Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Ilyas Romadhon

Npm : 5118500207
Mata kuliah : Hukum Perlindungan konsumen
Dosen pengampu : Dr. Nuridin S.H.,M.H.

Artikel

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENYALAHGUNAAN


PROMO BERHADIAH YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU USAHA

Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas –asas dan kaidah yang
mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan
penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunaanya dalam
bermasyarakat. Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, hukum konsumen adalah:
keseluruhan asas-asas dan kaidah–kaidah yang mengatur hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk barang dan/atau jasa, antara penyedia dan
penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat.

Dasar Hukum Perlindungan Konsumen Pada hakikatnya, terdapat dua instrumen


hukum penting yang menjadi landasan kebijakan perlindungan konsumen di
Indonesia, yakni:

Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional
diwujudkan melalui sistem pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu
menumbuhkan dan mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang
layak dikonsumsi oleh masyarakat. Kedua, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Lahirnya Undang-undang ini memberikan
harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk memperoleh perlindungan atas kerugian
yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian
hukum bagi konsumen.
Batasan hukum perlindungan konsumen, sebagai bagian khusus dari hukum
konsumen, dan dengan penggambaran masalah yang telah diberikan dimuka, adalah
“keseluruhan asas-asas dan kaidah–kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen
dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara
penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat”.

Jadi pada umumnya, hukum umum yang berlaku dapat pula merupakan hukum
konsumen, sedang bagian–bagian tertentunya yang mengandung sifat–sifat
membatasi, mengatur syarat–syarat tertentu perilaku kegiatan usaha dan atau
melindungi kepentingan konsumen, merupakan hukum perlindungan konsumen.
Kegiatan perlindungan konsumen, seperti halnya juga pengaturan perilaku persaingan
tidak wajar, monopoli atau oligopoli dari pengusaha, diakui berfungsi sebagai
dorongan efisiensi dalam kegiatan usaha dan kesejahteraan masyarakat.

Karena itu seharusnya upaya perlindungan konsumen mendapat porsi yang seimbang
dengan perlindungan pada pengusaha yang jujur dan beritikad baik serta pencegaham
berbagai perilaku kegiatan usaha yang menimbulkan dampak negatif terhadap
kesejahteraan masyarakat. Purba dalam menguraikan konsep hubungan pelaku usaha
dan konsumen mengemukakan bahwa kunci pokok perlindungan hukum bagi
konsumen adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling membutuhkan. Produksi
tidak ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan produk yang
dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi
gratis bagi pelaku usaha

Perlindungan Konsumen Dalam setiap perusahaan, kepercayaan konsumen adalah hal


yang menjadi prioritas utama. UU Perlindungan Konsumen adalah salah satu hal
penting yang wajib diketahui, mengapa? Agar dikemudian hari kita tidak akan tertipu
atau merasa dirugikan dengan suatu barang atau hal yang dibeli lalu dikonsumsi.

Apa saja hak bagi konsumen? Apakah ada peraturan untuk melindungi konsumen?
Berikut adalah penjelasan singkat tentang peraturan serta perlindungan konsumen
yang wajib dipahami.

Pengertian Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak
dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan
hukum terhadap kepentingan konsumen (Sidobalok 2014:39).

Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun secara
online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak melalui
tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan
pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan.

Hak Konsumen
Hak sebagai konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia yang
berlandaskan pada Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),
Pasal 27 , dan Pasal 33 yang dapat diketahui sebagai berikut:

Hak dalam memilih barang


Konsumen memiliki hak penuh dalam memilih barang yang nantinya akan digunakan
atau dikonsumsi. Tidak ada yang berhak mengatur sekalipun produsen yang
bersangkutan. Begitu juga hak dalam meneliti kualitas barang yang hendak dibeli atau
dikonsumsi pada nantinya.

Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi


Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi maupun ganti rugi atas kerugian
yang diterimanya dalam sebuah transaksi jual beli yang dilakukan. Apabila tidak
adanya kecocokan dalam gambar maupun kualitas, konsumen berhak melakukan
sebuah tuntutan terhadap produsen.

Hak mendapat barang/jasa yang sesuai


Konsumen berhak untuk mendapat produk dan layanan sesuai dengan kesepakatan
yang tertulis. Sebagai contoh dalam transaksi secara online, apabila terdapat layanan
gratis ongkos kirim, maka penerapannya harus sedemikian. Bila tidak sesuai,
konsumen berhak menuntut hak tersebut.

Hak menerima kebenaran atas segala informasi pasti


Hal yang paling utama bagi para konsumen, guna mengetahui apa saja informasi
terkait produk yang dibelinya. Produsen dilarang menutupi ataupun mengurangi
informasi terkait produk maupun layanannya. Sebagai contoh apabila ada cacat atau
kekurangan pada barang, produsen berkewajiban untuk memberi informasi kepada
konsumen.

