1
Menurut pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan definisi
perusahaan adalah:
1. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
2. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dari pengertian di atas menegaskan bahwa perusahaan adalah suatu organisasi bisnis yang bertujuan
untuk meningkatan nilai perusahaan, yang salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh laba. Tidak
hanya ingin memperoleh laba, perusahaan juga menyediakan kebutuhan masyarakat dengan membuat
berbagai produk barang dan/atau jasa agar dapat menjalankan fungsi secara terus menerus dengan
baik, maka perusahaan dituntut untuk dapat menjaga dan memelihara kelangsungan usahanya agar
dapat terus stabil dan berkembang.5
Berbeda dengan buruh kuli bangunan yang di kampung, mereka tidak ada atasan maupun bagian
dari Perusahaan, mereka hanya bekerja sebagai kuli bangunan nonPerusahaan yang di bayar perhari.
Profesi tersebut adalah tanggung jawab masing-masing. Apabila terjadi kecelakaan kerja mereka yang
membayar dengan uang sendiri tanpa tanggung jawab orang lain. Upah buruh nonPerusahaan
terbilang sedikit dengan upah buruh Perusahaan. Banyak Masyarakat yang kurang setuju mereka
menginginkan gaji yang sama rata atau lebih tinggi dari gaji sebelumnya.
Pasal 90 ayat (1), Pasal 91 ayat (1) dan ayat (2) UU Ketenagakerjaan. Pasal 90 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan menyatakan, “Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89”. Kemudian Pasal 91 ayat (1) UU Ketenagakerjaan
menyatakan, “Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Terakhir, Pasal 91 ayat (2) UU
Ketenagakerjaan menyatakan, “Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih
rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku”. Dalam pasal tersebut hanya melindungi pekerja/buruh yang bekerja untuk
Perusahaan sedangkan non perusahaan seperti kuli bangunan merasa dirugikan akibat pasal tersebut.
5
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga, Skripsi
2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitia ini dapat di tarik rumusan pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan pembagian pengupahan buruh Perusahaan dengan buruh nonPerusahaan
seperti kuli bangunan?
2. Apakah pekerja/buruh yang tidak bekerja di Perusahaan bisa mendapatkan pengaturan pengupahan
lebih setara?
Sesuai dengan latar belakang da perumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme pembagian upah buruh
Perusahaan dan nonPerusahaan.
2. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pekerja/buruh nonPerusahaan agar bisa mendapatkan
pengaturan pengupahan yang lebih setara atau lebih tinggi.
3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami upah pekerja/buruh agar lebih setara atau lebih tinggi
dan dapat meningkatkan perekonomian Masyarakat.
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai manfaat
sebagai berikut:
Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang perbedaan
pembagian sistem pengupahan pekerja/buruh nonPerusahaan dan pekerja/buruh Perusahaan
yang tidak setara.
Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah agar lebih di perbaiki
kebijakan dalam sistem pengupahan tenaga kerja di Indonesia.
3
1.4.3 Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini sebagai sumber pemikiran dan dapat memberikan solusi bagi
mahasiswa dan juga dapat dijadikan penerapan acuan dalam hukum ketenagakerjaan.
Hasil penelitian ini dijadikan untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan matakuliah
wajib Metode Penelitian dan Penulisan Hukum.
Metode penelitian ini merupakan faktor penting dalam penulisan sebuah penelitian hukum untuk
dapat mengembangkan, menguji kebenaran serta menjalankan prosedur yang benar sehingga
menghasilkan penelitian yang sempurna.
Suatu penelitian hukum dimulai dengan melakukan penelusuran terhadap bahan- bahan hukum
sebagai dasar untuk membuat keputusan hukum (legal decision making) terhadap kasus-kasus hukum
yang konkret. Cara pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif
memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum empiris dan
ilmu-ilmu lain untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi hukum tanpa mengubah karakter ilmu
hukum sebagai ilmu normatif
Pendekatan Historis Penetapan upah minimum secara legal menjadi tuntuan utama
serikat buruh sepanjang 1920an dan 1930an. Ketika orang Indonesia menduduki kursi yang
mayoritas di dewan kota pada tahun 1930an, beberapa dewan menetapkan kebijakan upah
minimum untuk bisnis di wilayah mereka. Pemimpin fraksi nasional di Volksraad, Husni
Thamrin, terus menekan pemerintah mengenai masalah ini. Pada tahun 1938, pemerintah
memberikan tanggapan yang kurang optimal dengan mengirimkan surat edaran kepada
perusahaan swasta untuk lebih memperhatikan upah pekerja. Akhirnya setelahnya Perjuangan
4
lama serikat pekerja, salah satu peraturan ketenagakerjaan yang pertama kali diterapkan setelah
Indonesia merdeka, adalah penentuan upah minimum.
Kebijakan upah minimum akhirnya diperkenalkan pada awal tahun 1970an setelahnya Dewan
Pengupahan Nasional (DPNN) dibentuk oleh pemerintah daerah berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 85 Tahun 1969 dan Dewan Penelitian Pengupahan Daerah (DPPD). Awalnya,
kebijakan upah minimum ditentukan berdasarkan biaya kebutuhan material minimum (FKM).
