Oleh:
SALSABILA BATUBARA
160200453
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum
OLEH :
Salsabila Batubara
NIM: 160200453
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
NIM : 160200453
DI KOTA MEDAN
1. Skripsi yang saya tulis bukan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah
orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.
Salsabila Batubara
Nim. 160200453
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan
Medan” untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka
dukungan dan doa dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar terhadap seluruh
2. Prof. Dr. Ok. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakulas Hukum
3. Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
4. Bapak Dr. Jelly Leviza SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
8. Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS, selaku Dosen Pembimbing I, penulis
9. Zulfi Chairi, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, penulis mengucapkan
terima kasih karena telah sabar, banyak menuntun dan mengarahkan dari awal
10. Seluruh dosen dan staf administrasi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah membimbing dan membantu penulis selama masa perkuliahan.
11. Teristimewa kepada Papa H.Ir. Alimuddin Batubara dan Mama Ir. Sakinah, yang
12. Terima kasih kepada Anggi Nadhifah, Henny Blackpink, Tung Nada, Windi
Syafira, Vivi Widia, Cintya Yoneil, Kevindboy, Angga Ria, Nicke, Karin, Syarif
13. Terimakasih Kepada Teman-teman Grup Stambuk 2016 yang telah memberikan
ii
membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Salsabila Batubara
160200453
iii
Salsabila Batubara*
Hasim Purba**
Zulfi Chairi***
iv
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... .. 1
D. Keaslian Penulisan.................................................................... 8
PERJANJIAN FRANCHISE/WARALABA
Medan ....................................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 92
B. Saran ........................................................................................ 93
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bisnis, dikarenakan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan
penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya gagal, namun dialah pertama kali
tersebut menginspirasi pengusaha lain untuk mencoba metode yang sama dan
terbukti sukses, seperti John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Tehnik atau metode
bisnis tersebut telah menjamur dipelbagai negara seperti Inggris dan di negara-
yang diberikan hak untuk menggunakan merek, cipta, paten untuk menyalurkan
lain, waralaba adalah perikatan/perjanjian dimana salah satu pihak diberikan hak
1
Sonny Sumarsono, Manajemen Bisnis Waralaba, Yogyakarta, Graha Ilmu, hal. 2-3
penemuan ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain dalam rangka penyediaan
Badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain
untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki disebut dengan Pemberi Waralaba
(Franchisor), sedangkan badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
penemuan atau ciri khas yang dimiliki Pemberi Waralaba (Franchisor) disebut
berkontrak, sepakat mengikatkan diri, asas kepastian hukum, asas itikad baik, asas
Pemerintah Nomor.16 Tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 tentang Waralaba, yang
negara lain, seperti di Amerika Serikat, yang mengatur waralaba dalam berbagai
16, Chapter 1 Federal Trade Commission (FTC), Sub Chapter D Part 436 tentang
dilakukan yaitu dalam bentuk dukungan dan bantuan pembenahan dari awal untuk
memulai bisnis dari awal lagi. Franchisor selalu memberikan kontrol dan
keadaan yang tidak diinginkan, akan lebih mudah ditanggapi dan diselesaikan.
waralaba Alfamart.
3
Gunawan Widjaja, Franchise Di Indonesia, http: www.Franchise.com, yang diakses
pada tanggal 29 Oktober 2019
Indonesia sebagai suatu cara pemasaran dan distribusi, waralaba merupakan suatu
atau tulisan yang dinyatakan secara tegas dimana pihak yang disebut pewaralaba
memberikan hak kepada orang lain atau yang disebut terwaralaba untuk
menggunakan nama dagang, merek jasa, merek dagang, logo, atau karakteristik
atau tidak langsung. Selama kontrak berjalan pihak terwaralaba juga harus
membayar royalty fee yaitu kontribusi bagi hasil dari pendapatan (biasanya hasil
penjualan), lebih jelasnya royalty fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara
periodik oleh terwaralaba kepada pewaralaba sebagai imbalan dari pemakaian hak
Waralaba sendiri adalah sebuah format usaha baru yang saat ini sedang
asing seperti KFC, Mc Donald ataupun waralaba lokal seperti Indomart, Alfamart
dan merk waralaba lainnya. Perkembangan ini sepatutnya memberi nilai positif
4
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, hal. 11
negara.
Adanya kepentingan antara dua belah pihak yang terlibat dalam bisnis
waralaba inilah maka terjadilah suatu bentuk kerjasama bisnis. Bentuk kerjasama
yang melibatkan antara pengusaha yang kekurangan modal dengan pihak yang
berbisnis. Kedua pihak ini melakukan kesepakatan yang biasanya disahkan dalam
sebuah kontrak atau perjanjian bisnis. Waralaba merupakan suatu perjanjian yang
perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada
Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah
mereka buat. Kontrak sangat bermanfaat sebagai pegangan, pedoman, dan alat
bukti bagi pihak pembuatnya. Adanya kontrak yang baik mencegah terjadinya
perselisihan, karena semua perjanjian sudah diatur dengan jelas sebelumnya. Pada
praktek saat ini banyak waralaba konvensional yang memakai konsep yang
Tentu saja hal ini sangat merugikan pihak mitra selaku Franchisee.6
5
Gunawan Widjaja, Waralaba, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003, hal. 776
6
Frans Satriyo Wicaksono, Panduan Lengkap Membuat Surat-surat Kontrak, Visimedia,
Jakarta, 2008, hal. 2.
mengenai waralaba belum lengkap. Indikator hal ini dapat kita cermati dari
ketentuan hukum yang mengatur bisnis waralaba, yang sampai saat ini baru diatur
dalam satu (1) Peraturan Pemerintah dan satu (1) Peraturan Menteri, sebagaimana
disebut di atas.7
sesuai ketentuan UU No.3 Tahun 1982 Tentang wajib Daftar Perusahaan. Pasal 1
catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan UU ini dan
peraturan pelaksana dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran
perusahaan”.8
7
Gunawan Widjaja, Waralaba, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 37
8
Zulfi Chairi,Aflah, Utari Maharani Y, Aspek Hukum keberadaan Waralaba Minimarket
terhadap Toko Tradisional di Kota medan, Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, Vol 6 No 2: Desember
2019, hal. 120
B. Rumusan Masalah
Indonesia ?
hukum di Indonesia
maka dengan demikian, dari penulisan ini diharapkan akan dapat memberi manfaat,
antara lain :
1. Manfaat teoretis
melawan hukum menurut hukum perdata lanjut bagi masyarakat umum serta
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan kepada masyarakat
dan bagi para praktisi hukum, khususnya bagi para pihak dalam perjanjian
hukum yang diberikan kepada para pihak dalam pelaksanaan perjanjian bisnis
waralaba Alfamart.
D. Keaslian Penulisan
fakta-fakta yang akurat dan dari sumber yang terpercaya, sehingga skripsi ini
tidak jauh dari kebenarannya. Penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum
Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha
penulis tanpa adanya unsur penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lain yang dapat
atas semua isi yang terdapat di dalam skripsi ini dan keaslian penulisan skripsi
ini.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perjanjian
perjanjian ini mengandung unsur perbuatan, satu orang atau lebih terhadap satu
orang lain atau lebih dan mengikatkan dirinya. 9 Perjanjian adalah hubungan
hukum antara dua orang atau lebih, subjek hukum yang saling mengikatkan diri
didasarkan kepada kata sepakat mengenai objek tertentu dengan tujuan untuk
meskipun hanya dibuat secara lisan saja. Tetapi di dalam dunia usaha, perjanjian
adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut bidang usaha yang
digeluti. Mengingat akan hal tersebut, dalam hukum perjanjian merupakan suatu
bentuk manifestasi adanya kepastian hukum. Oleh karena itu hendaknya setiap
perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga
1313 KUH Perdata memberikan definisi sebagai berikut “Suatu perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
9
Chairun Pasaribu, Suhrawardi Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta, Rineka
Cipta, 2011, hal.26
hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja dan juga
sangat luas.
peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini timbul suatu
perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan perikatan itu mempunyai
cakupan yang lebih luas daripada perjanjian. Perikatan itu sendiri diatur dalam
dari perjanjian dan undang-undang. Oleh karena itu bahwa perjanjian itu adalah
Pendapat yang senada juga di ungkapkan oleh para sarjana hukum perdata,
pada umumnya menganggap definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata
10
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1994, hal. 49.
11
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002, hal.1.
perjanjian sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara kedua
belah pihak, dimana satu pihak berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.12
Perdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian adalah suatu persetujuan
dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan
Ilmu hukum mengenal empat unsur pokok yang harus ada agar suatu
perbuatan hukum dapat disebut dengan perjanjian (yang sah). Keempat unsur
subjek (pihak) yang mengadakan perjanjian (unsur subjektif), dan dua unsur
objektif). Unsur subjektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari
para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak yang melaksanakan perjanjian.
terpenuhinya salah satu unsur dari keempat unsur tersebut menyebabkan cacat
dalam perjanjian, dan perjanjian tersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam
maupun batal demi hukum (dalam hak tidak terpenuhinya unsur objektif).
12
R. Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung , 2003, hal. 9
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal. 78
rukun dan syarat-syaratnya perjanjian tersebut mengikat dan wajib dipenuhi serta
berlaku sebagai hukum, dengan kata lain, perjanjian itu menimbulkan akibat
hukum yang wajib dipenuhi oleh pihak-pihak terkait, sebagaimana tertuang dalam
Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat
seperti tampak dalam bunyi pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata, hal ini juga
ditegaskan dalam Pasal 1315 KUH Perdata. Perjanjian itu merupakan sumber
sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa yang
2. Pengertian Waralaba
Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena memang waralaba sejak awal tidak
terdapat dalam budaya atau tradisi bisnis masyarakat Indonesia. Namun, karena
banyak pihak untuk mendalaminya. Waralaba berasal dari kata “wara” yang
14
Chairun Pasribu, Suhrawardi Lubis, Op.Cit, hal. 27
berarti lebih atau istimewa dan “laba” berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha
menyatakan Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
waralaba.
Permendag 31 Tahun 2008) menyatakan bahwa, waralaba yaitu hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan
ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba.
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. 16
15
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal.25
16
Ibid, hal.21
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang
hukum sebagai pola perilaku yang ditujukan pada penerapan peraturan hukum.
normatif.18
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yang
bahan hukum primer. Yang digunakan dalam hal ini berupa buku-buku,
17
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Jakarta, 2010, hal.36
18
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 31
di internet.19
penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu
permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita yang
diperoleh dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh teori-teori
4. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan cara
kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau
tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka dan studi
G. Sistematika Penulisan
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Ed.1, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal. 13-14
Pembahasan skripsi ini dilakukan dengan membagi dalam lima bab. Tata
sistematika penulisan.
Alfamart.
meskipun hanya dibuat secara lisan saja. Dalam dunia usaha, perjanjian adalah
suatu hal yang sangat penting karena menyangkut bidang usaha yang digeluti.
Mengingat akan hal tersebut, dalam hukum perjanjian merupakan suatu bentuk
manifestasi adanya kepastian hukum. Oleh karena itu hendaknya setiap perjanjian
dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
20
R. Setiawan, Op.Cit, hal. 49.
17
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih
lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja dan juga sangat
luas.
peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini timbul suatu
perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan perikatan itu mempunyai
cakupan yang lebih luas daripada perjanjian. Perikatan itu sendiri diatur dalam
dari perjanjian dan undang-undang. Oleh karena itu bahwa perjanjian itu adalah
Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh para sarjana hukum perdata,
perjanjian sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara kedua
belah pihak, dimana satu pihak berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.22
1313 KUHPerdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian adalah suatu
21
R. Subekti, Op.Cit, hal. 1.
22
R. Wirjono Projodikoro, Op.Cit, hal. 9
persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Unsur adalah bagian terkecil dari suatu
benda yang tidak dapat dibagibagi lagi, sehingga di dalam suatu perjanjian juga
a. Unsur Essentialia
Merupakan bagian pokok dalam suatu perjanjian. Oleh karena itu, harus
b. Naturalia
c. Accidentalia
dinyatakan atau ditetapkan sebagai peraturan yang mengikat para pihak atau
beli mobil, bukan hanya ada mesin dan karoserinya, melainkan ditambahkan
Ilmu hukum mengenal empat unsur pokok yang harus ada agar suatu
perbuatan hukum dapat disebut dengan perjanjian (yang sah). Keempat unsur
subjek (pihak) yang mengadakan perjanjian (unsur subjektif), dan dua unsur
objektif). Unsur subjektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari
para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak yang melaksanakan perjanjian.
terpenuhinya salah satu unsur dari keempat unsur tersebut menyebabkan cacat
dalam perjanjian, dan perjanjian tersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam
maupun batal demi hukum (dalam hak tidak terpenuhinya unsur objektif).
agreement”. Perjanjian lahir saat tercapainya kata sepakat diantara para pihak
perjanjian.25
25
R.Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum,
Alumni, Bandung, 2009, hal. 12
Persetujuan kehendak itu bebas dari paksaan pihak mana pun dan tidak
ancaman yang dilakukan oleh seseorang yang dapat menakutkan orang dan
kerugian secara nyata dan terang kepada orang yang diancam. Kehilafan
Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kata sepakat, salah satu
pernyataan mengenai apa yang dikehendaki oleh pihak tersebut dengan segala
penerimaan yang dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, diam-diam, dan
simbol.
hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk
pengampuan dan perempuan yang telah kawin. Ketentuan KUH Perdata mengenai
tidak cakapnya perempuan yang telah kawin melakukan suatu perjanjian kini telah
a. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian adalah harus
suatu hal atau barang yang cukup jelas atau tertentu yakni paling sedikit
tersebut ada didalam gudang, jual beli tanah harus jelas ukuran luas tanah
Meskipun siapa saja dapat membuat perjanjian apa saja, tetapi ada
Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru
26
Ibid, hal.12
27
Ibid, hal.16
dengan bentuk dan isi apapun serta bebas untuk menentukan hukum mana yang
akan dipilih dalam menyelesaikan perjanjian tersebut. Asas ini merupakan salah
satu asas utama dan sangat penting dalam suatu perjanjian. Pada prinsipnya suatu
pihak lain tidak diperlukan. Para pihak dalam suatu kontrak bebas mengatur
pembatasan umum, yaitu yang diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata sepanjang
memenuhi ketentuan :
Dapat dikatakan bahwa asas kebebasan berkontrak ini bersifat relatif sepanjang
Dengan demikian menurut asas kebebasan berkontrak ini para pihaklah yang
berhak menentukan dengan siapa dia melakukan ikatan perjanjian dan setiap
yang dibuat. Di samping itu para pihak juga berhak menentukan hukum yang
hendak mereka pilih untuk mengatur perjanjian mereka, hukum yang berlaku
agreement”. Perjanjian lahir saat tercapainya kata sepakat diantara para pihak
perjanjian.29
Persetujuan kehendak itu bebas dari paksaan pihak mana pun dan tidak
ancaman yang dilakukan oleh seseorang yang dapat menakutkan orang dan
kerugian secara nyata dan terang kepada orang yang diancam. Kehilafan
28
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Penerbit Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2009, hal. 44
29
R.Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan, Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum,,
Alumni, Bandung , 1999, hal. 12
Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kata sepakat, salah satu
pernyataan mengenai apa yang dikehendaki oleh pihak tersebut dengan segala
penerimaan yang dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, diam-diam, dan
simbol.
asas pacta sunt servanda ini merupakan asas bahwa para pihak harus
arti pada kita semua bahwa sebagai sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh
sepenuhnya, sesuai dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian ditutup. 30
Itikad baik tidak hanya mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula
mengacu pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik
atau kepatutan masyarakat. Hal lain yang mendasari keberadaan Pasal 1338
KUHPerdata dengan rumusan itikad baik adalah bahwa suatu perjanjian yang
merugikan kepentingan para pihak maupun pihak lain di luar perjanjian. Rumusan
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata mengindikasikan bahwa sebenarnya itikad baik
bukan merupakan syarat sahnya suatu kontrak. Unsur itikad baik hanya
disyaratkan dalam hal pelaksanaan dari suatu kontrak, bukan pada pembuatan
suatu kontrak. Sebab unsur itikad baik dalam hal pembuatan suatu kontrak sudah
dicakup oleh unsur kausa yang legal dari Pasal 1320 KUHPerdata.31
5. Asas Kepercayaan
30
Purwahid Patrik, Asas Iktikad Baik dan Kepatutan Sebagai Dasar Untuk Merevisi Isi
Perjanjian, Elips Project, Jakarta, 1993, hal. 3
31
Ibid
6. Asas Keseimbangan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi
7. Asas Kepatutan
8. Asas Kepribadian
perorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri”.
Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang
menyatakan “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya”. Hal ini
32
Salim HS, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta
, 2006, hal. 75
mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku
9. Asas Kebiasaan
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang
menurut kebiasaan lazim diikuti. Diatur dalam Pasal 1339 Jo Pasal 1347
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga
untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan,
yang bertalian dengan perjanjian internasional yang telah disepakati. Asas rebus
dengan memberi aturan atau persyaratan kepada negara atau para pihak yang tidak
tertentu yang juga dituangkan dalam isi perjanjian dan disepakati oleh para
pihak.34
33
Ibid.
34
Ibid, hal.77
dimaksud adalah sistem hukum Eropa atau disebut juga sistem hukum Romawi
Jerman. Adapun sumber dari sistem hukum Eropa atau Romawi Jerman ini
Napoleon Bonaparte yang berusaha menyusun Code Civil atau Code Napoleon
dengan sumber berasal dari hukum Romawi. Sistem hukum ini pertama kali
berkembang dalam hukum perdatanya atau private law atau civil law yaitu hukum
yang mengatur hubungan sesama anggota masyarakat. Oleh karena itu, sistem
hukum Romawi Jerman ini lebih terkenal dengan nama sistem hukum civil law.
Hukum di negara dengan sistem civil law pada umumnya ditujukan untuk
menetapkan suatu kaidah atau norma yang berada di suatu lingkungan masyarakat
untuk diikuti dan dipatuhi oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, hukum
merupakan bagian integral dari kehidupan bersama yang mengatur dan menguasai
sesama manusia. Jadi dapat dikatakan hukum terdapat dalam masyarakat manusia
sehingga dalam setiap masyarakat selalu ada sistem hukum. Hal ini sesuai
adagium ubi societas ibi jus yang artinya (dimana) ada masyarakat (disitu) ada
hukum. Berbeda dengan sistem hukum common law yang tidak mengenal
pembagian secara prinsipil atas hukum publik dan hukum perdata, maka pada
sistem hukum civil law pembagian hukum publik dan hukum perdata (privat)
Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan
kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga
“Hukum Perdata” dalam arti yang luas meliputi semua hukum privat materiil,
Menurut Hukum Positif suatu Perikatan bersumber dari dua hal yaitu dari
atau bisnis yang terus berkembang juga diikuti dengan model perjanjian/kontrak
perdagangan melalui Perjanjian baku. Pelaku usaha atau penjual, pelaku bisnis
35
Subekti, “Pokok-pokok Hukum Perdata,” Intermasa, Jakarta, 2001, hal. 11.
yang dapat menjadi tolok ukur guna menentukan substansi suatu klausul dalam
pihak lainnya. Pasal 1337 dan pasal 1339 KUHPerdata dapat dipakai sebagai
tolok ukur yang dimaksud. Menurut pasal 1337 KUHPerdata bahwa suatu kausa
adalah terlarang apabila kausa itu dilarang dan bertentangan dengan moral atau
dengan ketertiban umum. Pasal ini dapat ditafsirkan bahwa isi atau klausul-
undang merupakan juga syarat-syarat dari suatu kontrak. Perjanjian atau kontrak
mengadakan perjanjian berisi apa saja yang lazim disimpulkan dalam pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata yaitu “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban
umum dan kesusilaan. Meskipun kebebasan para pihak sangat esensial, namun
36
C.S.T. Kansil, Modul Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta, 2001, hal. 1.
tidak lain adalah kontrak nasional yang ada unsur asingnya. Artinya kontrak
paling tidak tunduk dan dibatasi oleh hukum nasional (suatu negara tertentu).37
pembatasan mengikat para pihak adalah kesepakatan atau kebiasaan dagang yang
internasional yang butuh kecepatan dan akurasi. Mengingat dalam praktik yang
syarat yang menguntungkan kedua belah pihak yang diajukan kepada konsumen.
negara-negara maju.
37
Adolf Huala, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama, Bandung,
2005, hal.27.
konsumen dan
mereka tercantum.
Ada dua macam fungsi perjanjian yaitu fungsi yuridis dan fungsi
bagi para pihak, sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak milik)
sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih
tinggi.38
oleh orang barat tentang fungsi perjanjian, bahwa bagi orang-orang Barat,
akan dirujuk untuk penyelesaian perselisihan itu. Apabila perselisihan tidak dapat
(karena memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit), mereka akan
38
H. Salim HS, H. Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, Hukum Kontrak: Teori dan
Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal.23
menyelesaikan melalui proses litigasi di pengadilan. Isi perjanjian itu yang akan
bisnis. Suatu perjanjian dalam bisnis merupakan hal yang sangat penting, karena
dilakukan;
c. Hak dan kewajiban para pihak, apa yang harus, apa yang boleh, dan apa
domisili hukum yang dipilih bila terjadi perselisihan antara para pihak;
g. Sebagai alat kontrol bagi para pihak, apakah masing-masing pihak telah
h. Sebagai alat bukti bagi para pihak apabila di kemudian hari terjadi
39
Ibid. hal 25
40
Abdullah, Peranan Notaris dalam Pembuatan Kontrak Bisnis. Makalah disajikan pasa
Workshop Pengembangan Unit Revenue Generating untuk Memacu Peningkatan Kualifikasi
Akademik melalui Program Layanan Kepakaran Legal Aspek Industri dan Sektor Usaha, pada
Program Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum, TPSDP, BATCH III 2006, Mataram, 2006,
hal. 1-2.
Termasuk juga apabila ada pihak ketiga yang mungkin keberatan dengan
Dapat disimpulkan bahwa fungsi yang utama dari sebuah perjanjian adalah
fungsi yuridis dimana fungsi ini mengatur hak dan kewajiban dari para pihak,
yang timbul antara kedua belah pihak. Mengingat pentingnya sebuah perjanjian
WARALABA
Seiring dengan berkembangnya zaman salah satu bentuk perjanjian yang sering
digunakan oleh masyarakat dalam melakukan usaha bisnis ataupun dagang adalah
membanggakan baru pada awal tahun 2004-an. Walau memang kalau kita menilik
padanan kata yaitu waralaba. Konon ada yang mengartikan, waralaba berasal dari
gabungan kata “wara-wiri” yang berarti bola balik dan “laba” keuntungan. Jadi
Asing seperti KFC, McDonalds, Burger King dan Wendys. Dari sanalah
36
ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang dan berliku. Dalam tulisan ini
negara maju lainnya. Tidak hanya itu Franchise juga mampu menyediakan
Indonesia berawal dari upaya pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan.
yang melihat sistem waralaba sebagai suatu cara, usaha untuk menggiatkan
kalangan pelaku usaha dan pakar hukum bisnis, sejak tahun 1983 melalui
1983 dalam perkara merk Gold Bond mengawali adanya pemberian lisensi merk
di Indonesia, karena salah satu dari aspek hukum waralaba adanya pemakaian
dibuat oleh para pihak dengan menggunakan Buku Ketiga tentang Perikatan dan
pasal-pasal yang terdapat dalam KUH Perdata atau Burgelijke wet Boek (BW)
yang mengatur tentang perjanjian, seperti Pasal 1320, Pasal 1338 dan Pasal 1365
Juni 1987 tentang Pedoman Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Kepmen itu
berarti bahwa akta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang mendaftar
akan ditolak jika nama perseroan terbatas yang baru mendaftar memiliki
kemiripan dengan nama PT yang telah mendaftar terlebih dahulu dari perseroan
No: M.03-HC.02.01 tahun 1991, selain itu perseroan yang telah mendaftar
jika suatu perseroan yang belum terdaftar tersebut telah beroperasi dan
tersebut.
tersebut ditegaskan bahwa waralaba adalah perikatan di mana salah satu pihak
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam
rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Dalam rangka
yang menjadi salah satu obyek usaha waralaba. Untuk itu pemerintah
harapan dapat lebih memberikan kepastian berusaha dan kepastian hukum bagi
dalam rangka untuk lebih meningkatkan tertib usaha melalui waralaba serta
kecil dan menengah tumbuh sebagai Franchisee nasional yang handal dan
Istilah waralaba atau waralaba berakar dari sejarah masa silam praktik bisnis di
adalah hak khusus yang dimiliki dengan orang perseorangan atau badan usaha
terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan digunakan
yaitu hak khusus, para pihak pemberi waralaba dan penerima waralaba
perseorangan atau badan hukum, sistem bisnis, ciri khas usaha, pemasaran barang
sebagai suatu bentuk sinergi usaha yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang
telah unggul dalam kinerja karena sumber daya berbasis ilmu pengetahuan dan
orientasi kewirausahaan yang cukup tinggi dengan tata kelola yang baik dan dapat
41
Iswi Hariyani, Membangun Gurita Bisnis Franchise, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2011, hal.37
disepakati.42
segala jenis produk, baik itu jasa pendidikan seperti Primagama, perhotelan,
bukan sebagai bisnis, melainkan suatu konsep, metode, atau sistem pemasaran
penjualan outlet, melainkan dengan melibatkan kerja sama pihak lain sebagai
pemilik outlet.43
(dua) perusahaan atau lebih, dimana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai
pemberi waralaba dan pihak lain sebagai penerima waralaba, dimana di dalamnya
diatur bahwa pihak pemberi sebagai pemilik suatu merek terkenal, memberikan
hak kepada penerima waralaba untuk melakukan kegiatan bisnis dari/atas suatu
produk barang atau jasa berdasar dan sesuai dengan rencana komersil yang telah
dipersiapkan, diuji keberhasilanya dan diperbaharui dari waktu kewaktu, baik atas
42
Bambang N Rahmadi, Aspek Hukum dan Bisnis, Nusantara Sakti, Bandung, 2007,
hal.7
43
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, hal.52
tersebut.44
juga tunduk pada ketentuan tentang hukum perjanjian yang ada dalam
perjanjian;
berusaha;
44
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti,
Bandung , 2001, hal. 339
f. Pemberi waralaba menetapkan besarnya biaya (fee) yang harus dibayar oleh
penerima warlaba;
Perdagangan.45
bisnis waralaba yang dibuat secara tertulis antara pemberi waralaba dengan
45
Iswi Hariyani, Op.Cit, hal.40.
46
Ibid, hal. 66.
usaha, daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban pemberi dan penerima
pihak lain yang ditunjuk atau diberi kuasa oleh pemberi waralaba. Setelah proses
pertimbangan untuk membagi beban kewajiban diantara kedua pihak secara adil
karena kedua belah pihak adalah mitra usaha yang mempunyai kedudukan hukum
yang setara.
dan penerima waralaba yang menimbulkan kewajiban dan hak timbal balik antara
barang dan jasa dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu dengan
mempergunakan merek, logo dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan
oleh pemberi waralaba. Pemberian hak itu dituangkan dalam bentuk perjanjian
waralaba.47
B. Jenis-Jenis Waralaba
Waralaba harus memiliki syarat dan kriteria yang benar agar dapat
digolongkan sebagai waralaba yang layak dan sesuai koridor hukum. Aturan
tentang kriteria kelayakan waralaba diatur secara jelas dalam Pasal 3 PP No. 42
3. Waralaba harus memiliki standar pelayanan dan standar produk yang dibuat
secara tertulis;
a. Waralaba harus memiliki ciri khas usaha, maksud dari “harus memiliki ciri
khas usaha” adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan
yang tidak mudah ditiru atau dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan
47
Amir Karamoy, Waralaba Jalur Bebas Hambatan Menjadi Pengusaha Sukses, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011, hal.56
masalah dalam perjalanan suatu usahanya, dan ini terbukti dengan masih
c. Waralaba harus memiliki standar pelayanan dan standar produk yang dibuat
Standar Operational Prosedur (SOP) ini adalah standar yang dibuat secara
dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama
standarnya;
royalti oleh penerima waralaba. HKI tersebut dapat berupa hak cipta, merek,
desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu (DTLST), rahasia dagang
praktiknya, jenis HKI yang banyak di lisensikan dalam bisnis waralaba saat
ini adalah hak cipta, merek, paten, desain industri dan rahasia dagang.48
2) Chain-style business
Jenis waralaba inilah yang banyak dikenali oleh masyarakat. Dalam jenis
48
Iswi Hariyani, Op.Cit, hal.70
yaitu :
49
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, hal.15
dijualnya.
Dari keempat jenis sistem waralaba yang dikenal di Indonesia ini, jenis
waralaba yang sangat berkembang hingga saat ini ialah waralaba sistem format
50
Lindawaty Sewu, Franchise Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 16
c. Di bidang jasa;
f. Jasa konsultasi;
h. Photo furniture/Printing;
i. Rental mobil.
waralaba dilakukan oleh para pihak baik orang perorangan maupun badan usaha.
Para pihak dalam waralaba ini biasa disebut sebagai pemberi waralaba atau dalam
bahasa asingnya disebut Franchisor dan penerima waralaba atau dalam bahasa
angka 2, pemberi waralaba adalah orang perorangan atau badan usaha yang
Tahun 2008 Pasal 1 angka 2, pemberi waralaba adalah badan usaha atau
dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas
PP No. 42 Tahun 2007 dan Kepmendag No. 31 Tahun 2008 pemberi waralaba
merupakan orang perorangan atau badan usaha yang memiliki atau menciptakan
suatu ciri khas pada jenis usahanya ataupun hal-hal yang berkaitan dengan hak
memanfaatkan dan menggunakan ciri khas tersebut atau hak kekayaan intelektual
yang dimilikinya.
adalah orang perorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi
menggunakan hak kekayaan intelektualatau penemuan atau ciri khas yang dimiliki
pemberi waralaba.
Waralaba harus memiliki syarat dan kriteria yang benar agar dapat
digolongkan sebagai waralaba yang layak dan sesuai koridor hukum. Aturan
tentang kriteria kelayakan waralaba baru diatur secara jelas dalam Pasal 3 PP No.
Maksud dari “harus memiliki ciri khas usaha” adalah suatu usaha yang
(lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-
masalah dalam perjalanan suatu usahanya, dan ini terbukti dengan masih
3. Waralaba harus memiliki standar pelayanan dan standar produk yang dibuat
51
Lindawaty P Sewu, Franchise Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 16
waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan
sama standarnya;
telah terdaftar
dengan lisensi HKI, dari pemberi waralaba (pemilik HKI) kepada penerima
waralaba. HKI tersebut dapat berupa Hak Cipta, Merek, Desain Industri,
praktiknya, jenis HKI yang banyak dilisensikan dalam bisnis waralaba saat
ini adalah Hak Cipta, Merek, Paten, Desain Industri dan Rahasia dagang.
Pasal 1320 KUHPerdata. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :
Maksud dari Pasal 1320 KUHPerdata ayat (1) adalah adanya suatu
unsur-unsur di atas maka dalam perjanjian waralaba harus ada persetujuan antara
pemberi waralaba dan penerima waralaba, tanpa ada paksaan, tipuan dan
kekeliruan. Maksud dari Pasal 1320 KUHPerdata ayat (2) ini erat kaitannya
atas maka dalam suatu perjanjian harus ada subjek hukum atau pihak-pihak yang
terdiri dari sedikitnya dua orang. Pihak-pihak dalam perjanjian waralaba harus
masuk dalam kriteria cakap melakukan perbuatan hukum, sudah dewasa atau
mencakup umur 21 tahun atau sudah menikah walaupun belum mencapai umur 21
tahun.
Pasal 1320 KUHPerdata yang disebutkan dalam ayat (3) yaitu “suatu hal
tertentu” jika dihubungan dengan unsur-unsur perjanjian di atas maka suatu hal
tertentu artinya ada prestasi yang akan dilaksanakan dan tujuan yang akan dicapai
waralaba. Pasal 1320 KUHPerdata yang disebutkan dalam ayat (4) yaitu “suatu
sebab yang halal” artinya perjanjian waralaba yang dibuat oleh pemberi dan
penerima waralaba harus tertuang dalam bentuk tertulis, lisan atau tulisan dan ada
syarat tertentu sebagai isi pelaksanaan perjanjian. Isi perjanjian yang dibuat tidak
memenuhi empat syarat yang telah diuraikan di atas maka suatu perjanjian
tersebut sah menurut hukum. Berdasarkan Pasal 5 PP No. 42 Tahun 2007 Tentang
c. Kegiatan usaha;
f. Wilayah usaha;
52
Ibid. hal 45
Suatu paket usaha waralaba pada dasarnya merupakan suatu paket yang
terdiri dari beberapa jenis perjanjian. Perjanjian yang dimaksud biasanya terdapat
perjanjian terpenuhi oleh pihak penerima waralaba dan pemberi waralaba, para
DI KOTA MEDAN
sehari-hari yang dimiliki oleh PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Pada tahun 1989
merupakan awal berdirinya Alfamart, dengan dimulainya usaha dagang rokok dan
1989. Pada tahun 1994 Struktur kepemilikan berubah menjadi 70% dimiliki oleh
Djoko Susanto).
PT. Alfa Minimart Utama (AMU) didirikan pada tanggal 27 Juli 1999,
dengan pemengang saham PT. Alfa Retailindo, Tbk sebesar 51% dan PT. Lancar
Distrindo sebesar 49%. PT. Alfa Minimart Utama (AMU) ini kemudian membuka
Alfa Minimart pada tanggal 18 Oktober 1999 berlokasi dijalan Beringin Raya,
Karawaci Tangerang.
sisi lain, perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia akan mulai menggarap
serius pasar minimarket yang selama ini belum tergarap melalui Alfa.
90
Trijaya dengan pemegang saham PT.HM. Sampoerna, Tbk sebesar 70% dan
menjadi Alfamart pada tanggal 1 Januari 2003. Pada tahun 2005 Jumlah gerai
Alfamart bertumbuh pesat menjadi 1.293 gerai hanya dalam enam tahun. Semua
Manajemen Mutu”.
Mutu. Jumlah gerai mencapai 2000 toko dan telah memasuki pasar Lampung.
Awal 2009 menjadi perusahaan publik pada tanggal 15 Januari 2009 di Bursa
Efek Indonesia disertai dengan penambahan jumlah gerai mencapai 3000 toko dan
berikut:
a. Tahun 1989, berdiri sebagai perusahaan dagang aneka produk oleh Djoko
Susanto).
c. Tahun 1999, Alfa Minimart pertama mulai beroperasi di Jl. Beringin Jaya,
e. Tahun 2005, jumlah gerai Alfamart bertumbuh pesat menjadi 1293 gerai
Manajemen Mutu”.
pada saat itu jumlah gerai mencapai 2000 toko dan sudah memasuki pasar
Lampung.
