PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI
HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA
Dosen:
Hendra Dhinatha,S.H.,M.H
JURUSAN HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
2023
I.PENDAHULUAN
1
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=0CAIQw7AJahcKEwjIhIXt--3-
AhUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Fhukum.unik-kediri.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2019%2F04%2FFINAL-3-ANALISIS-HUKUM-KETENAGAKERJAAN-DI-INDONESIA-JURNAL-
2
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=0CAIQw7AJahcKEwi4-obA_u3-
AhUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Fhukum.unik-kediri.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2019%2F04%2FFINAL-3-ANALISIS-HUKUM-KETENAGAKERJAAN-DI-INDONESIA-JURNAL-
INSPIRASI-EDISI-APRIL-2007-NO.-1-VOL.-2-ISSN-NO.-1907-2015-BY-STKIP-
TA.pdf&psig=AOvVaw3y1GqvG5zyZucTLc9TYZbM&ust=1683919335448542
III. ASPEK TEORITIS HUKUM KETENAGAKERJAAN
A. Pengertian Ketenagakerjaan.
Dengan digantinya istilah buruh dengan istilah pekerja/buruh,
konsekuensi istilah hukum perburuhan menjadi tidak sesuai lagi.
Perburuhan berasal dari kata “buruh”, yang secara etimologis dapat
diartikan dengan keadaan memburuh, yaitu keadaan dimana seorang
buruh bekerja pada orang lain (pengusaha).3
Dalam pasal 1 angka 1 undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga
kerjapada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Berdasarkan
pengertian ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan hukum ketenaga
kerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga
kerja baik sebelum pekerja, selama atau dalam hubungan kerja, atau
sesudah hubungan kerja.4
2. Pengusaha
Pengusaha adalah:
3
ZaeniAsyhadie,HukumKerja, (Jakarta : PT Raja GrafindoPersada, 2007), h.1.
4
Lalu husni,Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers,
2012), h.35.
5
ZaeniAsyhadie, Op.Cit.,h.19.
A. Orang perseoranagan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri.
B. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara
berdiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
C. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
indonesia mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah
indonesia.6
2. Organisasi Pekerja/buruh
Kehadiran organisasi pekerja dimaksudkan untuk
memeperjuangkan
hak dan kepentingan pekerja, sehingga tidak diperlakukan sewenang
wenang oleh pihak pengusaha. Keberhasilan maksud ini sangaat
tergantung dari kesadaran para pekerja untuk mengorganisasikan
dirinya, semakin baik organisasi itu, maka akan semakin kuat.
Sebagai implementasi dari amanat ketentuan pasal 28 Undang-Undang
Dasar 1945 tentang kebebasan berserikat dan berkumpul
Mengeluarkan
pikiran dengan lisan maupun tulisan yang ditetapkan dengan Undang
Undang, maka pemerintah telah meratifikasi Konvensi Organisasi
Perburuhan Internasional Nomor. 98 dengan Undang-Undang Nomor. 18
Tahun 1956 mengenai Dasar-Dasar Hak berorganisasi dan Berunding
Bersama.
3. Organisasi Pengusaha
Selanjutnya untuk meningkatkan peran serta Pengusaha nasional
Dalam kegiatan pembangunan, maka pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor. 49 Tahun 1973 membentuk kamar dagang dan Industri (KADIN)
KADIN adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam
bidang perekonomian.
Organisasi pengusaha yang khusus mengurus masalah yang
berkaitan
dengan ketenagakerjaan adalah Asosiasi pengusaha Indonesia
(APINDO). APINDO lahir didasari dari peran dan tangung jawabnya
6
Pasal 1 Ayat (3) PeraturanPemerintahNomor 78 Tahun 2015 TentangPengupahan.
dalam pembangunan nasional dalam rangka huruf serta mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, maka pengusaha Indonesia harus
ikut serta secara aktif mengembangkan perananya sebagai kekuatan
sosial dan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia.
4. Pemerintah/Pengusaha
Campur tangan Pemerintah (penguasa) dalam hukum perburuhan/
ketenagakerjaan dimaksud untuk terciptanya hubungan
perburuhan/ketengakerjaan yang adil, karena jika hubungan antara
pekerja dan pengusaha yang sangat berbeda secara sosial-ekonomi
diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka tujuan untuk
menciptakan keadilan perburuhan/ketenagakerjaan akan sulit tercapai,
karna pihak yang kuat akan selalu ingin, menguasai yang lemah. Atas
dasar itu pemerintah turut campur tangan melalui peraturan
perundang-Undangan untuk memberikan jaminankepastian hak dan
kewajiban para pihak.
Sebagai institusi yng bertanggung jawab terhadap masalah
ketenagakerjaan, Departemen tenaga Kerja juga dilengkapi dengan
berbagai lembaga yang secara teknis membidangi hal-hal khusus yakni
:
A. Balai Latihan Kerja, menyiapkan /memberikan bekal kepada
tenaga kerja melalui tenaga kerja.
B. Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI),
sebagai lembaga yang menangani masalah penempatan tenaga kerja
untuk bekerja baik disektor formal maupun informal di dalam
maupun diluar negri.
C. Panitia penyelesaian perselisiahan Perburuhan, menyelesaikan
perselisihan perburuhan yang terjadi antara pekerja dan
pengusaha dan sebagai lembaga perizinan dalam masalah
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).7
7
Imam soepono, Pengantar Hukum perburuhan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 36-37.
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan
penghasilan yang memenuhi keburuhan yang layak bagi kemanusiaan yang
dimaksud, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh.
C. Perjanjian Kerja
“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”.Dengan
adanya pengertian tentang perjanjian seperti ditentukan di atas,
biasa diambil kesimpulan bahwa kedudukan antara para pihak yang
mengadakan perjanjian adalah sama dan seimbang.8
8
Djumadi, HukumPerburuhanPerjanjianKerja( Jakarta : CV Rajawali, 1992), h.9
9
Ibid, h.23.
c. Adanya upah.
E. Upah
10
Abdul RachmadBudiono, HukumPerburuhan, (Jakarta :PermataPutri Media , 2009),
h.12.
11
Zainal Asikin dkk,Dasar-Dasar Hukum perburuhan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada , 2008), h.2.
1. Upah minimum
2. Upah kerja lembur
3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
4. Upah tidak masuk kerja karena malakukan kegiatan lain di luar
pekerjaan
5. Upah karena menjalankan hak waktu istrihat kerjanya
6. Bentuk dan cara pembayaran upah
7. Denda dan potongan upah
8. Hal-hal yang dapat di perhitungkan dengan upah
9. Struktur dan skala pengupahan yang professional
10. Upah untuk pembayaran pesangon
11. Upah untuk perhitungan pajak pengasilan
F. Pengertian Upah
G. Komponen Upah
12
Ibid, h.108
sebagai upah, karena bisa jadi Imbalan tersebut bukan termasuk dalam
komponen upah. Dalam suret edaran Menteri tenaga kerja Nomor
07/MEN/1990 tentang pengelompokkan komponen upah dan pendapatan non
upah disebutkan bahwa :
13
H. R. Abdussalam, hukum ketenagakerjaan (hukum perburuhan), (Jakarta : Restu Agung, 2009), h. 66.
1. Pekerja/buruh sakit hingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
2. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua
masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
3. Pekerja/buruh tidak masuk kerja karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membastiskan anakanya, istri
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau
anak menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga
dalam satu rumah meninggal dunia.
4. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan karna sedang
menjalankan kewajiban terhadap negara.
5. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaanya karena
menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.
6. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
dijanjiakan tetapi pengusaha tidak memperkerjakanya, baik
karna kesalahan sendiri maupun halangan yang dapat dihindari
pengusaha.
7. Pekerja/buruh melakukan hak istirahatnya. Pekerja/buruh
melaksakan tugas serikat pekerja/serikat buruh
8. atas persetujuan pengusaha, dan pekerja.
9. Buruh melakukan tugas pendidikan dari perusahaan.(pasal 93
ayat 2 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003).
I. Upah Lembur
a. Untuk setiap jam dalam batas 7 jam atau 5 jam apabila hari
raya tersebut jatuh pada hari raya terpendek pada salah satu
hari raya tersebut jatuh pada hari raya terpendek pada salah
c. Untuk jam kerja kedua setelah 7 atau 5 jam apabila hari raya
14
14
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 167.
keseimbangan kepentingan. Dalam posisi ini pekerja sebagai mitra
usaha, bukan merupakan ancaman bagi keberadaan perusahaan.
VI. KESIMPULAN
Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesai masa
hubungan kerja, baik pada pekerjaan yang menghasilkan barang maupun
pekerjaan berupa. Dari aspek hukum ketenagakerjaan merupakan bidang
hukum privat yang memiliki aspek publik, karena meskipun hubungan
kerja dibuat berdasarkan kebebasan para pihak, namun terdapat
sejumlah ketentuan yang WAJIB tunduk pada ketentuan pemerintah dalam
artian hukum publik. dan Ketenagakerjaan di lindungin oleh undang-
undang yang bagaimana telah di jelaskan di atas.
15
Aspek perlindungan diatur dalam ketentuan Pasal 102 (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, sedangkan
daya paksa, dan sanksinya diatur dalam ketentuan Pasal 183- Pasal 190 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.