Dalam kurun waktu 40 tahun sejak penerapan upah minimum, Indonesia telah mengubah
indeks kebutuhan material minimum sebanyak tiga kali. Pertama, pada tahun 1965 hingga
tahun 1995 ditetapkan lima kebutuhan pokok, yaitu: Makanan dan minuman; bahan bakar,
penerangan dan pendinginan; peralatan perumahan dan dapur; pakaian; dan lain-lain. Pada
tahun kedua, 1996-2005, diperkenalkan indeks Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) yang
meliputi pangan dan penghidupan minimum, perumahan dan fasilitas, sandang dan kebutuhan
lainnya. Pada tahun 2003, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, termasuk penetapan upah minimum, dengan mempertimbangkan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.6
Pendekatan perbandingan merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penelitian
normatif untuk membandingkan salah satu lembaga hukum (legal institutions) dari sistem
hukum yang satu dengan lembaga hukum (yang kurang lebih sama dari sistem hukum) yang
lain. Konsekuensi dari penggunaan perbandingan hukum ini ialah akan membawa peneliti pada
sejarahhukum.
6
BAB II-E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta http://e-journal.uajy.ac.id/9436/3/2KOM03938.pdf
5
11. Ikhtisar HukumKasus
12. Pedoman Pengacara dan Lembaga BantuanHukum
13. Ensiklopedi
14. DokumenPemerintah
15. Fiksi dan Anekdot tentangHukum
16. Sumber Hukum Asing dan SumberKomparatif
17. Form-book
18. Sumber HukumInternasional
19. Laporan Pengadilan
20. Sejarah dan SumberLegislatif
21. Pelayanan Penerbitan HalamanLepas
22. Majalah dan Indeksnya
23. Buku Pedoman Praktik danProsedur
24. Buku Referensi, Hukum danUmum
25. Buku Uraian Baru tentang Hukum
26. Buku Sumber DokumenSejarah
27. Statuta, UU dan BukuPeraturan
28. Naskah, Risalah dan Monograf
29. Risalah-Risalah
30. Laporan PemeriksaPengadilan.
Upah minimum terdiri dari upah pokok dan sejumlah tunjangan, misalnya untuk kerja
shift dan jam kerja tidak teratur. Beberapa komponen pendapatan, seperti upah lembur, tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan upah minimum. Otoritas Perburuhan Belanda dapat meminta
catatan penggajian pemberi kerja jika mereka mengutip bahwa pemberi kerja melanggar
peraturan upah minimum. Jika catatan penggajian majikan tidak sesuai dan/atau gaji karyawan
tidak dapat diperiksa, majikan dapat membayar hingga €12.000. Jika pihak berwenang
menemukan bahwa seorang pekerja dibayar rendah, maka majikan wajib membayar upah yang
harus dibayar dalam waktu empat minggu. Jika hal ini tidak terjadi, otoritas ketenagakerjaan
6
dapat mengenakan denda sebesar €500,00 per hari per karyawan hingga maksimum €40.000
per pekerja. Selain itu, pemberi kerja yang tidak membayar karyawannya dengan benar dapat
didenda hingga €10.000 per karyawan. Apabila terjadi pelanggaran berulang dalam jangka
waktu 5 tahun yang berkaitan dengan pembayaran upah, maka pidananya dapat berlipat ganda
atau tiga kali lipat. Perusahaan juga berisiko ditutup untuk jangka waktu hingga 3 bulan.
b. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi pekerja/buruh.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No:
KEP.231/MEN/2003 tentang Tata Cara Penangguhan Upah Minimum, yaitu: pengusaha
dilarang membayar upah pekerja lebih rendah dari upah minimum.
7
Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Macam-macam bahan hukum tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pembahasan di dalam penulisan, antara lain:
a. Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
b. Kitab Undang-undang hukum perdata;
c. PP No.36 Tahun 2021;
d. Undang-undang upah minimum Belanda.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang digunakan guna menunjang bahan hukum
primer dan membantu dalam menganalisis kasus, antara lain:
a. Buku-buku ilmiah yang berkaita dengan upah pekerja;
b. Jurnal-jurnal Ilmiah yang berkaitan dengan pengupahan;
c. Makalah-makalah ilmiah yang berkaitan dengan pegupahan;
d. Daring/situs internet resmi.
Teknik dalam pengumpulan bahan hukum ini menggunakan metode studi Pustaka. Pada metode
studi Pustaka digunakan yaitu mengumpulkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder sesuai
dengan pembahasan untuk kemudian dianalisis berdasarkan kasusnya.
Metode yang digunakan dalam analisis bahan hukum adalah dengan penalaran/atau logika.
1. Deduktif
Teknik analisis bahan hukum penelitian ini menggunakan metode klasifikasi sistematis kemudian
dianalisis dengan interpretasi sistematis untuk menguji hubungan antara norma-norma ketentuan
hukum terkait satu sama lain. Kemudian dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data dengan
menggunakan logika deduktif dan juga menyimpulkan atau mengolah dokumen hukum secara
deduktif, yaitu menjelaskan sesuatu yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang lebih
khusus. Menurut Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapat Philipus M. Hadjon menjelaskan
metode deduktif sebagaimana silogisme yang diajarkan Aristoteles. Penggunaan metode deduktif
berasal dari penyajian premis mayor (pernyataan umum). Selanjutnya, sebuah premis minor (yang
bersifat spesifik), dari kedua premis itu kemudian kesimpulan akan ditarik atau conclusion.
8
Kemudian dalam penelitian ini, analisis yang digunakan dengan menelaah pada isu hukum yang
terjadi berkaitan dengan Pasal 90 ayat (1) bertentangan dengan pasal 91 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
undang ketenagakerjaan. Kemudian mengidentifikasi dengan undang-undang yang terkait, selanjutnya
analisis dikaitkan dengan isu hukum yang terjadi dengan melakukan penafsiran terhadap undang-
undang yang terkait. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan undang-undang dan peraturan yaitu:
7
Yudha Bhakti Ardiwisastra, Penafsiran dan Konstruksi Hukum, PT.Alumni, Bandung, 2012, hlm.9