Anda di halaman 1dari 8

Jeanita Fiona Dhiviani/190424907

Summary

“ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN KONSUMEN”

1. Pasar dan Perlindungan Konsumen


Dalam konsep pendekatan pasar persaingan bebas, pasar bebas mendukung
alokasi penggunaan, dan distribusi barang-barang yang dalam artian tertentu secara adil,
mengharagai hak dan kewajiban serta nilaiutilitas maksimum bagi para pengguna pasar
atau yang berpartisipasi dalam pasar. Dari uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa
dalam pasar, perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh keinginan dari paa konsumen.
Produsen yang mampu memenuhi keinginan para kosumen akan memperoleh insentif
dengan kenaikan tingkat penjualan produknya dan begitu pula sebaliknya.

“Konsumen, dengan cita rasa mereka yang diekspresikandalam pilihan atas produk,
mengarahkan bagaimana sumberdaya masyarakata disalurkan.”

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam pasar perlindunan konsumen
adalah suatu komoditi yang amat penting yang menjadi perhatian dan prioritas dari para
produsen. Produk yang yang lebih aman akan menjadi preferensi oleh konsumen dimana
para konsumen berani membayar lebih untuk itu.
Tujuh karateristik pasar yang mampu memberikan keuntungan yang secarautuh terhadap
konsumen, antara lain:
1) Banyak pembeli dan penjual
2) Semua orang bebas keluar masuk pasar
3) Semua orang memiliki informasi yang lengkap
4) Semua barang di pasar sama
5) Tidak ada biaya ekternal
6) Semua pembeli dan penjual adalah pemaksimalan utilitas
7) Pasar tidak diatur

Namun pada orientasinya, kondisi pasar tidaklah tergambar sedemikian adanya,


contoh pada point c, tidak semua orang memiliki informasi yang relevan terhadap
kegunaan barang yang dibeli ataupun akibat-akibat yang mungkin terjadi akibat
pemakaian produk tersebut.
Fakta lain adalah masalah yang terdapat pada option a, yaitu banyaknya para penjual
dan pembeli di pasar. Hal ini memang benar adanya, tetapi ada beberapa hal yang tidak
bisa diabaikan dengan menutup mata bahwa sebagian besar pasar adalah pasar yang
bersifat monopoli atau oligoli. Hal ini yang menjadi penyangkal bahwa terjadi pasar.

2. Pandangan Kontrak Kewajiban Produsen Terhadap Konsumen


Menurut pandangan kontraktual tentang usaha bisnis terhadap konsumen,
hubungan antara perusahaan dan konsumen merupakan hubungan kontraktual,dan
kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan dalam
hubungan kontraktual. Teori kontraktual kewajiban perusahaan terhadap konsumen
mengklaim bahwa prusahaan memiliki empat kewajiban moral utama:
 Mematuhi isi perjanjian penjualan dan kewajiban sekunder
 Memahami sifat produk
 Menghindari misrepresentasi
 Menghindari penggunaan atau paksaan atau pengaruh
 Kewajiban Untuk Mematuhi
Kewajiban moral paling dasar perusahaan terhadap konsumen menurut pandangan
kontrak adalah kewajiban untuk memberikan suatu produk dengan karateristik persis seperti
yang dinyatakan perusahaan, yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan
sukarela dan yang membentuk pemahaman konsumen tentang apa yang disetujui akan
dibelinya. Selain itu kewajiban tambahan yang harus di berikan oleh para produsen adalah
pihak produsen berkewajiban memenuhi klaim yang di buatnyatentang prduk tersebut,
maksudnya para produsen berkewajiban memastikan bahwa informasi kegunaan produk telah
sampai dan sesuai dengan interpretasi yang diharapkan pada polapikir konsumen sehingga
tidak terjadi salah arti.
Klaim terbuka atau klaim tidak langsung yang dimaksud adalah bahwa produk yang
diberikan oleh para produsen terhadap konsumen telah memenuhi kualitas beberapa factor
yang mencakup:
 Reliabilitas atau keandalan
 Masa penggunaan
 Kemudahan pemeliharaan
 Keamanan

Faktor reliabilitas.
Klaim ini mengacu pada tingkat probabilitas keefektifan produk akan berfungsi
seperti yang diharapkan konsumen. Penggunaan. Klaim ini mengacu pada periode
dimana suatu produk berfungsi secara efektifseperti yang telah diharapkan oleh
konsumen. Fakor kemudahan pemeliharaan. Klaim ini berkaitan tentang bagaimana cara
memperbaiki suatu produk dan menjaganya agar tetap berfungsi dengan baik. Faktor
Keamanan produk. Klaim ini berorientasi padatingkat resiko ynag berkaitang dengan
penggunaan suatu produk.
Kewajiban Untuk Mengungkapkan
Pada dasarnya suatu perjanjian tidak dapat mengikat jika hanya pihak-pihak yng
terkait mengetahui atas apa yang mereka lakukan dan melakukannya dengan sukarela.
Hal ini mengimplikasikan bahwa penjual yang membuat penjanjian dengan konsumen
haruslah mengungkapkan dengan tepat apa yang akan dibeli oleh para konsumen dan apa
saja syarat penjualannya. Pada tingkat minimum standart dapat diartikan bahwa produsen
atau penjual berkewajiban untuk mengungkapkan secar jelas tentang deskripsi produk
yang nantinya dapat di jadikan gambaran oleh konsumen sebagai pertimbangan yang
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut.
Kewajiban Untuk Tidak Memberikan Gambaran Yang Salah
Dalam hal ini produsen berkewajiban untuk tidka melakukan misrepresentasi
terhadap penggambaran produk sehingga menyebabkan kesalahan pemahaman oleh
konsumen yang berpengaruh pada pengambilan keputusan konsumen untuk membeli
barang tersebut.
Kewajiban Untuk Tidak Memaksa
Kewajiban ini menititikberatkan pada produsen untuk tidak memberikan tekanan
secara emosional sehingga menimbulkan pemikiran yang tidak rasional pada benar
konsumen dan akhirnya menyebabkan konsumen membeli produk tersebut tanpa adanya
tingkat kebutuhan yang relevan.
Kelemahan Teori Kontraktual
Kelemahan teri kontrktual ini diasumsikan bahwa tidak ada mata rantai yang
secara langsung terhubung antara produsen dan konsumen. Hal ini didasari bahwa mata
rantai antara produsen dan para konsumen terputus oleh distributor sehingga tidak dapat
diklaim bahwa produsen secara langsung dapat membuat dengan para konsumennya.
Kelemahan kedua adalah bahwa dalam keputusan pembelian barang tersebut, para
konsumen tidak selalu menggunakan pertimbangan atas nilai manfaaat dari produk
tersebut, sehingga hal ini dapat membebaskan para produsen dalam
mempertanggungjawabkan nilai utilitas barang tersebut.
Kelemahan ketiga. Dalam suatu perjanjian maka disyaratkan bahwa kedudukan
antara produsen atau penjual dengan para konsumen adalah sejajar, tapi dalam
kenyataannya tidaklah sepeti itu. Kedudukan sejajar diartikan bahwa kedua belah pihak
memiliki keahlian yang sama dalam melakukan penilaian terhadap barang tersebut.
Masalah yang terjadi adalah pada sisi konsumen dimana konsumen tidaklah mengetahui
secara utuh terhadap produk tersebut, sehingga menyebabkan konsumen cenderung tidak
memilki waktu untuk melakukan pengolahan informasi tentang produk tersebut sehingga
keputusan yang dibuat untuk membeli barang tersebut menjadi tidak berdasar.

3. Teori Due Care


Teori due care ini menjelaskan bagaimana produsn bertindak dalm menjalankan
kewajibanya terhadap hak-hak konsumen mengingat bahwa produsen memiliki posisi
yang lebih menguntungkan dibandingkan konsumen, sehingga kewajiban produsen disini
adalah bahwa produsen menjamin kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk
yang ditawarkan.
Pandangan ini mengasumsikan bahwa produsen yang lebih memilki keahlian dan
keuntungan, harus memberikan suatu produk yang sesuai dengan klaim yang dibuat dan
memastikan bahwa tidak ada konsumen yang terluka ats penggunaan produk tersebut.
Oleh karena itu jika produsen gagal dalam melakukan kewajiban tersebut, maka produsen
dianggap lalai dalam melakukan tugasnya memberikan perhatian terhadapkonsumen yang
harusnya hal itu dapat dilakukan secara utuh. Untuk menghindari hal itu, maka produsen
harus melakukan tindakan preventif terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin
menyebabkan hasil produksi tersebut menjadi tidak secara utuh memiliki nilai utilitas
yang telah di klaim oleh produsen. Adapun tindakan preventif tersebut dapat berupa
memasukkan perhatian pada desain produk, proses pembuatan, proses kendali mutu yang
dipakai untuk menguji dan mengawasi produksi, serta peringatan, label, dan instruksi
yang ditempelkan pada label. Tidak berhenti samapi disitu, perhatian produsen juga di
tujukan pada saat terjadinya pengeluaran barang dari parbrik dan memastikan barang
tersebut dalam kondisi yang tetap dan utuh secara kualitas dan bentuk fisiknya. Terlepas
dari jangkauan produsen, para produsen juga berkewajiban memantau aktivitas dari
distribusi dan memberikan penjelasan mengenai bagaimana melakukan perawatan
terhadap barang tersebut sehingga tidak mengalami pengurangan nilai kualitas.
“Prinsip ini menitikberatkan pada perspektif nilai moral memberi perhatian, dimana
seseorang harus memberikan perhatian khusus terhadap orang lain yang memiliki
hubungan, khususnya hubungan ketergantungan, layaknya seperti seorang ibu dan
anaknya.”

4. Pandangan Biaya Sosial Tentang Kewajiban Perusahaan


5. Pandangan biaya sosial ini muncul dari adanya sisi pertanggung jawaban yang hadir
dalam sisi produsen terhadap kecelakaan yang mungkin terjadi pada konsumen akibat
penggunaan barang. Teori ini membahas bagaimana biaya yang timbul dari
pertanggungjawaban tersebut yang nantinya akan ditanggungkan pada konsumen melalui
biaya sosial dan kemdian di internalisasikan terhadap harga barang. Pandangan ini
menganggap bahwa teori biaya sosial akan mengarahkan pada titik keefektifan dalam
penggunaan sumberdaya. pendapat tersebut didukung oleh beberapa argument antara
lain:
1) Harga jual yang ada akan merefleksikan semua jumlah biaya yang ada dan kekeuatan
pasar akan menunjukkan tingkat dimana konsumen mampu menyerapnya sehingga
produsen tidak overload dalam memproduksinya dan sumber daya yang digunakan lebih
efesien.
2) Karena produsen akan menanggung biaya tersebut maka produsen akan secara otomatis
memberikan perhatian khusu terhadap produknya yang menyebabkan berkurangnya
tingkat kecelakaan
3) Internalisasi biaya sosial tersebut akan memungkinkan produsen untuk mendistribusikan
beban tersebut sama rata pada konsumen sehingga tidak di tanggung oleh satu
konsumen yang tidak harusnya menanggung secara utuh.
Masalah dengan Pandangan Sosial
Beberapa kritik tentang pandangan sosial dijelaskan sebagai berikut:
1) Biaya sosial tidak menerapkan prinsip keadilan, dimana biaya ini hanya berfokus pada
tanggung jawab secara parsial yaitu perusahaan. Dalam sisi lain penggambaran biaya
sosial yang di internalisasikan mengasumsikan dimana biaya sosial ini akan di bebankan
pada semua konsmen yang membeli produk tersebut yang pada faktanya tidak semua
konsumen menikmati biaya tersebut dikarenakan tidak semua konsumen mengalami
kecelakaan terhadap penggunaan barang tersebut.
2) Membebankan semua biaya sosial akan dianggap mengurangi kecelakaan, asumsi ini
dinilai keliru, karena dengan begitu, konsumen akan merasa tidak menanggung biaya
tersebut,sehingga konsumen akan menjadi semakin ceroboh.
3) Tingginya nilai ganti rugi yang diajukan oleh konsumen atas kecelakaan penggunaan
produk terlepas dari unsure kesalahan perusahaan atau kecerobohan konsumen akan
menyebabkan kerugian yang besar pada sisi produsen

6. ETIKA IKLAN
Definisi Iklan
Iklan adalah suatu media penyampaian informasi secara public tentang suatu hal atau
barang yang yang akan dijual atau di promosikan kepada konsumen.
Pengaruh Sosial Iklan
Iklan memberikan pengaruh secara psikologi yaitu bahwa iklan secara tidak langsung
merendahkan citarasa public dengan memberikan tampilan iklan yang menjengkelkan
atau secara estetis tidak menyenangkan. Hal ini diharapkan mampu mencolok dan
menarik perhatian dari konsumen
Kedua, bahwa iklan memberikan kesan merendahkan citarasa public dengan secara halus
memberikan gambaran bagaimana seseorang dapat mencapai kebahagiaan yang pada
kenyataannya tidak selalu benar bebas yang mampu menciptakn keadilan bagi para
konsumen.

Definisi
Iklan komersial kadang di definisikan sebagai salah satu bentuk “informasi” dan
memasang iklan adalah “yang memberi informasi”. Implikasinya, fungsi iklan adalah
untuk memberikan informasi kepada konsumen. Akan tetapi,definisi ini tidak dapat
membedakan antara iklan dengan, misalanya, publikasi lain seperti Cunsumer Reports,
yang membandingkan, menguji, dan mengevaluasi secara objektif daya tahan, tingkat
keamanan, kerusakan, dan kegunaan berbagai produk.
Iklan sering tidak memuat banayak informasi objektif karena alasan yang sederhana,
yaitu bahwa fungsi utamanya bukan untuk memberikan informasi yang tidak bias. Dan
fungsi sesungguhnya adalah untuk menjual sebuah produk kepada para calon pembeli,
dan apa pun informasi yang dibawa iklan tersebut sifatnya hanya sebagai tambahan dari
fungsi dasar dan biasnya informasi tersebut dtentukan oleh fungsi dasar.
Pertama, iklan ditujukan pada khalayak ramai, yang berbeda dari pesan yang
disampaikan pada individu. Karena sifat publik tersebut, iklan bisa dipastikan memiliki
pengaruh-pengaruh sosial yang luas.
Kedua, iklan dimaksudkan untuk mendorong sebagian orang yang melihat atau
membacanya untuk membeli produk yang dimaksud. Iklan dikatakan untuk memenuhi
tujuan itu dalam dua cara: (a) dengan menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk
membeli produk yang dimaksud, dan (b) dengan menciptakan keyakinan dalam diri
konsumen bahwa produk tersebut merupakan sarana untuk memenuhi keinginan yang
telah ada dalam diri konsumen.
Pembahasan tentang aspek-aspek etis dari iklan dapat dikelompokkan menurut sejumlah
karakteristik yang ditunjukkan sebelumnya: pengaruh sosial, pembentukan keinginan
dalam diri kosumen, dan pengaruhnya pada keyakinan konsumen.

