Anda di halaman 1dari 5

Kuis Pertemuan 2

Nabila Hasna Fakhira


10040019062
Kelas C
Hukum Perlindungan Konsumen

1. Jelaskan faktor-faktor apa yang menyebabkan lemahnya daya tawar konsumen!

2. Jelaskan perbedaan dari doktrin caveat emptor dan caveat venditor, yang mana merupakan
doktrin memberi pelrindungan kepada konsumen, jelaskan !

3. Silahkan jelaskan mengenai:

a. due care theory,

b. privity of contract & hubungannya doktrin kontrak bukan syarat;

4. Jelaskan mengenai asas-asas yang terdapat dalam UUPK!

5. Jelaskan mengenai

a. Terminologi Konsumen yang ada dalam UUPK; dan

b. Kriteria Pelaku Usaha yang ada dalam UUPK dan European Economic Community!

Jawaban:

1. Terjadi perubahan konsep pemasaran yang dipandang menjadi suatu strategi pemasaran secara
global yang berubah dari waktu kewaktu, diantaranya yaitu konsep pemasaran yang pada
awalnya memfokuskan pada produk yang lebih baik berdasarkan pada standar dan nilai internal,
dekade enampuluhan fokus pemasaran dialihkan dari produk kepada pelanggan, serta perubahan
konsep pemasaran menjadi konsep strategi yang mengubah fokus pemasaran dari pelanggan atau
produk kepada pelanggan dalam konteks lingkungan yang lebih luas. Perubahan dan pergeseran
konsep tersebut didorong yang oleh revolusi industri2 menempatkan Konsumen menjadi objek
dalam usaha Pelaku Usaha untuk melakukan perluasan pemasaran. Akibatnya terjadi perubahan
pola interaksi hubungan dari yang tradisional menjadi modern. Rangkaian kegiatan hubungan
antara Pelaku Usaha dan Konsumen merupakan perbuatan hukum yang memiliki akibat hukum
kepada para pihak. Kegiatan tersebut dimanfaatkan oleh Pelaku Usaha dengan dibuatnya sistem
distribusi dan penawaran produk yang efektif serta efisien untuk mencapai sasaran usaha.
Hubungan tersebut bersifat massal karena juga adanya permintaan dari Konsumen yang
meningkat sehingga Pelaku Usaha dituntut untuk meningkatkan produktivitas yang akan
berdampak kepada mutu produk, standar suatu produk, cara produksi, syarat kesehatan, syarat
pengemasan, sayarat lingkungan dan sebagainya dengan menomor duakan kepentingan
Konsumen, sehingga Konsumen sering tidak memiliki posisi tawar yang memadai untuk
melakukan evaluasi terhadap produk barang dan jasa yang diterimanya. Dan konsumen
dihadapkan kepada tantangan untuk memahami sepenuhnya penggunaan produk-produk canggih
yang tersedia dengan segala keterbatasan akses dan informasi, serta metode periklanan modern
cenderung melakukan disinformasi kepada konsumen daripada memberikan informasi secara
objektif membuka peluang besar kepada para Pelaku Usaha untuk mengadakan praktik bisnis
negatif.

2. Caveat emptor merupakan doktrin yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pelaku usaha,
konsumen sendiri yang harus memikirkan dan bertanggung jawab atas perlindungan terhadap
kepentingannya, karena diasumsikan Pelaku Usaha dan Konsumen adalah dua pihak yang
seimbang dalam perjanjian jual-beli sehingga tidak perlu ada proteksi apa pun bagi pihak
Konsumen.

Caveat venditor merupakan doktrin yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pelaku usaha,
bahwa “penjual” harus beritikad baik dan bertanggung jawab dalam menjual produknya kepada
pembeli atau konsumen.

Doktrin yang memberikan perlindungan terhadap konsumen yaitu Caveat venditor.

3.
A. Due Care Theory

Teori ini menyatakan bahwa kewajiban para Pelaku Usaha terhadap konsumen didasari pada
gagasan bahwa konsumen dan Pelaku Usaha atau merupakan posisi yang tidak seimbang dalam
suatu perjanjian. Dalam kondisi ini kepentingan Konsumen secara khusus sangat rentan untuk
disalahgunakan oleh para Pelaku Usaha, karena mereka memiliki pengetahuan dan keahlian
mengenai barang komoditi yang dijual. Di lain sisi Konsumen tidak memiliki pengetahuan dan
keahlian mengenai produk yang akan mereka beli. Oleh karena para Pelaku Usaha berada dalam
posisi yang menguntungkan, mereka memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian yang
khusus untuk menjamin kepantingan Konsumen untuk tidak disalahgunakan. Konsumen sangat
bergantung pada keahlian para Pelaku Usaha.

B. Privity of Contract dan Kontrak Bukan syarat

Doktrin ini menyatakan Pelaku Usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi
hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual.
Pelaku usaha tidak dapat disalahkan diluar hal-hal yang diperjanjikan. Dengan demikian
konsumen dapat menggugat berdasarkan wanprestasi

4. Asas-asas dalam Hukum Perlindungan Konsumen

- Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam


penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar – besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan;
- Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat Indonesia diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;
- Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual;
- Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk memberikan jaminan
atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
- Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum.

5.

A. Terminologi Konsumen yang ada dalam UUPK

Sebagai definisi yuridis ditemukan dalam UUPK adalah setiap orang, pemakai barang dan/atau
jasa, yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain,
maupun mahluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.

B. Kriteria Pelaku Usaha yang ada dalam UUPK dan European Economic Community

Pelaku Usaha dapat ditemukan dalam UUPK adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum dalam wilayah hukum Negara
Rrpublik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Merujuk kepada European Economic Community, pengertian Pelaku Usaha meliputi:

- Pihak yang menghasilkan produk akhir berupa barang-barang manufaktur;


- Produsen bahan mentah atau koponen produk;
- Siapa saja yang membubuhkan nama, merek ataupun tanda-tanda lain pada produk,
sehingga menampakan dirinya sebagai produsen suatu produk;
- Siapapun yang mengimpor produk ke European Economic Community;
- Pedagang/penyalur yang mengedarkan barang yang tidak jelas identitas produsennya,
bertanggung jawab atas barang tersebut, dmikian juga timbul atas imporir yang tidak
jelas identitasnya.

Anda mungkin juga menyukai