Resiko pinjaman bermasalah adalah Peminjam mengingkari janji atau

melakukan wanprestasi membayar bunga dan atau pinjaman pokok yang telah

jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak

ada pembayaran. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang strategis

dalam menangani pinjaman bermasalah ini sesuai dengan prosedur dalam Good

Cooperative Governence. Pinjaman bermasalah sering menghantui Koperasi

Simpan Pinjam dalam menyalurkan pinjaman. Pinjaman bermasalah memiliki

potensi untuk menimbulkan kerugian dan merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap keberhasilan Koperasi.

Penyebab kredit bermasalah dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi

yang mengakibatkan terjadinya tunggakan, kemacetan atau tidak tertagihnya uang

koperasi. Dalam banyak kasus pinjaman bermasalah seringkali peminjam tidak

mampu untuk membayar hutangnya, solusi yang mungkin direkomendasikan

adalah memperpanjang jangka waktu kredit.

Beberapa Faktor yang Menyebabkan Wanprestasi oleh Peminjam:

a. Kompromi terhadap prinsip kehati-hatian

Kadang kala pimpinan koperasi berkompromi untuk memberikan

pinjaman dengan risiko tinggi karena faktor keeratan hubungan.

b. Kebijaksanaan perkreditan yang kurang sehat. Tidak adanya perencanaan

dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan yang sehat.

Universitas Sumatera Utara


69

c. Tidak lengkapnya informasi kredit.

d. Ketidakmampuan mengambil tindakan liquidasi sesuai perjanjian.

e. Kurangnya pengawasan.

f. Ketidakmampuan melakukan seleksi resiko.

Setiap kegiatan mempunyai resiko, begitu juga dalam perkreditan

banyak sekali yang dihadapi. Ketidakmampuan dalam mendeteksi risiko

yang mungkin terjadi menyebabkan koperasi tidak lagi waspada dalam

mengelola kreditnya terutama dalam pengamanan dan penjagaan terhadap

kredit-kredit yang telah diberikan.7

Menurut Siswanto Sutojo membagi faktor yang menyebabkan

timbulnya kredit bermasalah kedalam 3 faktor, sebagai berikut :8

a) Faktor Intern

Faktor intern yang dapat menjadi penyebab munculnya kredit

bermasalah adalah:

1. Rendahnya kemampuan atau ketajaman Koperasi melakukan

analisis kelayakan kredit, yang disebabkan oleh faktor-faktor:

a. Rendahnya pengetahuan dan pengalaman account officer.

b. Pimpinan Koperasi mendapat tekanan dari pihak ketiga

untuk meluluskan permintaan kreditnya.

c. Strategi pemberian kreditnya yang selalu sekspansif

sehingga mengabaikan prinsip kehati-hatian. Penerapan

strategi ini biasanya berawal dari penghimpunan dana

7
Ahmad Subagyo, Op. cit., hlm. 46-52.
8
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


70

masyarakat dalam jumlah besar-besaran. Oleh sebab itu,

sejak diberikan kredit telah membawa bibit masalah.

2. Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dari

administarsi kredit. Lemahnya sistem informasi menyebabkan

pimpinan koperasi tidak dapat memantau penggunaan kredit serta

perkembangan kegiatan usaha maupun kondisi keuangan

peminjam secara cermat.

3. Pengikatan Jaminan yang kurang sempurna.

Jaminan merupakan sumber kedua dana pelunasan kredit. Apabila

ikatan jaminan dilakukan secara sempurna dan jaminan dapat

dieksekusi dengan lancar, maka tunggakan pinjaman debitur dapat

diselesaikan secara cepat.

b) Ketidaklayakan peminjam

Sumber pembayaran pinjaman oleh peminjam diperoleh dari

keuntungan usaha, gaji, upah, honor dan sebagainya. Gangguan

terhadap kesinambungan penerimaan debitur akan menyebabkan

terganggunya kelancaran pembayaran angsuran pinjaman.

Beberapa sebab timbulnya kredit bermasalah:9

1. Terganggunya penerimaan peminjam;

2. Terganggunya pribadi peminjam (kecelakaan, sakit,

meninggal, cerai dan sebagainya);

3. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman pengusaha;

9
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


71

4. Penipuan.

c) Faktor Eksternal

Kondisi usaha dan likuiditas keuangan peminjam dapat menurun

karena pengaruh berbagai macam faktor ekstern yang berada di

luar jangkauan mereka untuk mengendalikan. Selanjutnya,

penurunan likuiditas keuangan akan mempengaruhi kemampuan

debitur dalam membayar bunga atau melunasi kreditnya. Beberapa

faktor ekstern yang berpengaruh adalah:

1. Perkembangan Perekonomian

2. Bencana Alam

3. Peraturan Pemerintah.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, akan

tetapi kalau dikaji secara seksama masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi

2 yaitu sisi peminjam sendiri dan sisi non peminjam. Dari sisi peminjam,

terjadinya kredit bermasalah disebabkan peminjam tidak mampu dan/atau tidak

mau untuk membayar pinjamannya. Dari sisi non Peminjam, terjadinya kredit

bermasalah dapat disebabkan karyawan koperasi tidak jujur, faktor kondisi

perekonomian dan kebijakan pemerintah. Kredit bermasalah dideteksi dengan

mengenali gejala-gejala terjadinya, sehingga dapat dilakukan tindakan preventive

untuk menghindari terjadinya akibat yang lebih buruk lagi. Dengan memilih dan

menganalisis berbagai gejala yang timbul, koperasi akan dapat menemukan sebab

utama terjadinya kredit bermasalah, maka koperasi akan dapat melakukan

treatment yang tepat.

Universitas Sumatera Utara


72

Kumpulan berbagai penyebab terjadinya kredit macet:

a. Faktor Koperasi

1) Koperasi tidak melakukan analisis kredit sebagaimana mestinya;

2) Koperasi kurang memiliki kemampuan teknis penyaluran kredit;

3) Koperasi menerapkan strategi ekspansi berlebihan;

4) Koperasi tidak merencanakan pemberian secara matang;

5) Koperasi lemah dalam melakukan penolakan;

6) Koperasi lemah dalam melakukan pengawasan;

7) Koperasi terlalu melihat riwayat hidup peminjam mengabaikan aspek

keuangan dan usaha peminjam;

8) Kredit telah dicairkan sebelum administrasi kredit diselesaiakan;

9) Kelemahan sistem dan prosedur pemberian kredit;

10) Kredit diberikan tanpa persetujuan dan saran dari komite kredit;

11) Koperasi terlalu besar memberikab kredit;

12) Koperasi terlalu sedikit memberikan kredit.

b. Faktor Debitur

Faktor dari anggota sebagai debitur dalam koperasi simpan pinjam. Tidak

semua anggota koperasi jujur mengisi surat permohonan pinjaman, misalnya

dalam hal tujuan/kegunaan dari pinjaman, pengahasilan dan belanja keluarga.

Tujuan atau kegunaan pinjaman diajukan untuk modal atau menambah usaha,

tetapi setelah pinjaman diberikan ternyata digunakan untuk kebutuhan konsumtif.

Faktor ini memang agak sulit untuk diketahui dan dianalisis oleh pihak koperasi,

karena hal ini menyangkut kejujuran dari pada anggota. Pinjaman juga bisa

Universitas Sumatera Utara


73

menjadi bermasalah karena kesalahan anggota dalam mengelola keuangannya

seperti terlalu banyak melakukan eksapansi usaha, atau dalam usaha perdagangan

terlalu banyak menimbun stok barang tanpa memperhitungkan kelancaran

perputaran barang dagangannya. Hal ini bisa menyebabkan modal yang diberikan

oleh koperasi mengendap pada pembelian barang tersebut, sementara

pendistribusian atau permintaan pasar yang berkurang bahkan tidak ada sama

sekali. Tentu saja dengan kondisi seperti ini tidak akan menguntungkan usaha dan

akhirnya menyebabkan ketidakmampuan mengembalikan pinjaman dari koperasi.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang mengakibatkan timbulnya wanprestasi:

1) Peminjam menjalankan bisnis baru;

2) Peminjam menyimpangkan ke baranag-barang baru;

3) Debitur melarikan diri;

4) Peminjam suka berjudi;

5) Peminjam memiliki pola hidup mewah;

6) Peminjam mengalami gagal usaha;

7) Pemutusan hubungan kerja terhadap anggota dari pekerjaan.

Penyebab pinjaman bermasalah di Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul:

Secara umum terdapat 3 faktor penyebab terjadinya pinjaman bermasalah

yaitu:

1. Faktor Internal

a. Analisa pinjaman yang tidak akurat

b. Lemahnya pengawasan dan monitoring

c. Pengikatan perjanjian pinjaman dan jaminan kurang sempurna

Universitas Sumatera Utara


74

d. Pinjaman yang diberikan tidak berdasarkan sasaran yang tepat

e. Lemahnya sumber daya manusia.

2. Faktor Eksternal

a. Anggota menyalahgunakan sasaran pinjaman

b. Anggota kurang mampu mengelola pinjaman

c. Anggota berkelakuan kurang baik

d. Kondisi ekonomi kurang kondusif yang menyebabkan turunnya

pendapatan usaha sehingga mempengaruhi kemampuan anggota

untuk membayar pinjaman ke koperasi Saut Maju Nauli.

e. Regulasi atas peraturan-peraturan pemerintah pada bidang tertentu

yang berpengaruh sangat signifikan terhadap usaha anggota.

f. Krisis ekonomi moneter.

g. Pasar keuangan tidak bergairah.

h. Pertumbuhan ekonomi rendah.

