PENDAHULUAN
1
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan
konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.
Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana
perlindungan terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen. Dalam
makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan tujuan
perlindungan konsumen yang mungkin akan berguna bagi pembaca khususnya
mahasiswa/I dimasa yang akan datang.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. The due Care Theory
Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasarkan produk,
baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.
Pasal 1865 KUHP secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikan
mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang
lain, atau menunjuk pada suatu peristiwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya
hak atau peristiwa tersebut.
Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.
4
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan
perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah
perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota
Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
e. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
f. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
5
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam usaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.
6
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dar tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengkata konsumen.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen menyatakan,
Kewajiban pelaku usaha adalah;
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasayang berlaku.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba barang
dan/atau jasa tertentu serta meberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam penjelasan Pasal 7 dalam Huruf c. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan
konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu
pelayanan kepada konsumen. Huruf e. Yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa tertantu
adalah barang yang dapat diuji atau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau kerugian. 12
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Mawadi dkk, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Akademia, Jakarta Barat, 2012.
Dewi, Eli W. Hukum Perlindungan Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015.
Kristiyanti, Celina T S. Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-kons
umen/&hl=id-ID