Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENGUPAHAN DALAM PRESPEKTIF PROBLEMATIKA HUKUM

KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Latar Belakang

Pengupahan merupakan suatu masalah yang sangat Krusial dalam bidang


ketenagakerjaan dan bahkan apabila tidak profesional dalam menangani pengupahan ini
seringkali menjadi potensi perselisihan serta dapat mendorong timbulnya mogok dalam
berkerja.1 Pada saat ini pula masih terdapat beberapa problem permasalahan terkait dengan
upah yang diterima oleh pekerja. Meskipun sudah diatur dalam peraturan perundang-
undangan, namun masih banyak kasus di mana pekerja tidak mendapatkan upah yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti perusahaan
yang kurang memperhatikan hak-hak pekerja, lemahnya pengawasan dari pemerintah, dan
masih banyak lagi. Kondisi ini tentu sangat merugikan para pekerja, khususnya mereka yang
tidak memiliki daya tawar yang cukup.

Secara umum seperti yang kita ketahui bahwa upah merupakan suatu penerimaan
sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang
telah ia lakukan. Secara teori upah dapat dikatakan sebagai hak bagi pekerja atau buruh yang
berhak untuk diterima dan dinyatakan sebagai imbalan dari seorang pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja yang di tetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja, kesepakatan
maupun peraturan kerja.2 Oleh karena itu, analisis terhadap pengupahan dalam perspektif
hukum ketenagakerjaan di Indonesia menjadi penting untuk dilakukan. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi aktual terkait dengan pengupahan saat ini, termasuk permasalahan
yang sering terjadi dan solusi yang dapat diambil untuk mengatasi problematika pengupahan
tersebut.

1
Abdul Khakim, Seri Hukum Ketenagakerjaan: Aspek Hukum Pengupahan Berdasarkan UU Nomor 13 Tahun
2003, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 1.

2
Thamrin S, 2017, Peranan Dewan Pengupahan Terhadap Penetapan Upah Minimum, UIR law Reviuw
Volume 01, Nomor 01, April 2017
Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang diatas, maka dapat saya ambil beberapa
rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana pelaksanaan mekanisme pengupahan yang berlaku di Indonesia ?


2. Apa saja permasalah yang muncul terkait dengan pengupahan dalam prespektif
Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia ?
3. Apa saja solusi yang dapat diambil untuk mengatasi problematika pengupahan dalam
perspektif hukum ketenagakerjaan di Indonesia ?

Tujuan Penulisan

Merujuk pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan mekanisme pengupahan yang berlaku di


Indonesia
2. Untuk mengetahui Apa saja permasalah yang muncul terkait dengan pengupahan
dalam prespektif Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia
3. Untuk mengetahui Apa saja solusi yang dapat diambil untuk mengatasi problematika
pengupahan dalam perspektif hukum ketenagakerjaan di Indonesia
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan mekanisme pengupahan yang berlaku di Indonesia

Upah merupakan suatu imbalan bagi pekerja yang di dapatkan dari pemberi
kerja atas jasa yang diberikan dalam proses memproduksi barang atau jasa pada suatu
perusahaan.3 Dalam pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian tentang upah yaitu hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan sesuai perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/ buruh dan keluarganya atas pekerjaan dan atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.4

Pelaksanaan pengupahan yang berlaku di Indonesia telah diatur dan ditetapkan


oleh Pemerintah dalam beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan Peraturan ini


mengatur mengenai penentuan upah minimum, tunjangan, insentif dan gaji pokok.
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Peraturan ini mengatur cara
penyelesaian sengketa perselisihan hubungan industrial yang terkait dengan
permasalahan pengupahan.

Kemudian didalam pelaksanaan penerapan mekanisme pengupahan di


Indonesia dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Penetapan Upah Minimum Regional (UMR)

Di setiap Provinsi atau Kabupaten, pemerintah pasti sudah menetapkan upah


minimum regional (UMR) pada setiap tahunnya dengan jumlah yang berbeda-beda
pada setiap Kotanya. UMR ini ditetapkan berdasarkan pada beberapa faktor seperti
Inflansi, pertumbuhan ekonomi, serta kebutuhan hidup layak.

