Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Nomor 74/PUU-XX/2022
“Usia Pemilih Dalam Pemilihan Umum”

I. PEMOHON
Septriwahyudi.
II. OBJEK PERMOHONAN
Permohonan pengujian materiil:
1. Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (UU 8/2012);
2. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (UU 42/2008);
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945).
II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji
Undang-Undang adalah:
1. Pasal 24 ayat (2) Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan: “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang di bawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”;
2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyatakan:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
Pemilihan Umum”;
3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”;
1

 
5. Bahwa Pemohon mengajukan pengujian materiil Pasal 19 ayat (1) UU 8/2012
dan Pasal 27 ayat (1) UU 42/2008 terhadap UUD 1945 maka Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili permohonan a quo.
III. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING)
1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK:
“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a)
perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara
kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan
privat, atau (d) lembaga Negara.”;
2. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor
011/PUU-V/2007 dimana kemudian putusan-putusan tersebut ditegaskan
dalam putusan-putusan berikutnya, parameter kerugian konstitusional telah
ditentukan oleh Mahkamah Konstitusi. Adapun parameter tersebut adalah
sebagai berikut:
a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon
telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji.
c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik
atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut
penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi.
d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang-
Undang yang dimohonkan untuk diuji.
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka
kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.

IV. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945


A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN
Pengujian materiil:
1. UU 8/2012
Pasal 19 ayat (1):
“Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin
mempunyai hak memilih.”

 
2. UU 42/2008
Pasal 27 ayat (1):
“Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin
mempunyai hak memilih.”
B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945.
Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

V. ALASAN POKOK PERMOHONAN


1. Bahwa diterapkannya Pasal 19 ayat (1) UU 8/2012 dan Pasal 27 ayat (1) UU
42/2008 menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat, sedangkan rakyat
Indonesia cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua
permasalahan politik negara;
2. Bahwa Pasal 19 ayat (1) UU 8/2012 dan Pasal 27 ayat (1) UU 42/2008 yang
sama-sama berbunyi “Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan
suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau
sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih” berakibat melahirkan pemilih
hak suara yang banyak namun minim kapasitas untuk menyaring informasi
yang valid, untuk memilih dan mencerna informasi mengenai kampanye
dengan bijak dan menyebabkan banyak terjadi disinformasi serta
perpecahan dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Bahwa menurut Pemohon sistem demokrasi langsung merupakan sistem
yang lebih tepat diterapkan pada negara yang populasinya tidak terlalu
besar seperti negara-negara di Eropa;
3

 
4. Bahwa menurut Pemohon diperlukan sistem yang praktis dan murah agar
terbuka kesempatan bagi sebanyak-banyaknya calon pemimpin yang
berkualitas untuk berkontribusi kepada negara melalui lembaga legislatif
maupun eksekutif, oleh karena itu diperlukan pembentukkan kelompok
“saudagar” dan kelompok “cendekia” sebagai pemilik hak suara pada pemilu
legislatif maupun eksekutif;
5. Bahwa pembentukkan kelompok “saudagar” dan “cendekia” akan melahirkan
kondisi sosial yang lebih meritokratis dimana setiap warga negara akan
termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat
berkontribusi kepada bangsa di segala sektor kehidupan;
6. Bahwa dengan adanya pembentukan kelompok “saudagar” dan “cendekia”
maka biaya politik akan menjadi lebih terjangkau dan potensi korupsi dari
para elite politik dapat dieliminir dan sejalan dengan tujuan negara yaitu
“memajukan kesejahteraan umum” dan “mencerdaskan kehidupan bangsa”
sebagaimana tercantum pada alinea ke-empat Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
7. Bahwa sistem pemilihan langsung yang diterapkan selama 20 (dua puluh)
tahun dapat ditinjau kembali, sedangkan dengan sistem baru yang
diterapkan diharapkan menghasilkan output yang baik, maka akan dapat
dijadikan contoh bagi negara lainnya untuk menerapkan sistem yang sama
meskipun negara tersebut sebelumnya bukan merupakan negara demokrasi
seperti Tiongkok, Rusia maupun negara yang sudah berdemokrasi seperti
Amerika Serikat yang menurut para ahli di masa depan bentuk
demokrasinya akan berubah.
VI. PETITUM
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-
undang yang diajukan Pemohon;
2. Menyatakan materi muatan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah serta Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
4

 
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden bertentangan dengan UUD 1945;
3. Menyatakan materi muatan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah serta Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;
4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya.
Bilamana Majelis Hakim pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
mempunyai keputusan lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.—ex aequo et
bono.

Anda mungkin juga menyukai