Anda di halaman 1dari 13

Lembaga atau Instansi Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Konsumen

Puput Pratiwi dan Nadia Ingrida


Email:
nadiaingrida74@gmail.com

Abstrak
Dalam kegiatan ekonomi akan kita temukan produsen dan konsumen. Konsumen
adalah seseorang yang melakukan kegiatan konsumsi atau pemakaian barang atau
jasa guna untuk memenuhi kebutuhan seseorang tersebut dalam kehidupannya.
Dengan melihat gejala-gejala ekonomi yang ada saat ini, seperti halnya konsumen
memakai barang atau jasa tersebut bukan atas dasar kebutuhan akan tetapi untuk
mencapai suatu value (nilai). Oleh karena itu, perlu adanya perlindungan
konsumen yaitu segala upaya yang menjamin segala kepastian hukum untuk
memberikan perlindungan kepada konsumen. Akan tetapi, apa yang kita lihat
sekarang apakah banyak dari konsumen yang mendapatkan perlindungan itu
sendiri?. Maka dari itu, muncullah lembaga atau instansi perlindungan konsumen
yang berperan untuk melindungi para konsumen. Disini penulis akan membahas
apa saja lembaga atau instansi dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen
dan apa peranan lembaga atau instansi perlindungan konsumen.
Kata Kunci: Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Lembaga atau Instansi
Perlindungan Konsumen

Pendahuluan
Di era globalisasi ini, kegiatan ekonomi menjadi kegiatan yang sangat
sering kita temukan. Karena kegiatan ekonomi sendiri merupakan hal yang tidak
dapat ditinggalkan oleh setiap orangnya. Dalam kegiatan ekonomi kita akan
menemukan produsen sebagai orang yang memproduksi atau menyediakan barang
untuk memenuhi permintaan (demand) para konsumen yang menggunakan barang
tersebut.
Pada era ini juga mulai muncul era perdagangan bebas. Era perdagangan
bebas merupakan suatu era kemana pemasaran merupakan suatau disiplin
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

universal. Konsep-konsep pemasaran dipandang dari strategi pemasaran global


telah berubah dari waktu kewaktu, sebagaimana tahapan berikut : 1 Pertama,
konsep pemasaran pada awalnya adalah memfokuskan pada produk yang lebih
baik yang berdasarkan pada standard dan nilai internal. Hal ini dilakukan dengan
tujuan memperoleh laba, dengan menjual atau membujuk pelanggan potensial
untuk menukar uangnya dengan produk perusahan. Kedua, pada decade enam
puluhan focus pemasaran dari produk kepada pelanggan. Sasaran masih tetap pada
laba, tetapi cara pencapaian menjadi luas, yaitu dengan pembaharuan pemasaran
marketing mix atau 4P (Product, Price, Promotion, And Place) Produk, Harga,
Promosi, dan Saluran distribusi. Ketiga, sebagai konsep baru pemasaran dengan
pembaharuan dari konsep pemasaran menjadi konsep strategi. Konsep strategi
pemasaran pada dasarnya mengubah focus pemasaran dari pelanggan atau produk
kepada pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang lebih luas. Untuk itu
harus memanfaatkan pelanggan yang ada termasuk pesaing, kebijakan yang
berlaku, peraturan pemerintah serta kekuatan makro, ekonomi, social, politik
secara luas. Sehingga akibat dari perdagangan di era globalisasi ini adalah
menjadikan kebutuhan (need) seorang konsumen sesuatu yang abstrak atau
melebihi kepuasan (utility). Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah
sekarang ini, karena dalam bentuk perdagangan yang seperti ini para produsen
menggunakan segala bentuk cara atau strategi untuk memperoleh laba yang
diinginkan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
dalam Pasal 5 menyatakan bahwa Perlindungan konsumen bertujuan: (1)
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri; (2) mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; (3)
meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen; (4) menciptakan sistem perlindungan
konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi
serta akses untuk mendapatkan informasi; (5) menumbuhkan kesadaran pelaku