3
Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,hal,73
4
Wahju Oki, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Volume 17, Nomor 13
2. Penentu Gaji Pokok
Gaji pokok yakni suatu bagian dari upah yang merupakan dasar atau
perhitungan tunjangan dan insetif bagi pekerja. Besarnya gaji pokok yang diberikan
kepada seorang karyawan, biasanya tergantung pada latar belakang pendidikan yang
dimiliki, kemampuan maupun pengalamannya dalam bekerja.5

3. Penentuan Tunjangan dan Insentif

B. Permasalahan yang muncul terkait dengan pengupahan dalam prespektif


Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

Kesejahteraan serta kelayakan para buruh atau pekerja masih menjadi sorotan
di masa sekarang ini, di mana hal tersebut masih menjadi tuntutan penting bagi buruh
dan pekerja. Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk dapat hidup dan bekerja
dengan layak serta sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya. Penghidupan yang layak
tersebut akan didapatkan oleh masyarakat apabila mereka mampu untuk bekerja dan
motivasi seseorang mencari kerja dan bekerja adalah untuk mendapatkan penghasilan
(uang).6

Oleh sebab itu hubungan antara pekerja dengan pengusaha sangatlah dekat dan
berhubungan antar satu sama lain khususnya pada bidang pengupahan, karena kedua
belah pihak yaitu pekerja/buruh maupun pengusaha/pemberi upah juga sama-sama
memiliki sudut pandang tersendiri terkait pengupahan maka sering terjadi
permasalahan yang terus timbul dan menjadi perdebatan.

Seperti contoh permasalahan penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang


masih dirasa kurang layak bagi pekerjanya. Kemudian masalah yang sering terjadi
yaitu adanya majikan yang tidak menerapkan ketentuan-ketentuan pengupahan baik
dengan tidak membayar pekerja sesuai dengan UMP seperti kasus Tjioe Christine
Casandra yang membayar pekerjanya dibawah UMP. 7 Tidak hanya itu saja namun

5
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi Edisi Revisi, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014),
h. 252
6
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1980, p.5.
7
Evy Savitri Gani, Sistem Perlindungan Upah di Indonesia, Tahkim, Vol.XI, No.1 (Juni 2015), p.128.
terjadi permasalahan pengupahan lainnya seperti, majikan tidak membayarkan
Tunjangan Hari Raya, tidak memberikan bonus/apresiasi kepada pekerja, tidak
membayarkan upah lembur sesuai dengan ketentuan yang ada, dan lain sebagainya.
Selain itu juga akan menimbulkan konflik antar para pekerja dengan para pengusaha,
dimana hal tersebut telah dibuktikan dengan semakin banyaknya unjuk
rasa/demonstrasi di berbagai daerah yang ada di Indonesia.

Keinginan seorang pekerja dalam suatu perusahaan ialah agar dirinya


mendapatkan upah sesuai yang sudah di perjanjikan. Namun apabila setelah pekerja
tersebut bekerja dan upah yang ia dapatkan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada,
maka ini juga akan menimbulkan permasalahan.

C. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi problematika pengupahan dalam


perspektif hukum ketenagakerjaan di Indonesia

Untuk mengatasi problematika pengupahan dalam perspektif hukum ketenagakerjaan di


Indonesia, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam penetapan upah minimum provinsi


(UMP) dan upah minimum kabupaten/kota (UMK), dengan melibatkan seluruh pihak
terkait seperti perwakilan pengusaha, pekerja, dan pemerintah serta melakukan kajian dan
penelitian yang mendalam dalam penetapan UMP dan UMK.

2. Memperkuat perlindungan dan penegakan hukum terhadap buruh atau pekerja yang
menerima upah di bawah standar UMP atau UMK

3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang hak-hak pekerja dan upah yang
layak melalui edukasi dan kampanye.

4. Mendorong penggunaan instrumen perjanjian kerja bersama (PKB) dan kesepakatan


antara pengusaha dan serikat pekerja untuk menentukan tingkat pengupahan yang lebih
adil dan memenuhi kebutuhan hidup layak para pekerja.

5. Memperkuat peran Dewan Pengupahan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dalam


melakukan konsultasi dan usulan pola pengupahan yang tepat dengan mempertimbangkan
situasi ekonomi dan kondisi pekerja di daerah tersebut.
6. Meningkatkan peran Badan Penyelesaian Perselisihan hubungan Industrial (BP2HI)
dan Dewan Pengupahan dalam memfasilitasi penyelesaian sengketa antara pekerja dan
pengusaha terkait pengupahan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan
kesejahteraan para pekerja.

Dengan melakukan solusi-solusi tersebut, maka diharapkan problematika pengupahan


dalam perspektif hukum ketenagakerjaan di Indonesia dapat teratasi secara baik dan
benar.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai