Anda di halaman 1dari 11

MODEL DALAM ETIKA BISNIS, SUMBER NILAI

ETIKA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL

Dosen

: Bani Zamzani, SE., MM.

Nama Anggota

: Andree Maulana Yusuf


Rifqi Ramadhan
Syah Rochman
Stanislaus Yoseph T. K.
Trias Prasetyo

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2016

MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER NILAI ETIKA


DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA
MANAJERIAL

A.

Pasar dan Perlindungan Konsumen


Banyak orang yang percaya bahwa konsumen secara otomatis
terlindungi dari kerugian dengan adanya pasar yang bebas dan kompetitif
dan bahwa pemerintah atau para pelaku bisnis tidak mengambil langkah
langkah yang diperlukan untuk menghadapi masalah ini. Pasar bebas
mendukung alokasi , penggunaan, dan distribusi barang- barang yang
dalam artian tertentu, adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan
maksimum bagi orang- orang yang berpartisipasi dalam pasar. Lebih jauh
lagi, di pasar seperti ini, konsumen dikatakan berdaulat penuh. Saat
konsumen menginginkan dan bersedia membayar untuk suatu produk, para
penjual memperoleh insentif untuk memenuhi keinginan mereka. Seperti
yang dikatakan seorang penulis ekonomi ternama, konsumen , dengan
cita rasa mereka seperti yang diekspresikan dalam pilihan atas produk,
mengarahkan bagaimana sumberdaya masyarakat dislaurkan.
Dalam pendekatan pasar, terhadap perlindungan konsumen ,
keamanan konsumen dilihat sebagai produk yang paling efisien bila
disediakan melalui mekanisme pasar bebas di mana penjual memberikan
tanggapan terhadap permintaan konsumen. (Velazquez,2005: 317) . Dalam
teori, konsumen yang menginginkan informasi bisa mencarinya di
organisasi-organisasi seperti consumers union, yang berbisnis memperoleh
dan menjual informasi. Dengan kata lain, mekanisme pasar perlu
menciptakan pasar informasi konsumen jika itu yang diinginkan
konsumen.( Velazquez,2005: 319).
Adapun kewajiban konsumen untuk melindungi kepentingannya
ataupun produsen yang melindungi kepentingan konsumen, sejumlah teori

berbeda tentang tugas etis produsen telah dikembangkan , masing- masing


menekankan keseimbangan yang berbeda antara kewajiban konsumen
pada diri mereka sendiri dengan kewajiban produesn pada konsumen
meliputi pandangan kontrak, pandangan due care dan pandangan biaya
sosial.

1.

Pandangan kontrak kewajiban produsen terhadap konsumen


Menurut pandangan kontrak tentang tugas usaha bisnis terhadap
konsumen, hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada
dasarnya merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral
perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan dalam
hubungan kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat
konsumen membeli sebuah produk, konsumen secara sukarela
menyetujui kontrak penjualan dengan perusahaan. Pihak perusahaan
secara sukarela dan sadar setuju untuk memberikan sebuah produk
pada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan konsumen juga
dengan sukarela dan sadar setuju membayar sejumlah uang pada
perusahaan untuk produk tersebut. Karena telah sukarela menyetujui
perjanjian tersebut, pihak perusahaan berkewajiban memberikan
produk sesuai dengan karakteristik yang dimaksud. Teori kontrak
tentang tugas perusahaan kepada konsumen didasarkan pada
pandangan bahwa kontrak adalah sebuah perjanjian bebas yang
mewajibkan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan isi persetujuan.
Teori ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki empat
kewajiban moral utama: kewajiban dasar untuk mematuhi isi
perjanjian penjualan, dan kewajiban untuk memahami sifat produk ,
menghindari misrepesentasi, dan menghindari penggunaan paksaan
atau

pengaruh.

Dengan

bertindak

sesuai

kewajiban-

kewajiban tersebut, perusahaan berartim menghormati hak konsumen


untuk diperlakukan sebagai individu yang bebas dan sederajat atau
dengan kata lain,sesuai dengan hak mereka untuk memperoleh

perlakuan yang mereka setuju untuk dikenakan pada mereka.


(Velazquez,2005: 321-323). Meskipun demikian, teori kontraktual
mempunyai kelemahan diantaranya. Pertama, teori ini secara tidak
realistis mengasumsikan bahwa perusahaan melakukan perjanjian
secara langsung dengan konsumen. Kedua, teori ini difokuskan pada
fakta bahwa sebuah kontrak sama dengan bermata dua. Jika konsumen
dengan sukarela setuju untuk membeli sebuah produk dengan kualitaskualitas tertentu , maka dia bisa setuju untuk membeli sebuah produk
tanpa kualitas-kualitas tersebut. Atau dengan kata lain, kebebasan
kontrak memungkinkan perusahaan dibebaskan dari kewajiban
kontrak dengan secara eksplisit menyangkal bahwa produk yang dijual
bisa diandalkan,bisa diperbaiki, aman dan sebagainya.
Jadi, teori kontrak ini mengimplikasikan bahwa jika konsumen
memiliki banyak kesempatan untuk memeriksa produk, beserta
pernyataan penolakan jaminan dan dengan sukarela menyetujuinya,
maka diasumsikan bertanggungjawab atas cacat atau kerusakan yang
disebutkan dalam pernyataan penolakan, serta semua karusakan yang
mungkin terlewati saat memeriksanya. Ketiga, asumsi penjual dan
pembeli adalah sama dalam perjanjian penjualan. Kedua belah pihak
harus mengetahui apa yang mereka lakukan dan tidak ada yang
memaksa . Kenyataanya, pembeli dan penjual tidak sejajar/ setara
seperti yang diasumsikan .Seorang konsumen yang harus membeli
ratusan jenis komoditas tidak bisa berharap mengetahui segala sesuatu
tentang semua produk tersebut seperti produsen yang khusus
memproduksi produk. Konsumen tidak memiliki keahlian ataupun
waktu untuk memperoleh dan memproses informasi untuk dipakai
sebagai dasar membuat keputusan.

B.

Etika Iklan
Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitasaktivitas yang lewatnya pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada
khalayak dengan maksud menginformasikan atau memengaruhi mereka
untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan
tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusiinstitusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut. Untuk
membuat konsumen tertarik, iklan harus dibuat menarik bahkan kadang
dramatis. Tapi iklan tidak diterima oleh target tertentu (langsung). Iklan
dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui media massa komunikasi
iklan akan diterima oleh semua orang: semua usia, golongan, suku, dsb).
Sehingga iklan harus memiliki etika, baik moral maupun bisnis.
Masalah moral dalam iklan muncul ketika iklan kehilangan nilainilai informatifnya, dan menjadi semata-mata bersifat propaganda barang
dan jasa demi profit yang semakin tinggi dari para produsen barang dan
jasa

maupun

penyedia

jasa

iklan.

Padahal,

sebagaimana

juga

digarisbawahi oleh Britt, iklan sejak semula tidak bertujuan memperbudak


manusia untuk tergantung pada setuap barang dan jasa yang ditawarkan,
tetapi justru menjadi tuan atas diri serta uangnya, yang dengan bebas
menentukan untuk membeli, menunda atau menolak sama sekali barang
dan jasa yang ditawarkan. Hal terakhir ini yang justru menegaskan sekali
lagi tesis bahwa iklan bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan bagi
masyarkat.
Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam
iklan itu sendiri mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi
kritis masyarakat Indonesia tentang iklan yang dapat dipandang sebagai
kasus etika periklanan. Iklan mempunyai unsur promosi, merayu
konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli. Karena itu
bahasa periklanan mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi
yang utama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas
juga dari segi informatifnya). Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti

motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam
dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol
tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut

C.

Privasi Konsumen

D.

Multimedia Etika Bisnis


Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia.
Bisnis multimedia berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena
multimedia is the using of media variety to fulfill communications goals.
Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph, audio, video, and
animation. Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari
stasiun TV, koran, majalah, buku, radio,internet provider, event organizer,
advertising agency,dll. Multimedia memegang peranan penting dalam
penyebaran informasi produk salah satunya dapat terlihat dari iklan-iklan
yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya akan menjadi satu
kebiasaan populer. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif
sebagai pembentuk sirat konsumerisme.

Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:

Akuntabilitas

perusahaan,

di

dalamnya

termasukcorporate

governance, kebijakan keputusan, manajemen keuangan, produk dan


pemasaran serta kode etik.

Tanggung jawab sosial, yang merujuk pada peranan bisnis dalam


lingkungannya, pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagi
pekerja.

Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yang


memiliki andil dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, owners,
para eksekutif, pelanggan, supplier dan pesaing.

E.

Etika Produksi
Etika ini pada prinsipnya menngatur agar produksi yang dijual dapat
diniliai sebagai hasil yang etis dan layak dijual. Layak dijual karena
mengikuti criteria oenjualan yang sudah disesuaikan dengan kepentingan
pelanggan. kriteria produk yang etis adalah bahwasanya produk tersebut :
Dibuat atas dasar kejujuran produk, artinya bukan suatu yang palsu,
tapi etentik dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.

Takaran produk tidak boleh kurang dari keharusana atau standar


sehingga tidak merugikan konsumen.

2.

Pada produk tertentu atas kehendak konsumen produk harus resmi


atau bias dipergunakan bebas.

3.

Harga-harga produk tidak merupakan penipuan atau pemerasan.

4.

Konsumen diberi kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih produk


yang disukainya.

5.

Produk yang dikembalikan karena mengecewakan harus diterima dan


diganti produk serupa lebih baik.

F.

Pemanfaatan SDM
Langkah terakhir dari proses manajemen sumber daya manusia
adalah pemanfaatan tenaga kerja.Langkah ini pada dasarnya merupakan
upaya untuk memelihara tenaga kerja agar senantiasa sejalan dengan
perencanaan strategis perusahaan.Produktivitas, efektivitsas, dan efisiensi
merupakan kata kunci yang senantiasa diharapkan dapat diperlihatkan oleh
tenaga kerja.Perusahaan biasanya melakukan beberapa program untuk
tetap memastikan tenaga kerjanya senantiasa sesuai dengan perencanaan
strategis perusahaan, diantaranya :
1.

Promosi, Adalah proses pemindahan tenaga kerja ke posisi yang lebih


tinggi secara struktural dalam organisasi perusahaan, biasanya kita
sebut dengan istilah naik pangkat atau naik jabatan.

2.

Demosi, Atau penurunan tenaga kerja kepada bagian kerja yang lebih
rendah yang biasanya disebabkan karena adanya penurunan kualitas
tenaga kerja dalam pekerjaaannya.

3.

Transfer, Merupakan upaya untuk memindahkan tenaga kerja ke


bagian yang lain, yang diharapkan tenaga kerja tersebut bisa lebih
produktif setelah mengalami transfer.

4.

Separasi, Merupakan upaya perusahaan untuk melakukan pemindahan


lingkungan kerja tertentu dari tenaga kerja ke lingkungan yang lain,
biasanya dilakukan sekiranya terdapat konflik atau masalah yang
timbul dari tenaga kerja, dilakukan untuk meminimalkan atau
menghilangkan konflik tersebut sehingga tidak mengganggu jalanya
operasionalisasi perusahaan.

G.

Etika Kerja
Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh
seluruh karyawan perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan
kerja sehari-hari. Perusahaan dengan etika kerja yang baik akan memiliki
dan mengamalkan nilai-nilai, yakni : kejujuran, keterbukaan, loyalitas
kepada

perusahaan,

konsisten

pada

keputusan,

dedikasi

kepada

stakeholder, kerja sama yang baik, disiplin, dan bertanggung jawab.

H.

Hak-Hak Pekerja
Macam-Macam Hak Pekerja
1.

Hak Atas Pekerjaan, yaitu hak atas pekerjaan merupakan hak azasi
manusia, karena :
Kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dan

karena itu tidak bisa dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh
manusia.
Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia

merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun


hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi. Maka melalui

kerja manusia menjadi manusia, melalui kerja mamnusia


menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri.

2.

