Perihal : Permohonan Uji Materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai
Politik Pasal 34 Ayat 1 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Perkenankanlah :
1. Muhamad Ibnu Igatama, S.H
2. Andika Wicaksono, S.H
Kesemuanya adalah advokat dari IGATAMA LAW FIRM yang beralamat di Jl. Ijen
No.19 Kota Malang, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 7 Juni 2023, dalam hal ini
bertindak bersama-sama ataupun sendiri-sendiri untuk dan atas nama:
A. PENDAHULUAN
Keuangan negara merupakan urat nadi negara, tanpa adanya uang negara tidak dapat
menjalankan roda pemerintahannya. Keuangan dari rumah tangga negara ini dituangkan
dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara, yang secara filosofis merupakan refleksi
dari kedaulatan di suatu negara. Apabila di Indonesia menganut kedaulatan rakyat, maka
pengalokasiannya harus ditujukan bagi kesejahteraan rakyat, maka dari itu dalam
mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara haruslah dilandasi pada sektor-
sektor yang tepat sasaran dan tepat guna kepada rakyat. Hal ini kemudian dipertegas dalam
Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Negara bahwa pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan negara haruslah
dilakukan secara tertib, taat, hukum efisien, ekonomis, efektif, transparan dan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan. Maka dari itu perlu membuat skala prioritas untuk memilah
mengenai program mana yang lebih penting untuk didanai oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Dalam hal ini tentunya prioritas yang didanai adalah sektor-sektor yang
bersinggungan langsung dengan kesejahteraan masyarakat seperti pendidikan, kesehatan dan
juga pembangunan fasilitas umum.
Hal ini diawali dengan dua pertanyaan besar, “Apakah arif dan bijak apabila
pemerintah mengalokasikan dana APBN kepada partai politik?“ dan “Apakah mendanai
partai politik melalui APBN sudah memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan bagi
masyarakat?” Dengan mengalokasikan APBN kepada partai politik hal ini tentunya
merupakan bentuk pemborosan yang paling nyata serta tidak memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan di masyarakat. Mengambil contoh pada Pemilihan Umum Tahun 2014 dimana
terdapat 12 partai politik yang ditetapkan oleh KPU sebagai peserta pemilu, apabila
mengambil sample misalnya Rp. 1 Trilyun saja untuk satu partai, itu artinya terdapat Rp. 12
Trilyun dana yang digelontorkan setiap tahunnya hanya untuk membiayai partai politik yang
sejatinya bukanlah prioritas untuk didanai. Tak bisa dibayangkan apabila partai peserta
pemilu diikuti oleh 48 partai politik sebagaimana pada pemilu 1999, maka APBN yang
digelontorkan adalah 48 Trilyun pertahun, dan 240 Trilyun perlimatahun. Padahal
sebenarnya, tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan adanya partai politik ialah untuk menggapai
suatu kekuasaan yang tidak ada kaitannya langsung dengan kesejahteraan masyarakat itu
sendiri. Tanpa pendanaan dari APBN pun, partai politik masih tetap bisa memenuhi
kebutuhannya dengan mencari dana secara mandiri melalui iuran anggota dan sumbangan
yang sah menurut hukum. Akan tetapi, bagi masyarakat biasa yang kekurangan, hanya
dengan bantuan negaralah masyarakat tersebut bisa bertahan.
Pendanaan APBN kepada partai politik ini tentunya apabila diterapkan secara
berkesinambungan, maka konsekuensi logisnya akan mengurangi pendanaan untuk sektor-
sektor lain yang lebih penting. Maka dari itu mendanai partai politik melalui APBN adalah
bentuk pemborosan terhadap uang negara, dan lebih arif serta bijak apabila dana tersebut
dialokasikan kepada sektor-sektor lain yang lebih penting.
1. Bahwa sudah menjadi hak setiap warga negara Indonesia untuk mengajukan permohonan
pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang merupakan satu indikator perkembangan ketatanegaraan yang positif
yang merefleksikan adanya kemajuan bagi penguatan prinsip-prinsip Negara Hukum;
3. Bahwa oleh karena itu, Para Pemohon menguraikan kedudukan hukum (Legal Standing) Para
Pemohon dalam mengajukan permohonan dalam perkara a quo, sebagai berikut :
4. Bahwa Para Pemohon mempunyai hak konstitusional yang diberikan oleh Undang-
Undang Dasar 1945, sebagai berikut :
a. Hak untuk memajukan diri dalam memperjuangkan hak rakyat Indonesia secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya serta
memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat berdasarkan Pasal 28 C
Ayat (2) dan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
5. Bahwa Pemohon I sampai dengan Pemohon III sebagai Warga Negara Indonesia,
secara konstitusional telah dirugikan pemenuhan Hak Konstitusionalnya untuk
menjunjung tinggi dan menaati hukum yang dipositifkan di dalam Undang-Undang a
quo, oleh karena :
6. Bahwa hak Konstitusional Para Pemohon tersebut telah sangat dirugikan dengan
berlakunya UU No 2 Tahun 2011 pasal 34 ayat (1) huruf c.
