Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM LAUT

Nama : Rania Nabila Ihsan


NIM : 1910111009
Kelas : 2.5

1. A. Sebagai sarana lalu lintas kapal dan transportasi. Berdasarkan fakta historis
sejak jaman dahulu hingga masa sekarang, laut dimanfaatkan manusia sebagai
sarana lalu lintas kapal-kapal baik untuk pengangkutan manusia maupun
barang. Lalu lintas kapal asing melalui laut teritorial negara lain semula belum
secara tegas diatur oleh hukum, akan tetapi sesudah Perang Dunia II masalah
lalu lintas kapal asing melalui laut teritorial negara asing diatur oleh hukum
laut internasional, yaitu di dalam Konvensi Jenewa I tahun 1958 tentang laut
teritorial dan zona tambahan.
Sebagai sarana kepelabuhanan. Suatu hal yang berkaitan dengan
pemanfaatan laut sebagai sarana transportasi kapal adalah pelabuhan.
Pelabuhan yang berfungsi sebagai sarana untuk menaikkan/memuat dan
menurunkan/membongkar orang atau barang yang diangkut dg kapal. Jadi di
sini ada kaitan antara fungsi laut sebagai sarana lalu lintas kapal dan
transportasi dengan sarana kepelabuhanan.
Sebagai sarana rekreasi. Negara pantai yang wilayah pantainya memiliki
panorama yang indah pada umumnya memanfaat laut sebagai sarana rekreasi,
baik berupa wisata pantai maupun wisata bahari. Banyaknya wisatawan
manca-negara yang mengunjungi daerah wisata pantai, dapat menambah
devisa negara.
Sebagai sarana untuk memasang kabel dan pipa bawah laut. Daerah dasar
laut dan tanah di bawahnya baik yang tunduk di bawah yurisdiksi nasional
maupun yg berada di luar yurisdiksi, dapat dimanfaatkan oleh negara-negara
baik berpantai maupun tidak berpantai untuk memasang kabel dan pipa bawah
laut untuk berbagai keperluan seperti penyaluran tenaga listrik, saluran
telepon, saluran air bersih, gas atau minyak.
B. Res Nulius adalah konsepsi yang menyatakan bahwa laut itu dapat diambil dan
di miliki oleh masing - masing negara. Maksud dari konsep ini adalah negara
memiliki hak kedaulatan atas wilayahnya yang berupa lautan, daratan, dan
udara. Negara berhak juga atas kekayaan alam beserta isinya yang berada dalam
wilayah lautannya.
Res Communis adalah konsepsi yang beranggapan bahwa laut itu adalah hak
milik masyarakat dunia sehingga tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masing
- masing negara. Maksud dari konsep ini adalah tidak ada batas wilayah
kelautan untuk negara - negara di dunia. Setiap orang berhak atas wilayah laut
beserta sumber daya alam yang terkandung didalamnya tanpa ada batasan/
intervensi dari negara manapun.

C. Mengungkapkan bahwa pertentangan kedua konsepsi tersebut diawali dengan


sejarah panjang mengenai penguasaan laut oleh Imperium Roma, yang
menguasai tepi lautan Tengah secara mutlak sehingga lautan tersebut terbebas
dari gangguan bajak laut. Pemikiran hukum bangsa Romawi terhadap tepi
Lautan Tengah didasarkan pada doktrin res communis omnium (hak bersama
seluruh umat manusia) yang menjadi cikal bakal prinsip kebebasan di laut
lepas. Sementara itu, di sisi lain terdapat hak penduduk pantai di zaman itu
untuk menangkap ikan di perairan dekat pantainya telah diakui. Artinya,
penguasaan atas negara di wilayah laut yang berdekatan dengan pantai
didasarkan atas konsepsi res nullius.

2. A. Di awal kemerdekaan, wilayah batas laut Indonesia mengacu pada peraturan


masa Hindia Belanda yakni, Teritoriale Zee en en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan itu, pulau-pulau yang ada di
Indonesia sejauh 3 mil dari garis pantai.

B. Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie atau disingkat menjadi


TZMKO) yang berlaku sejak tahun 1939. Berdasarkan ordonansi ini, setiap
pulau baik pulau yang berukuran besar maupun pulau yang berukuran kecil di
dalam lingkungan wilayah Hindia Belanda mempunyai laut teritorial sendiri-
sendiri.
Laut territorial Hindia Belanda atau laut teritorial Indonesia adalah jalur laut
yang membentang ke arah laut sampai jarak 3 mil laut yang diukur dari garis air
rendah pada setiap pulau atau bagian pulau yang merupakan wilayah daratan
Indonesia. Dengan demikian wilayah perairan Indo-nesia meliputi jalur-jalur
laut yang mengelilingi setiap pulau atau bagian pulau Indonesia yang lebarnya
hanya 3 mil laut

C. Pemerintah Hindia Belanda membuat peraturan tersebut untuk mencegahnya


wilayah kepulauan indonesia menjadi berkembang sehingga dengan adanya
batasan wilayah indonesia atu kepulaunnya hanya dibatasi oleh laut laut di
sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai sehingga kapal luar bebas berlayar di
wilayah lainnya, hal ini membuat wilayah indonesia sangat rapuh untuk
diganggu kedaulatannya oleh pihak asing seperti pemerintah Belanda

3. A. Pengertian garis pangkal menurut UNCLOS 1982, merupakan suatu garis awal
yang menghubungkan titik-titik terluar yang diukur pada kedudukan garis air
rendah (low water line), dimana batas-batas ke arah laut, seperti laut teritorial
dan wilayah yurisdiksi laut lainnya (zona tambahan, landas kontinen, dan zona
ekonomi eksklusif) diukur.

B. Garis pangkal lurus yaitu garis air terendah yang menghunungkan titik”
pangkal berupa titik terluar dari pantai gugusan pulau didepannya.
Garis pangkal biasa yaitu garis air terendah sepanjang pantai pada waktu air
sedang surut, yang mengikuti liku/morfologi pantai pada mulut sungai teluk
yang lebar mulutnya tidak lebih dari 24 mil dan pelabuhan garis air terendah
tersebut dapatditarik sebagai suatu garis lurus.

C. 1. Garis Penutup Teluk yang dimaksud adalah garis lurus yang ditarik antara
titik-titik terluar pada garis air terendah yang paling menonjol dan
berseberangan pada muara teluk. Dalam hal ini, garis penutup teluk adalah
seluas atau lebih luas daripada luas setengah lingkaran tengahnya adalah
garis penutup yang ditarik pada muara teluk.
Apabila pada teluk terdapat pulau-pulau yang membentuk lebih dari satu
muara teluk, maka jumlah panjang garis penutup teluk dari berbagai mulut
teluk maksimum 24 mil laut.
2. Garis penutup muara sungai, terusan, dan kuala ditarik antara titik terluar
pada garis air rendah yang menonjol dan berseberangan.
Dalam hal garis lurus tidak dapat diterapkan karena adanya kuala pada
muara sungai, sebagai garis penutup kuala dipergunakan garis-garis lurus
yang menghubungkan antara titik-titik kuala dengan titik-titik terluar pada
air garis rendah tepian muara sungai.
3. Garis penutup pelabuhan ditarik antara titik-titik terluar pada garis air
rendah pantai dan titik-titik terluar bangunan permanen terluar yang
merupakan bagian integral sistem pelabuhan.

4. A. Terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan, Terbatasnya dana untuk


operasional pengawasan, Terbatasnya tenaga polisi perikanan dan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Masih terbatasnya kemampuan nelayan
Indonesia dalam memanfaatkan potensi perikanan di perairan Indonesia,
terutama ZEE

B. 1. Menambah armada pengawasan laut


2. Membentuk badan peradilan kelautan berhubungan dengan illegal fishing
3. Memperberat hukuman kepada pelaku yang terbukti melakukan illegal
fishing
4. Memperbaiki sarana dan prasarana serta menambah peralatan yang
digunakan untuk menanggulangi ilegal fishing

C. Upaya penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan sudah banyak dilakukan.


Mulai dari perundingan bilateral sebagaimana dilakukan Indonesia dengan
Vietnam, intervensi dari ASEAN dalam upaya menurunkan tensi konflik
hingga melalui Mahkama Arbitrase Internasional sebagaimana dilakukan oleh
Filipina. Perkembangan dari konflik Laut Cina Selatan hingga saat ini adalah
dengan di sahkannya CoC (Code of Conduct in the South China Sea) oleh
setiap negara yang bersengketa diwilayah Laut Cina Selatan.
RRT sama sekali tidak memiliki hak untuk menempatkan kekuatan militernya
di Laut Cina Selatan karena klaimnya dinyatakan melanggar UNCLOS 1982,
sedangkan untuk setiap negara yang bersengketa pun harus mampu mengontrol
berbagai akvitas – akvitas negaranya yang berpotensi meningkatkan konflik di
wilayah Laut Cina Selatan.
Berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982 perundingan batas – batas wilayah antar
negara, mengacu pada ketentuan UN Charter dimana segala bentuk sengketa
yang ada diutamakan untuk diselesaikan secara damai demi menjaga stabilitas
dan ketertiban dunia.
Indonesia bersama negara-negara di ASEAN memiliki kewajiban untuk
menolak dan bertindak tegas atas segala pelanggaran yang dilakukan oleh RRT
dikawasan sengkta, diman setiap negara di ASEAN harus mengutamakan
stabilitas dan keamanan kawasan sebagaimana diamanatkan dalam Piagam
PBB. Hal tersebut dapat dicapai dengan Pembentukan Code of Conduct (CoC)
dan Declaration on the Conduct in The South Cina Sea (DoC) sebagai modal
penting dalam menjaga stabilitas kawasan selama proses perundingan antar
negara dalam menetapkan batas - batas wilayah laut territorial

5. A. Menurut saya status hak berdaulat atas Ambalat belum sepenuhnya jelas.
Belum ada garis batas maritim yang menetapkan/membagi kewenangan
kedua negara

B. Dasar Hukum Malaysia


Malaysia merupakan negara keeil yang terletak dibelahan utara Pulau
Kalimantan Indonesia. Malaysia mengklaim dirinya sebagai negara
kepulauan dengan dasar bahwa mereka telah memiliki hak pengelolaan atas
dua pulau yaitu Pulau Sipadan dan Pulau ligitan. Kedua pulau tersebut jatuh
ketangan Malaysia berdasarkan keputusan akhir Intemational Court of
Justice (ICJ) No. 102 tanggal 17 Desember 2002. Pada saat itu Indonesia
tidak meminta Mahkamah Intemasional untuk memutuskan garis perbatasan
laut sekaligus sebagai pengganti titik sebelumnya yaitu Pulau Sipadan dan
ligitan.
Penjelasan tersebut di atas merupakan titik awal keberanian Malaysia dalam
upayamemperluas wilayahnya. Malaysia dengan peta 1979 telah
menetapkan sendiri batas laut antara Sabah dan Kalimantan Timur dengan
menarik garis dasar lurus (garis pangkal) dari Pulau Sipadan hingga
perbatasan darat Indonesia-Malaysia di Pulau Sebafik.
Kronologis munculnya peta Malaysia yang menjadi dasar klaim atas Blok
Ambalat,dimulai pada tahun 1979, Malaysia membuat peta secara sepihak.
Peta Malaysia tahun1979 sebenamya tidak memiliki implikasi hukum (legal)
akan tetapi mempunyai implikasi politis. Peta itu tidak hanya diprotes oleh
Indonesia tetapi juga negara Singapura, Filipina,Cina, Thailand, Vietnam,
dan Inggris pun mengajukan protes atas namf\ Brunai Darusalam saat
Malaysia belum merdeka, karena dianggap sebagai upaya perebutan wilayah
negara lain. Keabsahan legitimasinya hingga saat ini masih terus
dipertanyakan.Semua negara yang melakukan protes menerangkan bahwa
peta tahun 1979 tidakmemiliki implikasi yuridis. Bahkan batas maritim yang
ada tidak dilaksanakan sesuai dengan hukum intemasional yaitu melalui
pe~anjian antar negara yang bekaitan.
Dasar Hukum Indonesia
Indonesia tetap pada pendiriannya bahwa perairan Ambalat adalah bag ian
wilayah Indonesia. Indonesia maupun Malaysia sama-sama telah
meratifikasi kesepakatan global tentang aturan penggunaan laut dan
sumberdaya alamnya, selayaknya kedua negara menggunakan konvensi PBB
tentang hukum laut (UNCLOS) 1982 sebagai pedoman dalam perundingan.
Oleh karena itu seharusnya kedua negara tersebut menggunakan ketetuan-
ketelJtuan konvensi sebagai dasar setiap pengelolaan dan pengaturan
undangundang nasional negara masing-masing.Indonesia berhasil
memperjuangkan konsep negara kepulauan (Archipelagic state) hingga
diakui secara intemasional. Sehingga dapat menerapkan ketentuanketentuan
yang berlaku sebagai negara kepulauan. Berdasarkan Konvensi Hukum laut
1982, Indonesia mempunyai hak berdaulat atas kekayaan alam di dasar laut
dan tanah dibawahnya, termasuk minyak dan gas sampai sejauh 200 mil dari
garis-garis pangkal nusantara Indonesia atau lebih jauh lagi sampai
kelanjutan alamiah dar! pulau-pulau terluar Indonesia ke dasar laut. Siok
Ambalat merupakan kelajutan alamiah dari Kalimantan Timur karena batuan
dasamya adalah bagian dari lempeng benua
pembentuk Kalimantan. Letak Siok Ambalat masih dalam jarak 200 mil dari
gans dasar kepulauan nusantara di pantai Kalimantan Timur. Fakta tersebut
yang menguatkan bahwa Siok Ambalat memang masih dalam jangkauan
wilayah Indonesia dan Indonesia berhak atas pengelolaannya. Terlebih lagi
bahwa Indonesia telah melakukan eksploitasi dan ekplorasi pada Siok
Ambalat dan wilayah sekitamya sejak dulu. Pada saat itu Malaysia tidak
pemah melayangkan nota protes atas klaim Indonesia tersebut.

Anda mungkin juga menyukai