Pengaruh Sosial Iklan


Pengaruh Psikologis Iklan. Satu kritik yang biasa di ajukan adalah iklan merendahkan
citrarasa publik dengan cara menyajikan tampilan-tampilan yang menjengkelkan dan
secara estetis tidak menyenangkan. Jadi, agar bisa dipahami oleh orang-orang yang
paling bodoh, iklan haruslah membosankan, hambar, dan menghina inteligensi orang
yang melihatnya. Meskipun berbagai kritik semacam itu mungkin akurat, namun
tampaknya tidak menciptakan masalah-masalah etis penting. Yang lebih tajam adalah
kritik bahwa iklan merendahkan citrarasa konsumen dengan secara bertahap dan tidak
kentara menanamkan nilai-nilai dan gagasan materialistik tentang bagaimana
kebahagiaan bisa dicapai. Akibatnya, usaha pribadi dialihkan dari tujuan dan sasaran
”nonmaterialistik”, yang dalam hal ini lebih mampu meningkatkan kebahagiaan, dan
disalurkan ke konsumsi material.
Namun demikian, kelemahan kritik ini adalah masih belum pasti apakah iklan benar-
benar memberikan pengaruh psikologis yang luas seperti yang dikatakan. Keyakinan dan
sikap seseorang adalah hal yang sangat sulit diubah tanpa adanya kesediaan untuk
menerima pesan yang ditawarkan. Jadi, keberhasilan iklan mungkin lebih bergantung
pada daya tariknya pada nilai-nilai yang sesungguhnya telah dimiliki konsumen
dibandingkan pada kemampuan iklan untuk menanamkan nilai-nilai baru.
Iklan dan Pemborosan. Kritik kedua terhadap iklan adalah anggapan bahwa iklan
merupakan pemborosan. Pakar ekonomi kadang membedakan antara biaya produksi
dengan biaya penjualan. Biaya produksi adalah biaya sumber daya yang digunakan
memproduksi atau meningkatkan kualitas suatu produk. Biaya penjualan adalah biaya
tambahan atau sumber daya yang tidak ditujukan untuk mengubah produk, namun
diinvestasikan pada usaha-usaha untuk membujuk calon konsumen agar membeli produk
tersebut. Sumber daya ini, kata mereka, “terbuang sia-sia” karena digunakan tanpa
memberikan tambahan kegunaan dalam hal apa pun.
Satu jawaban yang diberikan pada argumen ini adalah iklan menghasilkan sesuatu: iklan
menghasilkan dan menyampaikan informasi tentang ketersediaan dan karakteristik
produk.
Tanggapan lain yang lebih persuasif terhadap argumen tersebut adalah iklan berperan
menciptakan kenaikan permintaan yang menguntungkan atas semua produk.
Iklan dan kekuatan pasar. Selama beberapa dekade, Nicholas Kaldor dan sejumlah
penulis lain menyatakan bahwa usaha iklan yang masif dari perusahaan-perusahaan
modern memungkinkan mereka mencapai dan mempertahankan monopoli (oligopoli)
atas pasar.
Namun demikian, apakah ada hubungan antara iklan dengan kekuatan pasar ? jika iklan
benar-benar menaikan biaya untuk konsumen dengan menciptakan pasar monopoli, maka
harus ada keterkaitan statistik antara jumlah pengeluaran untuk iklan dari suatu industri
dengan tingkat konsentrasi pasar dari industri yang bersangkutan.
Kritik terhadap iklan yang didasarkan pada pengaruh-pengaruh sosial iklan juga belum
sampai pada kesimpulan yang pasti. Alasannya sederhana : masih belum diketahui
apakah iklan berkemampuan memnghasilkan pengaruh-pengaruh yang diasumsikan oleh
kritik tersebut.

Iklan dan pembentukan keinginan konsumen


John K.Galbraith dan yang lain telah lama menyatakan bahwa iklan bersifat manipulatif :
Iklan dimaksudkan untuk menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk tujuan
penyerapan output industri. Pengaruh dari manajemen permintaan melalui iklan ini
adalah mengalihkan fokus keputusan untuk membeli barang-barang yang dalam hal ini
bukan merupakan kewenangan perusahaan, tapi kewenangan konsumen. Jika pandangan
galbeirth benar, maka iklan melanggar hak individu untuk memilih bagi dirinya sendiri :
iklan memanipulasi konsumen. Masih belum jelas apakah argumen galbraith benar, juga
masaih belum jelas apakah keinginan-keinginan psikis dapat dimanipulasi oleh iklan
dalam cara-cara yang diasumsikan argumen galbraith. Lebih jauh lagi, seperti yang
dikatakan F.A. VON Hayek dan yang lainnya “penciptaan” keinginan psikis tidak
muncul dari iklan. Akan tetapi, meskipun masih belum jelas apakah iklan secara
keseluruhan memiliki pengaruh-pengaruh manipulatif yang masih seperti yang dikatakan
galbraith, tapi jelas bahwa sebagian iklan memang setidaknya dimaksudkan untuk
memanipulasi. Suppa Corporration di fallbrook, California, Misalnya, secara singkat
menguji iklan-iklan permen yang dicetak diatas kertas dimana kata Buy (membeli) ditulis
agar masuk dalam pikiran konsumen tanpa disadari kecuali jika kita benar-benar
memperhatikannya.

Iklan dan Pengaruhnya Pada Keyakinan Konsumen.