3. Keadaan yang Bersifat Force Majeur

Adalah faktor yang disebabkan oleh suatu kejadian diluar jangkauan

manusia seperti bencana alam gempa, banjir dan lain-lain. Dalam

menyikapi pinjaman anggota yang bermasalah Dewan Pengurus perlu

mengambil kebijakan demi kebaikan organisasi. 10

10
Wawancara dengan Jamudin Sihombing, selaku Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut
Maju Nauli, Pada Tanggal 8 November 2019 pukul 09.15 WIB.

Universitas Sumatera Utara


75

C. Tindakan dan Upaya Penyelesaian Hukum Terhadap Peminjam yang

Melakukan Wanprestasi

Tanggung jawab dalam hukum perdata, bila dikaitkan dengan

sumber terjadinya, dapat timbul dari dua sumber yaitu:

1. Tanggung jawab yang berkaitan dengan pekerjaan/wewenang yang

melekat pada orang/badan hukum;

2. Tanggung jawab yang berasal dari adanya perikatan karena undang-

undang.

Apabila pihak yang memegang suatu tanggung jawab tersebut melakukan

kesalahan karena suatu perikatan karena suatu kesengajaan sehingga

menimbulkan kerugian yang diderita oleh pihak lain sebagai akibat dari kesalahan

tersebut maka pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi sesuai

dengan yang diatur dalam hukum perdata.

Kredit bermasalah atau non performing loan, merupakan resiko yang

terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh koperasi. Resiko tersebut berupa

keadaan dimana kredit tidak dapat kembali dengan tepat.

Untuk menyelesaikan kredit bermasalah ada dua strategi yang dapat ditempuh

koperasi yaitu:

1. Penyelamatan kredit, yaitu suatu langkah penyelesian kredit bermasalah

melalui perundingan kembali antara peminjam dengan koperasi.

2. Melakukan upaya perlindungan hukum yang melalui jalur pengadilan atau

litigasi yaitu suatu upaya yang dilakkukan untuk memperoleh ganti rugi

melalui jalur hukum dengan mengajukan gugatan ke pengadilan.

Universitas Sumatera Utara


76

3. Melakukan upaya hukum dengan cara musyawarah atau negosiasi atau

melakukan penyelesaian sengketa alternatif. Dibanding dengan upaya

hukum melalui pengadilan yang memakan waktu yang lama serta akan

menghabiskan biaya yang tidak sedikit.11

Model enam langkah pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh

koperasi:

1. Definisikan masalah;

2. Analisis sebab-sebab Potensial;

3. Identifikasi solusi yang memungkinkan;

4. Pilih Solusi terbaik;

5. Susun rencana tindakan;

6. Implementasi solusi dan evaluasi.

Model diatas dapat digunakan sebagai peta untuk membantu menemukan

solusi yang tepat terhadap penyelesaian kredit bermasalah.

1) Defenisikan Masalah

Banyak upaya pemecahan masalah yang berjalan menyimpang

karena tidak mendapat perhatian yang serius pada langkah pertama. Cara

terbaik untuk memastikan agar masalah dipahami dengan baik adalah

mendefinisikannya secara aktual dalam bentuk tulisan.

2) Analisis Sebab-sebab Potensial

Menganalisis sebab-sebab potensial secara efektif, paling baik

dilakukan dengan mengikuti langkah sebagai berikut:

11
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1998, hlm.
53.

Universitas Sumatera Utara


77

a. Identifikasikan sebab potensial;

b. Tentukan sebab yang paling memungkinkan;

c. Identifikasi akar penyebab yang sesungguhnya.

3) Identifikasi kemungkinan solusi

Dengan telah diketahuinya akar penyebab dan masalah aktual maka

langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kemungkinan solusi

pemecahannya. Proses yang dapat dilakukan adalah mengejar kuantitas

dengan suatu daftar kemungkinan solusi yang luas. Memulai dengan daftar

kemungkinan solusi yang panjang memberi kesempatan untuk meneliti

berbagai solusi untuk meneliti berbagai solusi yang lebih inovatif dan

tidak biasa, yang memungkinkan tidak dapat dipertimbangkan

sebelumnya, jika kita membuat daftar ringkas alternatif.

4) Pilih solusi terbaik

Dalam banyak situasi pemecahan masalah, faktor-faktor atau

kriteria yang berbeda, yang dapat digunakan individu sebagai dasar

memilih solusi suatu solusi, tidak jelas atau bahkan tidak pernah

diutarakan sama sekali.

Langkah untuk menemukan solusi terbaik adalah:

a. Kembangkan dan berikan bobot pada kriteria;

b. Implementasikan kriteria;

c. Pilihlah solusi terbaik.

5) Susun Rencana Kerja

Dua langkah berikut akan membantu menyusun rencana tindakan.

Universitas Sumatera Utara


78

a. Membagi solusi menjadi tugas berurutan;

b. Menyusun rencana kemungkinan.

Hal ini penting karena berdasarkan pengalaman, perencanaan yang

paling baikpun dapat saja gagal, tergelicir atau harus diubah

ditengah jalan, karena sesuatu yang muncul disepanjang proses.

6) Mengimplementasikan solusi dan mengevaluasi perkembangan

dengan mengikuti rencana tindakan dan mengevaluasi perkembangan,

solusi dapat dipastikan diterapkan sekalipun macam-macam perubahan

terjadi. Melalui sistem pemantauan yang mapan, tentukan apakah tugas-

tugas dilaksanakan atau tidak atau target-target jangka pendek tercapai

sebagaimana telah direncanakan.12

Penanganan pinjaman bermasalah pada koperasi harus berbeda dengan

kredit bermasalah pada perbankan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam

penanganan pinjaman bermasalah pada koperasi adalah:

a. Keterbukaan;

b. Tanggung jawab bersama dan solidaritas anggota;

c. Pembinaan yang berkelanjutan kepada anggota;

d. Efisiensi dengan memperhatikan prinsip bahwa manfaat yang diperoleh

harus lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan.

a) Manajemen pinjaman bermasalah

12
Ahmad Subagyo, Op. cit, hlm. 115-126.

Universitas Sumatera Utara


79

Langkah mengelola pinjaman bermasalah harus sesuai dengan

tingkat kolektabilitasnya yaitu: pinjaman kurang lancar, pinjaman

diragukan dan pinjaman macet.

b) Penyelamatan pinjaman bermasalah

Upaya penyelamatan pinjaman bermasalah, dapat ditempuh

setelah melakukan proses pengelompokan yaitu: pinjaman kurang

lancar, pinjaman diargukan dan pinjaman macet.

1. Penyelamatan pinjaman kurang lancar

a. Meningkatkan penagihan;

b. Memperpanjang jangka waktu peminjaman, dengan syarat:

Pinjaman dari koperasi masih terpakai dan berputar pada usaha

secara efektif, modal tersebut masih dibutuhkan, tidak terdapat

tunggakan bunga. Debitur harus bersedia menandatangani

perjanjian perpanjangan jangka waktu pinjaman.

2. Penyelamatan Pinjaman Diragukan

Untuk mengatasi pinjaman diragukan pihak koperasi perlu melakukan

penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dapat

dilakukan dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu pembayaran atau

jumlah angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau dengan melakukan

penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.

Penyelamatan pinjaman diragukan dilakukan dengan beberapa metode,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara


80

a. Rescheduling

Yaitu dengan cara:

a. Memperpanjang Jangka Waktu Kredit

Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah

jangka waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit

dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai

waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.

b. Memperpanjang Jangka Waktu Angsuran

Memperpanjang jangka waktu angsuran hampir sama dengan

jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kredit

diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48

kali dalam hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi

mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

b. Reconditioning

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti:

a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan utang

pokok.

b. Penundaan Pembayaran Bunga sampai Waktu Tertentu.

Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya,

sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

c. Penurunan Suku Bunga

Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan

beban nasabah. Sebagai contoh, jika bunga per tahun sebelum

Universitas Sumatera Utara


81

dibebankan 17 % diturunkan menjadi 15 %. Hal ini tergantung

dari pertimbangan koperasi. Penurunan suku bunga akan

mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga

diharapkan dapat membantu meringankan peminjam.

d. Pembebasan Bunga

Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan

pertimbangan peminjam sudah tidak akan mampu membayar

kredit tersebut. Akan tetapi, peminjam tetap mempunyai

kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

c. Pertanggung Jawaban Penjamin

Pertanggung jawaban penjamin merupakan jalan terakhir apabila

peminjam sudah benar-benar tidak mempunyai itikad baik atau sudah

tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utannya.13

3. Penyelamatan Pinjaman Macet

a. Penjadwalan kembali jangka waktu pinjaman;

b. Persyaratan kembali pinjaman;

c. Penataan kembali pinjaman;

d. Penjualan aset yang dijadikan jaminan;

e. Mengajukan klaim kepada pihak penjamin;

f. Penjualan perusahaan, jika kondisi benar-benar terpaksa sehingga

menjual perusahaan dinilai sebagai jalan penyelesaian terbaik;

13
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 120-122.

