KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
Prinsip bahwa iklan harus memberikan fakta dan mengatakan yang benar
tentang sebuah produk, tidak berarti bahwa iklan perlu mengatakan semua hal
tentang sebuah produk, termasuk segala sesuatu yang negatif tentang produk itu.
Dalam hal ini, yang menjadi Pegangan biro iklan adalah jangan sampai merugikan
pihak mana pun. Biro iklan mempunyai kewajiban moral untuk mencegah
konsumen membeli produk tertentu yang diketahuinya merugikan atau berbahaya.
Tindakan maksimal yang dapat dilakukan biro iklan dalam mencegah kerugian
bagi konsumen adalah menolak membuat produk itu. Dengan demikian, pihak
produsen bisa mempertimbangkan apakah akan terus memproduksi dan menjual
barang itu atau tidak. Dalam hal ini, organisasi biro iklan perlu difungsikan untuk
menindak biro iklan yang nekat membuat iklan dengan maksud untuk
memperdaya konsumen.
Persoalannya menjadi lain kalau produk itu berguna bagi masyarakat, namun
mempunyai efek samping atau kondisi tertentu yang merugikan. Dalam hal ini,
biro iklan boleh mengiklankannya dengan kewajiban tambahan membeberkan
informasi mengenai efek samping atau kondisi yang merugikan itu. Dengan
demikian, konsumen akan tahu mengenai kondisi yang sebenarnya dari produk
itu.
Sehubungan dengan fungsi iklan di atas, pihak konsumen diharapkan mencari
informasi yang memadai terlebih dahulu tentang sebuah produk sebelum
membelinya. Dalam hal ini, pihak produsen (dan biro iklan sejauh terkait)
berkewajiban untuk memberi informasi yang diperlukan oleh konsumen itu.
Untuk itu, Lembaga Konsumen, yang berada dalam posisi yang netral, bahkan
lebih memihak konsumen dapat sangat diandalkan. Informasi yang
disebarkanbaik secara cuma-cuma maupun dengan imbalan ala kadarnya kiranya
sangat bermanfaat bagi konsumen dalam menentukan pilihannya.
Sejauh iklan berfungsi semata-mata sebagai pemberi informasi, iklan tetap
menghargai kebebasan para konsumen untuk memutuskan dalam membeli suatu
produk. Sejauh iklan memberi informasi yang benar, kesalahan atau kekeliruan
dalam membeli sebuah produk tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada ikan.
Sejauh konsumennya bebas dalam menentukan pilihannya, akibat apa pun yang
terjadi dalam membeli produk itu menjadi tanggungjawab pembeli.
Pada kenyataannya tidak semua mempunyai standar kemampuan menyerap
informasi secara sama. Memang agak sulit untuk mencari iklan yang sesuai
dengan masyarakat yang heterogen. Karena itu, yang ideal adalah bahwa iklan
sedapat mungkin memberi informasi sedemikian rupa sehingga tidak sampai
memperdaya konsumen. juga, lklan perlu peka dan tanggap terhadap nilai moral
dan budaya dalam masyarakat tersebut serta aspirasi dan keluhan masyarakat
tentang iklan-iklan yang muncul dalam masyarakat.
Pada masa mendatang Ikian informatif dan lebih digemari, karena:
1) Masyarakat semakin kritis, sehingga mudah dibohongi atau ditipu oleh iklan-
iklan yang tidak mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Pengalaman
Juga mengajarkan konsumen untuk tidak terlalu percaya dan peduli dengan
bunyi Iklan.
2) Masyarakat sudah bosan bahkan muak berbagai iklan yang hanya melebih-
lebihkan suatu produk. Oleh karena itu, masyarakat jauh lebih suk iklan yang
tampil sederhana tetapi menyentuh dan menarik. IkIan yang hanya merupakan
isapan jempol tidak lagi disukai. Iklan yang bombastis justru punya efek yang
negatif.
3) Peran Lembaga Konsumen yang semakin gencar memberi informasi yang
benar dan akurat kepada konsumen menjadi tantangan serius bagi Iklan.
Aplagi dalam sitem sosial yang semakin terbuka dan kritis, konsumen akan
dengan mudah dan berani menuntut adil iklan-iklan yang dianggap
manipulatif dan tidak baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perlindungan konsumen sangat di butuhkan untuk masyarakat luas karna
dengan adanya perlindungan konsumen membuat masyarakat akan terjamin
kepastian dan hak-haknya. Dan juga harus ada peran aktif dari Pemerintah
sebagai perancang,pelaksana serta pengawas atas jalannya hukum dan
Undang-Undang tentang perlindungan konsumen harus benar-benar
memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi pada kegiatan produksi dan
konsumsi saat ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan
dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan
konsumen yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan
sampai mereka dirugikan karena kesalahan yang diakibatkan dari proses
produksi yang tidak sesuai dengan setandar berproduksi yang sudah tertera
dalam hukum dan UU yang telah dibuat oleh pemerintah. Kesadaran produsen
akan hak-hak konsumen juga sangat dibutuhkan agar tercipta harmonisasi
tujuan antara produsen dan konsumen.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan, baik di
segi penulisan ataupun dari penyusunan kalimat dan kata-katanya, oleh sebab
itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada dosen dan
mahasiswa semua, sebagai penyempurnaan kami mengharap kritik dan saran
yang positif dari teman-teman semua.
DAFTAR PUSTAKA