Abstrak: Kebijakan Outsourcing merupakan salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam merekrut
tenaga kerja baik di sektor publik maupun swasta di Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan
data deskriptif tentang praktik outsourcing di bawah undang-undang Cipta Kerja dan dibandingkan dengan
peraturan sebelumnya yaitu Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kegiatan
Outsourcing dinilai merugikan karyawan, karena berbagai aspek seperti aspek Kerjasama, kemanan, upah, dan
hak-hak yang sangat jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendetakan etika
umum dan hukum yang didasari pada Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai landasan berpikir terkait
praktik Outsourcing di Indonesia. Rumusan masalah yang diangkat: Pertama, bagaimana perlindungan hukum
pekerja outsoucing ditinjau dari prinsip kepastian hukum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja? Kedua, apa perbedaan pengaturan tentang pekerja outsourcing antara
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja? Metode yang digunakan yakni metode penelitian hukum yang bersifat yuridis
normatif. Penulis menggunakan data sekunder, analisis kualitatif, untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 memberikan ketentuan yang fleksibel bagi pemberlakuan Sistem
Outsourcing, terbukti dengan dicabutnya Pasal 64 dan 65 serta amandemen Pasal 66 UU Nomor 13 Tahun
2003. Bagian ini adalah untuk memberikan perlindungan bagi pekerja/pekerja outsourcing. Selain itu, setelah
diberlakukannya undang-undang nomor 11 tahun 2020 dan konsesi dalam penerapan sistem outsourcing,
diharapkan sistem outsourcing akan berkembang. Dan oleh karena itu, akan menciptakan sebuah ekosistem
kerja yang sangat menarik yang nantinya menyebabkan peningkatan investasi seperti tujuan awal lahirnya UU
Cipta Kerja.
Abstract: Outsourcing policy is one of the steps taken by the government in recruiting workers in both the
public and private sectors in Indonesia. This study aims to collect descriptive data on the practice of
outsourcing under the Job Creation Act and compare it with the previous regulation, namely Law No. 13 of
2003. Outsourcing activities are considered detrimental to employees, because various aspects such as aspects
of cooperation, security, wages, and rights are very far from what is expected. Therefore, the author uses the
practice of general ethics and law based on the Law of the Republic of Indonesia No. 11 of 2020 concerning Job
Creation and Law No. 13 of 2003 as a basis for thinking regarding the practice of outsourcing in Indonesia. How
is the legal protection of outsourced workers in terms of the principle of legal certainty in the Law of the
Republic of Indonesia no. 11 of 2020 concerning Job Creation? Second, what are the differences in the
regulation regarding outsourcing workers between Law Number 13 of 2003 and Law Number 11 of 2020? The
method used is a legal research method that is juridical normative. The author uses secondary data, qualitative
212| V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
analysis, to produce a conclusion. This article brings up the widespread practice of outsourcing which is driven
by several strategic factors, but it must be observed whether the applicable laws protect the rights of the
workers. The Law of the Republic of Indonesia No. 11 of 2020 provides flexible provisions for the
implementation of the Outsourcing System, as evidenced by the revocation of Articles 64 and 65 and the
amendment of Article 66 of Law Number 13 of 2003. This section is to provide protection for outsourced
workers/workers. In addition, after the enactment of law number 11 of 2020 and concessions in the application
of the outsourcing system, it is expected that the outsourcing system will develop. And because of that, it will
create a very attractive work ecosystem which will lead to an increase in investment as was the original goal of
the creation of the Job Creation Law.
