Anda di halaman 1dari 3

Nama : fatimah azzahra

Npm : 10040020096
Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Konsumen (F)

1. Faktor Yang Menyebabkan Lemahnya Daya Tawar Konsumen, yaitu era perdagangan bebas
merupakan suatu era kemana pemasaran merupakan suatu disiplin universal. Oleh karenanya t
erjadi perubahan konsep pemasaran yang dipandang menjadi suatu strategi pemasaran secara
global yang berubah dari waktu kewaktu sebagai berikut:
● a. Konsep pemasaran yang pada awalnya memfokuskan pada produk yang lebih baik berdasar
kan pada standar dan nilai internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh laba d
engan menjual atau membujuk pelanggan potensial untuk menukar uangnya degan produk per
usahaan;
● b. Dekade enampuluhan fokus pemasaran dialaihkan dari produk kepada pelanggan, Sasaran
masih tetap pada laba, namun cara pencapaian menjadi luas dengan memperbaharui marketin
g mix (produk, harga, promosi dan saluran distribusi);
● c. Perubahan konsep pemasaran menjadi konsep strategi yang mengubah fokus pemasaran dar
i pelanggan atau produk kepada pelanggan dalam konteks lingkungan yang lebih luas. Terjadi
juga perubahan pada tujuan pemasaran dari yang hanya sekedar laba menjadi keuntungan kep
ada para pihak yang berkepentingan (orang perorangan atau kelompok yang mempunyai kepe
ntingan dalam kegiatan perusahaan, karyawan, manajemen, pelanggan, masyarakat dan negar
a) yang mengharuskan pemanfaatan kepada pelanggan, pesaing, kebijakan yang berlaku, perat
uran pemerintah serta kekuatan kairo ekonomi, sosial dan politik secara luas.
● Rangkaian kegiatan tersebut merupakan perbuatan hukum yang memiliki akibat hukum kepad
a para pihak. Kegiatan tersebut dimanfaatkan oleh Pelaku Usaha dengan dibuatnya sistem dist
ribusi dan penawaran produk yang efektif serta efisien untuk mencapai sasaran usaha. Hubun
gan tersebut bersifat massal karena juga adanya permintaan dari Konsumen yang meningkat s
ehingga Pelaku Usaha dituntut untuk meningkatkan produktivitas yang akan berdampak kepa
da mutu produk, standar suatu produk, cara produksi, syarat kesehatan, syarat pengemasan, sa
yarat lingkungan dan sebagainya dengan menomor duakan kepentingan Konsumen, sehingga
Konsumen sering tidak memiliki posisi tawar yang memadai untuk melakukan evaluasi terh
adap produk barang dan jasa yang diterimanya.

2. - Caveat emptor (let the buyer beware). Istilah Caveat Emptor berasal dari adagium dalam
bahasa Latin yang berarti “pembeli harus berwaspada, Jika pembeli tidak berhati-hati da
lam pembeliannya, maka ia akan bertanggung jawab sendiri dan memikul seluruh keru
gian atas pembelian yang tidak menguntungkannya.”
● Caveat venditor (let the seller beware). Caveat venditor berasal dari adagium latin yang me
nyiratkan “hendaknya penjual berhati-hati” dan merupakan anti-tesa dari caveat emptor. Adag
ium ini menekankan kepada kesadaran Pelaku Usaha untuk melindungi konsumen. Prinsip i
ni mengandung maksud bahwa “penjual” harus beritikad baik dan bertanggung jawab dalam
menjual produknya kepada pembeli atau konsumen. Dalam teori ini penjual bertanggung j
awab penuh jika barang yang dijual merugikan konsumen. Akibatnya penjual harus da
pat menjamin kualitas (warranty of quality) produk yang mereka jual. Maka dari itu yan
g merupakan doktrin memberi perlindungan kepada konsumen yaitu, Doktrin Caveat Vendito
r
3. • Due Care Theory. Teori ini mengenai kewajiban para Pelaku Usaha terhadap konsumen di
dasari pada gagasan bahwa konsumen dan Pelaku Usaha atau merupakan posisi yang tidak sei
mbang dalam suatu perjanjian. Dalam kondisi ini kepentingan Konsumen secara khusus sanga
t rentan untuk disalahgunakan oleh para Pelaku Usaha, karena mereka memiliki pengetahuan
dan keahlian mengenai barang komoditi yang dijual. Karena para Pelaku Usaha berada dalam
posisi yang menguntungkan, mereka memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian yang k
husus untuk menjamin kepantingan Konsumen untuk tidak disalahgunakan. Konsumen sangat
bergantung pada keahlian para Pelaku Usaha. Due care theory meliputi:
- Design. Pelaku Usaha harus memastikan apakah desain sebuah barang menyembunyikan setia
p bahaya, apakah desain itu memasukan semua perangkat keselamatan secara layak, dan apak
ah desain itu menggunakan material yang tepat untuk tujuan produk merupakan halhal yang h
arus dipertimbangkan dalam desain.
- Production. Kontrol terhadap proses pembuatan sebuah produk untuk mengeliminasi setiap b
arang yang cacat, mengidentifikasi setiap kelemahan yang nampak selama produksi, dan untu
k memastikan jalan pintas, penggantian material yang rusak, dan lain sebagainya. Proses prod
uksi harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan perhatian yang semestinya. Quality control
dalam konteks ini menjadi suatu prosedur yang sangat esensial dalam proses produksi sebuah
komoditi.
- Information. Pelaku Usaha harus menginformasikan, memberitahukan atau memperingatkan
para konsumen mengenai bahaya produk tersebut baik pada saat penggunaannya maupun bila
disalahgunakan. Dengan informasi ini para Konsumen akan lebih hati-hati untuk menggunaka
n produk tersebut sehingga mereka dapat mencegah diri dari penyalahgunaan sebuah produk
yang akan membahayakan hidup dan kesehatan mereka.

● Merujuk kepada tradisi common law di Inggris privity of contract didefinisikan sebagai “No
one, they declared, may be entitled to or bound by the terms of a contract to which he is not a
n origin party”. Doktrin ini menyatakan Pelaku Usaha mempunyai kewajiban untuk melindun
gi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubu
ngan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan diluar hal-hal yang diperjanjikan. Deng
an demikian konsumen dapat menggugat berdasarkan wanprestasi. Dengan demikian konsum
en dapat menggugat berdasarkan wanprestasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 13
40 KUHPerdata yang menyatakan tentang ruang lingkup berlakunya perjanjian hanyalah anta
ra pihak-pihak yang membuat perjanjian saja. Lemahnya posisi Konsumen dalam prinsip The
Privity of Contact yang mensyaratkan bahwa suatu kontrak sebagi dasar gugatan Konsumen k
epada Pelaku Usaha yang merugikannya maka lahirlah sebuah prinsip anti-tesa dimana kontra
k bukan lagi merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu hubungan hukum antara K
onsumen dan Pelaku Usaha. Sekalipun ada pandangan yang menyatakan prinsip kontrak buka
n syarat hanya berlaku untuk objek transaksi berupa barang. Sebaliknya, kontrak selalu dipers
yaratkan untuk transaksi konsumen dibidang jasa.

4. Asas – asas perlindungan konsumen sebagaimana Pasal 2 Undang- Undang 8 Tahun 1999 Te
ntang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut:
● a. Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelengg
araan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar – besarnya bagi kepentinga
n konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan;
● b. Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat Indonesia diwujudkan secara m
aksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;
● c. Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan ko
nsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual;
● d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaat
an barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
● e. Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hu
kum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.

5. • a. Menurut Pasal 1 angka 2 UUPK: Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
● b. Pelaku Usaha dapat ditemukan dalam UUPK adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan ber
kedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum dalam wilayah hukum Negara Rrp
ublik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan ke
giatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pelaku Usaha yang dimaksud dalam undang-un
dang ini tidak dibatasi hanya pabrikan saja, melainkan juga para distributor beserta jaringanny
a, ,importer dan BUMN.
● c. Masyarakat Ekonomi Eropa (mee) adalah european economic community/EEC yaitu kelom
pok perdagangan enam negara, yaitu Belgia, Prancis, Jerman, Italia, Luxemburg, dan Belanda
yang bertujuan menggabungkan negara peserta menjadi satu unit ekonomi tanpa bea, tanpa ku
ota, dan dengan satu struktur tarif tunggal terhadap negara bukan anggota.

Anda mungkin juga menyukai