Universitas Sumatera Utara


82

g. Pengambilalihan hutang oleh pihak ketiga yang dinilai dapat

menjamin pengembalian kewajibannya;

h. Meminta debitur mengupayakan dana dari pihak lain untuk

melunasi kewajibannya;

i. Apabila seluruh prosedur diatas telah ditempuh dan ternyata masih

terjadi perselisihan antara pihak koperasi dengan debitur maka

penyelesaian secara hukum dapat dilakukan.14

Sanksi- sanksi dalam kegiatan meminjam di koperasi Saut Maju Nauli di

Dolok Sanggul:

a) Pengangsuran pinjaman yang tidak sesuai dengan waktu yang

tertulis dalam surat perjanjian pinjaman akan dikenakan denda:

1. Bulan kedua sebesar 3% dari angsuran sepatutnya

2. Bulan kedua sebesar 4% dari angsuran sepatutnya

3. Bulan keempat sebesar 5% dari angsuran sepatutnya

b) Nama-nama anggota yang menunggak selama 2 bulan akan

diberitahukan kepada pengurus lingkungan agar mereka

melakukan pendekatan/konsultasi kepada penunggak.

c) Penyitaan dan penjualan jaminan pinjaman akan dilakukan melalui

jalur hukum kepada penunggak yang membangkang.

d) Anggota yang menunggak tidak dapat dijadikan sebagai saksi

(Penjamin) dalam permohonan pinjaman anggota lain.15

14
Ahmad Subagyo, Manajemen Koperasi simpan pinjam, Op.cit., hlm. 48.

Universitas Sumatera Utara


83

Prosedur mencegah Tunggakan/ kredit macet di Koperasi Saut Maju Nauli

Beberapa langkah kongkrit dalam mencegah agar tidak terjadi tunggakan/ kredit

macet sebagai berikut:

1. Harus mengikuti prosedur pemberian pinjaman dengan baik sehingga

prosedur seleksi akan berlangsung dengan sendirinya.

2. Jangan terpaku atas target yang harus dicapai.

3. Jangan percaya pada “keyakinan anggota” karena anggota tidak akan

mengajukan pinjaman bila tidak punya keyakinan mampu membayar

pinjaman yang diajukan.

4. Jangan segan-segan menolak permohonan pinjaman anggota apabila dari

hasil analisa pinjaman sampai kesimpulan tidak layak dikabulkan.

5. Lengkapi dokumentasi atau berkasi-berkas yang dibutuhkan sebelum

pinjaman di realisasikan.

6. Jangan terlalu percaya dengan janji anggota peminjam.

7. Pantau atau monitoring setiap perkembangan usaha anggota karena akan

mempengaruhi kualitas pinjaman anggota serta lakukan pembinaan

khususnya anggota penunggak satu bulan termasuk peminjam yang hanya

membayar bunga.

8. Periksa dan cek secara teratur perkembangan simpanan anggota.

9. Lakukan kunjungan kepada anggota setiap jangka waktu tertentu.

15
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


84

10. Bila anggota sering terlambat dalam membayar angsuran pokok maupun

bunga maka perlu waspada.16

D. Hambatan yang Dialami oleh Koperasi dalam Penyelesaian

Perbuatan Wanprestasi Peminjam

Hambatan yang dialami koperasi Saut Maju Nauli berdasarkan hasil

wawancara yang telah dilaksanakan menjelaskan bahwa hambatan dalam

menyelesaikan pinjaman bermasalah (wnprestasi) pada dasarnya memang semua

pinjaman anggota diikat dengan perjanjian dan semua itu memiliki jaminan.

Sebenarnya kalau kita hanya mengacu pada proses hukum yang ada, tidak ada

kendala, karena apabila anggota wanprestasi pihak koperasi hanya tinggal

menarik atau menjual agunan yang sudah diserahkan pada saat pengajuan

pinjaman atau bisa saja mendesak pihak penjamin yang sudah membuat

pernyataan tertulis diatas materai. Namun persoalannya tidak segampang itu, Misi

Koperasi Saut Maju Nauli adalah misi sosial dan misi ekonomi. Dalam misi

ekonomi, koperasi tidak ada bedanya dengan sistem perbankan yang hanya

memikirkan profit (untung). Ketika kita akan menarik agunan anggota, maka misi

sosial berkata lain. Perlu kita pahami bahwa anggota yang meminjam ke koperasi

Saut Maju Nauli adalah golongan ekonomi lemah dan masyarakat miskin.17

Tujuan koperasi Saut Maju Nauli adalah membantu anggota memperbaiki

atau meningkatkan perekonomiannya, bukan untuk kemiskinan anggota.

16
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.
17
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


85

Disamping itu, tujuan yang tidak kalah penting adalah mengubah karakter

anggota, mengubah perilaku dan memperbaiki moralnya. Jika koperasi akan

menarik agunan, maka koperasi Saut Maju Nauli akan lari dari tujuan sebenarnya.

Agunan tersebut biasanya berupa barang bergerak ( kendaraan, mesin, dll) yang

akan dia pergunakan untuk menunjang perekonomiannya sehari hari dan agunan

berupa barang tidak bergerak ( tanah dan bangunan) yang menjadi lahan pertanian

atau rumah tempat tinggalnya. Nah, jika koperasi Saut Maju Nauli akan

menjualnya maka koperasi secara tidak langsung membunuh anggota dan

keluarganya. Lahan/ tanah yang menjadi sumber kehidupannya sudah kita putus.

Namun dalam tertentu, misalnya anggota tidak memiliki itikad baik untuk

menyelesaikan kewajibannya, pihak koperasi Saut Maju Nauli akan mengambil

tindakan tegas sampai proses hukum baik pidana maupun perdata.18

Kembali kepada pertanyaan yang diajukan, kendala itu sungguh beragam.

Namun sebelum menjawab pertanyaan itu, kita butuh informasi yang rill dari

anggota apa penyebab wanprestasi tersebut terjadi. Pada dasarnya bahwa manusia

itu baik. Koperasi Saut Maju Nauli dalam melakukan penagihan biasaanya

melakukan trik khusus, yaitu: 3K yaitu: Kunjungi, kunjungi lagi, kunjungi terus.

Artinya penagihan tetap dilaksanakan sampai tuntas. Yang menjadi kendala

adalah pertama anggota tidak bisa lagi dikumgjungi karena sudah tidak

berdomisili dan tidak diketahui lagi alamatnya. Kedua agunan yang diserahkan

sudah tidak ada lagi karena sesuatu hal. Misalnya: rusak, hilang, atau sudah dijual

kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pengurus koperasi. Ketiga, si anggota

18
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


86

mengalami musibah/ sakit yang menyebabkan dia tidak mampu lagi memenuhi

kewajibannya. Keempat, kejadian diluar dugaan yang sifatnya force-majeur

(overmacth).19

Dalam memberikan pinjaman tidak mungkin luput dari resiko. Resiko

tersebut berupa keadaan dimana pinjaman tidak dapat dikembalikan dengan tepat

waktu atau tidak membayar (wanprestasi). Kendala yang dihadapi oleh koperasi

Saut Maju Nauli dalam menyelesaikan perbuatan wanprestasi atau pinjaman

bermasalah dari anggota adalah pendapatan utama dari koperasi simpan pinjam

bersumber dari bunga pinjaman anggota. Dampak utamanya terhadap koperasi

adalah pendapatan, sehingga berdampak pada SHU anggota lain.

Kendala yang biasa dihadapi adalah agunan atau jaminan pinjaman yang

belum dilengkapi dengan hak tanggungan dan fidusia. Sehingga apabila pinjaman

macet koperasi akan kewalahan menarik agunan anggota, disamping itu koperasi

merupakan usaha yang bersifat sosial, maka penyelesaian pinjaman lalai/ macet

selalu mengutamakan jalan solusi kekeluargaan. Sehingga paling utama adalah

pendidikan karakter/ watak anggota. Dalam koperasi Saut Maju Nauli, pendidikan

anggota menjadi salah satu pilar utama dan pertama. Sebelum masuk anggota,

syarat utama harus terlebih dahulu mengikuti pendidikan dan motivasi dasar.

Kendala lain yang juga dihadapi oleh koperasi dalam menagih utang dari

anggota yang wanprestasi. Petugas koperasi yang mendatangi tempat kediaman

dari anggota selalu terkendala dalam melaksanakan pertemuan dengan anggota

tersebut. Berdasarkan pengalaman petugas yang melakukan penagihan sangat

19
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


87

susah bisa menjumpai yang bersangkutan. Kedatangan petugas membuat orang

yang bersangkutan bersembunyi atau lari dari kediamannya pada saat petugas

datang. Orang yang dijadikan kambing hitam untuk bertemu dengan petugas

biasanya adalah anak dari anggota yang belum dewasa. Pihak koperasi tentunya

sangat kewalahan dalam melakukan tindakan penagihan apabila terjadi hal

tersebut, sehingga akan mempengaruhi permodalan koperasi dan pendapatan

koperasi.

Kendala berikutnya yang dihadapi oleh koperasi Saut Maju Nauli adalah

disaat anggota tersebut meninggalkan daerah tempat tinggalnya. Keberadaan

anggota yang tidak diketahui oleh pihak koperasi tentunya akan menyebabkan

tidak ada tindakan yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan penagihan. 20

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan, penulis

mendapatkan data-data terkait anggota yang menunggak pembayaran. Penulis

mengambil data anggota yang wanprestasi dalam kurun waktu 3 tahun yaitu mulai

tahun 2017 hingga 2019. Daftar nama anggota yang menunggak di Koperasi Saut

Maju Nauli adalah sebagai berikut:21

Kredit Macet Ragu-ragu

NO Nama Anggota yang Wanprestasi NBA Jumlah Tunggakan

1 Herlina 338 Rp 3.245.000

20
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.
21
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


88

2 Lastiar 378 Rp 1.202.000

3 Lengsiana 321 Rp 2.490.000

4 Manuntun 318 Rp 2.840.000

5 Manta Manalu 187 Rp 1.780.000

6 Erida 220 Rp 140.000

7 Rosmile 184 Rp 2.202.000

8 Korbina 232 Rp 3.100.000

Kredit Macet Total

NO Nama Anggota yang Wanprestasi NBA Jumlah Tunggakan

1 Berta 146 Rp 1.100.000

2 Ny. Kevin 415 Rp 415.000

3 Masni 285 Rp 300.000

4 Pakpahan 216 Rp 285.000

5 Bernat 120 Rp 1.600.000

6 Merci 293 Rp 435.000

7 Binsar 219 Rp 900.000

8 Merdu 132 Rp 640.000

9 Silitonga - Rp 1000.000

10 Ny. Binsar 149 Rp 200.000

kendala yang dihadapi oleh koperasi Saut Maju Nauli untuk

menyelesaikan permasalahan terkait peminjam wanprestasi bisa juga di akibatkan

Universitas Sumatera Utara


89

anggota peminjam yang meninggal dunia. Dalam aturan koperasi Saut Maju

Nauli, apabila peminjam telah meninggal dunia disaat utangnya belum lunas maka

hutang tersebut dibayar oleh ahli waris. Kendalanya yang terjadi dilapangan,

anggota yang meninggal dunia tersebut merupakan tulang punggung keluarga.