Pancasila sebagai pandangan hidup perusahaan yang ada. Alih daya atau dikenal
bangsa Indonesia dibuat sedemikian rupa agar juga dengan outsourcing, adalah penggunaan
masyarakat Indonesia dapat hidup sejahtera tenaga kerja untuk menghasilkan atau
dan memiliki budi pekerti yang luhur. melakukan pekerjaan oleh suatu perusahaan,
disalah satu silanya yaitu sila ke-5 yang merupakan sistem kerja yang ketentuannya
berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat sudah ada mulai saat zaman Megawati
Indonesia”, dimana makna dari sila kelima ini menjadi Presiden. Dimana pada zaman sudah
dengan cara kekeluargaan, gotong royong, mengenai segala perjanjian, hak, dan
selalu bersikap adil, serta harus seimbang kewajiban para tenaga alih daya yaitu dalam
antara hak dan kewajiban dan juga UU 13 Tahun 2003 dan diperbarui oleh
Pancasila dijadikan pedoman bagi Omnibuslaw (UU 11 Tahun 2020). Definisi dari
pemerintah Indonesia dalam membuat segala kegiatan outsourcing itu sendiri dapat
kesejahteraan bagi para rakyat nya. ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003, yang
Kesejahteraan ini dapat terwujud pula dengan menyatakan bahwa sewa menyewa tenaga
adanya kestabilan ekonomi negara. Oleh kerja adalah perjanjian kerja yang
sebab itu, negara memiliki kewajiban untuk ditandatangani antara pengusaha dan
Indonesia para pekerja alih daya cukup perusahaan lain melalui perjanjian kerja
213| V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
214 | V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
kerja, penggunaan tenaga kerja asing, gaji, Hubungan kerja antara penyedia jasa dan
PHK, dan pengawasan (Solechan, 2019). karyawan outsourcing tidak terpenuhi, karena
Menurut Pasal 1 ayat (1) UUK mengatur adanya faktor yang berhubungan dengan
bahwa tenaga kerja adalah suatu hal yang pekerjaan, pesanan, dan uang, upah
berhubungan dengan pekerjaan sebelum, (Supriyanto, 2019).
selama dan setelah bekerja. UU Cipta Kerja yang dibuat oleh
Sistem outsourcing merupakan Presiden untuk menjamin hak-hak para
terobosan dalam dunia kerja dengan pekerja secara lebih mendalam lagi. Namun,
menghadirkan efisiensi produksi yang hemat dalam Undang-undang cipta kerja dihapus
biaya bagi para pengusaha. Dengan pertaturan Outsourcing di Indonesia yang
menggunakan sistem outsourcing ini, sebelumnya tercantum dalam Pasal 64 dan 65
perusahaan berupaya untuk menghemat UU Ketenagakerjaan. Selain itu, Pasal 66 UU
biaya keuangan sumber daya manusia (SDM) Ketenagakerjaan juga telah diubah. UU Cipta
yang bekerja di perusahaan, baik swasta Kerja No.11 Tahun 2020 mengubah beberapa
maupun publik. Undang-undang ketentuan UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun
ketenagakerjaan tahun 2003 membenarkan 2003, salah satunya terkait dengan ketentuan
pengalihan sebagian pekerjaan yang dilakukan pelaksanaan outsourcing.
kepada perusahaan lain atau kepada Pemerintah mengharapkan bahwa
perusahaan penyedia jasa melalui kontraktor aplikasi dari Undang Undang yang baru dapat
pekerja tenaga kerja (Dewi, 2021). menjadi solusi bagi pelaksanaan Outsourcing
Praktik penelitian teoritis tentang di Indonesia yang sebelumnya memiliki
outsourcing di tingkat standar memiliki banyak catatan agar dapat terlaksana dan
beberapa inkonsistensi, bahkan kontradiksi, meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga
baik dalam kerangka UU Ketenagakerjaan kerja, termasuk tenaga kerja alih daya atau
maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.1 outsourcing.
Ayat 19 2012. Pertama, tentang hubungan Berdasarkan latar belakang masalah
kerja dalam perjanjian pemberian jasa kepada tersebut, rumusan masalah yang diangkat
pegawai dalam undang-undang adalah pertama, bagaimana perlindungan
ketenagakerjaan mensyaratkan adanya hukum pekerja outsoucing ditinjau dari
hubungan kerja antara perusahaan yang prinsip kepastian hukum dalam Undang-
memberikan jasa kepada pegawai dan sub- undang Republik Indonesia No. 11 Tahun
transaksi dengan pegawai, meskipun 2020 tentang Cipta Kerja? Kedua, apa
pekerjaan dilakukan oleh karyawan berada di perbedaan pengaturan tentang pekerja
perusahaan penyedia pekerjaan (pengguna). outsourcing antara Undang-Undang Nomor 13
215 | V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan isu hukum yang bersangkutan dan semua
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 undang-undang yang berhubungan dengan
Tentang Cipta Kerja? Ketiga, Hubungan penelitian ini. Jenis data yang digunakan
Praktik Outsourcing dengan konsep dalam pendekatan perundang-undangan
ketahanan nasional? Adapun tujuan dari (statutory approach) ini adalah bahan hukum
penelitian ini untuk mendalami pemahaman primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
tentang konsep outsourcing yang diatur hukum tersier.