C. KEWENANGAN KONSTITUSI
1. Bahwa Pasal 24 ayat (2) Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan: “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di
bawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”;
2. Bahwa selanjutnya Pasal 24 C ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan
Umum”;
3. Bahwa berdasarkan ketentuan di atas, Mahkamah Konstitusi mempunyai hak atau
kewenangan untuk melakukan pengujian undang-undang (UU) terhadap UUD yang juga
didasarkan pada Pasal 10 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
yang menyatakan: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk: (a) menguji undang-undang (UU) terhadap
UUD RI tahun 1945”;
5. Bahwa berdasarkan hal-hal di atas, maka jelas bahwa Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan pengujian ini. Bahwa
oleh karena objek permohonan pengujian ini adalah pasal 34 ayat 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2011 tentang perubahan atas undang-undang nomor 2
tahun 2008 tentang partai politik Maka berdasarkan itu, Mahkamah Konstitusi berwenang
untuk memeriksa dan mengadili permohonan
Bahwa Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik :
a. iuran anggota;
(2) Sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat berupa uang,
barang, dan/atau jasa.
(3) Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diberikan
secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara.
(3b) Pendidikan Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3a) berkaitan dengan kegiatan:
(4) Bantuan keuangan dan laporan penggunaan bantuan keuangan kepada Partai Politik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (3a) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Adapun alasan paling mendasar Pengajuan Permohonan Uji Materil Undang-Undang No.
2 tahun 2011 pasal 34 ayat (1) ialah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Negara bahwa
pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan negara haruslah dilakukan secara
tertib, taat, hukum efisien, ekonomis, efektif, transparan dan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Adanya peraturan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 khususnya
pada Pasal 34 Ayat (1) huruf c, bahwa sumber keuangan Partai Politik salah satunya adalah
berasal dari bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggara
Pendapatan dan Belanja Daerah, adalah kurang efektif dan efisien. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sudah seharusnya digunakan
untuk hal lain yang dirasa lebih penting dan lebih dibutuhkan, terlepas akan hal tersebut
bukan berarti bahwa anggaran untuk Partai Politik merupakan hal yang tidak penting, akan
tetapi Negara Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus didahulukan
daripada bantuan keuangan untuk Partai Politik itu sendiri.
Bahwa, dalam Pasal 34 Ayat (3a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, tercantum di
dalamnya yaitu bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi
anggota Partai Politik dan masyarakat, yang meliputi pendalaman mengenai empat pilar
berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, pemahaman mengenai hak dan kewajban warga Negara
Indonesia dalam membangun etika dan budaya politik, dan pengkaderan anggota Partai
Politik secara berjenjang dan berkelanjutan. Penganggaran dana APBN/APBD untuk Partai
Politik tersebut adalah hal yang dirasa tidak perlu karena, pelaksanaan pendidikan bagi
anggota Partai Politik seperti tercantum dalam Pasal 34 Ayat (3a) tersebut dapat juga
dilaksanakan tanpa adanya bantuan keuangan dari APBN/APBD. Alangkah lebih baik
apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran dan Pendapatan dan Belanja
Daerah digunakan untuk hal-hal lain seperti misalnya pembangunan perekonomian nasional
Negara Indonesia atau pembangunan pendidikan serta bantuan kemanusiaan yang dirasa lebih
penting dan lebih dibutuhkan oleh Negara Indonesia.
Dengan demikian, apabila Pasal tersebut tidak diubah maka jelas akan mencederai cita-
cita bangsa Indonesia yang juga akan berakbiat pada semakin tertinggalnya kemakmuran
rakyat Indonesia. Sumber keuangan Partai Politik tidak seharusnya berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, karena apabila
dilihat dari fungsinya jelas tertera bahwa kedua anggaran tersebut ditetapkan serta
diundangkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
E. PETITUM
Berdasarkan fakta-fakta dan dasar hukum tersebut diatas, maka dengan ini Pemohon
dengan penuh harapan memohon kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk
memeriksa dan memutus Permohonan Uji Materiil ini sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 34 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan mengikat; dan
3. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya;
Atau
Apabila Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain, maka Pemohon
memohon untuk diberikan putusan yang seadil-adilnya berdasarkan nilai-nilai kepastian
hukum dan keadilan yang berlaku (ex aequo et bono).
Demikian Permohonan Uji Materil (Judicial Review) ini kami sampaikan, atas perhatian dan
kearifan Majelis Hakim yang mulia kami sampaikan terima kasih. Dan sebagai kelengkapan
permohonan ini, Kami lampirkan bukti-bukti dan daftar sementara saksi dan ahli.
Hormat Kami,