Dasar Hukum utama bagi urusan ketenagakerjaan di Indonesia adalah Pasal 27 ayat (2) UUD
1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan“. Secara umum, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 28, dan
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 juga menjadi Dasar hukum utama. Berdasarkan pondasi tersebut,
maka terbentuklah Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (selanjutnya
disebut UU ketenagakerjaan) yang menjadi dasar hukum utama dalam bidang ketenagakerjaan.
Adapun sifat publik dari Hukum Ketenagakerjaan ini ditandai dengan ketentuan‐ketentuan
memaksa (dwingen), jika hak ini tidak dipenuhi maka negara/pemerintah dapat melakukan
aksi tertentu berupa sanksi. Hal ini berarti hukum yang harus ditaati secara mutlak, tidak dan
boleh dilanggar.
Hubungan kerja adalah hubungan yang timbul antara 2 pihak, pekerja dan pemberi kerja yang
didasarkan pada perjanjian kerja
“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.”
Unsur Ketenagakerjaan
1. Pekerja
Adanya pekerjaan tertentu yang harus diselesaikan atau dilakukan oleh pekerja adalah
unsur dalam sebuah hubungan kerja.
2. Upah
hak pekerja/ buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja
3. Perintah
Unsur perintah dalam sebuah hubungan kerja artinya ada pihak yang memberi perintah
dan ada yang wajib melakukan perintah itu, yaitu pekerja.
Hubungan Industrial
Hubungan industrial adalah hubungan semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi
barang atau jasa di suatu perusahaan.