Efek Indonesia, pada saat itu jumlah gerai mencapai 3000 toko dan sudah
wilayah Tangerang
usaha-usaha mikro, kecil dan menengah yang dalam peraturan ini mengatur agar
Mikro, Kecil dan Menengah saja, namun juga bagi toko-toko modren (waralaba
barang dan/atau jasa hasil produksi dalam Indonesia. Peraturan Pemerintah ini
juga menjelaskan dalam Pasal 9 ayat (2) bahwa pemberi waralaba hanya
Peraturan mengenai toko modern diatur dalam Peraturan Presiden No. 112 Tahun
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
angka 5 Perpres 112/2007 adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
pesat. Pemerintah Kota Medan dalam hal ini juga sudah mengeluarkan beberapa
kebijakan dalam sektor ritel yaitu, pertama adalah Perwal No. 20 Tahun 2011
Tentang Penataan & Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan & Toko
a. Khusus minimarket jarak minimal 500 meter dari minimarket yang sudah
53
Zulfi Chairi, Aflah, Utary Maharany, Op.Cit. hal. 121
b. Ijin usaha untuk minimarket diterbitkan oleh Walikota cq. Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Kota Medan;
Prinsip Usaha yang telah disahkan Disperindag Kota Medan, SITU dan
kurang 100 meter dari rumah ibadah, lembaga pendidikan, dan perkantoran
pemerintah
Pada tahun 2012 Perwal ini diubah menjadi Perwal No. 47 Tahun 2012
menjelaskan lagi berapa jauh jarak antara pasar tradisonal dengan toko modren,
hal ini yang menyebabkan timbulnya suatu masalah baru dalam masyarakat yaitu
kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan
disebut dengan Izin Usaha Toko Modern (“IUTM”) yang diterbitkan oleh
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Oleh sebab
itu, pemerintah perlu bertindak teliti dan tegas dalam pemberian izin usaha toko
belum dapat dikatakan optimal karena banyak para pemilik pasar tradisional yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang
koperasi dengan usaha kecil, modal kecil, dan dengan jual beli barang dagang
Terkait dengan izin pendirian waralaba di kota Medan, menurut data dari
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPM dan
izin, salah satu yang menjadi alasan tidak memberikan izin karena tidak
kebijaksanaan dari pemerintah mengenai pengaturan jarak dan lokasi antara toko
oleh Perpres 112/2007 tidak berjalan sebagaimana mestinya. Selain masalah jarak
juga terhadap aturan mengenai izin pendirian, banyak ritel modern yang
melanggar izin, tapi pemerintah seakan menutup mata, dan kenyataannya sampai
Waralaba merupakan suatu sistem dalam pemasaran barang dan jasa yang
melibatkan dua pihak (Franchisor dan Franchisee). Sistem ini merupakan suatu
kiat untuk memperluas usaha dengan cara menularkan sukses. Dengan demikian
dalam sistem ini harusterdapat pelaku bisnis yang sukses terlebih dahulu dimana
sukses) adalah pengurangan risiko dan investasi modal yang diperlukan untuk
yang menuntut banyak usaha, dalam hal ini kewajiban Franchisor maka harus
terkendali seperti rumah makan, pelayanan fast food dan pemeliharaan kendaraan
bermotor, demikian pula toko pengecer produk mempunyai rancangan denah dan
teknik peragaan produk yang khas. Juga dalam hal periklanan, pihak Franchisor
serta promosi.
bisnis teruji yang dimiliki oleh Franchisor yang dalam banyak hal dilengkapi
dengan nama dagang yang sudah diterima oleh khalayak ramai. Dengan membuka
usaha yang nama dagang dan jenisnya sudah dikenal oleh khalayak ramai maka
pihak Franchisee terhindar dari risiko yang cukup besar, sebab para pelanggan
(khalayak ramai) sudah kenal betul dengan nama dan jenis barang dan jasa yang
baru dibuka oleh Franchisee sehingga khalayak ramai tidak ragu lagi dengan
pihak Franchisor yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya TBK yang dikenal sebagai
secara detil orang yang akan menjadi mitra Franchisee nya. Agar usaha yang
dibuat oleh Franchisor berjalan, maka Franchisor harus menerapkan sistem usaha
menetapkan perjanjian standart (standart contract), tetapi lebih dari pada itu,
hukum bagi masing-masing pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut, yang
Bisnis Waralaba Alfamart mengatakan bahwa apabila isi dalam perjanjian tersebut
sudah ditanda tangani, maka perjanjian standar ini tidak dapat diubah, melainkan
secara mutlak seperti apa adannya yang tertuang di dalam perjanjian tersebut.
Apabila dihubungkan dengan Pasal 1338 KUH Perdata tentang asas kebebasan
berkontrak, tentu saja hal ini bertentangan. Maka dari itu hal ini membuat posisi
isi perjanjian ini, hal ini berakibat posisi Franchisee memang sedikit lemah dari
pada posisi Franchisor itu sendiri, tetapi dalam pembuatan atau perancangan
perjanjian tersebut tentunya harus saling menguntungkan kedua belah pihak agar
telah dibuat dengan melihat seluruh aspek dan klausul-klausul perjanjian yang
merugikan salah satu pihak, terlebih pihak Franchisor sendiri sebagai pemilik hak
waralaba ini. Ini gunanya untuk melindungi hak kekayaan intelektual yang
mereka buat agar mereka dapat menjalankan usaha mereka dan usaha mitra
binaannya. Dengan sistem yang telah mereka buat agar dapat berjalan. Apabila di
luar dari isi perjanjian waralaba yang telah dibuat dan disepakati oleh para pihak
tunjuk sebagai pegawai atau pimpinan pada toko Waralaba mereka atau
mendesain tatanan barang-barang yang ada di toko waralaba tersebut agar lebih
perjanjian standar yang ada agar sistem usaha yang telah ditetapkan oleh
tambahan tersebut tetap memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang
terlibat dalam perjanjian, dan tentunya hal ini membuat posisi Franchisee masih
54
Hasil wawancara dengan Ibu Sarah selaku Divisi Humas Bisnis Waralaba Alfamart
pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 14.20 di Sumber Alfaria Trijaya
perjanjian yang mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata seperti yang dijelaskan
perlindungan hukum bagi para pihak yang membuat perjanjian dan perjanjian
tersebut harus dilaksanakan para pihak. Tentu saja dalam pembuatan perjanjian ini
gunanya untuk memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang terlibat
dalam perjanjian. Kemudian berdasarkan Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata
berkontrak dimana asas ini memberikan keleluasaan kepada setiap orang atau
badan usaha untuk membuat perjanjian apa saja tanpa melanggar ketentuan yang
Ayat (2) KUH Perdata yaitu bilamana suatu perjanjian telah dibuat dan disepakati
telah sah, maka salah satu pihak tidak dapat menarik atau membatalkan perjanjian
tanpa adanya kesepakatan dari kedua belah pihak yang membuat perjanjian.
