Anda di halaman 1dari 4

Payakumbuh, 24 September 2021

Kepada Yang Terhormat,


KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
Jalan Medan Merdeka Barat No.6
Jakarta Pusat

Perihal Permohonan pengujian Pasal 81 angka 22 , Pasal 78 Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Terhadap pasal 27 ayat (2),
pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja

Dengan Hormat,
Nama : Nabila Seppika Haffil

Tempat/ tanggal lahir : Bekasi/ 21 September 2001

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Tanjung Pati, Blok C No 11, Kab 50 Kota

Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON dengan ini mengajukan permohonan pengujian


Pasal 81 angka 22, Pasal 78 UU No 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja terhadap Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun pokok-pokok permohonan dan argumentasi yang akan disampaikan adalah sebagai
berikut :
A. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Bahwa pasal 24 ayat (2) Perubahan Keempat UUD 1945 menyatakan, "Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitus".

2. Bahwa disebutkan pula dalam Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945, "Mahkamah Konstitusi
benwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang
Pemilihan Umum”

3. Dengan demikian berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi


mempunyai kewenangan untuk melakukan pengujian undang-undang terhadap UUD
1945, demikian pula berdasarkan pada Pasal 10 ayat (1) Undang-undang No. 24
Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 8 Tahun 2011
tentang perubahan atas undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi yang menyatakan, "Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk (a) menguji undang-
undang terhadap UUD RI Tahun 1945.

4. Demikian pula berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-undang No. 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengatakan, "Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terkahir yang putusannya bersifat
final untuk:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia


Tahun 1945;
b. memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik;
d. memutus peselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan
e. kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang".
Ketentuan ini semakin mempertegas kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagai satu-
satunya lembaga yang berwenang untuk menguji konstitusionalitas suatu undang-
undang terhadap UÚD 1945.

5. Bahwa Pemohon mengajukan permohonan agar Mahkamah Konstitusi melakukan


pengujian terhadap Pasal 81 angka 22, Pasal 78 UU No 11 Tahun 2020 tentang
cipta kerja

6. Bahwa berdasarkan dasar kewenangan dan argumen-argumen tersebut, Mahkamah


Konstitusi secara hukum sah dan berwenang melakukan pengujian konstitusionalitas
terhadap Pasal 81 angka 22, Pasal 78 UU No 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja .

B. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON

7. Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1). Undang-Undang No. 24 Tahun 2003


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas undang-undang No. 14 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa Pemohon adalah pihak yang menganggap hak daniatau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang yaitu:
a. perorangan WNI;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang
c. badan hukum publik dan privat; ataU
d. lembaga negara.

8. Bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor. 006/PUU-I/2005 dan perkara Nomor.


11/PUU- V/2007, juga menyebutkan kualifikasi Pemohon dalam mengajukan
permohonan pengujan undang- undang terhadap undang-undang dasar, yaitu:

a. adanya hak konstitusional Pemohon yang diberikan oleh undang-undang Dasar


Negara Republik Indonesia 1945.
b. hak konstitusional Pemohon tersebut dianggap oleh Para Pemohon telah dirugikan
oleh suatu undang-undang yang diuji.
c. kerugian konstitusional Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan
aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat
dipastikan akan terjadi.
d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya undang-undang
yang dimohonkan untuk diuji.
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian
konstitusional yang didalikan tidak akan atau tidak lagi terjadi.

9. Selanjutnya ditegaskan pula oleh Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor:


27/PUU-VIV2009 atas pengujian Perubahan Kedua undang-undang Mahkamah
Konstitusi pada halaman 59, yang memutuskan, "dari praktik Mahkamah (2003-
2009), perorangan WNI, terutama pembayar pajak (tax payer, vide Putusan Nomor
003/PUU-I/2003) berbagai asosiasi dan NGO/LSM yang concern terhadap suatu
undang-undang demi kepentingan publik, badan hukum, pemerintah daerah, lembaga
negara, dan lain-lain, oleh Mahkamah dianggap memiliki legal standing untuk
mengajukan permohonan pengujian, baik formil maupun materil, undang-undang
terhadap UUD 1945."

TENTANG KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON

10. Bahwa Pemohon adalah perorangan WNI terbukti dari KTP yang dimiliki. Dan juga
bahwa Pemohon adalah seorang mahasiswa aktif dari Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu
Hukum, Universitas Andalas, Angkatan 2019 terbukti dari KTM yang di miliki.

C. ARGUMENTASI PEMOHN/ALASAN BERBEDA

11. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pembentukan pemerintah Negara Indoesia dan
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
perlu melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui cipta kerja.

12. Bahwa dengan cipta kerja dharapkan mampu menyerap tenaga kerja Indonesia yang
seluas-luasnya ditengah persaingan yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi
ekonomi
13. Bahwa yang diuji di Mahkamah adalah konstitusionalitas suatu norma apakah
bertentangan dengan UUD 1945 atau tidak, bukan soal suatu norma dimaksudkan
sebagai rekayasa kehidupan sosial.

14. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, ketentuan Pasal pasal 81 angka 22 pasal 78
ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang
berbunyi :

“waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu)
hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.”

Kalimat tersebut bertentangan dengan pasal 27 ayat (2), pasal 28H ayat (1), dan pasal
34 ayat (3) karena pada pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja adanya pertambahan jam lembur yang menyebabkan
menurunnya kesehatan para pekerja (diperkuat dengan terdapat 14 kasus keguguran
dan 6 kematian bayi baru lahir, total 359 buruh perempuan yang bekerja di pabrik
AICE dikarenakan shift malam bagi buruh perempuan yang sedang mengandung).
Sedangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) pada
intinya menjamin kehidupan para pekerja dengan layak salah satunya mendapat
fasilitas kesehatan.

D. PETITUM

Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana disebutkan di atas, izinkanlah pemohon


meminta kepada yang Mulia Majelis Hakim mahkamah konstitusi yang memeriksa dan
mengadili permohonan ini untuk memutuskan hal-hal sebagai berikut :

15. Menerima dan mengabulkan Permohonan Pemohon untuk Seluruhnya

16. Meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk secara bijak memprioritaskan dan segera
memutus permohonan pengujian undang-undang ini, mengingat tidak adanya priorias
terhadap keselamatandan menjamin kehidupan para pekerja secara layak.

17. Meminta kepada Mahkamah Konstitusi menyatakan materi muatan Pasal Pasal 81
angka 22 , Pasal 78 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Terhadap pasal 27 ayat (2), pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

18. Memerintahkan pemutusan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya.

Atau Jika Majelis Hakim Konstitusi Republik Indonesia mempunyai keputusan lain,
mohon putusan yang seadil-adilnya – ex aequo et bono.

Payakumbuh, 24 September 2021

Nabila Seppika Haffil

Anda mungkin juga menyukai