Anda di halaman 1dari 3

3.

Pembubaran Partai Politik[11]


Alasan pembubaran partai politik di Indonesia belum diatur dengan jelas, baik di dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2002 maupun di dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003.
Ketentuan yang menentukan alasan hukum bagi partai politik untuk dibubarkan hanya terdapat
pada Pasal 28 ayat (6) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 yang berbunyi:

Pengurus partai politik yang menggunakan partainya untuk melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5) dituntut berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999
tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan kejahatan
terhadap keamanan negara dalam Pasal 107 huruf c, huruf d, dan huruf e, dan partainya dapat
dibubarkan.

Pasal 107 huruf c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999, ketiganya
berisikan mengenai tindak pidana yang berkaitan dengan aktivitas menyebarkan,
mengembangkan, mendirikan organisasi yang menganut ajaran komunisme/marxisme-leninisme,
atau mengadakan hubungan dengan organisasi yang berasaskan komunisme/marxisme-
leninisme.

Ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pada intinya berkaitan erat dengan Pasal 19 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 yang berbunyi “Partai politik dilarang menganut,
mengembangkan, dan menyebarkan ajaran atau paham komunisme/marxisme-leninisme”, seperti
dimaksud oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor
XXV/MPRS/1966.

Kemudian, pelanggaran terhadap larangan ketentuan ideologis sebagaimana yang tercantum


dalam Pasal 19 ayat (5) diatur pada Pasal 28 ayat (6) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002.
Berdasarkan Pasal 28 ayat (6) itu, maka partai politik yang telah melanggar ketentuan Pasal 19
ayat (5) dapat dikenakan 2 (dua) bentuk sanksi, yaitu:

1. Pengurus partai politik yang bersangkutan dianggap melakukan tindak pidana seperti yang
dimaksud dalam Pasal 107 huruf c, huruf d, dan huruf e Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999, atau;
2. Partai politik yang bersangkutan dapat dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi seperti
dimaksud pada Pasal 20 huruf c Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002.

Namun demikian, pada Pasal 68 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 menentukan
alasan yang lebih luas bagi pembubaran partai politik. Pasal 68 ayat (2) menjelaskan:

Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang ideologi, asas, tujuan,
program, dan kegiatan partai politik yang bersangkutan, yang dianggap bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Artinya, nanti yang akan diperiksa oleh Mahkamah Konstitusi adalah apakah terdapat
pelanggaran terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
ideologi partai, asas partai, tujuan partai, program partai, dan kegiatan partai politik yang
bersangkutan.

Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 mengatur juga mengenai alasan
pembekuan sementara partai politik melalui mekanisme peradilan biasa, bukan oleh Mahkamah
Konstitusi. Yang diancam untuk dibekukan sementara selama jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun adalah partai politik yang dinilai oleh pemerintah telah melakukan pelanggaran terhadap
larangan melakukan:

1. Kegiatan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya;
2. Kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau;
3. Kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah negara dalam memelihara
persahabatan dengan negara lain, dalam rangka ikut memelihara ketertiban dan perdamaian
dunia.

Jika suatu tindakan pembekuan sementara dianggap sebagai proses yang dapat berlanjut dan
berakhir pada tindakan pembubaran partai politik, maka dapat saja ketentuan mengenai alasan
pembekuan sementara dalam Pasal 19 ayat (2) itu ditafsirkan berlaku juga untuk alasan hukum
bagi tindakan pembubaran partai politik. Artinya, pembubaran partai politik dapat dilakukan
apabila suatu partai politik terbukti melakukan:

1. Kegiatan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Kegiatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau;
4. Kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah negara dalam memelihara
persahabatan dengan negara lain, dalam rangka ikut memelihara ketertiban dan perdamaian
dunia.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengenai alasan pembubaran
partai politik adalah sangat luas cakupannya, dan dapat ditafsirkan meliputi banyak sekali
kemungkinan bentuk pelanggaran yang dapat dijadikan alasan mengajukan permohonan
pembubaran partai politik.
Pembubaran Patai Politik

Ada

Anda mungkin juga menyukai