Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup


baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya
keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapatmenciptakan rakyat yang
sejahtera dan makmur. Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju
telah menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat unifikasi, industrialisasi, dan
negara kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama yang menjadi masalah berat adalah
bagaimana mencapai integritas politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan
nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi
politik. Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah melindungi
rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap
sebelumnya dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan
ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di
masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan
pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan.
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai
macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkankepada konsumen di tanah air,
baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,
konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang
dikonsumsinya. Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar
bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada
kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu sendiri
tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka
harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas,
aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan
harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang serta
peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan
jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi
berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan kesadaran
konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu
disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang dilindungi oleh undang-
undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial kontrol terhadap
perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang

1
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan
konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.
Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana
perlindungan terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen. Dalam
makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan tujuan
perlindungan konsumen yang mungkin akan berguna bagi pembaca khususnya
mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perlindungan Konsumen ?


2. Bagaimana dasar dan Prinsip hukum perlindungan konsumen ?
3. Apa Saja Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen?
4. Apa hak dan kewajiban konsumen ?
5. Apa Hak Dan Kewajiban Pelaku usaha terhadap Konsumen?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum perlindungan konsumen.


2. Untuk mengetahui dasar dan prinsip hukum perlindungan konsumen
3. Untuk Mengetahui Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
4. Untuk Mengetahui hak dan Kewajiban Konsumen
5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Pelaku usaha terhadap konsumen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih
luas. Az. Nasution, misalnya berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas
atau kaidah-kaidah bersifat megatur dan juga mengatur sifat yang melindungi kepntenigan
konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-
kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
berkaintan dengan dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, defini Hukum Perlindungan Konsumen adalah
keseluruhan asas-asas serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur mengenai hubungan dan
masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yang lain, dan berkaitan dengan barang dan
jasa konsumen didalam pergaulan hidup masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen
didalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen merupakan segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk menberikan perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan hukum bagi konsumen merupakan sebuah perangkat hukum yang
diciptakan oleh lembaga pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan hukun dan
jaminan kepastian hukum bagi para konsumen dari berbagai permasalahan ataupun sengketa
konsumen karena merasa dirugikan oleh pelaku usaha. (Eli, 2015)
Sebagaimana dikatakan Ensiklopedi Wikipedia, Hukum Konsumen adalah hukum
yang mengatur hubungan hukum perdata antara konsumen selaku individu dan pelaku usaha
yang menjual barang dan jasa. Perlindungan konsumen meliputi masalah yang luas, yang
tidak hanya terbatas pada tanggung jawab 5 produk, hak-hak konsumen, praktik usaha tidak
sehat, penipuan, penafsiran yang keliru, hubungan lain konsumen/pelaku usaha. Hukum
konsumen berhubungan dengan pelunasan kredit, pencairan pinjaman, keamanan produk,
pelayan dan perjanjian penjualan, peraturan nota kolektif, harga, pembatalan, konsolidasi,
pinjaman seseorang yang mungkin menjadi bangkrut, dan masih banyak lagi.

2.2 PRINSIP DAN DASAR HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


Secara garis besar prinsip-prinsip tanggung jawab produk didalam hukum
perlindungan konsumen dibedakan sebagai berikut:
1. Let The Buyer Beware

 Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak perlu


proteksi.
 Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.
 Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak terbuka.
 Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.

3
2. The due Care Theory

 Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasarkan produk,
baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.
 Pasal 1865 KUHP secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikan
mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang
lain, atau menunjuk pada suatu peristiwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya
hak atau peristiwa tersebut.
 Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

3. The Privity of Contract

 Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi


konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang
diperjanjikan.
 Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat merupakan
petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku
usaha.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan
perlindungan adalah:
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),
Pasal 27 , dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia No. 3821
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang
Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag
Prop/Kab/Kota
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan
dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku usaha.
Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya
secara hukum di badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK).

4
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan
perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah
perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota
Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
e. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
f. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

2.3 ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN


Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan perlindungan konsumen
diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam
pembangunan nasional yaitu:
a. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.
b. Asas Keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
c. Asas Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemeritah dalam arti materiil ataupun
spiritual.
d. Asas Keamanan dan Keselamatan konsumen dimaksudkan untuk meberikan jaminan
atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e. Asas Kepastian Hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen mengemukakan,
Perlindungan konsumen bertujuan:

5
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam usaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

2.4 HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN


HAK KONSUMEN
1. Hak atan pendidikan konsumen
2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas praktik bisnis yang tidak adil, praktik bisnis
yang mengekang, atau eksploitasi konsumen yang berlebihan.
3. Hak untuk didengar dan diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akan diterirma
berdasarkan pertimbangan pihak-pihak pada forum yang layak.
4. Hak untuk terjamin untuk mendapatkan akses ke barang dan jasa dengan harga yang
bersaing, sebisa mungkin.
5. Hak untuk mendapatkan informasii tentang mutu dan jumlah barang dan jasa
sehinggan dapat terlindungi dari praktik bisnis yang tidak adil.
6. Hak unruk dapat perlindungan terhadap pemasaran barang dan jasa yang berbahaya
bagi kehidupan dan harta benda.
KEWAJIBAN KONSUMEN
1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecuali terhadap
barang yang sudah dibeli.
2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli.
3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.
4. Membeli barang yang terstandardisasi.
5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atau terhadap
praktik bisnis yang tidak adil.

2.5 HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN


Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen mengatakan, Hak
pelaku usaha adalah :
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan menganai kondisi
dan nilai tukar barang da/atau jasa yang diperdagangkan

6
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dar tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengkata konsumen.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen menyatakan,
Kewajiban pelaku usaha adalah;
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasayang berlaku.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba barang
dan/atau jasa tertentu serta meberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam penjelasan Pasal 7 dalam Huruf c. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan
konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu
pelayanan kepada konsumen. Huruf e. Yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa tertantu
adalah barang yang dapat diuji atau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau kerugian. 12

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta


perlindungan hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas
pendidikan yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-
mena oleh produsen kepada konsumen adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan
konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak serta
kewajiban yang harus kita laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh
atas hukum dan UU yang berlaku yang bisa digunakan kapan saja ketika diri kita
endapat perlakuakuan yang tidak sesuai dengan apa-apa yang telah ditetapkan bagi
konsumen.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa/mahasiswi, dan bisa
dijadikan referensi dalam melakukan kajian-kajian ilmiah tentang hukum
perlindungan konsumen.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mawadi dkk, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Akademia, Jakarta Barat, 2012.
Dewi, Eli W. Hukum Perlindungan Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015.
Kristiyanti, Celina T S. Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-kons
umen/&hl=id-ID

Anda mungkin juga menyukai