dalam perundang-undangan serta Bahan hukum primer terdiri dari : 1).
penerapannya bagi pekerja outsourcing dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
hubungan industrial antara perusahaan Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945); 2).
pengguna jasa outsourcing, perusahaan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
penyedia jasa outsourcing, dan pekerja Ketenagakerjaan; 3). Undang-undang Republik
outsourcing dalam perspektif hukum. Serta Indonesia No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
melihat korelasi konsep pertahanan nasional Kerja; 4). Peraturan Pemerintah Republik
dalam praktik outsourcing di Indonesia. Indonesia No.35 Tahun 2021 tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
penelitian ini adalah metode yuridis normatif. perundang-undangan lainnya yang berkaitan
Metode yuridis normatif ini sering juga dengan topik penulisan. Bahan hukum
dikenal sebagai penelitian perpustakaan atau sekunder dalam penulisan ini berupa jurnal
studi dokumen yang bersifat doktrinal. ilmiah dan artikel ilmiah. Adapun bahan
Dimana dalam penelitian ini akan dilakukan hukum tersier yang terdiri dari kamus. Melalui
dan dikaji hanya dengan pendekatan hukum data-data tersebut akan dikelola dan dianalisis
berupa segala bahan-bahan dan peraturan- secara cermat untuk menghasilkan suatu
maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. berkaitan dengan jenis dan sifat atau kegiatan
1. 19 2012. Pertama, tentang hubungan kerja pekerjaan, jangka waktu dan perpanjangan
dalam perjanjian pemberian jasa kepada kontrak kerja waktu tetap diatur lebih lanjut
pegawai dalam undang-undang oleh peraturan pemerintah. Aturan ini
ketenagakerjaan mensyaratkan adanya menimbulkan interpretasi bahwa pengusaha
hubungan kerja antara perusahaan yang akan bebas mempekerjakan pekerja tanpa
memberikan jasa kepada pegawai dan sub- ada kepastian penunjukan sebagai pekerja
transaksi dengan pegawai, meskipun tetap. Selain itu, Undang-Undang Penciptaan
pekerjaan dilakukan oleh karyawan berada di Ketenagakerjaan juga mengubah ketentuan
perusahaan penyedia pekerjaan (pengguna). mengenai penggunaan tenaga kerja alih daya.
Hubungan kerja antara penyedia jasa dengan Berbeda dengan peraturan sebelumnya yang
pekerja outsourcing tidak terpenuhi karena menjelaskan secara rinci jenis pekerjaan yang
faktor yang berhubungan dengan hubungan dapat dialihdayakan, UU Cipta Kerja
kerja adalah adanya pekerjaan, pesanan, dan menghapus ketentuan Pasal 64 dan 65 dan
uang, upah (Izzati N: 2021, hal 9). tidak lagi membatasi jenis usaha dalam skema
Revisi aturan tentang outsourcing dan ini. Dengan kata lain, penggunaan outsourcing
PKWT yang tertuang dalam UU Cipta Kerja juga dapat meluas ke jenis pekerjaan
dinilai berpotensi memperbaiki lingkungan (Fahreza: 2022, hal 12).
bisnis. Namun, ini harus disertai dengan Forum Komunikasi Asosiasi Bisnis Alih
beberapa peringatan, terutama mengenai Daya Indonesia (FADI) mendata terdapat 3
pemantauan. Dalam UU Ketenagakerjaan juta karyawan outsourcing di bawah
Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 59 disebutkan pengawasan 3.000 perusahaan outsourcing.
bahwa PKWT hanya dapat dilakukan untuk Kumlah pekerja alih daya berpotensi lebih
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan tinggi karena banyak yang tak terdata dan
sifat atau kegiatan pekerjaannya akan praktik alih daya abal-abal masih kerap
diselesaikan dalam waktu singkat. Selain itu, ditemukan (Dewi J: 2021, hal 6).
kontrak kerja waktu tetap untuk jangka waktu Perbandingan Peraturan Lama dengan
tertentu dapat dibuat paling lama 2 tahun dan Peraturan Baru mengenai Alih
hanya dapat diperpanjang satu kali, sampai Daya/outsourcing:
dengan paling lama 1 tahun (Husin Z: 2021, 1. Pengaturan Alih Daya/Outsourcing
hal 10). Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 jo
Sementara itu, UU Cipta Kerja tidak lagi Permenaker No.19 Tahun 2012 jo Permenaker
menentukan jangka waktu. Dalam ayat asli 59 No.11 Tahun 2019, Alih daya/outsourcing
sebagaimana diubah, ketentuan yang dilaksanakan berdasarkan Perjanjian
217 | V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
Pemborongan Pekerjaan (job supply) dan alih daya dengan pekerja yang dipekerjakan,
berdasarkan Perjanjian Jasa Penyediaan didasarkan pada PKWT atau PKWTT.
Pekerja (labour supply). Pada pemborongan Perlindungan Pekerja/Buruh, Upah,
pekerjaan tidak ada batasan jenis pekerjaan, kesehjateraan, syarat kerja, dan perselisihan
sementara pada perjanjian jasa penyedia diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
pekerjaan, jenis pekerjaan dibatasi hanya Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
untuk pekerjaan penunjang (noncore business 3. Pengalihan Kerja
process), yakni terbatas pada: usaha Pada Undang-undang Ketenagakerjaan
pelayanan kebersihan (cleaning service), No. 13 Tahun 2003 dikatakan bahwa, Apabila
usaha penyediaan makanan bagi pekerja perusahaan pemberi pekerjaan tidak
(catering), usaha tenaga pengaman melanjutkan perjanjian jasa pekerja/buruh
(security/satuan pengamanan), usaha jasa dan mengalihkan pekerjaan penyediaan jasa
penunjang di pertambangan dan pekerja/buruh kepada perusahaan penyedia
perminyakan, serta usaha penyediaan jasa pekerja/buruh baru, maka perusahaan
angkutan pekerja. penyedia jasa pekerja/buruh yang baru harus
Pada UU No. 11 Tahun 2020 jo PP No. melanjutkan perjanjian kerja yang telah ada
35 Tahun 2021, Alih Daya tidak lagi dibedakan sebelumnya tanpa mengurangi ketentuan
antara Pemborongan Pekerjaan (job supply) yang ada dalam perjanjian kerja yang telah
atau Penyediaan Jasa Pekerja (labour supply). disepakati. Jika terjadi pengalihaan kerja
Alih Daya tidak lagi dibatasi hanya untuk kepada perusahaan penyedia jasa
pekerjaan penunjang (noncore business pekerja/buruh, maka masa kerja yang telah
process) sehingga tidak ada lagi pembatasan dilalui para pekerja/buruh harus tetap
jenis pekerjaan yang dapat dialihdayakan. dianggap ada dan diperhitungkan oleh
Jenis pekerjaan yang bisa dialihdayakan, perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang
tergantung pada kebutuhan sektor. baru.
2. Perlindungan Hak Berdasarkan PP No. 35 Tahun 2021
Pada Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 19 Dalam PKWT harus mensyaratkan
No. 13 Tahun 2003 dikatakan bahwa, pengalihan pelindungan hak bagi
perjanjian kerja wajib dibuat secara tertulis Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian
antara perusahaan pengguna jasa Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek
pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia pekerjaan tetap ada. Pesyaratan tersebut
jasa pekerja/buruh. merupakan jaminan atas kelangsungan
Berdasarkan PP No 35 Tahun 2021 bekerja bagi Pekerja/Buruh. Jika Pekerja/
pasal 18 hubungan kerja antara perusahaan Buruh tidak memperoleh jaminan atas
218 | V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
kelangsungan bekerja, maka Perusahaan Alih tidak adanya pemenuhan hak dan/ataupun
Daya bertanggung jawab atas pemenuhan hak perselisihan kepentingan yang disebabkan
Pekerja/Buruh. adanya pembuatan dan perubahan syarat-
4. Badan Hukum syarat bekerja yang dilakukan sepihak. Ini
Pada Undang-Undang Ketenagakerjaan menunjukan bahwa dalam melaksanakan UU
No.13 Tahun 2003 dikatakan bahwa, Cipta Kerja dibutuhkan kerjasama antara
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan perusahaan maupun pekerja untuk
kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui melaksanakan dan memenuhi hak dan
perjanjian pemborongan pekerjaan yang kewajibannya masing-masing agar terciptanya
dibuat secara tertulis dan harus berbentuk hubungan timbal balik yang harmonis.
badan hukum.
Berdasarkan PP No 35 Tahun 2021 2. Analisa Outsourcing dan Hak Tenaga
pasal 20 Perusahaan Alih Daya harus Kerja
berbentuk badan hukum dan wajib memenuhi Alasan mendorong praktik outsourcing
perizinan berusaha yang di terbitkan di perusahaan didasarkan pada pengurangan
Pemerintah Pusat. Syarat dan tata cara biaya produksi dan pengurangan beban risiko
memperoleh perizinan berusaha dilaksanakan yang lebih besar dan berfokus pada bisnis
sesuai dengan ketentuan perundang- intinya. Pada dasarnya aspek utama dari
undangan mengenai norma, standar, elemen strategis adalah mengalihkan
prosedur dan kriteria perizinan berusaha yang pekerjaan kepada pihak yang lebih profesional
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. dan agar perusahaan dapat lebih fokus pada
Dalam pelaksanaannya, sistem bisnis inti. Akan tetapi pada praktiknya di
outsourcing masih perlu dipantau lebih ketat lapangan, penggunaan dari outsourcing benar
lagi karena masih banyak yang mengacuhkan benar menekan dari sisi buruh agar
aturan mengenai apakah pekerjaan yang di perusahaan mendapatkan keuntungan
alih daya merupakan kegiatan utama atau sebesar-besarnya.
tidak. Tujuannya adalah untuk menekan biaya Berdasarkan PP No. 35 2021 Pasal 18,
pekerja/buruh dengan pemberian hak dan Hubungan kerja antara perusahaan alih daya
perlindungan yang dibawah seharusnya dan dengan pekerja yang dipekerjakan, didasarkan
hal ini merugikan pihak buruh/pekerja. pada PKWT atau PKWTT. Perlindungan
Berdasarkan Disnakertrans (2022), Pekerja/Buruh, Upah, kesehjateraan, syarat
terdapat 156 kasus yang mengenai hubungan kerja, dan perselisihan diatur dalam Perjanjian
industrial yang terkait masalah hak buruh dan Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian
PHK. Perselisihan dan kasus ini terjadi karena Kerja Bersama. Berdasarkan PP No. 35 Tahun
219 | V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
2021 Pasal 20, Perusahaan Subkontrak harus pada job insecurity. Menjadi pekerja tetap
berbentuk badan hukum dan harus lagi, tetapi menjadi pekerja kontrak seumur
melengkapi izin pendirian yang dikeluarkan hidup. Putusan MK tentang masalah
oleh pemerintah pusat. Syarat dan tata cara outsourcing akhirnya melahirkan dua model
pengajuan izin usaha dilaksanakan sesuai outsourcing untuk menjamin hak-hak pekerja,
dengan ketentuan peraturan perundang- yaitu:
undangan yang berkaitan dengan peraturan, 1. Dengan mewajibkan pekerjaan itu
standar, tata cara, dan standar pemberian izin kontrak antara pekerja pekerja
usaha yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. dengan perusahaan yang melakukan
Dalam hal subkontraktor mempekerjakan pekerjaan subkontrak bukan dalam
tenaga kerja berdasarkan PKWT, kontrak kerja bentuk kontrak kerja tetap (PKWT),
harus memuat syarat-syarat pengalihan hak tetapi dalam bentuk kontrak kerja
untuk melindungi kepentingan pekerja, sementara dengan jangka waktu detik
tindakan ketika mengganti subkontraktor, (PKWTT);
sepanjang subjeknya masalah pekerjaan tetap 2. Menerapkan prinsip pengalihan
ada. Hal ini sesuai dengan amanat Putusan pengamanan kepada karyawan yang
Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-IX/2011 bekerja pada perusahaan yang
tentang pengujian Pasal 59, 64, 65 dan 66 UU melakukan pekerjaan subkontrak.
Ketenagakerjaan (Susilowati, 2020). Dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
3. Hubungan Perjanjian Kerja antara disebutkan bahwa apabila perusahaan
Praktik outsourcing tidak langsung yang kontrak kerja/jasa tenaga kerja dan
tertuang dalam UUK Pasal 59, 64, 65 dan 66 mengalihkan pekerjaan penyediaan
sempat diuji di Mahkamah Konstitusi (MK) tenaga/jasa tenaga kerja kepada penyedia
pada tahun 2011 karena tidak tepat dan tenaga kerja/perusahaan jasa tenaga kerja
bahkan bertentangan, bertentangan dengan baru, penyedia jasa tenaga kerja harus
ayat Pasal 27 UUD 1945 (2), Pasal 28D, Ayat melanjutkan perjanjian kerja yang ada tanpa
(2), dan Pasal 33, Ayat (1). Hal ini terjadi mengurangi syarat-syarat perjanjian kerja
karena pada kenyataannya ketenagakerjaan yang telah disepakati (Fahreza et al: 2020, hal
220 | V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
delapan aspek kehidupan nasional. UU Cipta Jika mengacu pada aspek ideologi dan
Kerja dapat dilihat dari beberapa sisi aspek politik, substansi UU Cipta Kerja pun
mengenai kaitannya dalam menjaga dan bisa dibilang sudah sejalan. UU Cipta Kerja
merealisasikan konsep ketahanan nasional itu yang penyusunannya mengacu pada cerminan
sendiri. Pancasila dan tujuan nasional (Pembukaan
Jika dilihat dari aspek geografi, UU Cipta UUD 1945) dalam melindungi segenap bangsa
Kerja mencerminkan keinginan Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
221| V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
Dalam memenuhi aspek politik, UU oleh karena itu, akan menciptakan sebuah
Cipta Kerja tentunya juga disusun dengan ekosistem kerja yang sangat menarik yang
memperhatikan keseimbangan kekuasaan nantinya menyebabkan peningkatan investasi
serta mekanisme check and balances antara seperti tujuan awal lahirnya UU Cipta Kerja.
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Investor tentu akan melihat kemudahan
Dalam aspek ekonomi jelas merupakan usaha di suatu tempat, dia akan menguji
yang paling mendominasi di dalam UU Cipta dalam bentuk proyek berdurasi 1 sampai 2
Kerja ini. Terutama terkait urusan kemudahan tahun. Membangun kompetensi karyawan
berinvestasi dan memperbesar lapangan membutuhkan waktu yang tidak sebentar,
pekerjaan demi mendorong pertumbuhan untuk mengurangi rintangan tersebut
ekonomi karena outsourcing / alih daya dapat Outsourcing merupakan sebuah solusi ideal.
mempermudah adaptasi bisnis. Seiring Kehadiran UU Cipta Kerja bisa membongkar
perkembangan jaman serba cepat, hal ini stigma yang kerap melekat pada perusahaan
membuat perusahaan membutuhkan banyak outsourcing, seperti upah rendah dan tak
tenaga ahli yang berpengalaman dan siap terjaminnya perlindungan pekerja, dengan
pakai. Dengan sistem outsourcing, kebutuhan memperlebar jenis pekerjaan yang diberi izin.
ini dapat dipenuhi tanpa perusahaan harus Maka sekarang harapan tertumpu pada
melewati proses perekrutan yang memakan peraturan pelaksanaan yang akan dibuat
waktu. untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan
pasal 66 agar tercapai keseimbangan antara
Dari uraian di atas dapat disimpulkan outsourcing maupun untuk tetap menarik
bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun investor dari sisi berinvestasi. Dalam hal inilah
terbukti dengan dicabutnya Pasal 64 dan 65 agar menciptakan lingkungan yang sesuai
serta amandemen Pasal 66 UU Nomor 13 dengan Sila ke-5 yaitu Keadilan sosial bagi
222| V o l u m e 1 0 N o 3
Jurnal Lemhannas RI E-ISSN:2830-5728
223| V o l u m e 1 0 N o 3