Hak pelayanan tanpa tindak diskriminasi


Perilaku diskriminatif terhadap konsumen merupakan salah satu bentuk pelanggaran
atas hak konsumen. Pelayanan yang diberikan oleh produsen tidak boleh
menunjukkan perbedaan antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya.

Alasan Mengapa Konsumen Butuh Perlindungan


Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman bagi para
konsumen dalam melengkapi kebutuhan hidup. Kebutuhan perlindungan konsumen
juga harus bersifat tidak berat sebelah dan harus adil. Sebagai landasan penetapan
hukum, asas perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 2 UUPK 8/1999, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Asas Manfaat
Konsumen maupun pelaku usaha atau produsen berhak memperoleh manfaat yang
diberikan. Tidak boleh bersifat salah satu dari kedua belah pihak, sehingga tidak ada
salah satu pihak yang merasakan manfaat ataupun kerugian.

Asas Keadilan
Konsumen dan produsen/pelaku usaha dapat berlaku adil dengan perolehan hak dan
kewajiban secara seimbang atau merata.

Asas Keseimbangan
Sebuah keseimbangan antara hak dan kewajiban para produsen dan konsumen dengan
mengacu pada peraturan hukum perlindungan konsumen.

Asas Keamanan dan Keselamatan


Sebuah jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang
dikonsumsi/dipakainya dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengganggu
keselamatan jiwa dan harta bendanya.

Asas Kepastian Hukum


Sebuah pemberian kepastian hukum bagi produsen maupun konsumen dalam
mematuhi dan menjalankan peraturan hukum dengan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya. Hal ini dilakukan tanpa membebankan tanggung jawab kepada salah
satu pihak, serta negara menjamin kepastian hukum.

Penjelasan UU Perlindungan Konsumen


Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa perlindungan konsumen diperuntukan
untuk pemberian kepastian, keamanan serta keseimbangan hukum antara produsen
dan konsumen. Tujuan dibuatnya perlindungan konsumen dapat dijelaskan dalam
dalam Pasal 3 UUPK 8/1999, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi


diri. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian dan/atau jasa. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. Menciptakan
sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. Perlindungan
konsumen adalah hal yang sangat penting atau utama dalam segala transaksi jual beli.
Konsumen dan produsen berhak untuk menerima manfaat yang bersifat tidak
merugikan salah satu pihak. Keterbukaan informasi juga menjadi tolak ukur utama
yang dilakukan produsen terhadap konsumen, guna mendapat kepercayaan maupun
kenyaman terhadap konsumen sebagai pengguna barang atau produk yang dibeli.

Perlindungan hukum bagi konsumen pada akhir-akhir ini mendapat perhatian yang
cukup dari pemerintah dan masyarakat terhadap kerugian yang dialami konsumen,
yang terlibat dalam trik promosi penjualan. Dewasa ini berbagai cara penjualan
dilakukan untuk mencapai target penjualan atau mengutamakan mampu meraih
pangsa pasar serta keuntungan, terkadang tidak dilakukan dengan cara penjualan yang
baik. Kegiatan pelaku usaha dengan mengupayakan produk yang ditampilkan menarik
dengan harga terjangkau, manipulasi dan kegiatan yang sifatnya mengelabui
konsumen, hal ini yang banyak menimbulkan kerugian bagi konsumen, antara lain
dilakukan melalui pemberian hadiah Cuma-Cuma, obral, undian dengan maksud ingin
mendapatkan perhatian dari produk atau usaha yang dilakukan. Pada kesempatan ini
penulis mencoba mengemukakan beberapa permasalahan yaitu : Bagaimana
perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan promo berhadiah yang
dilakukan oleh pelaku usaha? serta bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap
penyalahgunaan promo berhadiah dalam suatu produk?. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa
(1) perlindungan hukum konsumen dalam hubungannya dengan kegiatan promosi atas
barang yang diperdagangkan dimana promosi yang tidak sesuai janji dilakukan
melalui pengawasan pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen untuk
mencegah terjadinya pelanggaran hak konsumen, pemberlakuan sanksi terdiri dari
sanksi administrasi, sanksi pidana dan perdata apabila konsumen dirugikan oleh
promosi yang merugikan.

(2) tanggung jawab pelaku usaha atas penyalahgunaan promo berhadiah dalam suatu
produk yaitu pelaku usaha harus mengganti kerugian yang dialami oleh konsumen.
Saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian yaitu :
(a) perlu adanya kerja sama antara konsumen, pelaku usaha, lembaga konsumen dan
pemerintahan agar UUPK dapat diterapkan dengan baik sesuai tujuannya.
(b) diharapkan konsumen lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi terhadap
promo berhadiah.

(3) pelaku usaha disarankan untuk tidak menyalahgunakan trik promo berhadiah guna
menarik konsumen. Di zaman modern ini, setiap manusia pasti menginginkan untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
pembelian produk-produk yang sangat tinggi.Adanya Undang-Undang tentang
perlindungan konsumen masyarakat yang sekaligus sebagai konsumen mempunyai
pelindung atau payung hukum yang bisa melindungi hak-haknya. Dalam Undang-
Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang disingkat UUPK pada
pasal (1) angka 1 berbunyi : “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.”
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen menjadi polemik
yang berkepanjangan, yang dalam penyelesaian kasus sering menemui jalan buntu
atau merugikan konsumen.Hal ini disebabkan karena lemahnya posisi konsumen
dibandingkan dengan pelaku usaha. Ketidaktahuan serta ketidakberdayaan konsumen
dimanfaatkan oleh sebagian pelaku usaha sebagai cara untuk mendapatkan
keuntungan tanpa memperhatikan konsumen. Peran konsumen bagi pelaku usaha
sangatlah penting, karena konsumen dijadikan objek utama dalam memasarkan
produknya dengan cara menarik sebanyak-banyaknya agar konsumen nanti membeli
produk yang dipasarkan. Jadi konsumen menjadi bagian yang amat menentukan bagi
kelangsungan proses produksi barang atau jasa yang dilakukan oleh produsen / pelaku
usaha. Persaingan di kalangan pelaku usaha saat ini sangat ketat.Berbagai macam cara
penjualan dilakukan untuk mencapai target penjualan atau mengutamakan dapat
meraih pangsa pasar serta keuntungannya, dilakukan oleh pengusaha dengan
mengupayakan produk yang ditampilkan menarik dengan harga yang terjangkau.
Beberapa cara untuk memikat konsumen, antara lain dilakukan melalui obral, undian,
pemberian hadiah atau sejenisnya dengan maksud ingin memperoleh perhatian atas
produk atau usaha yang dilakukan. Namun ada kalanya ada ekses yang terjadi seperti
penjualan obral dilakukan pada saat barangnya berada dalam posisi kelebihan
persediaan (overstock), kegiatan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan istilah
“Cuci Gudang”. Perbuatan lain yang dapat dimanipulasi adalah dengan melakukan
promo undian berhadiah. Metode ini digunakan oleh pelaku usaha sebagai pancingan
agar konsumen terpengaruh untuk membeli barang yang ditawarkan.Praktek promosi
dan penjualan tersebut diawali dengan adanya iming-iming hadiah souvenir yang
berupa barang-barang elektronik atau peralatan rumah tangga yang seolah-olah gratis
atau tanpa ada syarat apapun, tetapi kenyataannya tidak demikian.Konsumen
terpengaruh dengan adanya bahasa dalam iklan undian berhadiah yang termuat dalam
brosur undangan yang dikirim oleh suatu perusahaan atau dengan pemberitahuan
secara langsung melalui telepon bahwa yang bersangkutan memperoleh hadiah,
ternyata terlebih dahulu harus membeli sejumlah barang tertentu yang ditawarkan
sebelum mereka mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan. Karena ketidak
mengertiannya, banyak konsumen yang terpengaruh untuk membeli terlebih dahulu
barang-barang yang ditawarkan.Masalah yang timbul kemudian adalah konsumen
merasa tertipu dengan adanya hadiah yang dijanjikan secara gratis tersebut.Dalam
pikiran konsumen pengertian gratis adalah mendapatkan sesuatu tanpa mengeluarkan
uang.Sedangkan di dalam brosur hanya menonjolkan hadiah secara gratis tanpa
memberikan informasi yang jelas tentang kewajiban konsumen untuk membeli suatu
produk tertentu terlebih dahulu sebelum mendapatkan hadiah Seperti yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal
13 ayat (1) bahwa, pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan suatu barang dan jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah
berupa barang dan/atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak
memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya. Dengan
adanya praktek promosi seperti itu, jelas sekali konsumen merasa dirugikan. Namun
di satu sisi mereka berada pada posisi yang lemah dalam hubungannya dengan
produsen/pelaku usaha baik secara ekonomis, tingkat pendidikan, kemampuan, daya
saing, maupun daya tawar. Sedangkan di sisi lain pelaku usaha tidak merasa
bertanggung jawab dengan adanya permasalahan yang dihadapi konsumen.Untuk itu
maka konsumen perlu diberikan suatu perlindungan khusus terhadap iklan-iklan yang
menyesatkan.

Anda mungkin juga menyukai