Dengan Hormat,
Nama : Nabila Seppika Haffil
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswi
1. Bahwa pasal 24 ayat (2) Perubahan Keempat UUD 1945 menyatakan, "Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitus".
2. Bahwa disebutkan pula dalam Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945, "Mahkamah Konstitusi
benwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang
Pemilihan Umum”
4. Demikian pula berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-undang No. 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengatakan, "Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terkahir yang putusannya bersifat
final untuk:
10. Bahwa Pemohon adalah perorangan WNI terbukti dari KTP yang dimiliki. Dan juga
bahwa Pemohon adalah seorang mahasiswa aktif dari Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu
Hukum, Universitas Andalas, Angkatan 2019 terbukti dari KTM yang di miliki.
11. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pembentukan pemerintah Negara Indoesia dan
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
perlu melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan melalui cipta kerja.
12. Bahwa dengan cipta kerja dharapkan mampu menyerap tenaga kerja Indonesia yang
seluas-luasnya ditengah persaingan yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi
ekonomi
13. Bahwa yang diuji di Mahkamah adalah konstitusionalitas suatu norma apakah
bertentangan dengan UUD 1945 atau tidak, bukan soal suatu norma dimaksudkan
sebagai rekayasa kehidupan sosial.
14. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, ketentuan Pasal pasal 81 angka 22 pasal 78
ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang
berbunyi :
“waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu)
hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.”
Kalimat tersebut bertentangan dengan pasal 27 ayat (2), pasal 28H ayat (1), dan pasal
34 ayat (3) karena pada pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja adanya pertambahan jam lembur yang menyebabkan
menurunnya kesehatan para pekerja (diperkuat dengan terdapat 14 kasus keguguran
dan 6 kematian bayi baru lahir, total 359 buruh perempuan yang bekerja di pabrik
AICE dikarenakan shift malam bagi buruh perempuan yang sedang mengandung).
Sedangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) pada
intinya menjamin kehidupan para pekerja dengan layak salah satunya mendapat
fasilitas kesehatan.
D. PETITUM
16. Meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk secara bijak memprioritaskan dan segera
memutus permohonan pengujian undang-undang ini, mengingat tidak adanya priorias
terhadap keselamatandan menjamin kehidupan para pekerja secara layak.
17. Meminta kepada Mahkamah Konstitusi menyatakan materi muatan Pasal Pasal 81
angka 22 , Pasal 78 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Terhadap pasal 27 ayat (2), pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
18. Memerintahkan pemutusan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya.
Atau Jika Majelis Hakim Konstitusi Republik Indonesia mempunyai keputusan lain,
mohon putusan yang seadil-adilnya – ex aequo et bono.