Dalam Pasal 1338 Ayat (3) KUH Perdata adalah mengenai asas itikad baik dalam
melakukan perjanjian.
apabila perjanjian bisnis tersebut beriktikad buruk, maka perjanjian bisnis tersebut
55
Hasil wawancara dengan Ibu Rahimah selaku Supervisor Alfamart Cabang Bromo
Kecamatan Medan Area pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 11.00
dianggap tidak sah dan dapat dibatalkan menurut hukum. Dengan demikian asas
perjanjian bisnis, tidak dapat diwujudkan atas kehendak sendiri dari salah satu
pihak tanpa dibatasi oleh itikad baiknya. Dengan adanya asas itikad baik, setiap
pihak yang membuat perjanjian akan melaksanakan kewajiban dan hak yang
timbul dari adanya perjanjian tersebut. Maka jika dilihat dari kewajiban dan hak
perjanjian yang dibuat telah sesuai dengan apa yang disebutkan di dalam undang-
undang, dan sesuai dengan syarat yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah
tentang Waralaba yaitu tentang klausula yang harus termuat di dalam suatu
3. Untuk gerai take over (ambil alih), calon Franchisee dapat mengambil alih
56
Hasil wawancara dengan Ibu Rahimah selaku Supervisor Alfamart Cabang Bromo
Kecamatan Medan Area pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 11.00
adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum yang dimana dapat
Perbuatan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Demikian juga dalam hak
1. Hak Franchisor
2. Kewajiban Franchisor
57
Hasil wawancara dengan Ibu Rahimah selaku Supervisor Alfamart Cabang Bromo
Kecamatan Medan Area pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 11.00
dan pelatihan yang diadakan untuk maksimal 4 kali terhadap karyawan baru
3. Hak Franchisee
4. Kewajiban Franchisee
Iklan, Promosi, Akuntansi dan Keuangan.” Yang dijelaskan pada pasal lima,
enam, delapan, sebelas, dua belas, empat belas dan delapan belas yang
akan ditentukan oleh Franchisor dari waktu kewaktu, yang dilakukan oleh
danpelatihan rekening bersama (Joint Account) pada saat jatuh tempo atau suatu
selama periode waralaba. Apabila berbicara mengenai iklan dan promosi, maka
Franchisee wajib membuat catatan dan/atau laporan harian, bulanan, atau tahunan
atas setiap transaksi penjualan produk, dan/atau transaksi lainya dan pengeluaran-
membuka rekening bersama pada bank guna menampung dana operasional gerai
di Kota Medan
tunduk kepada penilaian diri sendiri mengenai sikap, kapasitas serta tujuan jangka
panjangnya. Beberapa faktor dari penilaian tersebut berlaku untuk bisnis waralaba
ataupun bukan dan beberapa di antaranya berlaku khusus hanya untuk franchising.
58
Hasil wawancara dengan Bapak Rizky selaku Supervisor Alfamart Cabang Kecamatan
Medan Timur pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 14.00
muncul dalam pelaksanaan franchiese berasal dari pihak Franchisee nya seperti:59
1. Franchisee yang sebelumnya telah berbisnis sendiri dan mungkin pada tipe
kurang dapat menerima ide dari Franchisor dan disiplin dari sistem. Karena
alasan semacam ini banyak Franchisor tidak mau menerima orang yang
telah mempunyai pengalaman bisnis pada tipe yang sama untuk menjadi
banyak contoh di mana Franchisee gagal membuat usaha yang perlu karena
mengatakan “saya sekarang seorang bos dan bos tidak bekerja” sindrom bos
itu yang sukses. Seandainya anda mempunyai sindrom bos, sebaiknya anda
59
Hasil wawancara dengan Ibu Sarah selaku Divisi Humas Bisnis Waralaba Alfamart
pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 14.20 di Sumber Alfaria Trijaya
gagal.
khawatir.
mereka harus diatur berdasarkan basis itu, mereka tetap saja takut.
Hal ini adalah fenomena yang lebih sering terjadi setelah Franchisee berada
dalam bisnis untuk suatu jangka waktu tertentu dan sukses, dia mulai
kesuksesannya sendiri. Beberapa Franchisee lebih baik dari yang lain dan
beberapa yang lain lebih sejahtera dari yang lain dikarenakan kerajinan dan
kerja kerasnya. Bahaya yang timbul adalah bahwa hal ini bisa menciptakan
kesombongan Franchisee. Dia merasa tahu yang terbaik dan akibatnya hal
dari, namun dukungan adalah salah satu hal dan campur tangan adalah hal
hal yang diperkenankan oleh sistem waralaba lebih banyak lagi untuk
dengan gaji harus menerima bahwa dia kini tergantung pada kinerjanya
hari, tak ada perspektif yang mengharuskan dia terlibat dalam sebuah
Apa yang diketahui oleh seorang Franchisor tentang Franchisee, tak pernah
Franchisee harus jujur pada dirinya sendiri dan pada Franchisor, jika
salesman yang aktif dan ia tahu itu merupakan sesuatuyang sulit baginya,
Franchisee yang suka bertemu dengan orangorang dan yang merasa bahwa
kategori ini adalah orangorang yang barangkali telah bekerja pada level
pimpinan senior dan tidak terbiasa menyingsingkan lengan baju dan bekerja
keras pada dasar dan pada tujuan bisnis yang pasti. Penjualan bisnis
Selain hambatan diatas, menurut Ibu Sarah ada juga beberapa hambatan
a. Mengenai Pajak atas royalty (PPn) selama ini menjadi beban Franchisee,
sedangkan royalty yang diterima oleh Franchisor adalah nilai bersih dari
gross sales.
oleh Franchisor antara lain seperti advertising fee, training fee, dan
diatur secara tegas bentuk dan waktunya berbeda halnya dengan di sebagian
Alfamart
munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau
aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan
Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa
hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara
hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang
60
Hasil wawancara dengan Bapak Rizky selaku Supervisor Alfamart Cabang Kecamatan
Medan Timur pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 14.00
bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal
kontrak lisensi dan distributor. Adanya pemberian izin oleh pemegang Hak Milik
Intelektual atau know how lainnya kepada pihak lain unuk menggunakan merk
waralaba wajib membayar sejumlah royalty untuk penggunaan merek dagang dan
dari berapa unit. Dalam hal demikian pihak Franchisor tidak peduli apakah
Objek dalam perjanjian waralaba adalah lisensi. Lisensi adalah izin yang
sebagaimana dikemukakan oleh Dieter Plaff, yaitu (1) tujuan ekonomis, dan (2)
acuan yuridis. Tujuan ekonomis adalah apa yang hendak dicapai oleh lisensi itu.
61
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.53.
62
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Jakarta, Sinar
Grafika, 2014, Hal.166
tujuan tersebut. 63
2. Tempat berbisnis
Tempat berbisnis dan penampilan yang baik dan membawa ciri Franchisor
3. Wilayah waralaba
4. Sewa guna
63
Ibid, hal 177
64
Johannes Ibrahim & Lindawaty sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern,
Bandung, Refika Aditama, 2007, hal.134-145
Sewa guna ini dilakukan apabila lokasi usaha waralaba didapat dengan
suatu sewa. Jangka waktu sewa ini paling tidak harus sama dengan jangka
6. Standar Operasional
7. Pertimbangan-petimbangan keuangan
8. Klausula-klausula Kerahasiaan
maka pihak Franchisee dibatasi untuk tidak berusaha dalam bisnis yang
periode tertentu.
11. Pertanggungjawab
adalah bahwa hubungan waralaba harus bertahan pada jangka waktu yang
cukup lama.