1
Sri Redjeki Hartono, makalah Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam
buku Hukum Perlindungan Konsumen, Ibid, hal. 34, dalam buku Celina Tri Siwi Kristiyanti,
Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal 34-35

1
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang


jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha; (6) meningkatkan kualitas barang
dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,
kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Dalam undang-
undang ini, menjelaskan bahwa adanya sebuah keharusan dalam peningkatan
kesadaran konsumen ketika melakukan kegiatan konsumsi serta menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya sikap jujur dan bertanggungjawab
dalam berusaha. Tak terlepas dari hal itu, pelaku usaha juga harus meningkatkan
kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang
dan/jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Dalam
undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa hak konsumen dalam
melaksanakan kegiatan konsumsi sangat diperhatikan.
Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi
konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasa yang diinginkan
dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis
dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan
konsumen. Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat
mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang
dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas
bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui
kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan
konsumen. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran konsumen terhadap
hal-hal yang memiliki eksis negatif sangat kurang.2
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran
konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh
rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang Perlindungan
Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.3

2
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan
Konsumen Nasional.
3
Ibid

2
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

Untuk meningkatkan perlindungan konsumen dari kelemahan yang


demikian, maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan terhadap konsumen melalui
suatu lembaga yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yaitu Badan Perlindungan Konsumen Nasional
yang mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah
dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen.4 Di dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ada beberapa
lembaga yang melaksanakan tugas terkait dengan perlindungan konsumen, yaitu:
Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Masing-
masing lembaga ini memiliki tugas dan kewajiban sebagaimana diatur dalam
undang-undang.5
Persaingan dunia usaha yang sangat ketat dan iklim persaingan yang
sangat kompetitif, menyebabkan banyak perusahaan atau dunia usaha yang
berupaya untuk memenangkan persaingan dengan strategi yang dikembangkan
oleh masing-masing perusahaan. Penggunaan strategi yang ditetapkan perusahaan
dan diterapkan oleh para marketing perusahaan untuk meningkatkan penjualan
produk atau jasa perusahaan, tidak jarang telah menyebabkan konsumen
mengalami kerugian baik yang disengaja, atau karena konsumen tidak
memperoleh informasi yang benar dan cukup pada saat penawaran produk atau
jasa dilakukan. Akibatnya banyak konsumen yang merasa dirugikan
kepentingannya, atau dirugikan karena merasa tertipu dengan program promosi
yang disampaikan, yang tidak sesuai dengan kenyataan kualitas produk yang
diterima. Pada umumnya konsumen tidak mengetahui dari bahan apa suatu
produk itu dibuat, bagaimana proses pembuatannya serta strategi pasar apa yang
dijaminkan untuk mendistribusikannya, maka diperlukan kaidah hukum yang
dapat melindungi. Perlindungan itu sesungguhnya berfungsi menyeimbangkan

4
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen
Nasional
5
Pasal 1 angka 9: Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah
lembaga non-Pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh Pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan konsumen. Pasal 1 angka 11: Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen. Pasal 1 angka 12: Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang
dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen.

3
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

kedudukan konsumen dan pengusaha, dengan siapa mereka saling berhubungan


dan saling membutuhkan.6
Peran lembaga yang bergerak dibidang perlindungan konsumen menjadi
penting, yang terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen,
membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima
keluhan atau pengaduan konsumen, melakukan pengawasan bersama pemerintah
dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen. Lembaga
pengawasan dalam perannya dapat dinilai sebagai yang bertanggungjawab
terhadap pengawasan peredaran barang-barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat yaitu yang ada pada badan BPOM dan departemen terkait yang
mengeluarkan izin produksi, perdagangan dan peredaran suatu produk.7
Oleh karena itu, dalam hal ini apa saja lembaga atau instansi dalam
kaitannya dengan perlindungan konsumen ? dan bagaimanakah peran dan fungsi
lembaga atau instansi perlindungan konsumen ?
Pembahasan
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen
Dalam kaitannya perlindungan konsumen, Indonesia memiliki beberapa
lembaga atau instansi yang bertugas untuk melindungi hak konsumen. Karena
konsumen senantiasa berada dalam posisi yang lemah dan juga dirugikan. Maka
dari itu, perlu ada aturan yang dapat menyeratakan antara kepentingan pelaku
usaha dan juga kepentingan konsumen karena dua pihak tersebut bagaikan dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan, saling membutuhkan tidak mengambil
keuntungan kemudian dibiarkan merugi, tidak ada bentuk pertanggungjawaban
dan juga perlindungan bagi pihak yang dirugikan.
Pengaturan mengenai perlindungan konsumen sangatlah dibutuhkan.
Menurut Az Nasution, diperlukan adanya suatu hukum yang dapat memberikan
perlindungan terhadap konsumen.8 Di Indonesia, peraturan yang mengatur
mengenai perlindungan konsumen, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

6
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2008, hal. 26.
7
Magdalena Peggy Pantouw, Peran dan Fungsi Lembaga Pengawasan Dalam Tanggung
Jawab Pelaku Usaha Menurut UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Lex
Crimen Vol. V, No. 6, Agustus, 2016. (Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Prof. Ronald J.
Mawuntu, S.H., M.H; Henry R. Ch. Memah, S.H., M.H)
8
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan ..., hal. 13

4
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Pengertian perlindungan konsumen


diatur dalam Pasal 1 angka 1 UUPK yang berbunyi “perlindungan kosumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.” Dalam upaya melangsungkan kegiatan
perlindungan konsumen, dibutuhkan lembaga-lembaga atau badan-badan yang
menjadi wadah bagi konsumen
Lembaga atau instansi dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen di
Indonesia adalah :
1. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
2. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)
3. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
4. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Setiap lembaga atau instansi perlindungan konsumen memiliki peran dan
fungsinya masing-masing. Dengan fungsi dan peran yang berbeda, setiap lembaga
atau instansi perlindungan konsumen dapat melakukan tugasnya sesuai dengan
lingkungan yang dikelolanya.
Peran dan Fungsi Lembaga atau Instansi Perlindungan Konsumen
Lembaga atau Instansi dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen
memiliki perannya tersendiri dalam hal perlindungan konsumen, yaitu:
1. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), dibentuk dalam rangka
mengembangkan upaya perlindungan konsumen.9 BPKN mempunyai fungsi
memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya
mngembangkan prlindungan konsumen di Indonesia.
Pengembangan upaya perlindungan konsumen dimaksud paling tidak
menunjukan bahwa, BPKN dibentuk sebagai pengembangan upaya perlindungan
konsumen dalam hal : (1) pengaturan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku
usaha; (2) pengaturan larangan-larangan bagi pelaku usaha; (3) pengaturan
tanggung jawab pelaku usaha; dan (4) pengaturan penyelesaian sengketa
konsumen.

9
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 tentang Perlindungan Konsumen

5
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

Fungsi dan peran BPKN diatur pada Pasal 34 UUPK. Pasal tersebut
menyebutkan beberapa fungsi dan peran BPKN dalam hal perlindungan
konsumen, antara lain BPKN dapat melakukan survei yang menyangkut
kebutuhan konsumen, menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari
masyarakat, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku
usaha, menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan
konsumen, memberikan saran dan rekomendasi kepada Pemerintah dalam rangka
penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen.
2. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)
Pengakuan pemerintah terhadap LPKSM bukanlah tanpa syarat, LPKSM
harus terdaftar pada pemerintah kabupaten/kota dan bergerak di bidang
perlindungan konsumen sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya.
Pendaftaran tersebut hanya dimaksudkan sebagai pencatatan dan bukan
merupakan perizinan. Demikian pula, bagi LPKSM yang membuka kantor
perwakilan atau cabang di daerah lain, cukup melaporkan kantor perwakilan atau
cabang tersebut kepada pemerintah kabupaten/kota setempat tidak perlu
melakukan pendaftaran di tempat kedudukan kantor perwakilan atau cabang
tersebut.10
Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)
meliputi :11
a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak
dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengonsumsi barang
dan/atau jasa.12
b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.13

