Ida Hanifah
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email: idahanifah@umsu.ac.id
ABSTRAK
Rancangan Undang-Undang Tentang Cipta Kerja diundangkan pada Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Berdasarkan naskah resmi yang telah ada, Peneliti bermaksud
untuk melakukan perbandingan hak-hak pekerja perempuan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan mengambil sumber data
dari dokumen-dokumen terkait kemudian di analisis dengan menggunakan analisis kualitatif
sehingga dapat dimengerti oleh pembaca. Adapun perlindungan-perlindungan pekerja perempuan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ketenagakerjaan sebelumnya masih tetap berlaku dan
sama sekali tidak dibahas dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.Oleh
karena itu, dapat dipastikan penolakan pekerja saat proses Rancangan Undang-Undang Tentang
Cipta Kerja adalah tidak benar dan keliru. Adapun pasal yang mengalami perubahan terkait dengan
perlindungan pekerja perempuan pun sama sekali tidak mengubah substansi perlindungan pekerja
perempuan sebagaimana telah diatur sebelumnya melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Tenaga Kerja, Perempuan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi adalah era dimana segala perkembangan yang ada melaju dengan pesat, salah
satu sektor yang memiliki perkembangan yang melaju pesat dalam berbgai sektor (Ibrahim
Nainggolan, 2021), Indonesia yang masyarakatnya berupaya dalam (Faisal, 2020) pembangunan
kehidupan manusia akan mencari kehidupan yang layak dan kebebasan untuk mencapai
kehidupan yang melebihi harapan. Sebagai Negara hukum (Zainuddin, Faisal Riza, 2021) negara
memberikan kehidupan dan pekerjaan menurut UUD 1945 yang menetapkan bahwa setiap
orang harus bersenang-senang. Ketika mencari kehidupan yang sesuai dengan kebutuhannya
sendiri, interaksi antar manusia juga diharapkan dapat mewujudkan kehidupan bersama dan
memberikan kehidupan fisik bagi keluarga. Dalam bidang sumber daya manusia dikenal
istilah hubungan kerja yang melibatkan pengusaha dan pekerja/buruh. Dalam hubungan ini
terjalin komunikasi antara pekerja dan pemberi kerja, yang memungkinkan perusahaan untuk
berpartisipasi aktif dalam aktivitasnya (Lalu, 2004).
Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan merupakan bagian dari penegakan
hak asasi manusia. Guna menjamin penegakan hak asasi manusia tersebut, isu yang harus
diperhatikan adalah adanya pemberi kerja yang melakukan diskriminasi dan tidak memperhatikan
hak pekerja perempuan tersebut. Dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Tentang Cipta
Kerja oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dikabarkan bermaksud
untuk melakukan revisi terhadap hak-hak perempuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Sebagai contoh, informasi yang beredar saat proses pembahasan
rancangan undang-undang tersebut yang disampaikan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI) yakni cuti haid sampai dengan cuti melahirkan yang terancam tidak diberikan
menurut ketentuan hukum yang berlaku (Lalu, 2004).
Omnibus law merupakan istilah yang baru dikenal di Indonesia, tetapi pada dasarnya
pemahaman tentang metode seperti ini sudah lama ada. Omnibus Law dirasa perlu oleh pemerintah
akibat kebutuhan investasi yang mendesak. Tetapi seiring berjalannya waktu ternyata pada
praktiknya RUU Omnibus Law ini meskipun belum ditindak lanjuti oleh DPR telah menerima
banyak penolakan dari masyarakat khususnya kaum buruh pekerja. Mereka merasa banyak aturan
yang ada pada RUU Omnibus Law yang digarap oleh pemerintah akan memberikan dampak negatif
bagi kelangsungan jenjang kerja mereka.
Dikutip dari artikel yang berjudul “masih bingung apa itu omnibus law?” Muhammad Idris
menyatakan bahwa Omnibus Law ini sejatinya lebih banyak kaitannya dalam bidang kerja
pemerintah di bidang ekonomi. yang paling sering jadi polemik, yakni omnibus law disektor
ketenagakerjaan yakni UU Cipta Lapangan Kerja. Sebagaimana bahasa hukum lainnya, onimbus
berasal dari bahasa latin Omnis yang berarti banyak. Artinya, onimbus law bersifat lintas sektor
yang sering ditafsirkan sebagai UU sapujagat. Ada tiga hal yang didasarkan pemerintah, yakni UU
Perpajakan, cipta lapangan kerja dan pemberdayaan UMKM. Omnibus Law juga bukan barang
baru, di Amerika Serikat, Omnibus Law sudah kerap sekali dipakau untuk UU lintas sektor. Ini
membuat pengesahan omnibus law oleh DPR bisa langsung mengamandemen beberapa UU
sekaligus. Omnibus law juga dikenal dengan omnibus bill. Pemerintah presiden Jokowi sendiri
mengidentifikasi sedikitnya ada 74 UU yang terdampak dari omnibus law
(https://money.kompas.com/). Layaknya sebuah pembaharuan pastinya yang ingin diketahui bahwa
apa dampak positif dan dampak negatifnya. Melihat dari banyaknya penolakan yang dikobarkan di
kalangan masyarakat maka yang menjadi pertanyaan besar ialah apakah dampak negatif omnibus
law ini sebegitu besarnya bagi masyarakat? Melihat kaum buruh yang begitu gencar untuk menolak
RUU omnibus law ini dapat diartikan bahwa mereka menilai omnibus law ini akan memberikan
dampak negatif kepada para kaum buruh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perlindungan hukum pekerja perempuan menurut Undang-Undang No 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan
2. Bagaimana perlindungan hukum pekerja perempuan menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja?
C. Metode Penelitan
Suatu penelitian tidak dapat dikatakan penelitian apabila tidak memiliki metode penelitian
karena tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkapkan suatu kebenaran secara sistematis,
metodologis dan konsisten, (Taufik Hidayat Lubis dan Ismail Koto, 2020). Metode yang
menetapkan alur kegiatannya, mulai dari pemburuan data sampai kepenyimpulan suatu kebenaran
yang diperoleh dalam penelitian itu (Siregar, 2005). Sedangkan penelitian hukum adalah suatu
proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum
guna menjawab isi hukum yang dihadapi (Marzuki, 2011). Sedangkan menurut Soekanto (R.
Soekanto, 2012) penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala
hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif) atau
disebut juga penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti
bahan pustaka atau data sekunder belaka (S. M Soekanto, 2005). Penelitian hukum dengan jenis
penelitian hukum normatif dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi secara menyeluruh
yang bersifat normatif baik dari bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier.
kepentingan masyarakat.Selanjutnya dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat (1) disebutkan
bahwa Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja;
2. Moral dan kesusilaan; dan
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Sebelum adanya UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, peraturan Perundang-Undangan
yang memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja sangat minim. Walaupun diakui bahwa
pengaturan perlindungan hukum dalam Undang-undang Ketenaga-kerjaan No 13 Tahun 2003
belum menjawab semua permasalahan yang begitu luas dan kompleks, namun setidak-tidaknya
selang-kah lebih maju dan diharapkan dapat mem-berikan perlindungan hukum terhadap pekerja
terutama yang menyangkut syarat-syarat kerja, kondisi kerja serta jaminan sosial dan perlindungan
kerja lainnya serta dapat dijadikan acuan dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Perjanjian kerja bagi seorang karyawan baru adalah sangat penting karena di dalamnya, berisi
pernyataan-pernyataan yang sangat mendasar yang berisi persetujuan para pihak untuk mengikuti
segala kesepakatan. Dalam sebuah surat perjanjian kerja an-tara pihak perusahaan dan pekerja
wanita setidak-tidaknya memuat tiga hal pokok mengenai perlindungan terhadap pekerja wanita,
tiga hal pokok tersebut yaitu: Pertama, Perlindungan yang bersifat proteksi, Perlindungan protektif
bertujuan memberikan perlindungan terhadap fungsi reproduksi wanita. Wujudnya berupa
pemberian istira-hat pada waktu haid, hamil, melahirkan atau keguguran kandungan. Selain itu
dengan memberikan kesempatan menyusui anak dalam waktu kerja. Perlindungan protektif juga
diwujudkan dalam bentuk pengaturan waktu kerja malam bagi wanita, penyediaan kendaraan antar-
jemput dan tambahan makanan dan minuman bergizi. Tak kalah penting adalah adanya
perlindungan terhadap keamanan dan kesusilaan para pekerja (Mambu, 2010).