5-10 tahun
dengan Ibu Sarah bentuk perlindungan yang dilakukan yaitu dalam bentuk
dukungan dan bantuan pembenahan dari awal untuk memulai bisnis dari awal
Alfamart apabila terjadi force majeur (keadaan memaksa), keadaan yang secara
tiba-tiba dan tidak disengaja, misalkan korsleting listrik mengalami kerusakan dan
akibat dari itu mengalami kebakaran. Maka peran Franchisor disini tidak diam
dan hanya menyaksikan, namun ikut membantu dan membenahi lagi dari awal.65
Waralaba merupakan suatu sistem dalam pemasaran barang dan jasa yang
melibatkan dua pihak (Franchisor dan Franchisee). Sistem ini merupakan suatu
kiat untuk memperluas usaha dengan cara menularkan sukses. Dengan demikian
dalam sistem ini harus terdapat pelaku bisnis yang sukses terlebih dahulu dimana
65
Hasil wawancara dengan Ibu Sarah selaku Divisi Humas Bisnis Waralaba Alfamart
pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 14.20 di Sumber Alfaria Trijaya
Manfaat utama bagi pemilik waralaba (Franchisor atau pengusaha yang sukses)
adalah pengurangan risiko dan investasi modal yang diperlukan untuk suatu
dengan harga yang telah sitentukan oleh Franchisor. Demikian pula Franchisor
menuntut banyak usaha, Dalam hal ini kewajiban Franchisor maka harus bersedia
berkelanjutan.
waralaba merupakan suatu bentuk pemberian hak dan atau kewenangan dari satu
pihak tertentu (Franchisor) kepada pihak lainnya (Franchisee) untuk suatu jangka
pembukaan kantor cabang. Hanya saja dalam pembukaan kantor cabang segala
perluasan usaha tersebut didanai dan dikerjakan oleh pihak lain yang dinamakan
Franchisee atas risiko dan tanggung jawabnya sendiri, dalam bentuk usaha
sendiri, namun sesuai dengan arahan dan instruksi serta petunjuk Pemberi
Waralaba. Pada sisi lain waralaba juga tidak berbeda jauh dari bentuk
Franchisor.66
perjanjian atau kontrak. Perjanjian sebagai dasar hukum KUHPerdata Pasal 1338
ayat (1), 1233 s/d 1456 KUH Perdata; para pihak bebas melakukan apapun
atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-
66
Hasil wawancara dengan Ibu Sarah selaku Divisi Humas Bisnis Waralaba Alfamart
pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 14.20 di Sumber Alfaria Trijaya
67
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab undang-undang Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya
Paramita,2004. Hal 339.
usaha waralaba.68
dalam bisnis waralaba dilindungi oleh pemerintah, karena ada peraturan yang
mengatur hal tersebut. Artinya yang melindungi para pihak tersebut merupakan
orang yang berada diatasnya dalam artian orang yang lebih tinggi diatasnya. Jadi
bisnis waralaba Alfamart tersebut. Hal-hal mengenai perlindungan hukum dan tata
yang dibuat oleh para pihak. Sehingga jenis perlindungan hukum bagi Franchisee
telah di terapkan dalam bisnis waralaba Alfamart. Perjanjian yang telah dibuat
beserta pelaksanaan telah sesuai dengan isi perjanjian dan sesuai dengan aturan
Selain dari perlindungan hukum yang telah dipaparkan di atas, Ibu Sarah
juga menjelaskan bahwa perlindungan hukum yag dapat dilakukan para pihak
68
Hasil wawancara dengan Bapak Rizky selaku Supervisor Alfamart Cabang Kecamatan
Medan Timur pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 14.00
terjadinya suatu sengketa yang dilakukan kedua belah pihak selaku pelaku bisnis
macam, yaitu :
69
Hasil wawancara dengan Bapak Iqbal selaku Supervisor Alfamart Cabang Sekip
Kecamatan Medan Petisah pada tanggal 19 November 2019 pada pukul 16.20
70
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta, Kencana. 2008. hal. 157-158
pihak tidak memilih forum tertentu maka akan berlaku mekanisme hukum acara.
Para pihak dalam perjanjian franchiese dapat memilih forum yang hendak dipakai
dalam penyelesaian sengketa yang timbul. Apabila tidak bisa diselesaikan dengan
71
Hasil wawancara dengan Ibu Sarah selaku Divisi Humas Bisnis Waralaba Alfamart
pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 14.20 di Sumber Alfaria Trijaya
BAB V
A. Kesimpulan
No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba. Waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki dengan orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang
telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pihak
modern diatur dalam Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang
berbentuk Perkulakan.
pembenahan dari awal untuk memulai bisnis dari awal lagi. Franchisor
Perjanjian yang telah dibuat beserta pelaksanaan telah sesuai dengan isi
perjanjian dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tidak terjadi kesenjangan
di atas, perlindungan hukum yag dapat dilakukan para pihak yakni subyek
B. Saran
1. Dalam melakukan suatu perikatan atau perjanjian lebih baik terlebih dahulu
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Fuady, Munir. 2001. Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era
Global. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
HS. Salim HS, H. Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, 2005. Hukum Kontrak:
Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika
HS, Salim. 2006. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:
Sinar Grafika
Ibrahim Johannes & Lindawaty Sewu. 2007. Hukum Bisnis dalam Persepsi
Manusia Modern. Bandung : PT Refika Aditama
Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung: Mandar
Maju
Pasaribu, Chairun, dan Suhrawardi Lubis. 2011 Hukum Perjanjian dalam Islam.
Jakarta: Rineka Cipta
Patrik, Purwahid. 1993. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan Sebagai Dasar Untuk
Merevisi Isi Perjanjian. Jakarta: Elips Project
Rahmadi, Bambang N. 2007. Aspek Hukum dan Bisnis. Bandung: PT. Nusantara
Sakti
Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Subekti. 2001. Pokok-pokok Hukum Perdata. Cet. XXVI, Jakarta: PT. Intermasa
Sutedi, Adrian. 2008. Hukum Waralaba. Cet. II; Jakarta: Ghalia Indonesia
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2003. Penelitian Hukum Normatif. Ed.1,
cet.7. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Peraturan perundang-undangan:
Nurviani, Siti. Waralaba sebagai suatu perikatan atau perjanjian, Juni 2017 dari
http://www.untukku.com/artikel-untukku/waralaba-sebagai-suatu-
perikatanatauperjanjian-untukku.html yang diakses pada tanggal 28
Oktober 2019
Chairi, Zulfi., Aflah, dan Utary Maharany, Aspek Hukum Keberadaan Waralaba
Minimarket terhadap Toko Tradisional di Kota Medan, Jurnal Ilmiah
Penegakan Hukum, Vol 6 No. 2 Desember 2019
Wawancara:
Hasil wawancara dengan Ibu Sarah selaku Divisi Humas Bisnis Waralaba
Alfamart pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 14.20 WIB di
PT Sumber Alfaria Trijaya
Hasil wawancara dengan Bapak Iqbal selaku Supervisor Alfamart Cabang Sekip
Kecamatan Medan Petisah pada tanggal 19 November 2019 pada pukul
16.20 WIB