Anda di halaman 1dari 24

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA

OUTSOURCING DI PERUSAHAAN DIKAITKAN


DENGAN UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGA KERJAAN jo UU NO.39 TAHUN 1999
TENTANG HAM

Disusun oleh:
Agesti Gita Mahardika
151000229

Dibawah Bimbingan:
Hj. Saptosih Ismiati, S.H.,M.H.
NIP. 19611291992032001
 
A. Latar belakang
Perkataan “konstitusi” berasal dari bahasa Perancis Constituer dan Constitution, kata pertama
berarti membentuk, mendirikan atau menyusun, dan kata kedua berarti susunan atau pranata
(masyarakat). Dasar keberadaan konstitusi adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) di antara mayo­ritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan
negara.
Konstitusi ini pun dilakukan dalam suatu pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejaterah, adil dan makmur yang merata baik
materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak dasar
yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur dalam pasall 27 ayat (2)
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun1945 yang berbunyi:
“ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”,
serta Pasal 28D ayat (2) yaitu bahwa:
“setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja”.
Dan pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa:
” Pereknomian disusun sebagai usaha bersama atas kekeluargaan”,
dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang dilindungi oleh konstitusi
merupakan pelanggaran hak asasi manusia
Berdasarkan hal tersebut maka kepentingan paling mendasar dari setiap warga
negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia. Oleh karena itu,
Hak asasi manusia merupakan materi inti dari naskah undang-undang dasar negara.
Terdapat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 1 disebutkan bahwa :
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.”
Pada prinsipnya persoalan perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM)
dalam semua aspek termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) merupakan
bagian dari tujuan pendirian suatu negara, bahkan dalam perspektif Teori Locke
Perlindungan hak-hak Kodrati (hak asasi manusia) merupakan dasar pendirian suatu
negara.
Pasal 38 UU No.39 Tahun 1999 yang mengatakan bahwa:
“ (1) Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, kemampuan,
berhak atas pekerjaan yang layak, (2) Setiap orang berrhak dengan bebas
memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat
ketenagakerjaan yang adil, (3) Setiap orang, baik pria maupun wanita yang
melakukan pekerjaan yang sama, sebanding, setara, dan serupa, berhak
atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang sama, (4) Setiap orang,
baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan
dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai
dengan prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan
keluarganya.”
Pasal 39 UU No.39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa:
“Setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerja dan tidak boleh
dihambat untuk menjadi anggotanya demi melindungi dan
memperjuangkan kepentingannya serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”.
Pengaturan mengenai hak masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan
ini memunculkan peraturan baru yang mengatur menganai tenaga kerja.
Yang menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat
Alternatif yang biasanya digunakan adalah dengan memilih
menggandeng alih daya atau biasa disebut dengan outsourcing.
Outsourcing pada dasarnya adalah praktek pemanfaatan tenaga
kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh
suatu perusahaan, melalui perusahaan penyedia/pengarah tenaga
kerja. Hal tersebut berarti ada pihak ketiga yang berperan sebagai
penghubung antara pekerja dengan pihak perusahaan yang
membutuhkan jasa pekerja untuk mengerjakan pekerjaan tertentu
sehingga pihak perusahaan tidak perlu menghabiskan waktu, pikiran,
tenaga dan biaya besar untuk mencari pekerja.
Outsourcing bekerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), yaitu perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja untuk
mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk
pekerjaan tertentu maka sistem kerja outsourcing menggunakan
kontrak.
Hal tersebut berimplikasi pada kewajiban negara untuk
memfasilitasi dan melindungi warga negara agar dapat memperoleh
penghasilan dengan standar penghidupan yang layak, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar atas dasar harkat dan
martabat kemanusiaan. Maka norma hukum memberikan pedoman
sebagai dasar hukum dari tenaga kerja outsourcing / alih daya,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13
tahun 2003 (Pasal 64, 65 dan 66) dan keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Kep. 101/Men/VI/2004 Tahun
2004 tentang Tata Cara Perjanjian Perusahaan Penyedia Jasa
Pekerja/Buruh.
Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja ini terjadi karena
adanya suatu hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha,
hubungan kerja ini lahir karena adanya perjanjian kerja. Dalam
perjanjian kerja tersebut berisi tentang pengaturan mengenai syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha, pengupahan
serta jaminan sosial tenaga kerja
Meski telah banyak pengaturan mengenai ketenaga kerjaan namun
pada kenyataannya masih banyak tenaga kerja outsourcing di
Indonsia yang tidak terpenuhi hak-haknya sedangkan
kewajibannya tetap harus terus dijalankan. Seperti kasus yang
diangkat oleh penulis mengenai kasus antara tenaga kerja
outsourcing melawan perusahaan pemberi kerja dengan penyalur
tenaga kerja, yang awal mula permasalahan tersebut dikarenakan
para pekerja outsourcing dipekerjakan pada suatu perusahaan oleh
penyalur tenaga kerja outsourcing namun pekerjaan yang
diberikan oleh perusahaan pemberi kerja kepada para tenaga kerja
outsourcing tersebut tidak sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan. Maka dari apa yang telah diuraikan
dalam penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul
untuk skripsi ini dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI PERUSAHAAN
DIKAITKAN DENGAN UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGA KERJAAN jo UU NO.39 TAHUN 1999
B. Identifikasi Masalah
Bagaimana perlindungan hukum mengenai perjanjian
perusahaan pemberi kerja dengan perusahaan
penyaluran tenaga kerja ?
Bagaimana perlindungan hukum terhadap tenaga
kerja outsourcing?
Bagaimana Permasalahan yang terjadi akibat
wanprestasi antara perusahaan pemberi kerja dengan
penyalur tenaga kerja, dan cara penyelesaiannya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk menganalisa dan menelaah perlindungan hukum yang tepat
mengenai perjanjian perusahaan pemberi kerja dengan penyalur
tenaga kerja outsourcing yang mengakitbatkan pelanggaran HAM
terhadap tenaga kerja outsourcing .
Untuk menganalisa dan menelaah perlindungan hukum mana yang
tepat digunakan untuk melindungi tenaga kerja Outsourcing yang
mengalami kerugian karena adanya wanprestasi atas perjanjian
perusahaan.
Untuk mengetahui permasalahan yang diangkat oleh penulis,
mengenai wanprestasi antara perusahaan pemberi kerja dengan
penyalur tenaga kerja, dan untuk mengetahui penyelesaian seperti apa
yang dapat dilakukan untuk menyeesaikan permasalahan tersebut.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai
manfaat dalam pendidikan baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Kegunaan Teoritis
-Memberikan pemikiran yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu hukum
pada umumnya
-Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan hukum perjanjian khususnya
mengenai perjanjian outsourcing .
-Memberikan bahan kajian bagi mahasiswa dalam menambah wawasan khususnyan dalam
menyelesaikan sengketa perjanjian outsourcing.
Kegunaan Praktis
-Sebagai salah satu acuan kepustaan hukum perdata terutama mengenai perlindungan hak asasi
masunia.
-Secara prkatis atau terapan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk sedapat mungkin
memberikan sebuah informasi kepada para tenaga kerja khususnya bagi para tenaga kerja outsourcing
yang hak–hak asasinya dilanggar, dan bagi para pengusaha supaya dapat bertindak sesuai dengan
ketentuan atau peraturan hukum yang berlaku dalam mempekerjakan para tenaga kerja.
-Sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman menulis
E. Kerangka Pemikiran
Untuk meghidari munculnya salah pengertian, maka perlu
konsep mengenai pengaturan hukum dan perlindungan
HAM terhadap tenaga kerja outsourcing yang digunakan
dalam penelitian ini. Konsep tersebut digunakan sebagai
acuan dari permasalahan pokok untuk membatasi
pengamatan supaya permasalahan tidak kabur.
Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana telah
diatur dalam pasal 1 ayant (3) Undang- Undang dasar 1945
yang berbunyi:
“Indonesia adalah Negara hukum”
Timbulnya hubungan hukum baru dimasyarakat
dimana hal itu timbul karena adanya kebutuhan mendesak
terutama yang berkaitan dengan bidang social ekonomi.
Agar hubungan itu dapat tidak menimbulkan konflik, maka
oleh para pihak kemudian membuat aturan-aturan yang
diwadahi dalam suatu perjanjian.
Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih ( Pasal 1313 KUHPerdata).
Perjanjian diatur dalam buku III bab II KUHPerdata
dibawah judul perikatan-perikatan yang dilahirkan dari
kontrak atau perjanjian. Buku III ini bersifat terbuka, hal itu
berakibat ketentuan-ketentuann hanya bersifat pelengkap
saja
Dalam perjanjian juga dikenal adanya lima macam asas, yaitu –
asas konsensualisme yang artinya perjanjian itu terjadinya kata
sepakat(consensus) antara pihak-pihak pokok perjanjian.
asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam pasal 1338
KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua kontrak (perjanjian)
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka
yang membuatny,
asas pacta sunt servanda yang artinya para pihak dalam perjanjian
memiliki kepastian hukum oleh karenanya dilindungi secara hukum.
asas itikad baik artinya niat baik dari para pihak yang melakukan
suatu perjanjian untuk tidak merugikan mitra janjinya serta tidak
merugikan kepentingan umum.
asas kepribadian yang artinya asas ini asas yang menentukan bahwa
seorng yang akan melakukan kontrak hanya untuk kepentingan
perorangan. Hal ini dapat dilihat pada pasal 1315 dan pasal 1340
KUHPerdata.
Namun semua itu tidak menutup kemungkinann munculnya
karena dalam kehidupan akan selalu ditemukan kesenjangan
antara da sein (kenyataan) dan da sollen (keharusan).
Kesenjangan antara das sollen dengan das sein ini disebabkan
adanya perbedaan pandangan dan prinsip antara kepentingan
hukum (perlindungan bagi pekerja/buruh) dengan kepentingan
ekonomi (kebutuhan perusahaan) sementara hukum menghendaki
terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh secara maksimal.
Kontradiksi antar kepentingan yang berbeda antara
pekerja/buruh dengan pengusaha (vendor) menurut campur
tangan pemerintah untuk melakukan perlindungan hukum, hal ini
tertuang dalam pasal 4 huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa :
“Tujuan pembangunan ketegakerjaan adalah memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan”.
Perlindungan hukum bagi pekerja/buruh diberikan
mengingat adanya hubungan diperatas (dienstverhoeding)
antara pekerja/buruh dengan pengusaha, dienstverhoending
menjadikan pekerja/buruh sebagai pihak yang lemah dan
termarjinalkan dalam hubungan kerja kelompok yang
termajinalkan tersebut sebagian besar dapat dikenali dari
parameter kehidupan ekonomi mereka yang sangat rendah,
meskipun tidak secara keseluruhan marjinalisasi tersebut
berimplikasi ekonomi.
hubungan kerja ialah suatu hubungan antara seorang buruh
dan seorang majikan dimana hubungan kerja itu terjadi setelah
adanya perjanjian kerja antara kedua belah pihak.Mereka terikat
dalam suatu perjanjian, di suatu pihak pekerja/buruh bersedia
berkerja dengan menerima upah dan pengusaha
memperkerjakan pekerja/buruh dengan memberi Upah.
Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan telah diberikan definisi sebagai
berikut:
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah dan perintah”.
Dari pengertian di atas, yang menjadi dasar hubungan
kerja adalah perjanjian kerja. Atas dasar Perjanjian Kerja itu
kemudian muncul unsur pekerjaan, upah dan perintah. Secara
umum pengertian dari Perjanjian Kerja dapat dilihat dalam
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa:
“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”.
Konsep outsourcing adalah pendelegasian operasi dan
manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada
pihak luar (Perusahaan penyedia jasa outsourcing).
Melalui pendelegasian, maka pengelolaan tak lagi
dilakukan oleh perusahaan, melainkan dilimpahkan
kepada perusahaan jasa outsourcing.
 Pada praktek outsourcing, terdapat tiga pihak yang
berhubungan hukum yaitu perusahaan pemberi kerja,
perusahaan penerima kerja dan pekerja outsourcing
itu sendiri. 
Hak konstitusional warga Negara salah satunya hak atas kerja dan
penghidupan yang layak. Hal ini dijabarkan hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2), Hak untuk bekerja
dan mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(pasal 28D ayat 2), dan Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28 I ayat 1) dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-2.
Sedangkan dari sudut pandang UU No.39 tahun 1999 hak yang dimiliki
setiap individu atas kerja dan hidup yang layak.
Selain itu perlindungan pun didapat dari adanya ketentuan UU No.13 tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan untuk membatasi apa-apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh pihak yang akan mengadakan perjanjian kerja sama
outsourcing.
Peraturan mengenai pemberian pekerjaan kepada pihak lain pun di
pertegas dengan campurtangan menteri dengan mengeluarkan Surat Edaran
Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor 02/MBU/2014
Tentang Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pekerjaan Kepada
Perusahaan Lain dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor SE.04/Men/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan
peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi republic Indonesia
F. Metode Penelitian
metode pendekatan yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara
deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas. Penelitian hukum
secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan
yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan.
1. Spesifik Penelitian
Spesifikasi penelitian ini adalah termasuk diskriptif – analitis, yaitu
menggambarkan peraturan perundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori –
teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut
permasalahan diatas
2. Metode Pendekatan
Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah
Pendekatan yuridis normatif . Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis
normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara
mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
3. Tahap Penelitian
Tahapan penelitian dalam penelitian hukum ini, dilakukan langkah-langkah seperti
mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminasi hal-hal yang tidak relevan untuk
menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan, pengumpulan bahan-bahan hukum
dan sekiranya dipandang mempunyai relevansi juga bahan-bahan nonhukum,
melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah
dikumpulkan, kemudian menarik kesimpulan dalam bentuk agumentasi yang
menjawab isu hukum dan memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah
dibangun didalam kesimpulan.
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan (Library Research) adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-
catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan.
b. Teknik Perngumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian
c. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dengan menggunakan metode
derskriptif, yaitu hanya akan menggambarkan saja dari hasil penelitian yang
berhubungan dengan pokok permasalahan
G. Jadwal Penulisan
JADWAL PENULISAN HUKUM
Judul Skripsi/MH/Studi Khusus: Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Outsourcing Di Perusahaan Dikaitkan Dengan UU
No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan jo UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM
Nama : Agesti Gita Mahardika
No. Pokok Mahasiswa : 151000229
No. SK Bimbingan : 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Dosen Pembimbing : Hj. Saptosih., S.H., M.H .