Kedua, Perlindungan yang bersifat korektif, berupa pengawasan terhadap kemungkinan
terjadinya pelarangan berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan alasan hamil, melahirkan,
keguguran kandungan ataupun menyusui. Ketiga, Perlindungan mengenai kesetaraan memperoleh
kesempatan kerja dan perlakuan tanpa diskriminasi diwujud-kan dalam bentuk larangan
diskriminasi dalam hal pengupahan, pekerjaan dan jabatan. Dalam hal ini, pengusaha tidak boleh
mem-beda-bedakan antara laki-laki dan wanita dari segi upah, promosi jabatan dan hak atas
jaminan sosial (Mambu, 2010).
Selanjutnya jika mengacu pada UU RI No. 13Tahun 2003, maka isi perjanjian kerja antara
pihak perusahaan dan pihak pekerja wanita, maka isi perjanjian kerja minimal meliputi:
1. Perjanjian perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul 23.00 sampai pukul
07.00). Dalam pelaksa-naannya masih ada perusahaan yang tidak memberikan makanan dan
minuman bergizi tetapi diganti dengan uang padahal ketentu-annya tidak boleh diganti dengan
uang;
2. Perjanjian perlindungan terhadap pekerja wanita yang dalam masa haid tidak wajib bekerja pada
hari pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh. Dalam pelaksanaannya lebih
banyak yang tidak menggunakan haknya dengan alasan tidak mendapatkan premi hadir;
3. Perjanjian perlindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan
1,5 bulan sesudah melahirkan dengan upah penuh. Ternyata dalam pelaksanaannya masih ada
perusahaan yang tidak membayar upah secara penuh; dan
4. Pemberian kesempatan pada pekerja wanita yang anaknya masih menyusu untuk menyusui
anaknya hanya efektif untuk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, Pasal 1 tentang
ketentuan-ketentuan umum mengenai pekerja. Wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai
pekerja yang turut andil dalam pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang
sama dengan pria disegala bidang kehidupan bangsa dalam segenap kegiatan pembangunan.
Demikian juga jika pekerja wanita yang bekerja di perusahaan atau pabrik maupun yang menjual
jasa atau tenaganya, harus mendapat perlindungan yang baik atas keselamatan, kesehatan, serta
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama.Dalam UU No. 13 Tahun 2003 ada 2 Bab yang mengakomodir perlindungan terhadap
pekerja wanita, yaitu bab III tentang kesempatan dan perlakuan yang sama. Serta bab X paragraf 3
yang sepenuhnya membahas ten-tang pekerja wanita. Untuk mengetahui lebih jauh, seberapa dalam
UU No. 13 Tahun 2003 mengatur perlindungan terhadap pekerja wanita, maka berikut ini
dipaparkan semua pasal yang menyangkut pekerja wanita (Mambu, 2010).
Bagi pekerja wanita yang hamil, dilindungi oleh UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 82 ayat (2) dan
(3) yang menyatakan:
1. Pekerja/buruh wanita berhak memperoleh istirahat se-lama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum
saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhi-tungan
dokter kandungan atau bidan;
2. Pekerja/buruh wanita yang mengalami ke-guguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5
(satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.