Kritik paling umum terhadap iklan berkaitan dengan pengaruh iklan pada keyakinan
konsumen. Iklan menipu seperti ini memiliki beberapa bentuk. Sebuah iklan mungkin
memberikan gambaran yang salah atas suatu produk dengan menggunakan rekayasa,
pernyataan para ahli yang tidak benar, menyisipkan kata dijamin, padahal tidak ada yang
dijamin, menuliskan harga yang tidak benar tidak menunjukkan cacat dalam produk,
meremehkan produk pesaingnya, atau menggunakan nama merk yang mirip dengan nama
yang telah terkenal.
Tradisi etis telah lama mengecam penipuan dalam iklan karena dianggap melanggar hak
konsumen untuk memilih bagi dirinya sendiri (Argumen Kant) dan karena menciptakan
ketidakpercayaan publik atas iklan sehingga meniadakan utilitas iklan bahkan bentuk-
bentuk komunikasi lain (Argumen Utilitian). Semua komunikasi melibatkan 3 aspek : a).
Orang yang menciptakan komunikasi, b) media yang menyampaikan komunikasi, c)
penerima komunikasi. Pencipta Komunikasi. Penipuan atau kecurangan melibatkan 3
kondisi berikut ini. Dalam diri orang yang menciptakan komunikasi : a) dia berkeinginan
agar penerimanya meyakini sesuatu yang salah, b) dia mengetahui bahwa itu salah, dan c)
dia secara sadar melakukan sesuatu yang mendorong penerima komunikasi meyakini
sesuatu yang salah. Media, Sebagian tanggung jawab untuk menyatakan kebenaran dalam
iklan terletak pada media yang memuat iklan tersebut. Penerima, arti yang diberikan pada
sebuah pesan sebagian tergantung pada kemampuan orang yang menerima pesan.
Dipertimbangkan saat menentukan sifat etis dari sebuah iklan :
a) Pengaruh sosial
b) Pengaruh pada keinginan
c) Pengaruh pada keyakinan

Privasi konsumen
Hak privasi didefinisikan sebagai hak seseorang untuk memutuskan apa, pada siapa, dan
berapa banyak informasi tentang dirinya yang boleh diungkapkan pada orang lain. Secara
umum, hak untuk memperoleh privasi adalah hak untuk tidak diganggu. Kita tidak akan
membahas karakterisasi luas dari hak tersebut, namun memfokuskan pada privasi sebagai
hak seseorang agar orang lain tidak memata-matai kehidupan pribadinya.
Ada dua jenis privasi : psikologis dan fisik. Privasi psikologis adalah privasi ysng
berkaitan dengan kehidupan diri seseorang, yang diantaranya termasuk pikiran dan
rencana, keyakinan dan nilai-nilai pribadi, perasaan, dan keinginan sedangkan privasi
fisik berkaitan dengan aktivitas fisik seseorang, karna kehidupan diri seseorang
ditunjukkan oleh aktifitas dan ekspresi fisik, maka privasi fisik juga penting ; sebagian
karena merupakan cara untuk melindungi privasi psikologis.
Beberapa pertimbangan diusulkan sebagai kunci untuk menyeimbangkan kebutuhan
bisnis dengan hak privasi, diantaranya :
a. Relevansi, database yang memuat informasi tentang konsumen selayaknya hanya
mencakup informasi yang relevan dengan tujuan penggunaannya.
b. Pemberitahuan, pihak-pihak yang mengumpulkan informasi tentang konsumen
perlu memberitahu konsumen bahwa mereka bertugas mengumpulkan informasi
dan memberitahu konsumen tentang tujuan pengumpulan informasi tersebut.
c. Persetujuan, suatu lembaga hanya boleh mengumpulkan informasi tentang
seseorang jika orang tersebut secara eksplisit ataupun inplisit setuju untuk
memberikan informasi dan hanya jika informasi tersebut dipakai untuk tujuan
seperti yang telah disetujuinya.
d. Ketepatan, agen yang mengumpulkan informasi tentang seseorang perlu
melakukan langkah-langkah tertentu untuk menjamin bahwa informasi yang
mereka peroleh adalah akurat dan apabila ada yang tidak benar mereka perlu
membetulkannya
e. Tujuan, mengumpulkan informasi teentang konsumen tertentu haruslah sah
f. Penerima dan keamanan

Anda mungkin juga menyukai