   MINGGU KE

No. KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dst

Persiapan Penyusunan
1 Proposal                    

Seminar Proposal
2                    
Persiapan Penelitian
3                    
Pengumpulan Data
4                    
Pengolahan Data
5                    
Analisis Data
6                    
Penyusunan Hasil Penelitian
7 Ke dalam Bentuk                    
Penulisan Hukum

Sidang Komprehensif
8                    
Perbaikan
9                    
Penjilidan
10                    
Pengesahan
11                    
H. Lokasi Penelitian
Guna memperoleh data, maka penulis melakukan penelitian
dan memilih lokasi penelitian di:
Perpustakaan :
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung, Jl.
Lengkong Dalam No.17 Bandung
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Jl. Dipati
Ukur No.35 Bandung.
Badan Perpustakaan Daerah dan Kearsipan Jawa Barat, Jalan
Kawaluyan Indah II No. 4 Bandung
Penelitian Lapangan :
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat Jalan Soekarno Hatta No.532,
Sekejati, Buahbatu, Sekejati, Buahbatu, Kota Bandung, Jawa Barat 40286
I. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, tujuan penelitian, kegunaan prnelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian
yang terdiri dari spesifikasi penelitian, metode penelitian, tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, alat pengumpulan data, analisis data, lokasi penelitian, jadwal
penelitian, serta yang terakhir adalah sistematika penulisan dan outline.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA OUTSOURCING DAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI
PERUSAHAAN
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai tenaga kerja outsourcing mengnai
kerangka teoritis secra umum mengenai tenaga kerja outsourcing yang diatur pada UU
No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kemudian akan menjelaskan gambaran umum
tenaga kerja outsourcing, hak dan kewajiban tenaga kerja outsourcing dan pemberi
pekerja dan menjelaskan hukum- hukum yang berlaku, ketentuan umum tenaga kerja
outsourcing. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai pengaturan perlindungan tenaga kerja
outsourcing, keterangan-keterangan tenaga kerja outsourcing dalam UU No.39 tahun
1999 tentang HAM (Hak Asasi manusia) sebagai perlindungan hak tenaga kerja
outsourcing, ketentuan dalam KUHPerdata mengenai perjanjian kerja, dan Undang-
Undang Dasar 1945 yang juga mengenai perlindungan HAM.
BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA TENAGA KERJA OUTSOURCING
DI PERUSAHAAN
Dalam bab ini peneliti mengemukakan hasil penelitian penulis mengenai
pelaksanaan kerja tenaga kerja outsourcing diperusahaan sampai dengan akibat
hukum yang dihadapi oleh para pihak berdasarkan data-data yang telah didapatkan
melalui penelitian dengan cara studi dokumen dan studi wawancara.
BAB IV PENYELESAIAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM PARA
PIHAK MENGENAI PERJANJIAN KERJA TENAGA KERJA OUTSOURCING DI
PERUSAHAAN BERDASRKAN UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN jo UU NO.39 TAHUN 1999 TENTANG HAM
Dalam bab ini penulis mengemukakan pendapat dan analisis dari penyelesaian
hukum perjanjian kerja tenaga kerja diperusahaan berdasarkan UU No. 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan dan penulis, mengemukakan pendapat mengenai
perlindungan hukum yang didapatkan oleh tenaga kerja outsourcing berdasarkan
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini peneliti akan membahas kesimpulan dari pembahasan tentang
penulisan hukum yang penulis bahas selain itu juga menjadi jawaban atas
pertanyaan yang tertera di identifikasi masalah yang juga memuat saran kepada
permasalahan yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai