TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Upah
Upah adalah hak /buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), cet III,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 1250
2
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000),
h. 395
3
Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, (Jakarta: Salemba
Empat, 2001), h. 373
19
Menurut Sugiyurso dan F. Winarni menjelaskan bahwa gaji
adalah:
4
Sugiyarso, G. dan Winarni, F, Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Media Pressindo,
2005, h. 95
5
Hartadi, Bambang, Sistem Pengendalian Dalam Hubungan dengan Manajemen dan Audit,
Yogyakarta: BPFE, 1999, h. 11
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
yang diatur pada Bagian Kedua Pengupahan tepatnya dimulai dari Pasal
sebagai berikut:
pekerja/buruh.
a. Upah minimum;
pekerjaannya;
menetapkan Upah Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf (a)
Minimum tersebut sesuai Pasal 89 ayat (1) dan ayat (2), dibagi menjadi dua
Ayat (3) : Ketentuan mengenai struktur dan skala upah diatur dengan
Keputusan Menteri.
timbal balik dari pengusaha kepada karyawan (penulis dalam hal ini
tersebut dapat disimpulkan menjadi hak yang harus diterima oleh tenaga
sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan
atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan
atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan,
sebagai aspek pencipta interaksi kerja yang harmonis. Bila kita melihat teori
upah menurut konsep barat yang ungkapkan oleh Hendry Tanjung. maka
akan diketahui bahwa konsep barat lebih terkait dengan pemberian imbalan
kepada pekerja tidak tetap, atau tenaga buruh lepas, seperti upah buruh lepas
atau bahkan harian . Berbeda halnya dengan gaji yang menurut pengertian
barat terkait dengan imbalan uang (finansial) yang diterima oleh karyawan
Pemillik tenaga kerja dalam hal ini adalah pekerja atau karyawan.
gaji diperuntukkan bagi mereka yang menerima tiap bulan. Sedangkan upah
berlaku6.
6
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
1) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan keluarganya,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan
Peraturan Pemerintah7.
minimal dua subjek hukum mengenai suatu pekerjaan. Subjek hukum yang
7
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8
Ibid.
9
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1994),
h. 56
Pada dasarnya upah diberikan seketika itu juga tetapi sewaktu
yaitu hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, sesuai perjanjian kerja,
10
Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994),
h. 168
11
Hendra Poerwanto, Sistem Upah dan Perencanaan Tingkat Upah,
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/anggaran-tenaga-kerja-langsung/sistem-
upah-dan-perencanaan-tingkat-upah-tenaga-kerja-langsung, Akses 2 September 2014
terima. Dengan demikian kualitas barang yang diproduksi akan dapat
terjaga.
2. Bagi para tenaga kerja yang kurang terampil, sistem upah ini dapat
upah yang sama dengan yang diterima oleh tenaga kerja lain.
1. Para tenaga kerja yang terampil akan mempunyai semangat kerja yang
meningkat.
kurang terjaga.
12
Ibid
1. Rata-rata tingkat upah. Penentuan tarif upah dalam suatu
rata-rata upah.
yang dianggarkan.13
3. Pengertian Borongan
instansi yang berwenang, biasanya dari instansi pekerjaan umum atas dasar
13
Ibid
14
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan,
(Yogyakarta: Liberty, 1982), h. 62
Pemborong adalah perseorangan atau badan hukum, swasta
Didalam dunia tenaga kerja ada 2 macam hubungan kerja yaitu yang
upah dibedakan atas, pembayaran upah secara harian, mingguan, atau secara
hasil yang sering disebut dengan istilah pekerja borongan atau tenaga kerja
pembayaran upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja.
kata yang berarti memberi hadiah atau upah atas sebuah pekerjaan17.
Pengertian upah dalam istilah fiqh tidaklah jauh dari makna yang
secara bahasa, dalam konteks akad jasa ini, upah dapat didefenisikan
15
FX. Djumialdji, op., cit., h. 8
16
Http:/depnakertrans.go.id/?show=faq&id=18
17
Ahmad warson munawwir, Al-munawwir kamus Arab-indonesia, Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997, h. 7
sebagai harga yang harus dibayarkan pada pekerja atas pelayanan dalam
memproduksi kekayaan18.
Upah dalam bahasa Arab disebut al-ujrah19. Dari segi bahasa al-
ajru yang berarti iwad (ganti), oleh sebab itu al-sawab (pahala) dinamai
juga al-ajru atau atau al-ujrah (upah). Pembalasan atas jasa yang diberikan
Konsep upah juga muncul dalam kontrak ijrah, yaitu pemilikan jasa
dari seseorang ajr (orang yang dikontrak tenaganya) oleh mustajir (orang
al-ujrah (upah)20.