Sedangkan untuk menyusui diatur dalam Pasal 83 UU No. 13 Tahun 2003 yaitu: Pekerja/buruh
wanita yang anaknya masih me-nyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya
jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Yang dimaksud dengan kesempatan sepatutnya
dalam Pasal ini adalah lamanya waktu yang diberikan kepada pekerja/buruh wanita untuk menyusui
bayinya dengan memperhatikan tersedianya tempat yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
perusahaan, yang diatur dalam peraturan atau perjanjian kerja bersama.
Kerja ini. Pengangguran yang adadi Indonesia terus mengalami peningkatan dan sudah mencapai
tujuh juta jiwa adalah salah satu yang mendorong Omnibus Law Cipta Kerja ini disahkan.Untuk
menghilangkan adanya tumpang tindih aturan perundang-undanganyang sejenis ataupun yang
saling bertentangan untuk disusun ulang juga menjadi salah satu tujuan rancangan Undang-Undang
Omnibus Law Cipta Kerja. Dalam hal ini ini bisa kita lihat tindakan pemerintah sekali "pukul" akan
dilakukan terhadap puluhan Undang-Undang. DPR-RI melalui rapat paripurna ke-7 pada tanggal 5
Oktober 2020 mengesahkan rancangan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja menjadi
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja(UU Ciptakeratau UU CK).
Menciptakan lapangan pekerjaan, investasi asing yang berada dalam negeri meningkat dengan cara
melakukan pengurangan syarat dan peraturan perizinan usaha serta pembebasan tanah menjadi
salah satu tujuan disahkannya UU Nomor11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang didalamnya
memuat 1.187 halaman (Catur, 2020).
Pasal 3 Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja Nomor 11 Tahun 2020 disebutkan bahwa UU
ini bertujuan untuk membuat lapangan pekerjaan bagi seluruh rakyat indonesia dengan seluas-
luasnya dan juga merata dengan cara: (Catur, 2020)
1. UMKM dan perkoperasian memperoleh kemudahan pemberdayaan dan perlindungan;
2. Ekosistem investasi ditingkatkan;
3. Mempermudah Pembukaan Usaha;
4. Kesejahteraan pekerja ditingkatkan;
5. Pemerintah menjadi pusat investasi;
6. Proyek strategis Nasional dipercepat.
Manfaat lain dengan disahkannya Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja adalah:
1. Menyelaraskan dan Menyederhanakan perizinan dan regulasi;
2. Pencapaian investasi yang berkualitas dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
3. Lapangan pekerjaan yang berkualitas akan tercipta dan pekerja terjamin kesejahteraannya secara
berkesinambungan;
4. Nilai Perekonomian dantaraf hidup masyarakat mengalami peningkatan;
5. Usaha mikro mengalami peningkatan produktivitas, sehingga Indonesia mampu bersaing di
dunia.
Omnibus berasal dari bahasa Latin (omnis=semua; banyak). Law dalam bahasa Ingris adalah
“hukum”. Dapat disimpulkan, Omnibus Law merupakan hukum yang mengatur semua hal dalam
semua bidang. Menurut para ahli, Omnibus Law adalah Undang-Undang payung. UU Payung atau
sering disebut “UU Pokok” merupakan UU terhadap UU sektoral dengan isu hukum tertentu.
Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, berpendapat bahwa Undang-Undang yang dapat
menyempurnakan banyaknya Undang-Undang yang dianggap menghambat kemudahan berusaha
dan bertolak belakang selama ini sudah tepat dengan menerapkan konsep Omnibus Law. Konsep ini
dapat menjadi sarana yang tepat sebagai jalan keluar dari permasalahan disektor ekonomi
dikarenakan selama ini kompleksnya Undang-Undang namun saling bertentangan menjadi faktor
penghambat proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia.Konsep Omnibus Lawatau omnibus bill
merupakan konsep yang banyak diterapkan di negara yang menerapkan sistem common law,
misalnya Anglo-Saxiondan juga Amerika Serikat ketika membuat regulasi. Konsep Omnibus
Lawdalam membuat regulasi ialah melakukan amandemen terhadap banyak Undang-Undang dalam
waktu bersamaan dan membuatnya menjadi satu Undang-Undang yang baru (Catur, 2020).
Di antara 11 clusterdi dalam RUU Cipta Kerja, ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang
diatur didalamnya. Ada tiga Undang-Undang yang akan mengalami perubahan melalui Undang-
Undang Cipta Kerjayaitu: Pertama UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, Kedua UU 40/2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan Ketiga UU 24/2011 tentang Badan Penyelenggara
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja sama sekali tidak mengubah
substansi pemberian perlindungan hak-hak pekerja perempuan sebagaimana telah diatur
sebelumnya dalam Undang-Undang Nomor13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Adapun perlindungan-perlindungan pekerja perempuan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ketenagakerjaan sebelumnya masih tetap berlaku dan sama sekali tidak
dibahas dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 TentangCipta Kerja.
2. Dapat dipastikan penolakan pekerja saat proses Rancangan Undang-Undang Tentang Cipta
Kerja adalah tidak benar dan keliru. Adapun pasal yang mengalami perubahan terkait
dengan perlindungan pekerja perempuan pun sama sekali tidak mengubah substansi
perlindungan pekerja perempuan sebagaimana telah diatur sebelumnya melalui Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
B. Saran
1. Diharapkan kepada para penegak hukum untuk memperhatikan perlindungan terhadap
tenaga kerja perempuan yanga da di Indonesia, karena jika dilihat secara regulasinya sudah
baik antara Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar tidak mudah percaya dengan isu atau berita bohong
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Lalu, Husni. (2004). Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan Dan Di
Luar Pengadilan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marzuki, P. M. (2011). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Siregar, T. A. (2005). Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi. Medan: Pustaka Bangsa
Press.
Soekanto, S. (2012). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Soekanto, S. dan S. M. (2003). Penelitian Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Jurnal:
Baagil, “Analisis Yuridis Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Hak Tenaga Kerja
Perempuan”, Jurnal Dinamika Vol. 26 No. 9 2020
Faisal, Analisis Hukum Penggunaan Dana Wakaf Tunai Untuk Pembangunan Infrastruktur, DE
LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukm Volume 5 Nomor 2, Juli – Desember 2020.
Ibrahim Nainggolan, Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Usaha E-Commerce Ditinjau Dari Hukum
Positif Indonesia, Proceding Seminar Nasional Kewirausahaan, 2 (1), 2021.
J.S, Catur, dkk. “Perlindungan Hukum Terhadap Kesejahteraan Pekerja Melalui Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja”, Jurnal Lex Specialis Vol. 1 No. 2, 2020
Jaya, Febri. “Perlindungan Hak-Hak Pekerja Perempuan Pasca Revisi Undang-Undang
Ketenagakerjaan Dalam Omnibus Law”, Jurnal Kertha Semaya Vol. 8 No. 12, 2020
Mambu, Joupy, “Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Wanita (Menurut Undnag-Undang
Ketenagakerjaan)”, Jurnal De Jure, Jurnal Syariah Dan Hukum Vol. 2 No. 2, 2010
Rahmat Ramadhani “Peran Politik Terhadap Pembangunan Hukum Agraria Nasional”, Sosek:
Jurnal Sosial dan Ekonomi Vol. 1 No. 1, 2020.
Taufik Hidayat Lubis dan Ismail Koto. (2020). Diskursus Kebenaran Berita Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999, DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukm Volume 5 Nomor 2,
Juli – Desember 2020.
Zainuddin dan Faisal Riza, Melindungi Nelayan Dari Persoalan Hukum Melalui Lembaga Bantuan
Hukum, DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 Nomor 2, Juli – Desember 2021
Peraturan:
Internet:
https://money.kompas.com/