10
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat.
11
Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
12
penyebaran informasi yang dilakukan oleh LPKSM, merupakan penyebarluasan
berbagai pengetahuan mengenai perlindungan konsumen termasuk peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan masalah perlindungan konsumen. Pasal 4 Peraturan {emerntah Nomor 59
Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
13
Pemberian nasihat kepada konsumen yang memerlukan dilaksanakan LPKSM secara
lisan atau tertulis agar konsumen dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Noor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

6
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan


perlindungan konsumen.14
d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk
menerima keluhan atau pengaduan konsumen.15
e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.16
3. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
Di Indonesia, gerakan perlindungan konsumen melalui LPKSM ditandai
dengan lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tanggal 11
Mei 1973. YLKI didirikan dengan tujuan untuk membantu konsumen Indonesia
agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa.17
Peran YLKI dalam memberikan perlindungan kepada konsumen menurut
Indah Sukmaningsih, adalah “untuk membuat keadaan lebih menguntungkan
kondisi konsumen dengan hasil-hasil survei dan penelitian yang dilakukan,
mencoba untuk mengubah keadaan melalui dialog dengan para pengambil
keputusan dan juga membantu konsumen untuk memecahkan masalah-nya dalam
berhadapan dengan birokrasi pemerintah.”18
4. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang bertugas
menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.19
BPSK dibentuk oleh pemerintah di daerah tingkat II (kabupaten/kota) untuk
14
Pelaksanaan kerja sama LPKSM dengan instansi terkait meliputi pertukaran informasi
mengenai perlindungan konsumen, pengawasan atau barang dan/jasa yang beredar, dan
penyuluhan serta pendidikan konsumen. Pasal 6 Peraturan Pemerintah Noor 59 Tahun 2001
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
15
Dalam membantu konsumen untuk memperjuangkan haknya, LPKSM dapat melakukan
advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu memperjuangkan haknya secara mandiri,
baik secara perorangan maupun kelompok. Pasal 7 Peraturan Pemerintah Noor 59 Tahun 2001
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
16
Pengawasan perlindungan konsumen oleh LPKSM bersama pemerintah dan masyarakat
dilakukan atas barang dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan cara penelitian, pengujian
dan/atau survei. Pasal 8 Peraturan Pemerintah Noor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
17
C. Tantri D. dan Sulastri, Gerakan Organisasi Konsumen, (Jakarta: YLKI – The Asia
Foundation, 1995), hal. 10
18
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan ..., hal. 124, dikutip dari Indah
Sukmaningsih (YLKI), 1998, Dimensi Pelayanan Publik dalam Masalah Perlindungan
Konsumen, dalam Percakapan tentang Pendidikan Konsumen dan Kurikulum Fakultas Hukum,
YLKI USAID, Jakarta, hal. 38
19
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

7
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.20 Sebagai badan penyelesaian


sengketa konsumen di luar pengadilan, maka putusan BPSK bersifat final dan
mengikat, tanpa upaya banding dan kasasi.21
Tugas dan wewenang BPSK tercantum pada Pasal 52 UUPK meliputi :
1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan
cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi
2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen
3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku
4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan
dalam undang-undang ini
5. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen
7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap pelindungan konsumen
8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini.
9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud para huruf g dan huruh h,
yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa
konsumen
10. Mandapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti
lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan
11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen
12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini

20
Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
21
Pasal 54 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

