Anda di halaman 1dari 14

PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS HAK INFORMASI PRODUK ENDORSEMENT

INFLUENCER/SELEBGRAM MELALUI MEDIA INSTAGRAM

Dibuat Oleh:

Rania Nabila Ihsan


NIM : 1910111009

Program Studi : Ilmu Hukum

LATAR BELAKANG
Iklan ialah salah satu wujud promosi yang sangat diketahui serta sangat banyak dibahas
orang, perihal ini kemungkinan disebabkan oleh kapabilitas jangkauannya yang
luas.Iklan juga menjadi instrumen promosi yang sangat berarti, khususnya bagi industri
yang memproduksi benda atau jasa yang diarahkan kepada warga luas.

Tidaklah mengherankan apabila dari tahun ke tahun dunia periklanan menghadapi


pertumbuhan pesat. Salah satu periklanan yang sangat populer dikala ini yaitu dengan
memakai jasa artis instagram atau dikenal dengan istilah "selebgram" untuk
mempromosikan produk yang dijual oleh suatu online shop. sebutan ini diketahui
dengan endorsement ataupun endorse.
Endorse
Endorse dapat disebut sebagai periklanan modern di era digital ini. Sistem
endorse ini dilakukan tanpa kontrak melainkan pihak pemilik online shop
hanya perlu menghubungi sang calon endorser lalu membuat kesepakatan
antara si pemilik online shop dengan sang calon endorser. Setelah terjadi
kesepakatan kedua belah pihak, maka akan timbul hak dan kewajiban yang
harus dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui.

Dalam kesepakatan ini timbul kewajiban pada pihak endorser atau


selebgram tersebut untuk mempromosikan suatu produk atau layanan
yang telah diberikan online shop yang mengendorsnya dan sebagai
imbalannya endorser atau selebgram akan mendapatkan sallary sesuai
dengan tarif yang telah disepakati sebelumnya. Kemudian pihak endorser
atau selebgram akan menjalankan kewajibannya yaitu mengiklankan atau
mempromosikan produk atau layanan dalam bentuk video atau foto
disertai dengan caption yang menarik.
Sering didapati kenyataan bahwa pihak
Kelemahan Sistem
Endorsement
Masalah
yang mengiklankan atau mempromosikan
dalam hal ini selebgram atau endorser tidak
benar-benar memakai produk tersebut,
bahkan seringkali mereka tidak mengerti
lebih dalam tentang akibat atau efek
samping yang timbul dari pemakaian produk
tersebut. Pada dasarnya saat
memperkenalkan atau menawarkan produk,
selebgram atau endorser hanya akan
memperkenalkan keunggulan dari suatu
produk.
Perihal ini tentunya bertentangan dengan hukum perlindungan konsumen
mengenai larangan kepada pelaku usaha dalam kegiatan periklanan, yaitu
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahkan kegunaan barang atas jasa
tersebut.

Pada kenyataannya, seringkali konsumen atau pengikut yang biasa dikenal


dengan istilah followers mempercayai konten dan rekomendasi selebgram
atau endorser yang mereka kagumi, maka tak sedikit dari mereka tanpa
berpikir panjang langsung membeli produk tersebut dan menjadi korban
penipuan oleh periklanan yang dilakukan selebgram atau endorser.
Kasus yang melibatkan dua artis ternama, Nella
Charisma dan Via Vallen yang dipanggil Polda
Beberapa kasus Jatim pada Desember 2018 selaku figure

yang ditemukan
endorse kosmetik oplosan merek Derma Skin
Care yang dinyatakan sebagai produk kosmetik
adalah ilegal tanpa izin edar serta tidak mempunyai izin
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan
BPOM).

Permasalahan lain ditemui dalam akun Dr. Listya


Paramita,SP.KKK di instagramnya yaitu seorang
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Dalam akun
tersebut ada berbagai keluhan yang dilakukan
secara online oleh berbagai konsumen yang jadi
korban pemakaian HB (hand body) whitening abal-
abal yang saat ini sedang banyak diproduksi dan
dijual di berbagai online shop serta disebarluaskan
lewat periklanan endorsement oleh selebgram.
Perlindungan Hukum perlindungan konsumen bertujuan untuk

Konsumen
memberikan perlindungan terhadap konsumen di
Indonesia.

Menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun


1999 tentang perlindungan konsumen. Pengertian
perlindungan konsumen adalah "segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen"

Perlindungan terhadap konsumen membutuhkan


pemikiran yang luas sehingga tidaklah dapat dikaji dari
suatu aspek hukum semata-mata, mengingatkan
kepentingan konsumen pada dasarnya sudah ada sejak
awal sebelum barang dan/ atau jasa diproduksi.
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
mengenai larangan kepada pelaku usaha dalam
kegiatan periklanan
A. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan
kegunaan dan harga barang dan/ atau tarif jasa serta
ketepatan waktu penerimaan barang atau jasa.

B. Mengelabui jaminan atau garansi terhadap


barang dan /atau jasa

C. Memuat informasi yang keliru, salah, atau


tidak tepat mengenai barang dan/ atau jasa.

D.Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian


barang dan/ atau jasa.

E. Mengeksploitasi kejadian dan/ atau seseorang tanpa seizin


yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban
01 selebgram atau endorser terhadap konsumen
atau pengikutnya (followers) atas review
palsu?

Bagaimanakah perlindungan hukum bagi


02 konsumen terhadap iklan yang menyesatkan
yang dipromosikan oleh selebgram atau
endorser melalui media instagram?
Tujuan Untuk menganalisis pola hubungan hukum antara
pihak yakni pelaku usaha, pihak konsumen dan
Penelitian influencer yang mengiklankan.

Untuk menganalisis perlindungan hukum konsumen


terhadap produk berbahaya yang di promosikan
selebgram melalui endorsement di instagram.
Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis yaitu dalam hasil penelitian ini


diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan
hukum, khususnya hukum perlindungan konsumen dalam
periklanan suatu produk.

2. Manfaat praktis yaitu dengan adanya penelitian ini diharapkan


dapat menjadi wacana baru, sekaligus memberikan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai perlindungan hukum dalam
periklanan yang dilakukan melalui endorsement.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai