Anda di halaman 1dari 3

ABSTRAK

Perlindungan hukum bagi konsumen pada akhir-akhir ini mendapat perhatian yang
cukup dari pemerintah dan masyarakat terhadapkerugian yang dialami konsumen, 
yang terlibat dalam trik promosi penjualan. Dewasa ini berbagai cara penjualan
dilakukan untuk mencapai target penjualan atau mengutamakan mampu meraih
pangsa pasar serta keuntungan, terkadang tidak dilakukan dengan cara penjualan
yang baik. Kegiatan pelaku usaha dengan mengupayakan produk yang ditampilkan
menarik dengan harga terjangkau, manipulasi dan kegiatan yang sifatnya
mengelabui konsumen, hal ini yang banyak menimbulkan kerugian bagi
konsumen, antara lain dilakukan melalui pemberian hadiah Cuma-Cuma, obral,
undian dengan maksud ingin mendapatkan perhatian dari produk atau usaha yang
dilakukan. Pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa
permasalahan yaitu : Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen terhadap
penyalahgunaan promo berhadiah yang dilakukan oleh pelaku usaha? serta
bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap penyalahgunaan promo
berhadiah dalam suatu produk?. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian hukum normatif.Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
teknik analisis kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa (1) perlindungan hukum konsumen dalam hubungannya
dengan kegiatan promosi atas barang yang diperdagangkan dimana promosi yang
tidak sesuai janji dilakukan melalui pengawasan pemerintah dan lembaga
perlindungan konsumen untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak konsumen,
pemberlakuan sanksi terdiri dari sanksi administrasi, sanksi pidana dan perdata
apabila konsumen dirugikan oleh promosi yang merugikan. (2) tanggung jawab
pelaku usaha atas penyalahgunaan promo berhadiah dalam suatu produk yaitu
pelaku usaha harus mengganti kerugian yang dialami oleh konsumen. Saran yang
dapatv disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian yaitu : (1) perlu adanya kerja
sama antara konsumen, pelaku usaha, lembaga konsumen dan pemerintahan agar
UUPK dapat diterapkan dengan baik sesuai tujuannya. (2) diharapkan konsumen
lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi terhadap promo berhadiah. (3) pelaku
usaha disarankan untuk tidak menyalahgunakan trik promo berhadiah guna
menarik konsumen. Di zaman modern ini, setiap manusia pasti menginginkan
untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya pembelian produk-produk yang sangat tinggi.Adanya Undang-
Undang tentang perlindungan konsumen masyarakat yang sekaligus sebagai
konsumen mempunyai pelindung atau payung hukum yang bisa melindungi hak-
haknya. Dalam Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
yang disingkat UUPK pada pasal (1) angka 1 berbunyi : “Perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.” Berbagai masalah yang berkaitan dengan
kepentingan konsumen menjadi polemik yang berkepanjangan, yang dalam
penyelesaian kasus sering menemui jalan buntu atau merugikan konsumen.Hal ini
disebabkan karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan dengan pelaku usaha.
Ketidaktahuan serta ketidakberdayaan konsumen dimanfaatkan oleh sebagian
pelaku usaha sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan tanpa memperhatikan
konsumen. Peran konsumen bagi pelaku usaha sangatlah penting, karena
konsumen  dijadikan obyek utama dalam memasarkan produknya dengan cara
menarik sebanyak-banyaknya agar konsumen nanti membeli produk yang
dipasarkan. Jadi konsumen menjadi bagian yang amat menentukan bagi
kelangsungan proses produksi barang atau jasa yang dilakukan oleh produsen /
pelaku usaha. Persaingan di kalangan pelaku usaha saat ini sangat ketat.Berbagai
macam cara penjualan dilakukan untuk mencapai target penjualan atau
mengutamakan dapat meraih pangsa pasar serta keuntungannya, dilakukan oleh
pengusaha dengan mengupayakan produk yang ditampilkan menarik dengan harga
yang terjangkau. Beberapa cara untuk memikat konsumen, antara lain dilakukan
melalui obral, undian, pemberian hadiah atau sejenisnya dengan maksud ingin
memperoleh perhatian atas produk atau usaha yang dilakukan. Namun adakalanya
ada ekses yang terjadi seperti penjualan obral dilakukan pada saat barangnya
berada dalam posisi kelebihan persediaan (over stock), kegiatan ini umumnya
dilakukan dengan menggunakan istilah “Cuci Gudang”. Perbuatan lain yang dapat
di manipulasi adalah dengan melakukan promo undian berhadiah. Metode ini
digunakan oleh pelaku usaha sebagai pancingan agar konsumen terpengaruh untuk
membeli barang yang ditawarkan.Praktek promosi dan penjualan tersebut diawali
dengan adanya iming-iming hadiah souvenir yang berupa barang-barang elektronik
atau peralatan rumah tangga yang seolah-olah gratis atau tanpa ada syarat apapun,
tetapi kenyataannya tidak demikian.Konsumen terpengaruh dengan adanya bahasa
dalam iklan undian berhadiah yang termuat dalam brosur undangan yang dikirim
oleh suatu perusahaan atau dengan pemberitahuan secara langsung melalui telepon
bahwa yang bersangkutan memperoleh hadiah, ternyata terlebih dahulu harus
membeli sejumlah barang tertentu yang ditawarkan sebelum mereka mendapatkan
hadiah yang telah dijanjikan. Karena ketidakmengertiannya, banyak konsumen
yang terpengaruh untuk membeli terlebih dahulu barang-barang yang
ditawarkan.Masalah yang timbul kemudian adalah konsumen merasa tertipu
dengan adanya hadiah yang dijanjikan secara gratis tersebut.Dalam pikiran
konsumen pengertian gratis adalah mendapatkan sesuatu tanpa mengeluarkan
uang.Sedangkan di dalam brosur hanya menonjolkan hadiah secara gratis tanpa
memberikan informasi yang jelas tentang kewajiban konsumen untuk membeli
suatu produk tertentu terlebih dahulu sebelum mendapatkan hadiah Seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 13 ayat (1) bahwa, pelaku usaha dilarang menawarkan,
mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan jasa dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain secara cuma-cuma
dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang
dijanjikannya. Dengan adanya praktek promosi seperti itu, jelas sekali  konsumen
merasa dirugikan. Namun disatu sisi mereka berada pada posisi yang lemah dalam
hubungannya dengan produsen/pelaku usaha baik secara ekonomis, tingkat
pendidikan, kemampuan, daya saing, maupun daya tawar. Sedangkan disisi lain
pelaku usaha tidak merasa bertanggung jawab dengan adanya permasalahan yang
dihadapi konsumen.Untuk itu maka konsumen perlu diberikan suatu perlindungan
khusus terhadap iklan-iklan yang menyesatkan
 

Kata kunci : perlindungan konsumen, konsumen, pelaku usaha

Anda mungkin juga menyukai