8
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

Pada Pasal 54 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UUPK mengatur bahwa, dalam
menyelesaikan sengketa konsumen dibentuk Majelis yang terdiri atas sedikitnya 3
(tiga) anggota dibantu oleh panitera. Putusan yang dijatuhkan Majelis BPSK
bersifat final dan mengikat. Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran UUPK
adalah sanksi administratif dan sanksi pidana, adanya kedua sanksi tersebut
diharapkan membawa efek jera agar tidak ada lagi pelanggaran kepada konsumen,
sehingga konsumen mendapatkan hak-hak yang seharusnya sebagai konsumen.22
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambnil kesimpulan :
1. Lembaga atau instansi dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen ada
4, yaitu : (a)Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN); (b)Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM); (c)Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI); (d)Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK)
2. Walaupun peran dan fungsi lembaga perlindungan konsumen adalah untuk
melindungi konsumen dari berbagai eksis negatif yang timbul dalam kegiatan
ekonomi, lembaga perlindungan konsumen memiliki peran dan fungsinya
masing-masing.
3. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dapat melakukan survei
yang menyangkut kebutuhan konsumen, menerima pengaduan tentang
perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat, atau pelaku usaha, menyebarluaskan informasi melalui
media mengenai perlindungan konsumen, memberikan saran dan
rekomendasi kepada Pemerintah dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di
bidang perlindungan konsumen.
4. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) berperan
dan berfungsi untuk : (a) menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan
kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam
mengonsumsi barang dan/atau jasa; (b) memberikan nasihat kepada
konsumen yang memerlukannya; (c) bekerja sama dengan instansi terkait
dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen; (d) membantu konsumen
22
Gst. Ngurah Arya Dharma Susila dan Ni Nyoman Sukerti, Makalah Peranan Lembaga
Perlindungan Konsumen Terhadap Penjuala Obat-Obatan Melalui Internet, Maret, 2021, hal. 4-5

9
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan


konsumen; (e) melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat
terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen
5. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berperan dalam memberikan
perlindungan kepada konsumen menurut Indah Sukmaningsih, adalah “untuk
membuat keadaan lebih menguntungkan kondisi konsumen dengan hasil-hasil
survei dan penelitian yang dilakukan, mencoba untuk mengubah keadaan
melalui dialog dengan para pengambil keputusan dan juga membantu
konsumen untuk memecahkan masalah-nya dalam berhadapan dengan
birokrasi pemerintah.”
6. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) berperan dan berfungsi
untuk : melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,
dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi; memberikan
konsultasi perlindungan konsumen; dan yang palin penting adalah
menyelesaikan segala sengketa konsumen yang terjadi dalam kegiatan
ekonomi yang menmgakibatkan kerugian antara pelaku usaha terkhususnya
konsumen itu sendiri.
Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat dengan seringkas-ringkasnya agar
pembaca sekalian dapat memahami perihal lembaga atau instansi dalam kaitannya
dengan perlindungan konsumen dengan baik dan benar. Tak hanya lembaganya
saja, akan tetapi juga peran dan fungsi pada masing-masing lembaga tersebut.
Jikalau ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf atas segala
kekurangan. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
Daftar Pustaka
C. Tantri D. dan Sulastri. 1995. Gerakan Organisasi Konsumen. Jakarta. YLKI –
The Asia Foundation
Celina Tri Siwi Kristiyanti. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar
Grafika. Jakarta
Gst. Ngurah Arya Dharma Susila dan Ni Nyoman Sukerti. 2001. Makalah
Peranan Lembaga Perlindungan Konsumen Terhadap Penjuala Obat-
Obatan Melalui Internet.

10
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

Indah Sukmaningsih (YLKI). 1998. Dimensi Pelayanan Publik dalam Masalah


Perlindungan Konsumen, dalam Percakapan tentang Pendidikan
Konsumen dan Kurikulum Fakultas Hukum. YLKI USAID. Jakarta
Magdalena Peggy Pantouw, Peran dan Fungsi Lembaga Pengawasan Dalam
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Lex Crimen Vol. V, No. 6, Agustus, 2016
(Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Prof. Ronald J. Mawuntu, S.H.,
M.H; Henry R. Ch. Memah, S.H., M.H)
Sri Redjeki Hartono. 2008. Makalah Aspek-aspek Hukum Perlindungan
Konsumen dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta.
Peraturan Pasal
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4 Peraturan {emerntah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Noor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Pasal 54 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Pasal 6 Peraturan Pemerintah Noor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Pasal 8 Peraturan Pemerintah Noor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan
Perlindungan Konsumen Nasional.

11
Lembaga atau Instansi dalam Kaitannya dengan Perlindungan Konsumen

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan


Konsumen Nasional

12

Anda mungkin juga menyukai