Sehingga ahli waris juga tidak mampu membayar angsuran hutang yang dipinjam

oleh anggota tersebut.22

Namun perlu ditegaskan bahwa setiap wanprestasi yang terjadi pihak

Koperasi Saut Maju Nauli selalu mencari akar permasalahannya terlebih dahulu,

kemudian kita duduk bersama untuk mencari solusi terbaik secara kekeluargaan.

Karena Koperasi didirikan bertujuan untuk mensejahtrakan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam ranga mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan

makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Tujuan Koperasi ini sangat selaras

dengan misi sosial dan misi ekonomi yang di inginkan Koperasi Saut Maju Nauli.

22
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

TANGGUNG JAWAB PENJAMIN DALAM PINJAM MEMINJAM UANG


DI KOPERASI SAUT MAJU NAULI DI DAERAH DOLOK SANGGUL

A. Kedudukan Hukum Penjamin Dalam Pinjam Meminjam Uang di

Koperasi Simpan Pinjam Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul

Sesuai dengan prinsip-prinsip pinjaman uang dari koperasi, kegiatan

penjaminan pinjaman membutuhkan landasan hukum atau legalitas untuk dapat

digunakan dan diselenggarakan. Sebagai bukti penjamin akan mengeluarkan suatu

komitmen tertulis akan kesediannya dalam menjamin suatu pinjaman uang dari

koperasi milik debitur (peminjam). Komitmen ini dituangkan secara formal dalam

suatu surat perjanjian yang merupakan bukti dan persyaratan pinjaman uang dari

koperasi. Dalam surat perjanjian tersebut dengan jelas disebutkan data pihak

peminjam dan penjamin pinjaman, termasuk profil pinjaman yang dijamin. 1

Sesuai dengan prinsip penjaminan pinjaman adalah suatu kegiatan

pelengkap bagi suatu perkreditan, maka sebelum memulai kegiatan penjaminan

terlebih dahulu harus terdapat perjanjian pinjaman antara peminjam dengan pihak

koperasi. Meskipun demikian, karena perjanjian penjaminan melibatkan tiga

pihak dan terutama mengikat keberadaan pihak penjamin dan pihak koperasi,

maka sebelum mengeluarkan komitmen akan menjamin pinjaman tersebut, maka

koperasi dan penjamin dapat mengkomunikasikan segala ketentuan penjaminan

kepada pihak yang nantinya menerima manfaat dari jaminan tersebut. Komunikasi

antara penjamin dan koperasi dilakukan secara tertulis, dan hal tersebut menjadi

1
Sofyan A. Djalil, Penjamin Kredit Mengantar UKMK mengakses Pembiayaan, PT alumni,
Bandung, 2007, hlm. 22.

90

Universitas Sumatera Utara


91

landasan kesepakatan kedua pihak atas kepentingan peminjam untuk kemudian

saling mengikatkan diri dalam sebuah kegiatan penjaminan. Komunikasi ini pada

dasarnya merupakan jawaban atau respon penjamin terhadap pengajuan

penjaminan pinjaman dari peminjam. Selanjutnya, atas ketentuan penjaminan

tersebut, Koperasi memiliki kewenangan untuk menyetujui atau menyampaikan

keberatan atas ketentuan dan persyaratan jaminan.

Surat penjaminan tersbut merupakan dasar adanya persetujuan secara

prinsip pihak penjamin untuk memberikan penjaminan. Oleh penerima jaminan,

persetujuan prinsip tersebut dapat digunakan sebagai dasar ditandatanganinya

suatu perjanjian pinjaman. Komunikasi antara koperasi dan penjamin serta

persetujuan prinsip penjaminan tersebut didokumentasikan secara tertulis dan

menjadi landasan bagi perjalanan kredit.2

Suatu “Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang

pihak ketiga, guna kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi

perikatannya debitur manakala orang ini tidak memenuhinya”, demikianlah

rumusan Pasal 1820 KUHPerdata. Dari rumusan yang diberikan tersebut dapat

kita ketahui bahwa suatu penanggungan utang meliputi beberapa unsur, yaitu:

1. Penanggung utang adalah suatu bentuk perjanjian, berarti sahnya

penanggungan utang tidak terlepas dari sahnya perjanjian yang diatur

dalam pasal 1320 KUHPerdata;

2
Ibid., hlm. 23.

Universitas Sumatera Utara


92

2. Penanggungan utang melibatkan keberadaan suatu utang yang terlebih

dahulu ada. Hal ini berarti tanpa keberadaan utang yang ditanggung

tersebut,maka penanggung utang tidak pernah ada;

3. Penanggung utang dibuat semata-mata untuk kepentingan kreditor, dan

bukan untuk kepentingan kreditur;

4. Penanggungan utang hanya mewajibkan penanggung memenuhi

kewajibannya kepada kreditur manakala debitur telah terbukti tidak

memenuhi kewajibannya.3

Di dalam sebuah perjanjian kredit terdapat beberapa pihak yang terlibat.

Pada umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian kredit adalah

pihak kreditur dan pihak debitur. Tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan

untuk masuknya pihak ketiga yaitu berkedudukan sebagai penjamin di dalam

KUHPerdata penjamin itu disebut dengan istilah Penanggung. Istilah Penanggung

ini menitik beratkan atau mengarah kepada jaminan yang bersifat perorangan.

Karena dalam lalu lintas hukum perdata dikenal dua bentuk jaminan yaitu jaminan

kebendaan dan jaminan perorangan walaupun nanti pada akhirnya semua bentuk

jaminan itu tertuju pada prestasi yaitu pelunasan hutang debitur.4

Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pertanggung jawaban penanggung

adalah:

a. Latar belakang adanya pertanggung jawaban penanggung;

b. Timbulnya pertanggung jawaban penanggung;

3
Gunawan Widjaja, Penanggungan Utang dan Perikatan Tanggung Menanggung, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 13-14.
4
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum, Panduan Batuan Hukum Indonesia, yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 2009. hlm. 139.

Universitas Sumatera Utara


93

c. Besarnya pertanggung jawaban penanggung. 5

Jenis-jenis Pengikat Jaminan Kredit:

Adapun jenis- jenis jaminan adalah sebagai berikut:

1. Jaminan Perorangan yaitu Penanggungan utang atau Borgtoucht.

2. Jaminan Kebendaan antara lain:

a. Jaminan atas benda bergerak seperti gadai dan Fidusia;

b. Jaminan atas benda tidak bergerak seperti Hipotik dan Hak

Tanggungan.6

Penanggung Utang ( Borgtocht)

Dasar Hukum pertanggungan utang diatur dalam pasal 1820-1850

KUHPerdata. Pengertian Penanggungan utang adalah perjanjian dengan mana

seorang pihak ketiga, guna kepentingan siberpiutang mengikatkan diri untuk

memenuhi perjanjian si berutang, mana kala debitur tidak memenuhinya

(Wanprestasi).

Adapun Jenis-jenis Penanggungan Utang adalah:

a. Personal Guaranty atau Jaminan Perorangan yaitu jika yang ditunjuk

penjamin atau penanggung adalah orang perorang;

b. Corporate guaranty: yaitu apabila yang ditunjuk sebagai penjamin

adalah perusahaan.7

5
Heru Guntoro, Artikel : Tanggung Gugat Pihak Penjamin Dalam Perjanjian Kredit Akibat
Wanprestasi, Jurnal Ilmiah Progressif Vol.6 No. 15, April 2009, hlm. 23.
6
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.
7
Op. cit., hlm. 141.

Universitas Sumatera Utara


94

Jaminan dalam bentuk Jaminan Perorangan (Borgtocht) mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut:8

1. Jaminan Borgtocht mempunyai sifat Accessoir, artinya, Jaminan

Borgtocht bukan hak yang berdiri sendiri tetapi lahirnya, keberadaannya,

atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya yaitu Perjanjian Kredit

atau Perjanjian Hutang.

2. Borgtocht tergolong jaminan perorangan. Yaitu adanya pihak ketiga

(orang ketiga atau badan hukum) yang menjamin pelunasan utang debitur

bila debitur wanprestasi.

3. Borgtocht tidak memberikan hak Preferent (diutamakan). Artinya, bila

seorang penjamin atau penanggung tidak dengan sukarela melunasi hutang

debitur maka harta kekayaan penjamin itu yang harus dieksekusi. Tetapi

harta kekayaan sipenanggung atau penjamin bukan semata-mata untuk

menjamin hutang debitur kepada kreditur tertentu saja tetapi sebagai

jaminan hutang debitur kepada semua kreditur. Kalau harta kekayaan si

penjamin dilelang maka hasilnya dibagi kepada kreditur yang ada secara

proporsional kecuali penjamin tidak memiliki kreditur lain.

4. Besarnya penjaminan atau penanggungan tidak melebihi atau syarat-syarat

yang lebih berat dari perikatan pokok. Maksudnya penjamin hanya

menjamin pelunasan hutang debitur yang besarnya telah ditegaskan dalam

perjanjian penjaminan. Misalnya sebesar hutang pokok ditambah dengan

bunga. Hal ini diatur pada pasal 1822 KUHPer.