Hak atas upah yang adil, yaitu hak atas upah yang adil merupakan hak
legal yang diterima dan dituntut seseorang sejak ia mengikat diri
untuk bekerja pada suatu perusahaan.

3.

Hak

untuk

berserikat

dan

berkumpul,

yaitu

untuk

bisa

memperjuangkan kepentingannya, khususnya hak atas upah yang adil,


pekerja harus diakui dan dijamin haknya untuk berserikat dan
berkumpul. Yang bertujuan untuk bersatu memperjuangkan hak dan
kepentingan semua anggota mereka. Menurut De Geroge, dalam suatu
masyarakat yang adil, diantara perantara-perantara yang perlu untuk
mencapai suatu sistem upah yang adil, serikat pekerja memainkan
peran yang penting.

4.

Hak atas perlindungan kesehatan dan keamanan, yaitu selain hak-hak


diatas, dalam bisnis modern sekarang ini semakin dianggap penting
bahwa

para

pekerja

dijamin

keamanan,

keselamatan

dan

kesehatannya. Karena itu pada tempatnya pekerja diasuransikan


melalui asuransi kecelakaan dan kesehatan. Ini terutama dituntut pada
perusahaan yang bergerak dalam bidang kegiatan yang penuh resiko.
Karena itu perusahaan punya kewajiban moral untuk menjaga dan
menjamin hak ini, paling kurang dengan mencegah kemungkinan
hidup pekerjanya terancam dengan menjamin hak atas perlindungan
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.

5.

Hak untuk diproses hukum secara sah, yaitu hak ini terutama berlaku
ketika seorang pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu
karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan tertentu. pekerja
tersebut wajib diberi kesempatan untuk mempertanggung jawabkan

tindakannya, dan kalau ternyata ia tidak bersalah ia wajib diberi


kesempatan untuk membela diri. Ini berarti baik secara legal maupun
moral perusahaan tidak diperkenankan untuk menindak seorang
karyawan secara sepihak tanpa mencek atau mendengarkan pekerja itu
sendiri.

6.

Hak untuk diperlakukan secara sama, yaitu pada prinsipnya semua


pekerja harus diperlakukan secara sama, secara fair. Artinya tidak
boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah berdasarkan warna
kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya, baik dalam sikap
dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau
pendidikan lebih lanjut. Perbedan dalam hal gaji dan peluang harus
dipertimbangkan secara rasional. Diskriminasi yang didasrkan pada
jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya adalah perlakuan yang
tidak adil.

7.

Hak atas rahasia pribadi, yaitu karyawan punya hak untuk


dirahasiakan data pribadinya, bahkan perusahan harus menerima
bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh diketahui oleh perusahaan
dan ingin tetap dirahasiakan oleh karyawan. Hak atas rahasia pribadi
tidak mutlak, dalam kasus tertentu data yang dianggap paling rahasia
harus diketahui oleh perusahaan atau akryawan lainnya, misalnya
orang yang menderita penyakit tertentu. Ditakutkan apabila sewaktuwaktu penyakit tersebut kambuh akan merugikan banyak orang atau
mungkin mencelakakan orang lain. Umumnya yang dianggap sebagai
rahasia pribadi dan karena itu tidak perlu diketahui dan dicampuri oleh
perusahaan adalah persoalan yang menyangkut keyakinan religius,
afiliasi dan haluan politik, urusan keluarga serta urusan sosial lainnya.

8.

Hak atas kebebasan suara hati, yaitu pekerja tidak boleh dipaksa untuk
melakukan tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik, atau

mungkin baik menurut perusahaan jadi pekerja harus dibiarkan bebas


mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik.

I.

Hubungan Saling Menguntungkan


Hubungan ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut
persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.

J.

Persepakatan Penggunaan Dana


Pengelola perusahaan mau memberikan informasi tentang rencana
penggunaan dana sehingga penyandang dana dapat mempertimbangkan
peluang return dan resiko. Rencana penggunaan dana harus benar-benar
transparan, komunikatif dan mudah dipahami. Semua harus diatur atau
ditentukan dalam perjanjian kerja sama penyandang dana dengan alokator
dana.

Anda mungkin juga menyukai