Pengertian upah dalam istilah fiqh tidak jauh dari maknanya secara
bahasa, dalam kontek akad dan jasa ini, upah dapat didefenisikan sebagai
memproduksi kekayaan21.
18
Afzalurrahman, Muhammad sebagai pedagang, Jakarta; Yayasan Swarna Bhumy, 2000,
h. 395
19
Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, edisi II,
(Surabaya: Pustaka prograsif, 1997), h. 9
20
Abdurrahman al-Jaziry, al-Fiqh ala Madzhib al-Arbaah, j.3, Kairo: Dr al-Hads, 2004, h.
76
21
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy,
2000), h. 395
mengarah pada sewa-menyewa, sedangkan pengertian yang kedua lebih
tertentu23, menurut Imam Syafii dan Ahmad, Ia berhak sesuai akad. Jika
tersebut24.
keadilan itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa
22
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 422
23
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 11
24
Imam Hasan al- Banna, Fiqh Sunnah, Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h. 209-
210
Artinya; Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran.dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan. (QS. An-Nisa: 135)25
Hak dari pihak yang satu merupakan suatu kewajiban bagi pihak
yang lainnya, adanya kewajiban yang utama bagi majikan adalah membayar
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan hidup yang wajar. Dalam hal ini
2. Hukum Islam
kompensasi atas apa yang memberi manfaat, entah itu karena suatu
25
Departemen Agama RI, Op.,Cit
26
G. Kartasaputra, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila,
(Jakarta:Sinar Grafika, 1994), h. 94
Artinya: Dan Katakanlah; Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang Telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah: 105)27
Artinya: Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah
kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. (QS. Al-Kahfi:
30)28
berikut;
Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
27
Departemen Agama RI, Op.,Cit
28
Departemen Agama RI, Ibid
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.(Az-
Zukhruf: 32)29
siapkannya secara mandiri, maka dia harus menjadi makhluk sosial. Dengan
demikian dia membutuhkan orang lain sehingga hal ini menjadikan mereka
saling tolong- menolong dan butuh membutuhkan. Salah satu wujud dari
berikut ini;
Artinya: salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
(Al-Qasas: 26)31
29
Departemen Agama RI, Ibid
30
M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 12, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 563
31
Departemen Agama RI, Op.,Cit
Dasar hukum campur tangan pemerintah terhadap ketentuan upah
mursalah.32
ulama pun tidak ada yang membantah kesepakatan (ijma) ini. Sekalipun
2. Manfaat
3. Ujrah
32
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2000), h. 156-
157
33
Ibid
34
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 125
35
Ali Hasan, Berbagai macam transaksi Dalam Islam: Fiqh Muamalat, (Semarang: Asy-
Syifa, 1990), h. 231
salah satu pihak adalah orang gila atau anak kecil, maka akadnya tidak
sah. Ulama madzab Syafii dan Hanbali menambahkan syarat lain, yaitu
balig. Jadi anak kecil meski sudah tamyiz (pandai) dinyatakan tidak sah
pelaku ekonomi, rasa kewajiban moral yang tinggi dan dedikasi yang
36
M. Arkal Salim, Etika Investasi Negara: Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah, (Jakarta:
Logos, 1999), h. 99-100
37
Ghufran A. Masadi, Fiqh Muamalah Konstektual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 186
sepanjang ukuran upah yang dimaksudkan dan dapat diketahui
dengan upah membantu orang lain. Masalah tersebut tidak sah karena
pekerjaannya, karena hal itu termasuk hak dari seorang pekerja untuk
2) Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah, seperti upah
38
Ibid
39
Ibid
40
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzab (Al-Fiqh Alal Madzahibil Arbaah), juz
IV, (Semarang: CV. As-Syifa, 1994), h. 180
41
Ghufran A. Masadi, Op. Cit, h. 87
Penentuan upah dalam Islam adalah berdasarkan kerja atau
didasari pada keahlian dan manfaat yang diberikan oleh si pekerja itu.
syarat ini dianggap sebagai kegagalan moral baik dari pihak mustajir
42
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 129
43
Jalaludin Abdur Rahman Bin Abi Bakar Asy-SyuYuti, Al- Jamius Saghir, juz ii, (Darul
Fikr, tth), h. 186