8
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum, Ibid., hlm. 142.

Universitas Sumatera Utara


95

5. Penjamin memiliki hak-hak istimewa dan tangkisan-tangkisan. Artinya,

seorang penjamin adalah cadangan yang mana penjamin baru membayar

hutang debitur jika debitur tidak memiliki kemampuan lagi. Adapun hak-

hak istimewa yang dimiliki oleh penjamin tercantum dalam pasal 1832

KUHPer, yaitu:

a) Hak untuk menuntut agar harta kekayaan debitur disita dan

dieksekusi terlebih dahulu untuk melunasi hutangnya, bila hasil

eksekusi tidak cukup untuk melunasi hutangnya maka kemudian

harta kekayaan penjamin yang dieksekusi.

b) Hak tidak mengikatkan diri bersama-sama dengan debitur secara

tanggung-menanggung. Maksud hak ini adalah kemungkinan

penjamin telah mengikatkan diri bersama-sama debitur dalam

suatu perjanjian secara jamin-menjamin. Penjamin yang telah

mengikatkan diri bersama-sama debitur dalam satu akta perjanjian

dapat dituntut oleh kreditur untuk tanggung menanggung bersama

debiturnya masing-masing untuk seluruh hutang.

c) Hak untuk mengajukan tangkisan (Pasal 1849 dan 1850 KUHPer).

Penjamin mempunyai hak untuk mengajukan tangkisan yang dapat

dipakai debitur kepada kreditur kecuali tangkisan yang hanya

mengenai pribadinya debitur (Pasal 1847 KUHPer). Hak

mengajukan tangkisan merupakan hak penjamin yang lahirnya

dari perjanjian penjaminan. Tangkisan dapat diajukan misalnya

perjanjian terjadi karena kesesatan,

Universitas Sumatera Utara


96

d) Hak untuk membagi hutang. Bila dalam perjanjian penjaminan ada

beberapa penjamin yang mengikatkan diri untuk menjamin satu

debitur dan hutang yang sama maka masing-masing penjamin

terikat untuk seluruh hutang.

e) Hak untuk diberhentikan dari penjamin. Seorang penjamin berhak

meminta kepada kreditur untuk diberhentikan atau dibebaskan dari

kedudukannya sebagai seorang penjamin jika ada alasan untuk itu.

6. Kewajiban penjamin bersifat subsider. Maksudnya, kewajiban pemenuhan

utang debitur terjadi manakala debitur tidak memenuhi hutangnya.

7. Perjanjian Borgtocht bersifat tegas, tidak dipersangkakan. Maksudnya,

seorang penjamin harus menyatakan secara tegas dalam Perjanjian

Borgtocht untuk menjamin utang seorang debitur.

8. Penjaminan beralih kepada ahli waris. Maksudnya jika penjamin

meninggal dunia maka kewajibannya akan berpindah kepada ahli

warisnya.

Peraturan Sebagai Penjamin dalam Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok

Sanggul:

a. Harus anggota yang keanggotaannya telah berumur 6 bulan.

b. Harus diketahui suami/ isteri.

c. Kriteria penjamin harus sesuai dengan TUKEPPAR.

d. Batas anggota yang dijamin maksimal 5 orang.

e. Mengetahui posisi borg yang diberikan peminjam

Universitas Sumatera Utara


97

f. Apabila peminjam diadukan ke muka hukum maka penjamin bersedia

dibawa ke pengadilan.

g. Menandatangani/ menjamini anggota hanya dari lingkungannya. 9

B. Peran Penjamin Terhadap Peminjam untuk Melaksanaan Pinjaman

Uang dalam Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul

Selain bank, cukup banyak orang yang ternyata mendapat dana pinjaman

dari koperasi simpan pinjam. Keberadaan koperasi simpan pinjam dinilai

membantu, sebab bisa menjadi alternatif untuk memperoleh dana pinjaman.

Sebagai salah satu syarat mendapatkan pinjaman dari koperasi adalah adanya

pihak penjamin dari debitur. Jaminan yang diberikan peminjam merupakan pihak

ketiga yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa, baik kepada debitur maupun

kreditur dengan sukarela memberikan jaminan kepada kreditur. Jaminan yang

diberikan pihak ketiga bagi peminjam sebelum memperoleh pinjaman berupa

pernyataan tertulis, bahwa peminjam dapat dipercaya akan melaksanakan

kewajiban yang diperjanjikan; dengan syarat, bila debitur tidak mungkin

melaksanakannya, si penjamin bersedia untuk melaksanakan kewajiban tersebut.

Dengan syarat bahwa penjaminan yang diberikan orang tadi kepada koperasi,

berarti pihak tersebut telah “Mengikat Diri” untuk melaksanakan kewajiban

perjanjian apabila nanti peminjam sendiri tidak melaksanakannya. 10

Menurut Subekti, Jaminan yang dianggap baik adalah:

9
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.
10
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 315.

Universitas Sumatera Utara


98

1. Secara mudah dapat memperoleh kredit oleh pihak yang memerlukan;

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pemberi kredit untuk melakukan

(meneruskan) usahanya;

3. Memberikan kapasitas kepada sipemberi kredit dalam arti bahwa jaminan

tersebut setiap saat dapat diminta pertanggung jawaban apabila debitur

telah wanprestasi untuk melunasi utang si penerima (pengambil) kredit.11

Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa penanggungan utang

adalah perjanjian, yaitu perjanjian yang dibuat oleh pihak ketiga dengan kreditur.

Sebagai suatu bentuk perjanjian, penanggungan utang harus dibuat sesuai dengan

pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang tidak terhalang.

Keempat unsur yang disebutkan dalam pasal 1320 KUHPerdata, dalam

Doktrin Ilmu Hukum digolongkan ke dalam:

1. Unsur Subjektif, yang meliputi dua unsur pertama berhubungan dengan

subjek yang mengadakan perjanjian, dan

2. Unsur Objektif, terhadap dua unsur yang disebutkan terakhir dalam pasal

1320 KUHPerdata, yang berkaitan langsung dengan objek perjanjian yang

dibuat.12

11
Soebekti, Jaminan-jaminan Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan Menurut Hukum
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. hlm. 73.

Universitas Sumatera Utara


99

Memperhatikan rumusan pasal 1820, kita dapat melihat adanya tiga ciri

yang tersimpul dalam persetujuan borg tadi:

1. Ciri Sukarela. Seorang pihak ketiga yang sama sekali tidak mempunyai

urusan dan kepentingan apa-apa dalam suatu persetujuan yang dibuat

antara debitur (peminjam) dan kreditur (koperasi); dengan sukarela

membuat “pernyataan mengikat diri” akan menyanggupi pelaksanaan

perjanjian, apabila nanti si debitur tidak melaksanakan pemenuhan

kewajibannya terhadap kreditur.

2. Ciri Subsidair. Yakni dengan adanya pernyataan mengikat diri memenuhi

perjanjian dari pihak ketiga (borg/penjamin); seolah-olah konstruksi

perjanjian dalam hal ini menjadi dua, tapi saling bertindih. Yang pertama

ialah perjanjian pokok itu sendiri antara debitur dan kreditur. Perjanjian

yang kedua, yang kita anggap Perjanjian Subsidair adalah perjanjian

jaminan/borg tersebut antara si penjamin dengan pihak kreditur.

Ciri subsidairnya akan nampak jelas pada saat tibanya pelaksanan

perjanjian, yakni kreditur dapat menuntut pelaksanaan baik terhadap

debitur maupun kepada si penjamin.

3. Ciri Assessor, artinya perjanjian penjaminan/borgtocht hanyalah perjanjian

sampingan yang melekat atau menempel pada perjanjian pokok yang

dibuat oleh debitur dan kreditur. Apabila debitur sendiri telah

melaksanakan kewajibannya maka hapuslah kewajiban penjamin.13

12
Gunawan Widjaja, Penanggungan utang dan perikatan tanggung menanggung, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 14.
13
M. Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 316.

Universitas Sumatera Utara


100

Ruang lingkup penjamin/borgtocht tidak boleh melebihi perjanjian pokok.

Sesuatu perjanjian yang dijamin oleh seseorang penjamin hanya meliputi

sepanjang yang ditentukan dalam perjanjian pokok. Tidak boleh melebihi

perjanjian pokok

Dalam surat perjanjian pinjaman di koperasi Saut Maju Nauli di Dolok

Sanggul, Penjamin berperan untuk mengesahkan perjanjian pinjaman uang

tersebut. Artinya penjamin telah sepakat dan mengikatkan diri untuk menjamini

peminjam manakala dikemudian hari peminjam lalai memenuhi kewajibannya

atau wanprestasi.14

C. Bentuk Pertanggung Jawaban Penjamin Terhadap Peminjam yang

Melakukan Wanprestasi dalam Pinjaman Uang di Koperasi Saut Maju

Nauli di Dolok Sanggul

Penjamin sebagai seorang penjamin pinjaman di koperasi memiliki

kewajiban untuk membayar hutang peminjam, apabila peminjam telah melakukan

wanprestasi. Kewajiban penjamin menggantikan peminjam (debitur) ketika

debitur tersebut telah lalai, tidak mampu bayar, dan tidak mempunyai harta

jaminan. Berdasarkan penjelasan tersebut penjamin atau penanggung tidak wajib

membayar kepada kreditur, kecuali debitur lalai membayar. Pemberi jaminan

14
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


101

merupakan orang atau badan hukum yang memerlukan fasilitas kredit dengan

memberi barang jaminan kepada penerima barang jaminan.15

Batasan sebagai penjamin dilihat dari tanggung jawab penjamin, yaitu

apabila debitur tidak dapat memenuhi prestasinya, yakni dalam perjanjian

penanggungan ada tiga pihak yang terkait dalam perjanjian penanggungan utang

yaitu pihak debitur, pihak kreditur, serta pihak ketiga. Kedudukan debitur sebagai

pemberi utang, sedangkan kedudukan kreditur baik berupa kredit atau pinjaman

uang. Pihak ketiga yaitu pihak sebagai sebagai penanggung utang dari debitur

utama kepada kreditur, apabila debitur utama tidak memenuhi prestasinya. Alasan

dibuat perjanjian penanggungan karena dalam hal ini penanggungan utang

memilki kepentingan yang sama dengan pihak debitur baik dalam hal ekonomi

mengenai usaha, jadi dengan ini terdapat hubungan antara pihak peminjam dengan

pihak penjamin.16

Perjanjian pinjam meminjam uang pada dasarnya menyangkut adanya dua

pihak yang berkepentingan yaitu peminjam dan pihak Koperasi, penjaminan

pinjaman dalam sistem perkreditan selanjutnya adalah sebuah perlengkapan.

Dalam hal ini sifat perjanjian penjaminan pinjaman dikonstruksikan sebagai

perjanjian ikutan (accessoir) yang senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan

dengan perjanjian pokok yang berupa perjanjian pinjaman. Meskipun demikian,

15
H. S., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004, hlm. 20.
16
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum jaminan di Indonesia Pokok Pokok Hukum
Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Ofset, Yogyakarta, 1980, hlm. 80.

Universitas Sumatera Utara


102

prinsip sebagai pelengkap ini sangat melekat pada layak atau tidaknya pinjaman

diberikan kepada peminjam.17

Didalam melakukan penyaluran pinjaman uang, terdapat berbagai resiko

yang dihadapi oleh koperasi. Risiko ini dapat saja terjadi akibat musibah yang

tidak dapat dielakkan seperti terkena bencana alam, kegagalan dalam menjalankan

usaha, tetapi resiko yang paling fatal adalah akibat peminjam yang mampu, tetapi

tidak mau membayar kewajibannya. Adanya resiko kerugian dimana peminjam

tidak sanggup lagi membayar semua kewajibannya baik untuk sementara waktu

atau selamanya harus segera diantisipasi oleh pihak koperasi. Ketidak mampuan

peminjam melunasi pinjamannya dapat ditutupi dengan suatu penjamin kredit.

Fungsi penjamin ini adalah untuk melindungi koperasi dari kerugian. Dengan

adanya penjamin akan melindungi koperasi dari peminjam yang nakal.18

Ketentuan mengenai penanggungan utang dapat ditemukan dalam

ketentuan 1820 KUHPerdata, yang mengatakan bahwa:

“Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak ketiga, guna

kepentingan pihak kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya

debitur mana kala orang ini sendiri tidak memenuhinya”.

Dengan rumusan yang demikian jelas bahwa suatu penanggungan utang

diberikan secara sukarela atas kehendak penanggungan pribadi. Untuk itu maka

ketentuan pasal 1831 KUHPerdata menyatakan bahwa:

17
Sofyan A. Djalil, Op. Cit., hlm. 13.
18
Kasmir, Op. cit, hlm. 89.

Universitas Sumatera Utara


103

“Penanggungan tidaklah diwajibkan membayar kepada kreditur, selain jika

debitur lalai, sedangkan benda-benda debitur ini harus lebih dahulu disita dan

dijual untuk melunasi utangnya”.

Dengan demikian berarti penanggung hanya diwajibkan untuk melunasi

kewajiban debitur kepada kreditur, jika ternyata bahwa harta kekayaan debitur

tidak dapat melunasi hutangnya.

Walaupun demikian bagi penanggung yang telah melepaskan ketentuan

pasal 1831 KUHPerdata tersebut dan memberlakukan ketentuan pasal 1832

KUHPerdata yang berbunyi: “Penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-

benda debitur tidak dapat lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya”:

1. Apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya

benda-benda debitur lebih dahulu disita dan dijual;

2. Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama

secara tanggung menanggung; dalam hal mana akibat-akibat perikatannya

diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang-utang tanggung

menanggung;

3. Jika pihak yang debitur dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya

mengenai dirinya sendiri secara pribadi;

4. Jika pihak yang debitur berada dalam keadaan pailit;

5. Dalam halnya penanggungan yang diperintahkan oleh Hakim.

Maka penanggung tersebut tidak dapat meminta agar harta kekayaan

debitur tersebut disita dan dijual terlebih dahulu, sebelum pada akhirnya

Universitas Sumatera Utara


104

kreditur dapat menuntut penanggungan tersebut untuk melunasi kewajiban

debitur kepada kreditur.19

Sehubungan dengan perjanjian pinjaman dari koperasi, maka penjaminan

kredit merupakan perlengkapan suatu perkreditan. Dalam hal ini, sesuatu yang

utama yang harus terlebih dahulu ada adalah suatu kesepakatan antara debitur dan

kreditur. Perjanjiaan kredit lebih menitikberatkan pada pengambilalihan

kewajiban debitur (sebagai pihak terjamin) dalam hal ini yang bersangkutan tidak

dapat memenuhi kewajiban perikatannya kepada kreditur (koperasi) sebagai

penerima jaminan sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Dalam praktiknya

besarnya jumlah yang ditanggung penjamin dihitung berdasarkan jumlah

pinjaman yang disetujui oleh pihak koperasi.20

Peran sebagai penjamin pinjaman dilakukan dengan membayar sejumlah

kewajiban terjamin atau peminjam kepada penerima jaminan atau koperasi. Hal

ini dilakukan apabila pada saat kredit telah jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan

dalam perjanjian pinjaman antara debitur (peminjam) dengan pihak koperasi,

ternyata peminjam tidak memenuhi kewajiban tersebut. Kondisi ini umumnya

dikenal dengan Kredit Macet. Kegagalan peminjam memenuhi kewajiban tersebut

dapat terjadi karena gagalnya usaha yang dijalankan yang disebabkan adanya

perubahan kondisi pasar, tidak terbayarnya tagihan terjamin (peminjam) oleh para

pembelinya, dan tingginya kenaikan bahan baku dan sarana produksi lainnya. 21

19
Gunawan Widjaja, Hapusnya Perikatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hml. 23-
24.
20
Sofyan A. Djalil, Loc. Cit., hlm. 13.
21
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


105

Pada dasarnya pihak penjamin dalam memenuhi prestasi yang termasuk

dalam perjanjian jaminan perorangan tidaklah bersifat seketika ada wanpresatasi

yang dilakukan oleh pihak peminjam. Hal ini sebenarnya dapat dilihat melalui

kasus perkasus sesuai dengan apa yang disepakati pada perjanjian perorangan

dilihat dalam hal para pihak tersebut membuat klausula pengecualian, dimana

terdapat hak bagi koperasi untuk melakukan pengihan dan meminta pertanggung

jawaban seketika dan sekaligus terhadap pihak penjamin.22

Adanya jaminan borgtoucht ini seorang penjamin secara hukum

berkewajiban menyediakan kekayaan untuk sekarang maupun yang akan datang

guna untuk menjamin utang peminjam, apabila peminjam wanprestasi.

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa perjanjian borgtocht adalah perjanjian

accessoir, tetapi dapat bersifat subside jika dalam sudut pemenuhan kewajiban.

Artinya pemenuhan pelunasan utang oleh penjamin apabila peminjam melakukan

wanprestasi dalam pemenuhan prestasinya. Apabila peminjam telah memenuhi

kewajibannya untuk membayar kewajibannya kepada koperasi maka penjamin

tidak perlu memenuhi kewajibannya sebagai penjamin, dasar hukum dari hal ini

dirumuskan dalam pasal 1826 KUHPerdata.23

Segala penyebab kemacetan kredit yang disebabkan oleh memburuknya

kondisi peminjam, mengharuskan pihak penjamin kredit menanggung sejumlah

kewajiban peminjam atau kredit yang macet tersebut. Dengan adanya keterlibatan

aktif tiga pihak dalam perjanjian pinjaman, maka dalam menjalankan fungsinya

22
Muhammad Djumliana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Jakarta,2000, hlm. 394
23
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


106

penjamin pinjaman menerima permintaan penjaminan baik dari terjamin yang

bersangkutan maupun dari penerima jaminan atau koperasi yang menyediakan

fasilitas pinjaman. Di koperasi Saut Maju Nauli pihak penjamin bertanggung

jawab membayar sejumlah uang sebesar sepertiga dari jumlah utang dari

peminjam yang lalai untuk membayar (Wanprestasi). Penjamin dalam hal

bertindak dalam pengadilan diharapkan dapat menjadi saksi untuk menyelesaikan

permasalah tunggakan pinjaman.24

Peran penjamin dalam koperasi Saut Maju Nauli adalah memberikan

jaminan kepada koperasi bahwa anggota yang meminjam akan mengembalikan

pinjaman tersebut beserta dengan bunga pinjaman. Tanggung jawab penjamin

baru ada pada saat peminjam lalai untuk membayar utangnya kepada koperasi.

Kelalaian tersebut terjadi setelah waktu jatuh tempo untuk melakukan pembayaran

tetapi peminjam tidak melakukan pembayaran sebagaimana telah diperjanjikan

sebelumnya dengan pihak koperasi Saut Maju Nauli. Sebagai penjamin yang telah

sepakat dengan segala resiko yang telah disepakati maka pihak penjamin telah

bersedia memenuhi prestasi kepada koperasi Saut Maju Nauli sebesar 1/3 dari sisa

hutang peminjam. Dalam menjalankan aturan yang terdapat di koperasi Saut Maju

Nauli tetap memperhatikan prinsip sosial dan prinsip ekonomi, dimana koperasi

Suat Maju Nauli berprinsip bahwa usaha yang dijalankan adalah dari anggota,

untuk anggota dan oleh anggota. Maka dari itu pihak koperasi Saut Maju Nauli

tetap memantau keadaan penjamin yang telah memenuhi prestasinya kepada

koperasi untuk ikut melunasi utang peminjam. Bentuk tanggung jawab yang

24
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


107

diberikan oleh koperasi Saut Maju Nauli kepada penjamin adalah membantu

penjamin supaya dana yang telah dikeluarkan kepada penjamin dapat

dikembalikan oleh peminjam yang wanprestasi tersebut.25

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis laksankan di koperasi

Saut Maju Nauli apabila penjamin dari peminjam tersebut meninggal sebelum

pinjaman tersebut selesai dibayar maka tanggung jawab penjamin tersebut

dialihkan kepada pengurus lingkungan koperasi Saut Maju Nauli. Terhadap

ketentuan di koperasi Saut Maju Nauli terkait penjaminan terdapat hal yang

menarik karena posisi sebagai penjamin ada keuntungan timbal baliknya.

Keuntungan yang diperoleh penjamin dari setiap jaminan memang tidak secara

materi diperoleh penjamin tetapi seperti “simbiosis mutualisme”. Setiap anggota

yang memberi jaminan pada suatu saat juga akan mendapatkan jaminan,

keuntungan timbal balik ini yang diharapkan dalam koperasi Saut Maju Nauli.26

D. Akibat Hukum Terhadap Penjamin yang Tidak Memenuhi Prestasi

kepada Peminjam yang Wanprestasi dalam Koperasi Saut Maju Nauli di

Dolok Sanggul

Jaminan merupakan kebutuhan kreditur dalam hal ini koperasi untuk

memperkecil risiko apabila debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban

yang berkenaan dengan pinjaman yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan

apabila debitur tidak mampu membayar maka debitur dapat melaksanakan

25
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.
26
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


108

pembayaran atas kredit yang telah diberiknnya .Jaminan secara umum diatur

dalam pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala hak kebendaan

debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak baik yang sudah ada

maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala

perikatannya. Dengan demikian, segala harta kekayaan debitur secara otomatis

menjadi jaminan manakala orang tersebut membuat perjanjiaan utang meskipun

tidak dinyatakan secara tegas sebagai jaminan.

Koperasi merupakan usaha milik bersama untuk semua anggota. Anggota

merupakan pemilik usaha dalam koperasi sekaligus sebagai pengguna jasa.

Sehingga dalam fungsinya sebagai pemilik, harus mengetahui operasional

pengelolaan usaha koperasi. Termasuk dalam hal pinjaman, semua anggota harus

mengetahui kepada siapa uangnya dipinjamkan. Koperasi yang telah memiliki

anggota dan modal yang besar tentunya akan menentukan persyaratan pinjaman

yaitu adanya penjamin terhadap anggota yang akan meminjam. Penjamin ini

ditujukan untuk mengetahui keadaan sipeminjam di lingkungan tempat

tinggalnya. Tujuannya adanya penjamin tersebut untuk melakukan pemantauan

atau perwakilan koperasi untuk membantu petugas koperasi melakukan penagihan

utang dari anggota apabila terjadi perbuatan wanprestasi.27

Penjamin juga akan diserahi tugas oleh koperasi untuk senantiasa

mengingatkan anggota yang meminjam untuk mengangsur utangnya. Penjamin

tersebut juga berperan untuk melakukan pengawasan terhadap peminjam supaya

dana pinjaman digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan perjanjian awal.

27
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


109

Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan (wanprestasi) oleh peminjam yang

berhubungan dengan hukum terkait pinjaman lalai tersebut, maka penjamin

diharapkan memberikan keterangan/ kesaksian didalam persidangan.

Tujuan utama penjamin berhubungan dengan prinsip kebersamaan dalam

koperasi, sama-sama memiliki, sama sama pengguna, sama-sama

bertanggungjawab, sama-sama menerima laba, sama-sama menanggung resiko.

Sanksi yang diberikan Koperasi Saut Maju Nauli terhadap Penjamin:

1. Tidak bisa meminjam dibawah saham dan diatas saham apabila ada

peminjam yang dijamini menunggak melunasi utangnya.

2. Harus rela membayar sepertiga dari pinjaman yang dijamini apabila

menunggak setelah dikurangi dari saham peminjam.

3. Bersedia menjual borgh yang dijamini.

4. Bersedia mengunjungi anggota yang sedang menunggak.

5. Selama ada anggota yang dijamini anggota tidak bisa menarik diri.28

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis laksanakan terhadap

koperasi Saut Maju Nauli menjelaskan bahwa terhadap penjamin yang tidak

bersedia membayar 1/3 dari jumlah utang peminjam yang tertunggak maka

tindakan yang dilakukan koperasi saut Maju Nauli akan memotong saham dari

simpanan pokok penjamin tersebut. Penjamin di koperasi Saut Maju Nauli yang

tidak memenuhi prestasinya dan melarikan diri maka tindakan koperasi Saut Maju

Nauli adalah meminta pertanggungjawaban dari suami atau istri yang melarikan

diri.

28
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


110

Sama halnya seperti peminjam Koperasi Saut Maju Nauli dalam

melakukan penagihan juga kepada penjamin apabila dalam perjalanan

peminjaman terdapat anggota yang wanprestasi dan pihak penjamin juga tidak

mau membayar biasanya melakukan trik khusus, yaitu: 3K yaitu: Kunjungi,

kunjungi lagi, kunjungi terus. Artinya penagihan tetap dilaksanakan sampai

tuntas. Yang menjadi kendala adalah pertama anggota yang menjamin tersebut

tidak bisa lagi dikumgjungi karena sudah tidak berdomisili dan tidak diketahui

lagi alamatnya. Kedua agunan yang diserahkan sudah tidak ada lagi karena

sesuatu hal. Misalnya: rusak, hilang, atau sudah dijual kepada pihak lain tanpa

sepengetahuan pengurus koperasi. Ketiga, si anggota mengalami musibah/ sakit

yang menyebabkan dia tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Keempat,

kejadian diluar dugaan yang sifatnya force-majeur (overmacth).29

Apabila koperasi Saut Maju Nauli mengacu pada proses hukum yang ada,

penjamin yang tidak memenuhi kewajibannya terhadap anggota yang wanprestasi,

maka pihak koperasi Saut Maju Nauli hanya tinggal menarik atau menjual

agunan yang sudah diserahkan pada saat pengajuan pinjaman atau

menyelesaikannya secara hukum karena penjamin sudah membuat pernyataan

tertulis diatas materai yang isinya kesepakatan terhadap koperasi Saut Maju Nauli

untuk membayar sebesar 1/3 dari sisa utang peminjam yang wanprestasi. Namun

persoalannya tidak segampang itu, Misi Koperasi Saut Maju Nauli adalah misi

sosial dan misi ekonomi. Dalam misi ekonomi, koperasi tidak ada bedanya

dengan sistem perbankan yang hanya memikirkan profit (untung). Ketika koperasi

29
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


111

Saut Maju Nauli akan menarik agunan penjamin atau menyelesaikannya secara

hukum, maka misi yang diinginkan koperasi Saut Maju Nauli tidak tercapai yaitu

misi ekonomi dan misi sosial. Perlu kita pahami baik anggota yang meminjam

ataupun Penjamin di koperasi Saut Maju Nauli adalah golongan ekonomi lemah

dan masyarakat miskin. Apabila koperasi Saut Maju Nauli ingin melupakan misi

ekonomi dan misi sosialnya maka koperasi yang diharapkan oleh masyarakat

dapat membantu mensejahtrakan perekonomian mereka tidak ada bedanya dengan

lintah darat yang mengisap darah rakyat-rakyat kecil.

Namun perlu ditegaskan bahwa setiap wanprestasi yang terjadi pihak

Koperasi Saut Maju Nauli selalu mencari akar permasalahannya terlebih dahulu,

kemudian kita duduk bersama untuk mencari solusi terbaik secara kekeluargaan.

Karena Koperasi didirikan bertujuan untuk mensejahtrakan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam ranga mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan

makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Tujuan Koperasi ini sangat selaras

dengan misi sosial dan misi ekonomi yang di inginkan Koperasi Saut Maju Nauli.

Namun perlu ditegaskan bahwa setiap wanprestasi yang terjadi pihak

Koperasi Saut Maju Nauli selalu mencari akar permasalahannya terlebih dahulu,

kemudian kita duduk bersama untuk mencari solusi terbaik secara kekeluargaan.

Karena Koperasi didirikan bertujuan untuk mensejahtrakan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam ranga mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan

makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Tujuan Koperasi ini sangat selaras

Universitas Sumatera Utara


112

dengan misi sosial dan misi ekonomi yang di inginkan Koperasi Saut Maju Nauli.
30

Berdasarkaan hasil wawancara penulis dengan pengurus Koperasi Saut

Maju Nauli memiliki beberapa cara untuk menyelesaikan penjamin yang tidak

mau membayar tetapi tetap memperhatikan prinsip ekonomi dan prinsip sosial,

yaitu:

a. Penjualan aset yang dijadikan jaminan.

b. Meminta penjamin mengupayakan dana dari pihak lain untuk melunasi

kewajibannya;

c. Menarik saldo penjamin di Koperasi Saut Maju Nauli sebesar jumlah

hutang yang harus dipenuhi yaitu 1/3.

d. Apabila seluruh prosedur diatas telah ditempuh dan ternyata masih terjadi

perselisihan antara pihak koperasi dengan debitur maka penyelesaian

secara hukum dapat dilakukan.31

30
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB
31
Wawancara dengan Halomoan Nababan, selaku Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli, Pada
Tanggal 8 November 2019 pukul 14.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

1. Peran serta anggota koperasi cukup penting untuk dihubungkan dengan

upaya pengembangan koperasi. Koperasi Indonesia adalah organisasi

ekonomi rakyat yang berwatak sosial, berdasarkan asas kekeluargaan.

Sebagai suatu badan usaha yang bergerak dibidang kegiatan ekonomi,

koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya

tersebut. Modal koperasi berasal dari anggota yaitu: Simpanan Pokok dan

Simpanan Wajib serta bukan anggota yaitu: Simpanan Sukarela. Peran

anggota meningkatkan persediaan modal koperasi juga berasal dari bunga

pinjaman yang diperoleh dari pinjaman uang anggota koperasi tersebut.

Terhadap pinjaman yang dilakukan oleh anggota koperasi yang

pelunasannya lancar, akan memberikan pengaruh baik terhadap tingkat

permodalan koperasi.

Sebaliknya, apabila dalam pelunasan pinjaman dari koperasi macet atau

bermasalah, maka peredaran uang di koperasi akan terganggu. Oleh karena

hal tersebut koperasi harus melakukan analisis kredit terhadap calon

peminjam. Analisis kredit ini bertujuan untuk meminimalisir anggota yang

tidak bertanggung jawab dalam proses pelunasan pinjaman tersebut.

Tanggung jawab anggota terhadap pinjamannya adalah melakukan

pembayaran/cicilan utang pokok ditambah dengan bunga pinjaman dan

biaya provisi/administrasi. Terhadap pembayaran angsuran yang tertunda,

anggota dibebankan tanggung jawab untuk membayar tunggakan yang

113

Universitas Sumatera Utara


114

seharusnya dibayar dengan cara menarik saldo simpanan anggota untuk

menutupi kewajibannya, senilai jumlah angsuran bunga pinjaman dan

cicilan utang serta denda pinjaman.

2. Wanprestasi dapat dibagi 4 kategori:

a) Tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan.

b) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana

diperjanjikan.

c) Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya.

Perbuatan wanprestasi atau kelalaian dapat mengakibatkan kerugian bagi

salah satu pihak. Bagi pihak yang dirugikan dapat melakukan tuntutan

ganti rugi dengan terlebih dahulu memberikan teguran tertulis. Pada

koperasi simpan pinjam penyebab wanprestasi ada dua, yaitu: Error

Ommission dan Error Commission. EO adalah timbulnya kredit macet

karena kesengajaan manusianya yang melanggar kebijakan yang

ditetapkan. EC adalah timbulnya kredit macet karena memanfaatkan

lemahnya peraturan dan ketentuan yang memang belum ada atau sudah

ada tetapi tidak jelas.

Langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah wanprestasi

peminjam yaitu:

a) Penyelamatan kredit dengan melakukan perundingan antara

koperasi dengan peminjam;

Universitas Sumatera Utara


115

b) Melakukan upaya perlindungan hukum yang melalui jalur

pengadilan atau litigasi;

c) Melakukan upaya hukum dengan cara musyawarah atau negosiasi

atau melakukan penyelesaian sengketa alternatif.

Terhadap pinjaman kurang lancar, dilakukan upaya peningkatan penagihan

dan memperpanjang jangka waktu peminjaman dengan pertimbangan

bahwa modal tersebut masih produktif digunakan peminjam.

Terhadap pinjaman diragukan dilaksanakan upaya penyelamatan

pinjaman dengan memberi keringanan jangka waktu pembayaran,

penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu ataupu penurunan

suku bunga.

Terhadap kredit macet dilakukan upaya penataan kembali pinjaman,

meminta pertanggungjawaban penjamin, mengupayakan dana dari pihak

lain untuk melunasi utangnya serta melalui jalur hukum (Litigasi).

3. Kegiatan penjaminan pinjaman merupakan persyaratan yang harus

dipenuhi dalam pinjaman uang di koperasi. Penjaminan merupakan suatu

perbuatan hukum dimana membutuhkan legalitas serta persetujuan dari

pihak ketiga yang bersedia secara sukarela menjamin pinjaman uang

tersebut. Persetujuan penjaminan tersebut dituangkan dalam surat

perjanjian.

Penjaminan merupakan suatu persetujuan dengan mana pihak ketiga

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur manakala orang

tersebut tidak memenuhi prestasinya. Penjaminan dalam koperasi simpan

Universitas Sumatera Utara


116

pinjam bersifat accesoir, artinya keberadaan penjamin bergantung pada

perjanjian kredit atau perjanjian utang. Tanggung jawab dari seorang

penjamin terhadap pinjaman yang dilakukan bersifat subsider artinya

kewajiban pemenuhan utang debitur terjadi manakala peminjam tidak

memenuhi prestasinya membayar hutangnya. Besarnya prestasi yang harus

disanggupi oleh penjamin tidak melebihi atau syarat-syarat yang lebih

besar dari perikatan pokok.

Peran penjamin apabila peminjam tidak memenuhi prestasinya adalah

dengan melakukan pembayaran sejumlah kewajiban peminjam kepada

koperasi. Hal ini dilakukan pada saat pinjaman telah jatuh tempo

sebagaimana yang telah diperjanjikan antara peminjam dengan koperasi.

Segala penyebab kemacetan kredit yang disebabkan oleh buruknya kondisi

peminjam, mengharuskan pihak penjamin kredit menanggung sejumlah

kewajiban peminjam atau kredit yang macet tersebut.

B. Saran

1. Persyaratan pinjaman yang dibuat oleh koperasi harus tegas, dan tidak

memberikan pinjaman semata-mata hanya karena belas kasihan ataupun

karena keluarga dekat. Koperasi juga harus melakukan analisis kredit

kepada calon peminjam untuk menghindari peminjam yang wanprestasi.

2. Dalam proses penyelesaian masalah wanprestasi peminjam, Koperasi

harus lebih mengedepankan proses penyelesaian secara non litigasi karena

usaha koperasi yang berwatak sosial dan kekeluargaan.

Universitas Sumatera Utara


117

3. Koperasi simpan pinjam harus memberikan syarat yang jelas kepada

penjamin sehingga pihak tersebut mengetahui dan

mempertanggungjawabkan pihak yang dijamininya manakala terjadi

wanprestasi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Pachta W Andjar, Dkk, Hukum Koperasi Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005.

Woelan Azis Sri, Aspek-Aspek KUD Dalam Gerak Pelaksanaannya, Offset

Alumni, Bandung, 1984.

R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Hartono Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Andi

Yogyakarta, Jakarta, 2005.

Bambang Fitrianto, Hukum Jaminan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah,

Pustaka Bangsa Press, Medan, 2013

Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, Mitra Wacana Media,

Jakarta, 2015.

, Manajemen Koperasi Simpan Pinjam, Mitra Wacana Media,

Jakarta, 2014.

Etty Mulyati, Kredit Perbankan, Refika Aditama, Bandung, 2016.

Sri Soedewi, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan

Jaminan Perorangan, Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta, 1980.

Zainudi Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,

Jakarta, 2007.

Koerman, Manajemen Koperasi Terapan, Prestasi Pustakaraya, Surabaya, 2003.

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Prenada Media Grup, Jakarta, 2010.

118

Universitas Sumatera Utara


119

H. Salim, Perkembangan Hukum Jaminan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2004.

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1991.

Syamsul Arifin Dkk, Hukum dan Koperasi, USU Press, Medan, 1985.

Suhardi dkk, Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia,

Akademia, Jakarta, 2012.

Sri Edi Swasono, Koperasi di Dalam Orde Ekonom Indonesia, UI-Press, Jakarta,

1983.

Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta, 1991.

M. Isa Arief, Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Alumni, Bandung, 1983.

Suprianto Agn., Tata Kelola Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam, CV Andi
Offset, Yogyakarta, 2015.
Muchdarsyah Sinaungan, Manajemen Dana Bank, PT Bumi Aksara, Jakarta,

1993.

Gunawan Widjaja, Hapusnya Perikatan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2003.

,Penanggungan Utang dan Perikatan Tanggung

Menanggung, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

, Jaminan Fidusia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2010.

Sudikno Mertokusumo, Mengenai Hukum Suatu Pengantar, Liberty,

Yogyakarta, 1998.

Universitas Sumatera Utara


120

Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Sofyan A. Djalil, Penjamin Kredit Mengantar UMKM Mengakses Pembiayaan,

PT Alumni, Bandung, 2007.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum, Panduan Bantuan Hukum Indonesia,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009.

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung 1986.

Soebekti, Jaminan-Jaminan Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggung Menurut

Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

B. Undang-Undang

UU No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi.

Permenkop No. 15 Tahun 2015 tentang Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.

Peraturan Menteri Nomor 11 tahun 2018 tentang Perizinan Usaha Simpan Pinjam

Koperasi.

UU No. 79 tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi.

UU Nomor 14 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Perkoperasian.

PP Nomor 60 tahun 1959 tentang Perkembangan Gerakan Koperasi.

UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

C. Artikel, Jurnal, Internet dan Wawancara

Heru Gunorot, Artikel: Tanggung Gugat Pihak Penjamin dalam Perjanjian Kredit

Akibat dari Wanprestasi, Jurnal Ilmiah Progressif Vol.6 No. 15, april

2009.

Universitas Sumatera Utara


121

Jamudin Sihombing, Badan Pemeriksa Keuangan Koperasi Saut Maju Nauli di

Dolok Sanggul ( tanggal 8 November 2019).

Halomoan Nababan, Komisaris Koperasi Saut Maju Nauli di Dolok Sanggul

( tanggal 8 November 2019).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai