Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ARTIKEL

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Dosen Pengampu :
Muhammad Wildan S.H. M.H.

Disusun Oleh :
Haydar Ali Rabani
5121600090

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2022
UPAH DAN TENAGA KERJA

(Hukum Ketenagakerjaan dalam Islam)

Abstraks

Tenaga Kerja merupakan aspek penting yang terdapat dalam struktur ekonomi suatu
perusahaan maupun sebuah organisasi. Tenaga Kerja merupakan pihak yang
dimanfaatkan kinerjanya baik dari segi fikirannya maupun tenaganya. Sehingga,
dalam hal ini sangatlah diperlukan beberapa penghargaan ataupun jaminan atas kinerja
dari tenaga kerja tersebut, yang biasa diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah
satunya yakni Upah. Upah dalam hal ini juga berguna sebagai penjamin atas
keberlangsungan perusahaan atau organisasi tersebut, karena secara tidak langsung
Upah tersebut berperan sebagai pengikat, antara kedua belah pihak tersebut, yakni
antara Pemilik tenaga kerja dengan tenaga kerja. Permasalahan mengenai
ketenagakerjaan, juga menjadi suatu kajian penting dalam agama Islam. Tenaga kerja
dalam perspektif agama Islam (khususnya dalam kajian ilmu Muamalah), termasuk ke
dalam kegiatan yang digolongkan sebagai kegiatan Ijarah. Kegiatan Ijarah (sewa
menyewa) dalam hal ini, diartikan sebagai upah-mengupah, dimana pihak Pemilik
tenaga kerja diibaratkan sebagai Penyewa, dan sebaliknya pihak tenaga kerja
diibaratkan sebagai sesuatu yang disewakan. Pengertian tenaga kerja dapat diibaratkan
sebagai sewaan, dikarenakan tenaga kerja dalam sistem pekerjaannya, telah
dimanfaatkan keahliannya. Oleh karena itu, Upah di sini dijadikan sebagai bentuk
tanggung jawab bagi pihak penyewa serta bentuk jaminan bagi pihak yang disewa
keahliannya.
PENDAHULUAN

Tenaga kerja merupakan sumber Segala hal ataupun kemungkinan


daya utama bagi keberlangsungan suatu buruk yang dapat terjadi sewaktu-
produksi dalam suatu perusahaan waktu dalam suatu kegiatan produksi,
maupun dalam struktural organisasi. dapat dihindari jika pihak
Keberadaan tenaga kerja dalam suatu penyelenggara ketenaga kerjaan
kegiatan produksi sangatlah diperlukan, senantiasa memenuhi segala sesuatu
terutama bagi mereka yang tingkat yang telah menjadi kewajibannya serta
produktivitasnya memerlukan tingkat yang menjadi hak atas tenaga kerja.
efisiensi dalam prosesnya. Semakin Tenaga kerja tersebut, apabila telah
banyak jumlah tenaga kerja yang ada terpenuhi segala aspek kebutuhannya,
dalam suatu produksi, maka semakin mereka akan dengan sendirinya
besar pula beberapa hal yang perlu menyadari apa yang telah menjadi
diperhatikan di dalamnya, yakni kewajibannya dalam kegiatan kerja.
mengenai jaminan mereka sebagai Seperti halnya Upah, yang menjadi
tenaga kerja. Tidak dapat dipungkiri, kewajiban pihak pemilik tenaga kerja
jika di dalam suatu kegiatan terhadap tenaga kerjanya. Upah juga
produktivitas suatu perusahaan atau dapat menjadikan hubungan antara
organisasi, terdapat berbagai kejadian pemilik serta tenaga kerjanya bernilai
yang berada di luar perhitungan skala baik. Sehingga, dalam hal ini hak dan
produktivitas. Selain kecelakaan kerja kewajiban tersebut menjadi sebuah
yang dapat menimbulkan kerugian sinergi utama yang diperlukan bagi
dalam suatu produktivitas, juga pembangunan sebuah tingkat
terdapat hal-hal yang berkaitan dengan produktivitas suatu perusahaan maupun
buruknya pengolahan finansial organisasi.
produksi, sehingga berdampak pada
Upah dalam agama Islam,
pengurangan jumlah tenaga kerja,
merupakan sesuatu yang harus
yakni adanya tindakan Pemutusan
dibayarkan atau diberikan kepada pihak
Hubungan Kerja (PHK).
yang berhak menerimanya, sebagai
bentuk atas jaminan serta penghargaan
terhadap apa yang telah dikerjakannya
terhadap pemberi upah, sesuai dengan
isi kesepakatan antar keduanya. Nilai
yang terdapat dalam Upah haruslah PEMBAHASAN

senilai dengan apa yang telah menjadi 1. Pengertian Upah dan Hukum
kesepakatan dan pekerjaan yang Ketenagakerjaan
disepakati antara pihak pemilik tenaga Ketenagakerjaan (yang semula
kerja dengan tenaga kerja tersebut. dikenal dengan istilah perburuhan),
Dalam pemberian Upah, juga terdapat diatur dalam ketentuan Undang-
batasan waktu yang telah ditentukan, Undang No.14 Tahun 1969 tentang
sehingga pihak pemberi Upah tidak Pokok-Pokok Ketentuan Tenaga Kerja,
dapat secara semena-mena dalam yang kemudian pada tahun 1997
pemberian Upah tersebut. Bahkan, diganti dengan Undang-Undang No.25
terdapat Hadits Nabi yang Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.
menerangkan, alangkah baiknya jika Undang-Undang tersebut, kemudian
pihak pemberi Upah tersebut segera diganti kembali oleh Undang-Undang
membayar (memberikan) apa yang No.13 Tahun 2003 tentang
menjadi hak atas pekerjanya, yang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
berdasarkan pada Hadits, yang Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
berartikan “Bayarlah Upah atas pekerja Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
tersebut, sebelum kering keringatnya”. 4279), yang selanjutnya disingkat
dengan UU No.13 Tahun 2003.
Apabila ditelaah berdasarkan istilah,
hukum ketenagakerjaan terdiri atas dua
kata, yaitu hukum dan ketenagakerjaan.
Hukum dan ketenagakerjaan
merupakan dua konsep hukum, yang
dari kedua konsep tersebut memiliki
makna yang berbeda. Hukum dapat
diartikan sebagai norma hukum, yakni
norma yang dibuat oleh pemegang
kekuasaan yang berwenang. Norma dan/atau keperluan yang bersifat
hukum dapat berbentuk norma hukum jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam
yang tertulis maupun tidak tertulis. maupun di luar hubungan kerja, yang
Adapun pengertian tenaga kerja secara langsung atau tidak langsung
meliputi pegawai negeri, pegawai dapat mempertinggi produktivitas kerja
formal, pegawai informal, serta dalam lingkungan kerja yang aman dan
pengangguran. sehat.
Mengenai hal ketenagakerjaan, Sehingga, dapat disimpulkan
terdapat suatu unsur yang tidak dapat bahwa yang dimaksud upah,
terlepas dari hal tersebut, salah satunya merupakan sesuatu (dalam bentuk
yakni upah. Berdasarkan ketentuan uang) yang harus diserahkan oleh
Pasal 1 angka 30 Undang-Undang seseorang yang bertindak sebagai
No.13 Tahun 2003, upah adalah hak pemberi kerja kepada pihak penerima
pekerja atau buruh yang diterima dan kerja, yang jumlahnya setara dengan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai hasil kinerja penerima kerja dalam
imbalan dari pengusaha atau pemberi pekerjaannya. Nilai dari sesuatu yang
kerja kepada pekerja atau buruh yang diberikan kepada penerima kerja
ditetapkan dan dibayarkan menurut tersebut, haruslah berdasarkan
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, perjanjian yang telah disepakati antar
atau peraturan perundang-undangan keduanya (yakni pihak pemberi kerja
termasuk tunjangan bagi pekerja atau dengan penerima kerja).
buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau 2. Pengertian Upah (Ujrah)
akan dilakukan. Upah juga merupakan Upah dalam Islam dikenal dengan
salah satu sarana yang digunakan oleh istilah ujrah. Ijarah adalah pemilik jasa
pekerja untuk meningkatkan dari orang yang menyewakan (mu’ajjir)
kesejahteraannya. Berdasarkan oleh orang yang menyewa (musta’jir),
ketentuan Pasal 1 angka 31 Undang- serta pemilikan harta dari pihak
Undang no.13 Tahun 2003, disebutkan musta’jir oleh seorang mu’ajjir.
bahwa kesejahteraan pekera/buruh Dengan demikian, ijarah berarti
adalah suatu pemenuhan kebutuhan merupakan transaksi terhadap jasa
tertentu, dengan disertai kompensasi bendanya. Karena dalam objek ijarah
tertentu pula. Jumhur ulama juga tidak selamanya manfaat diperoleh dari
berpendapat bahwa ijrah disyaratkan sebuah benda, akan tetapi bisa juga
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Dan berasal dari tenaga manusia. Ijarah
ini diterangkan dalam Al-Qur’an yang yang dimaksud dalam pengertian ini
artinya: “Salah seorang dari kedua ialah upah-mengupah dalam
wanita itu berkata: “Ya bapakku masyarakat.
ambillah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena sesungguhnya orang 3. Macam-macam Upah
yang paling baik yang kamu ambil Dilihat dari segi objeknya, akad
untuk bekerja (pada kita) ialah orang Ijarah dibagi dua macam , yaitu: yang
yang kuat dan dapat dipercaya”. bersifat manfaat dan yang bersifat
Berkatalah dia (Syu’ab): pekerjaan (jasa). Ijarah yang bersifat
“Sesungguhnya aku bermaksud manfaat, seperti sewa-menyewa rumah,
menikahkan kamu dengan salah toko, kendaraan, dan pakaian. Ijarah
seorang dari kedua anakku ini, atas yang bersifat pekerjaan ialah dengan
dasar bahwa kamu bekerja denganku cara mempekerjakan seseorang untuk
delapan tahun dan jika kamu cukupkan melakukan suatu pekerjaan. Ijarah
sepuluh tahun maka itu adalah (suatu seperti ini diperbolehkan seperti buruh
kebaikan) dari kamu, maka aku tidak bangunan, tukang jahit, tukang sepatu
hendak memberhentikan kamu. Dan yaitu Ijarah yang bersifat kelompok
kamu Insya Allah akan mendapatiku (serikat). Ijarah yang bersifat pribadi
termasuk orangorang yang baik”. (Al- juga diperbolehkan seperti menggaji
Qashash: 26: 27). Konsep awal ijarah pembantu rumah, tukang kebun, dan
adalah akad sewa sebagaimana yang satpam.
telah terjadi pada umumnya. Hal yang Sedangkan Ijarah „ala al-a‟mal
harus diperhatikan adalah behwa terbagi menjadi dua yaitu:
pembayaran oleh penyewa merupakan 1. Ijarah khusus, yaitu orang yang
timbal balik dari manfaat yang telah ia bekerja pada satu orang untuk masa
nikmati. Objek dalam akad ijarah tertentu. Dalah hal ini ia tidak boleh
adalah manfaat itu sendiri, bukan bekerja untuk orang lain selain
orangyang telah mempekerjakannya. Ijarahnya fasakh (batal) sebagai
Contohnya seseorang yang bekerja berikut:
sebagai pembantu rumah tangga pada 1. Terjadinya aib pada barang
orang tertentu. sewaan. Maksudnya bahwa pada
2. Ijarah musytarak, yaitu orang barang yang menjadi obyek
yang bekerja untuk lebih dari satu perjanjian sewa menyewa terdapat
orang, sehingga mereka bersekutu di kerusakan ketika sedang berada di
dalam memanfaatkan tenaganya. tangan pihak penyewa, yang mana
Contohnya tukang jahit, notaris dan kerusakan itu adalah diakibatkan
pengacara. Hukumnya adalah ia (ajir kelalaian pihak penyewa sendiri.
musytarak) boleh bekerja untuk semua 2. Rusaknya barang yang disewakan.
orang, dan orang yang menyewa Maksudnya barang yang menjadi
tenaganya tidak boleh melarangnya obyek perjanjian sewa-menyewa
bekerja kepada orang lain. Ia (ajir mengalami kerusakan atau
musytarak) tidak berhak atas upah musnah sehingga tidak dapat
kecuali dengan bekerja. dipergunakan lagi sesuai dengan
apa yang diperjanjikan, misalnya
4. Batal dan Berakhirnya Upah yang menjadi obyek sewa
UPAH Ijarah adalah jenis akad menyewa adalah rumah,
lazim, yang salah satu pihak yang kemudian rumah tersebutterbakar
berakad tidak memiliki hak fasakh atau roboh, sehingga rumah
(batal), karena ia merupakan akad tersebut tidak dapat
pertukaran. Kecuali jika diketahui hal digunakankembali. 3.
yang mewajibkan fasakh. Ijarah tidak 3. Rusaknya barang yang diupahkan
menjadi fasakh dengan matinya salah (ma‟jur a‟laih). Maksudnya
satu yang berakad sedangkan yang barang yang menjadi sebab terjadi
diakadkan selamat. Pewaris hubungan sewa menyewa
memegang peranan warisan, apakah mengalami kerusakan, sebab
ia sebagai mu‟ajir atau musta‟jir. dengan rusaknya atau musnahnya
Adapun hal-hal yang menjadi barang yang menyebabkan
terjadinya perjanjian makaakad
tidak akan mungkin terpenuhi
lagi. Misalnya : si A
mengupahkan kepada si B untuk
menjahit bakal baju, dan
kemudian bakal baju itu
mengalami kerusakan, maka
perjanjian sewa-menyewaakan
berakhir sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://com-mendeley-
prodpublicsharing-
pdfstore.s3.eu-west-
1.amazonaws.com/
2. http://digilib.uinsby.ac.id/
3. https://
www.bacaanmadani.com/
2017/12/pengertian-upah-
hukum-rukun-syarat-dan.html
4. http://repository.uinbanten.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai