Anda di halaman 1dari 18

ISSN: 2714-8688

https://journal.unilak.ac.id/index.php/gh/

ITIKAD BAIK PELAKU USAHA BERDASARKAN UNDANG-


UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Roby Dadhan Marganti Ritonga
Praktisi Hukum dan Anggota Kongres Advokat Indonesia (KAI) Palembang
Email: emailpenulis@mail.com

Info Artikel:
Diterima: 01 Mei 2020 | Disetujui: 30 Mei 2020 | Dipublikasikan: 30 Juni 2020

Abstrak
Itikad baik bagi pelaku usaha dalam menjalankan usahanya dimaksudkan agar konsumen didalam
menggunakan barang-barang yang dibeli mendapat suatu tindakan perlindungan sebagaimana juga
yang tertuang dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Namun yang terjadi adalah bahwa
itikad baik pelaku usaha tidak berjalan sebagai mana mestinya, yaitu tidak adanya keseimbangan
antara itikad baik pelaku usaha dan perlindungan konsumen yang di dapat oleh konsumen. Tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis itikad baik terhadap pelaku usaha dan menganalisis akibat
hukum pelaku usaha yang tidak beritikad baik kepada konsumen berdasarkan Undang – Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Metode penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif. Hasil penelitian ini adalah Pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap promosi
yang tidak benar dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK) khususnya terdapat dalam Pasal 7 menyatakan pelaku usaha wajib memberikan informasi
yang benar, jelas, dan jujur, benar dan tidak menyesatkan konsumen, sehingga tidak menimbulkan
kerugian bagi konsumen.Serta akibat hukum bagi pelaku usaha yang melanggar akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan Pasal 60 dan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.

Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Asas Itikad Baik, Tanggung Jawab Pelaku Usaha

GOOD FAITH BUSINESSPERSON BASED ON STATUTE NUMBER 8 OF


1999 ON CONSUMER PROTECTION
Abstract
Good faith for business actors in carrying out their business is intended so that consumers in using the
purchased goods receive a protective measure as also stated in the Consumer Protection Act.
However, what happens is that the good faith of business actors does not work as it should, namely
there is no balance between the good faith of business actors and consumer protection that is obtained
by consumers. The purpose of the study is to analyze the good faith of business actors and to analyze
the legal consequences of business actors who do not have good intentions towards consumers based
on Law No. 8 of 1999 concerning consumer protection. This research method is normative legal
research. The results of this study are the responsibility of business actors for improper promotions in
Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection (UUPK) especially contained in Article 7
stating that business actors are obliged to provide correct, clear and honest information, correct and
not misleading consumers. , so as not to cause harm to consumers. As well as legal consequences for
business actors who violate will be subject to sanctions in accordance with the provisions of Article 60
and Article 62 of Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection.

Keywords: Consumer Protection, Principles of Good Faith, Responsibility of Business Actors

71
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
A. PENDAHULUAN sistem tertentu untuk mengatur peredaran
Bahwa pelaku usah sudah barang dan jasa tersebut.
seharusnya wajib memiliki itikad baik Dalam konteks peredaran barang
sebagai mana yang di suratkan dalam sampai kepada konsumen sebagai pemakai
pasal 7 huruf (a) Undang-Undang Nomor akhir, sesungguhnya terdapat alur proses
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan yang relatif panjang, yaitu adanya bahan
Konsumen. Itikad baik pelaku usaha baku yang di proses sedemikian rupa oleh
dalam menjalankan usahanya dimaksudkan pelaku usaha sebagai pemilik modal yang
agar konsumen didalam menggunakan bertujuan untuk menghasilkan barang atau
barang-barang yang dibeli mendapat suatu jasa.2
tindakan perlindungan sebagaimana juga Setiap orang dalam keadaan apapun
yang tertuang dalam Undang-Undang pasti menjadi konsumen untuk suatu
PerlindunganKonsumen. produk barang atau jasa tertentu. Keadaan
Namun kenyataannya, yang terjadi yang universal ini pada beberapa sisi
adalah bahwa itikad baik pelaku usaha tidak menunjukkan adanya berbagai kelemahan
berjalan sebagai mana mestinya, yaitu tidak pada konsumen sehingga konsumen tidak
adanya keseimbangan antara itikad baik mempunyai kedudukan terhadap rasa
pelaku usaha dan perlindungan konsumen aman.3 Di Indonesia khususnya dalam
yang di dapat oleh konsumen. bidang bisnis, sering terjadi persaingan
Pelaku usaha adalah suatu badan antara produsen (pelaku usaha) dan
atau orang yang menjalankan aktivitas produsen (pelaku usaha) lainnya, yang
ekonomi yang didalamnya memiliki tujuan mana dalam menarik konsumen atau
ekonomi pula. Produk adalah bagian dari keuntungan para pelaku usaha sering
empitas kebutuhan ekonomi yang memakai berbagai cara yang tidak sesuai
terpenting dalam kehidupan manusia. dengan peraturan yang telah ditetapkan
Produk dapat berupa barang oleh pemerintah.
(customergoods), dan jasa (serivices) yang Adanya tindakan pelaku usaha
1
memiliki nilai ekonomis tertentu. Kedua semacam itu dapat mengakibatkan
jenis barang diatas termasuk barang yang kerugian bagi masyarakat atau konsumen,
di perjual belikan (diperdagangkan) dengan
2
Irawan & M.Suoparmoko. Ekonomika
Pembangunan,(Yogyakarta: BPFE yogykarta,
2012), hlm. 45.
3
Husni Syawali & Neni Sri Imaniati, Hukum
1
Kotler & Gerry Amsrong, Dasar- Dasar Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju,
Pemasaran, (Jakarta : Prenhellindo, 2007), hlm. 15. 2000), hlm. 33.

72
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
dana dengan tindakan tersebut pula hak- sebagai pelaku-pelaku
hak konsumen tidak terlindungi pembangunan, yang berarti juga
sebagaimana bahwa di jelaskan secara untuk menjaga kesinambungan
terang bahwa pelaku usaha semestinya pembangunan nasional;
sudah memahami bahwa sebelum 4. Bahwa melindungi konsumen perlu
menjalankan usaha, proses hingga untuk menjamin sumber dana
berjalannya sebuah usaha, itikad baik harus pembangunan yang bersumber dari
dimiliki. masyarakat konsumen.4
Namun kenyataannya, itikad baik Sedangkan, “Perlindungan
pelaku usaha sebagaimana yang di maksud konsumen tidak saja terhadap barang-
dalam Undang-Undang Perlindungan barang berkualitas rendah tetapi juga
Konsumen itu tidak diterima oleh terhadap barang-barang yang
konsumen. Oleh karenanya di perlukan membahayakan kehidupan manusia.
suatu instrumen hukum yang mengatur Misalnya, makanan, obat dan minuman”. 5
mengenai adanya perlindungan hukum Salah satu bentuk pelanggaran hak-hak
terhadap hak-hak konsumen. konsumen adalah konsumen memperoleh
Ada empat alasan pokok mengapa produk yang tidak sebagaimana ekspektasi
konsumen harus di lindungi, yaitu sebagai konsumen. Selanjutnya, bahwa pelaku
berikut: usaha yang telah mendapatkan sejumlah
1. Bahwa perlakuan memproteksi manfaat ekonomi dari suatu proses aktivitas
konsumen sama artinya dengan ekonomi sehingga melibatkan ianya harus
melindungi seluruh bangsa bertanggungjawab terhadap barang yang di
sebagaimana diamanatkan oleh perjualbelikannya. Oleh karena manfaat
tujuan pembangunan nasional ekonomi terlebih dahulu di perolehnya,
menurut Undang-Undang Dasar berikutnya adalah pertanggungjawaban
Negara Republik Indonesia Tahun atas barang dimaksud. Selanjutnya tentu
1945; akan timbul pertanyaan sederhana lagi:
2. Bahwa melindungi konsumen perlu Dapatkah disamakan kewajiban sebagai
untuk menghindarkan konsumen manifestasi pertanggung jawaban pelaku
dari dampak negatif penggunaan
4
teknologi; Erman Raja Guguk, Dikutip dari Janus
Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di
3. Bahwa melindungi konsumen perlu Indonesia, (Bandung: Citra Aditiya, 2014), hlm. 5.
5
Inosentius Samsul, Perlindungan
untuk melahirkan manusia- manusia Konsumen; Kemungkinan Penerapan Tanggung
Jawab Mutlak, Jakarta: Bantuan Pusat Studi
yang sehat rohani dan jasmani Universitaw Indonesia, 2004, hlm. 4.

73
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
usaha atas barang yang di yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan
perjualbelikannya? Ditegaskan pada Pasal melanggar norma dari pihak lain”.6
7 Undang-Undang Perlindungan Tindakan melawan hukum yang dilakukan
Konsumen (UUPK) disebutkan tentang tersebut seperti mencantumkan promosi
kewajiban pelaku usaha adalah memiliki iklan yang tidak benar yang dilakukan oleh
itikad baik, memberikan informasi yang pelaku usaha. Dalam hal terdapat peristiwa
benar dan jujur mengenai kondisi tersebut, pelaku usaha sudah melanggar
barang/jasa, melayani konsumen secara kewajibannya sebagai pelaku usaha untuk
benar, menjamin mutu barang,memberi beritikad baik dalam memberikan
kompensasi ganti rugi terhadap barang informasi yang benar, jelas dan jujur
yang tidak sesuai,sehingga perwujudan mengenai barang/jasa yang ditawarkan
itikad baik terpenuhi. Sudah seharusnya konsumen dalam hal ini
Berdasarkan ketentuan yang diberikan perlindungan, dengan tujuan
tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang- menciptakan sistem perlindungan
Undang Republik Indonesia Nomor 8 konsumen yang mengandung unsur
Tahun 1999 tentang Perlindungan kepastian hukum dan keterbukaan
Konsumen, “konsumen adalah setiap orang informasi serta akses untuk mendapatkan
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia informasi dan menumbuhkan kesadaran
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan pelaku usaha mengenai pentingnya
diri sendiri, keluarga, orang lain maupun perlindungan konsumen sehingga tumbuh
makhluk hidup lain dan tidak untuk sikap yang jujur dan bertanggung jawab
diperdagangkan”. Konsumen sebagai dalam berusaha.7
pemakai barang dan/atau jasa tersebut Pelaku usaha bisa dituntut apabila
memiliki hak dan kewajibannya sebagai janji yang ditawarkan dalam promosi tidak
konsumen. Khususnya dalam penelitian ini, terpenuhi. Undang- Undang Nomor 8
penulis menjadikan pelaku usaha ritel Tahun 1999 Tentang Perlindungan
untuk dijadikan sebagai objek Konsumen di dalam Pasal 7 Ayat (1)
pembahasan, dimana penulis mengamati Huruf f menyatakan bahwa: “Pelaku usaha
bahwa adanya suatu tindakan melawan dilarang memproduksi dan/atau
hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha memperdagangkan barang dan/jasa yang
yang tidak beritikad baik, yang berpeluang 6
Ahmad Dimiru, Prinsip-Prinsip
menimbulkan kerugian bagi konsumen itu Perliindungan Bagi Konsumen Di Indonesia,
(Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2013), hlm. 78.
nantinya. Menurut Nieuwenhuis, “kerugian 7
Ahmad dimiru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja Grapindo
adalah berkurangnya harta kekayaan pihak Persada, 2004), hlm. 3.

74
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
tidak sesuai dengan janji yang di nyatakan iklan sesuai yang mereka tawarkan,
dalam label,etiket,keterangan, iklan atau sehingga norma yang dilanggar oleh pelaku
promosi penjualan barang dan/jasa usaha tersebut. Pengaturan tentang konteks
tersebut.” ini ada pada Undang- Undang Republik
Pelaku usaha wajib bertanggung Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
jawab terhadap permasalahan seperti Perlindungan Konsumen, yang dalam hal
promosi iklan yang tidak benar yang tidak dicantumkannya informasi yang
dilakukan oleh beberapa pelaku usaha. benar dan jujur pada terhadap barang
Tanggung jawab pelaku usaha tersebut ditoko tersebut terkait pengaturannya pada
diatur dalam Pasal 19 Ayat (1) Undang- kewajibannya pelaku usaha itu kepada
Undang Perlindungan Konsumen yang konsumen.
menyatakan bahwa: “Pelaku usaha Dalam konteks tersebut, pada Pasal
bertanggung jawab memberikan ganti rugi 7 huruf a dan c Undang-Undang Republik
atas kerusakan, pencemaran, dan/atau jasa Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
yang dihasilkan atau diperdagangkan.” Hal Perlindungan Konsumen sudah mengatur
ini membuka peluang bagi konsumen agar jelas kewajiban pelaku usaha yang terkait
dapat memperoleh suatu produk (barang dengan perbuatan melawan hukum ini,
dan/atau jasa) yang sesuai dengan yang Pasal 7 huruf a menentukan bahwa
dijanjikan dan sekaligus melahirkan “kewajiban pelaku usaha adalah beritikad
tanggung jawab di pihak pelaku usaha baikdalam melakukan kegiatan usahanya”.
untuk memberikan ganti kerugian apabila Sedangkan Pasal 7 huruf c mengatakan
produk (barang dan/atau jasa) yang bahwa “kewajiban pelaku usaha adalah
diiklankan menjadi penyebab timbulnya memperlakukan dana melayani konsumen
kerugian bagi konsumen. secara benar dan jujur serta tidak
Dalam hal adanya suatu kewajiban diskriminatif”.
ataupun bagi pelaku usaha untuk Pasal 10 huruf a menentukan bahwa
mencantumkan informasi mengenai “pelaku usaha dalam menawarkan barang
barang, itu sudah menunjukkan bahwa dan/atau jasa yang ditujukan untuk di
adanya suatu itikad baik dan memberikan perdagangkan dilarang menawarkan,
pelayanan bagi konsumen secara jujur, mempromosikan, mengiklankan, atau
akan tetapi, dalam penulisan ini, pelaku membuat pernyataan yang tidak benar atau
usaha tersebut tidak melaksanakan menyesatkan mengenai harga atau tarif
perbuatannya sesuai dengan yang suatu barang dan/atau jasa.
dijanjikan pada promosi melalui brosur dan

75
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
Namun setelah barang terjual,
terkadang barang yang di beli oleh
konsumen tidak sesuai dengan promosi B. METODE PENELITIAN
atau iklan yang di buat oleh pelaku usaha Berdasarkan pokok permasalahan
sehingga konsumen di rugikan dengan yang diteliti, maka penulis menggunakan
iklan tersebut dengan demikian apakah metode penelitian hukum yuridis normatif,
pelaku usaha melindungi kewajiban dan dengan memberikan peranan utama kepada
hak-hak konsumen. Wujud perlindungan studi dokumen dan penelaahan yang
hak-hak konsumen seperti hak konsumen komprehensif terhadap datasekunder,
mendapatkan informasi dalam promosi dengan tujuan untuk menemukan dan
iklan yang dilakukan oleh pelaku usaha merumuskan argumentasi hukum melalui
dalam menjalankan usahanya agar analisis terhadap pokok permasalahan.
beritikad baik sehingga ada kenyamanan Metode penelitian hukum normatif atau
oleh konsumen dalam membeli barang metode penelitian hukum kepustakaan
dagangan. adalah metode atau cara yang dipergunakan
Banyaknya kasus perlindungan dalam penelitian hukum yang dilakukan
konsumen di Indonesia khususnya terkait dengan meneliti bahan pustaka yang ada.
dengan adanya klausula baku, maka perlu Fokus penelitian pada penelitian ini
dibentuk suatu peraturan perundang- sangat penting sebagai sarana untuk
undangan yang menjamin adanya memandu dan mengarahkan jalannya
keamanan dan kenyamanan bagi penelitian. Peneliti memfokuskan penelitian
konsumen. Terbentuknya Undang- Undang ini dipandang dari sisi perlindungan
Perlindungan Konsumen (UUPK) di konsumen dengan memperhatikan undang-
Indonesia memberikan suatu perlindungan undang yangterkait didalamnya, yaitu Kitab
tersendiri kepada konsumen, akan tetapi Undang- Undang Hukum perdata serta
masih banyak masyarakat yang belum Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999
menggunakan haknya sebagai konsumen. Tentang Perlindungan Konsumen.
Banyak masyarakat yang tidak perduli
dengan adanya perlindungan konsumen C. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan juga kurang memahami UUPK 1. Itikad Baik Terhadap Terhadap
tersebut padahal masyarakat dilindungi Pelaku Usaha Berdsarkan Undang-
oleh peraturan perundang-undangan, maka Undang Nomor 8 Tahun 1999
penelitian ini dirasakan sangat menarik dan Tentang Perlindungan Konsumen
layak untuk diteliti.

76
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
Tujuan dan cita-cita perjuangan Howard Beales mengatakan bahwa
bangsa Indonesia adalah terwujudnya hak konsumen atas informasi yang benar,
masyarakat yang adil dan Makmur jujur, dan jelas harus menjadi kewajiban
berdasarkan Pancasila dan Undang- pelaku usaha untuk memenuhinya dan
Undang Dasar tahun 1945, seiring dengan dilindungi oleh Undang- Undang. Menurut
tujuan pembangunan nasional adalah Howard Bealessetidaknya ada 4 (empat) hal
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin yang harus diatur dalam suatu regulasi
bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil perlindungan konsumen atas hak
dan merata. Salah satu unsur pokok memperoleh informasi.8 Hal-hal tersebut
kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya adalah:
kebutuhan dari segala sektor produk dan 1. Consumer Information inthe Law
jasa, yang merupakan kebutuhan dasar bagi Bahwa informasi bagi konsumen
setiap warga Negara Indonesia dan sekaligus menjadi kewajiban bagi
keluarganya, sesuai dengan harkat dan produsen, yang dilindungi secara hukum.
martabatnya sebagai manusia. Informasi penting yang harus
Sejalan dengan pertumbuhan disampaikan oleh produsen kepada
penduduk yang makin pesat setiap individu konsumen tersebut adalah mengenai
selalu berkeinginan agar memiliki produk- harga, kualitas/mutu, efek samping, dan
produk terbaru yang dihasilkan pleh setiap hal-hal lain yang perlu diketahui
pelaku usaha dalam bentuk barang maupun konsumen sebagai bahan rujukan ketika
jasa. Dengan demikian semakini banyaknya konsumen berniat membeli produk
peminat di kalangan masyarakat yang ingin barang dan/atau jasa tersebut.
memiliki produk dan jasa, maka semakin
pesat pula pertumbuhan para pelaku usaha 2. Market Information and Market
dari segala sektor bidang usaha. Failures
Oleh sebab itu maka di buatlah Adalah suatu informasi pasar yang
Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengiklan kan suatu produk barang dan
karena menyadari pentingnya hak konsumen jasa secara berlebihan, sehingga
atas informasi yang jujur, benar, dan jelas konsumen memperoleh informasi yang
pada masa promosi. Informasi yang jujur, salah. Dari arti Market Failures, yang
benar, dan jelas ini lah yang wajib bila diterjemah kan secara bebas berarti
diberikan oleh pelaku usaha kepada calon 8
Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum
konsumen. Periklanan dalam Perspektif Perlindungan
Konsumen”, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
1994), hlm. 10.

77
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
“kegagalan pasar”, patut diduga bahwah berlebihan yang tidak sesuai
alternatif tersebut sengaja dilakukan dengan kondisi dan karakteristik
untuk menarik minat pembeli. Walaupun produk yang sebenarnya.
tidak tertutup kemungkinan informasi
yang salah tersebut disebabkan salah 4. Policy Implication
satu pihak, apakah pelaku usaha, biro Suatu kondisi dimana hak-hak
iklan, atau media periklanan, dengan konsumen, khususnya untuk
maksud yang tidak baik memberikan mendapatkan informasi yang benar dari
informasi secara berlebihan. suatu produk barang dan/atau jasa, akan
semakin terlindungi.
3. Information Remedies Selain dari teoridiatas, menurut teori
Pengendalian informasi dapat kontrak modern, informasi yang terdapat
diklasifikasi kan menjadi 3 (tiga) di dalam brosur dapat dianggap sebagai
kategori, yaitu: janji- janji pra-kontrak sehingga memiliki
a. Removing Restrains on akibat hukum apabila janji-janji tersebut
Information diingkari.9 Dengan demikian, informasi
Suatu usaha untuk melakukan yang disampaikan dalam brosur
pemantauansekaligus pengendalian tersebut secara yuridis sebenarnya
secara terus menerus terhadap mengikat bagi konsumen dan juga
informasi- informasi produk barang pelaku usaha. Apabila brosur tersebut
dan jasa yang diterima konsumen. bersumber pada dokumen resmi yang
b. Correcting Misleading dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Information setempat, konsumen dapat menuntut
Usah – usaha untuk tidak hanya pada pihak pelaku usaha
mengklasifikasikan gugatan yang tetapi juga kepada pemerintah daerah
memang disebabkan kesalahan dan setempat.
perilaku buruk dari produsen Dengan demikian juga jika brosur
sebagai pelaku usaha, maupun tersebut dikeluarkan secara sepihak oleh
kesalahan biro iklanm, baik yang pihak pelaku usaha, konsumen tetap
disengajamaupun tidak disengaja. dapat menuntut kepada pihak pelaku
c. Encouraging Additional usaha dengan konstruksi hukum
Information
Kecenderungan produsen 9
Suharnoko, HukumPerjanjianTeori dan
Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada Media
memberikan informasi secara Group, Cet. Ke-5, 2008), hlm.2.

78
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
perbuatan melawan hukum. Meskipun mengesampingkan Pasal 8 ayat (1) huruf
demikian, pelaku usaha juga sangat f mengenai larangan bagi pelaku usaha
pandai dengan cara membatasi tanggung untuk memproduksi atau memperdagang
jawab secara sepihak dengan kan barang dan atau jasa yang tidak
mencantumkan kalimat seperti “fungsi sesuai dengan janji yang dinyatakan
brosur hanya terbatas sebagai informasi, dalam label, etiket, keterangan, iklan,
bukan merupakan ketentuan yang atau promosi penjualan barang dan atau
bersifat mengikat”. jasa tersebut.
Mengenai klausul yang umum Dengan demikian pihak pelaku
dicantumkan dalam brosur tersebut, usaha tetap dapat dimintakan
pihak pelaku usaha juga tetap pertanggung jawaban meskipun di dalam
bertanggung jawab apabila di kemudian suatu brosur dinyatakan bahwa
hari ia melakukan kesalahanya itu tidak ketentuan tidak bersifatmengikat.
menepati janji yang tertera di dalam Promosi atau iklan merupakan salah
brosur. satu tahap dari pemasaran produk barang
Maupun jika keadaan yang dan jasa, yang tiap tahap itu bagai kan
sebenarnya ternyata berbeda dengan apa mata rantai yang saling berhubungan dan
yang dideskripsikan di dalam brosur. jaringannya akan terputus jika salah satu
Pelaku usaha tetap dapat dikenakan matarantai itu lemah. Promosi/iklan
tanggung jawab secara hukum karena menjadi tahap yang penting yang sama
dengan adanya klausula tersebut, pelaku pentingnya denga tahap-tahap dalam
usaha telah memperlihatkan bahwa proses pemasaran.
adanya itikad tidak baik dari pelaku Pada prinsipnya, promosi ataupun
usaha bahkan sejak dikeluarkannya iklan dalam bentuk brosur mengikat
brosur tersebut. Selain itu, dengan secara hukum diantara produsen dan
mencantum kan klausul pengalihan konsumen. Kekuatan mengikat itu
tanggung jawab tersebut artinya bahwa timbul sebab iklan atau pun promosi
pelaku usaha telah mengesampingkan dalam bentuk brosur dapat dianggap
ketentuan Pasal 19 Undang-Undang sebagai sebuah bentuk penawaran dan
Perlindungan Konsumen, dimana setiap juga atas dasar hukum atau undang-
pelaku usaha harus bertanggung jawab Undang yang memang menentukan
atas kerugian konsumen karena membeli demikian. Pengaturan hukum perjanjian
dan menggunakan barang yang pada umumnya menganggap bahwa
diperdagangkan, dan juga iklan itu merupakan sebuah bentuk

79
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
penawaran (offer), sehingga ketika ada sebagai janji/unsur yang memberikan
penerimaan (acceptance) terhadap implikasi hukum dari iklan tersebut.10
penawaran itu, maka pesetujuan itu telah Oleh karena itu, bila memang
tercapai/kata sepakat telah terjadi. seorang pembeli tertarik untuk membeli
Hal ini sejalan dengan ketentuan sesuatu barang karena adanya janji-janji
yang menyatakan bahwa suatu tawaran yang dimuat di dalam iklan/brosur dan
untuk menyediakan barang atau jasa dia percaya pada janji-janji itu, hingga
dengan harga yang telah tercantum, yang akhirnya sipembeli melakukan suatu
dibuat oleh seorang penyedia/pemasok penerima dengan membeli barang
barang atau jasa yang professional, tersebut, maka sebenarnya disanalah ada
dalam iklan layanan masyarakat atau suatu persesuaian pernyataan kehendak
katlog, dianggap menjadi suatu diantara penjual dan pembeli itu.
penawaran (offer) untuk menjual atau Penjual berkehendak untuk
memasok barang dan/atau jasa telah menawarkan barangnya supaya dibeli
habis. Selanjutnya Tams Djayakusumah oleh calon pembeli, kemudian
juga mengatakan bahwa secara hukum, dinyatakan secara tertulis melalui iklan.
periklanan adalah salah satu bentuk Sementara pembeli berkehendak
spesialisasi publisistik yang brtujuan membeli barang sesuai dengan yang
untuk mempertemukan satu pihak yang dijanjikan di dalam brosur dan
menawarkan sesuatu dengan pihak lain dianyatakan dengan bersedia membeli
yang membutuhkannya. Dengan barang itu. Atas dasar adanya suatu
demikian iklan itu sebenarnya berfungsi persesuaian pernyataan kehendak itu
untuk menawarkan (offer) barang atau lah sebenarnya lahir suatu hubungan
jasa agar digunakan oleh pihaklain. kontraktual diantara para pihak, sehingga
Iklan/brosur merupakan salah satu promo iklan/brosur dalam hal ini
contoh penawaran yang dilakukan secara merupakan suatu bentuk penawaran dan
tertulis. Sebab penawaran (iklan) dan menjadi bagian jual beli itu, kecuali
penerimaan itu lah yang mewujud kan memang di dalam perjanjian pengikatan
kesepakatan timbal balik (persesuaian jual beli secara tegas ada klausula yang
pernyataan kehendak) di antara para menyatakan bahwa hal-hal yang
pihak.Hal ini sejalan dengan pendapat
Taufik H. Simatupang yang mengatakan 10
Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum
bahwa kedudukan hukum iklan adalah Periklanan, dalam Perpektif Perlindungan
Konsumen, Cet. 1, (Bandung; PT Citra Aditya
Bakti, 2004), hlm. 30.

80
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
dinyatakan di dalam iklan/brosur bersama-sama melalui perjanjian
tidaklah mengikat. menyelenggarakan kegiatan usaha
Namun, seandainya pun ada dalam berbagai bidang ekonomi”.
klausula sedemikian dan pembeli merasa Pasal 1 angka 2, menjelaskan:
dirugikan karena ternyata apa yang “Konsumen adalah setiap orang
dinyatakan di dalam iklan/brosur pemakai barang dan/atau jasa yang
tidaklah sesuai dengan kenyataannya. tersedia dalam masyarakat, baik bagi
Di Indonesia, substansi hukum kepentingan diri sendiri, keluarga,
perlindungan konsumen secara khusus orang lain maupun makhluk hidup lain
diatur di dalam Undang-Undang No. 8 dan tidak untuk diperdagangkan’’
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Sampai saat ini, belum ada
Konsumen (untuk selanjutnya disingkat undang-undang yang mengatur secara
UU No. 8 Tahun 1999), meskipun khusus perihal periklanan. Namun
terdapat undang-undang lain yang demikian, tinjauan yuridis yang
materinya juga melindungi kepentingan berkaitan dengan iklan dapat ditinjau
konsumen. Hanya saja undang-undang dari beberapa Pasal di dalam Undamg-
ini pada prinsif nya hanya dapat Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
diterapkan dalam konteks hubungan Perlindungan Konsumen.
antara pelaku usaha dan konsumen, yang Berdasarkan Pasal 7 huruf a
cenderung memiliki posisi tawar menyatakan bahwa: “kewajiban pelaku
(bargaining position) yang tidak usaha adalah beritikad baik dalam
seimbang. Pelaku usaha diatur Pasal 1 melakukan kegiatan usahanya”.
angka 3 dan konsumen Pasal 1 angka 2 Pasal 8 ayat (1) huruf f
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 menyatakan: “Pelaku usaha dilarang
Tentang Perlindungan Konsumen, hal memproduksi dan/atau
ini dijelaskan bahwa: memperdagangkan barang dan/jasa yang
Pasal 1 angka 3,menjelaskan bahwa: tidak sesuai dengan janji yang di
“Pelaku usaha adalah setiap orang nyatakan dalam label, etiket,
perseorangan atau badan usaha, baik keterangan, iklan atau promosi penjualan
yang berbentuk badan hukum maupun barang dan/jasa tersebut.”
bukan badan hukum yang didirikan dan Pasal 9 menyatakan: ‟Pelaku usaha
berkedudukan atau melakukan kegiatan dilarang menawarkan, mempromosikan,
dalam wilayah hukum Negara Republik mengiklankan suatu barang dan/atau jasa
Indonesia, baik sendiri maupun secara tidakbenar”

81
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
Pasal 10 menyatakan bahwa: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
‟pelaku usaha dalam menawarkan barang Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12,
dan atau jasa yang di tujukan untuk Pasal 13, dipidana dengan pidana
diperdagangkan dilarang menawarkan, penjara paling lama 5 tahun atau pidana
mempromosikan, mengiklankan, atau denda paling banyak Rp
membuat pernyataan yang tidak benar 2.000.000.000.00 (dua miliar rupiah).
atau menyesatkan mengenai harga atau Dengan demikian maka Undang-
tarif suatu barang dan/atau jasa”. Undang No. 8 Tahun 1999 diatas terlihat
Pasal 12 menyatakan: ‟Perilaku bahwa secara yuridis, konsumen yang
usaha dilarang menawarkan, selama ini lebih sering mengalami
mempromosikan, atau mengiklankan kerugian akibat tindakan pelaku usaha
suatu barang dan/atau jasa dengan harga yang menyebar luaskan informasi secara
atau tarif khusus dalam waktu dan tidak benar melalui iklan, telah
jumlah tertentu, jika pelaku usaha mendapat jalan legal untuk
tersebut tidak bermaksud untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang
melaksanakannya sesuai dengan waktu dilanggar.
dan jumlah yang ditawarkan, Hal ini tercermin dari adanya
dipromosikan, atau di iklankan.” ketentuan pasal - pasal yang melarang
Pasal 13 menyatakan: ‟Perilaku pelaku usaha untuk mengiklankan suatu
usaha dilarang menawarkan, barang dan/atau jasa secara tidak benar.
mempromosikan, atau mengiklankan Menurut penulis, bila ditafsirkan
suatu barang dan/atau jasa dengan cara substansi Pasal 8 ayat (1) huruf f dan
menjanjikan pemberian hadiah berupa Pasal 9, secara tegas sebenarnya
barang dan/atau jasa lain secara cuma- menunjuk kan bahwa hal-hal atau janji-
cumadengan maksud tidak janji yang dimuat di dalam iklan
memberikannya sebagaimana yang haruslah benar adanya, bertanggung
dijanjikannya.” jawab dan sesuai dengan kenyataannya,
Pasal 19 ayat (1) menyatakan: dalam arti undang-undang menentukan
“Pelaku usaha bertanggung jawab secara tidak langsung bahwa iklan itu
memberikan ganti rugi atas kerusakan, seyogyanya mengikat secara hukum
pencemaran, dan/atau jasa yang ketika konsumen itu dirugikan akibat
dihasilkan ataudiperdagangkan.” iklan sedemikian.
Pasal 62 ayat (1) menyatakan: Bahkan Pasal 19 UU No. 8 Tahun
‟pelaku usaha yang melanggar ketentuan 1999 menyatakan bahwa pelaku usaha

82
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
juga harus bertanggung jawab mengikat atas dasar adanya itikad baik
memberikan ganti rugi atas segala pelaku usaha itu tersebut, dengan
kerugian yang dialami konsumen. berlakunya Undang-Undang No. 8
Ditambah lagi sanksii dan dapat Tahun 1999, sebagai mana yang
diberikan bagi yang melanggar ketentuan didukung oleh ketentuan Pasal 9, Pasal
Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-Undang 62 dan Pasal 19, makasebenarnya secara
nomor 8 tahun 1999 tentang jelas Undang- Undang No. 8 Tahun
perlindungankonsumen terseut. 1999 sudah mengakui bahwa itikad baik
Dengan berlakunya Undang- sudah harus ada sebelum terjadinya
Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang transaksi jual beli, sehingga janji-janji
Perlindungan Konsumen, sebagai mana yang ada pada brosur tersebut dapat
yang diatur di dalam Pasal 24, maka diminta pertanggung jawaban berupa
setiap pelaku usaha, baik prinsipal, agen, ganti rugi, apabila janji yang ada pada
distributor, dealer, dan pengecer yang iklan/brosur itu diingkari.
menjual barang dan jasa secara langsung Namun dengan demikian sering kali
atau pun melalui pedagang perantara para pihak pelaku usaha melakukan
kepada konsumen bertanggung jawab perbuatan curang tersebut dengan
terhadap kualitas barang dan jasa tersebut membuat promosi iklan yang tidak
dan kerugian yang diderita konsumen, melalui brosur sehingga pada saat
selama barang itu tidak mengalami konsumen tertarik untuk membeli suatu
perubahan.11 barang yang tertera pada brosur tersebut
Oleh karena itu setiap pelaku usaha dan membayarnya di kasir para
tentunya akan dituntut untuk memiliki konsumen tetap dikenakan harga normal
itikad baik terhadap konsumen ketika padahal yang seharusnya para konsumen
menawarkan, mempromosikan atau pun membayar lebih murah dengan harga
menyebar luaskan informasi atas suatu sesuai brosur.dengan demikian
barang dan/atau jasa melalui promosi seharusnya pelaku usaha tidak berbuat
iklan/brosur. Dengan demikian, pada curang seperti itu kepada konsumen
dasarnya janji-janji yang dimuat di karna setiap pelaku usaha haruslah
dalam iklan/brosur itu pun sudah seharus mengutamakan perbuatan itikad baik
nya memiliki kekuatan hukum yang mereka sebagai pelaku usaha.
Dengan demikian berdasarkan
11
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan permasalahan diatas dapat dilihat
Analisa Kasus, cet. 6, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2009), hlm. 49. beberapa pasal yang mengatur tentang

83
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
permasalahan tersebut yaitu; ditegaskan Dalam hal adanya suatu kewajiban
pada Pasal 7 Undang-Undang ataupun bagipelaku usaha untuk
Perlindungan Konsumen (UUPK) mencantumkan informasi mengenai
disebutkan tentang kewajiban pelaku barang, itu sudah menunjukkan bahwa
usaha adalah memiliki itikad baik, adanya suatu itikad baik dan
memberikan informasi yang benar dan memberikan pelayanan bagi konsumen
jujur mengenai kondisi barang/jasa, secara jujur, akan tetapi, dalam
melayani konsumen secara benar, penulisan ini, pelaku usaha tersebut
menjamin mutu barang, memberi tidak melaksanakan perbutannya sesuai
kompensasi ganti rugi terhadap barang denagan yang dijanjikan pada promosi
12
yang tidak sesuai, sehingga melalui brosur dan iklan sesuai yang
perwujudan itikad baik terpenuhi. mereka tawarkan, sehingga norma yang
Pelaku usaha biasa dituntut apabila dilanggar oleh pelaku usaha tersebut.
janji yang ditawarkan dalam promosi Pengaturan tentang konteks ini ada pada
tidak terpenuhi. Undang- Undang Nomor Undang- Undang Republik Indonesia
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Konsumen di dalam Pasal 8 Ayat (1) Perlindungan Konsumen, yang dalam
Huruf f menyatakan bahwa: “Pelaku hal tidak dicantumkannya informasi
usaha dilarang memproduksi dan/atau yang benar dan jujur pada terhadap
memperdagangkan barang dan/jasa yang barang ditoko tersebut terkait
tidak sesuai dengan janji yang di pengaturannya padakewajibannya pelaku
nyatakan dalam label, etiket, keterangan, usaha itu kepada konsumen.
iklan atau promosi penjualan barang Dalam konteks tersebut, pada Pasal
dan/jasa tersebut.”13 7 huruf a dan c Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen
12
Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan
sudah mengatur jelas kewajiban pelaku
Konsumen ‟kewajiban pelaku usaha adalah
memiliki itikad baik, memberikan informasi yang usaha yang terkait dengan perbuatan
benar dan jujur mengenai kondisi barang/jasa,
melayani konsumen secara benar, menjamin melawan hukum ini, yaitu:
mutu barang , memberikompensasi ganti rugi
terhadap barang yang tidak sesuai’’
Pasal 7 huruf a menentukan bahwa
13
Pasal 8 Ayat (1) Huruf f Undang-Undang “kewajiban pelaku usaha adalah
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen : Pelaku usaha dilarang memproduksi beritikad baik dalam melakukan kegiatan
dan/atau memperdagangkan barang dan/jasa yang
tidak sesuai dengan janji yang di nyata kan dalam usahanya”. Sedangkan Pasal 7 huruf c
label, etiket, keterangan, iklan atau promosi
penjualan barang dan/jasa tersebut.” mengatakan bahwa “kewajiban pelaku

84
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
usaha adalah memperlakukan dana penting bagi suatu keberhasilan dalam
melayani konsumen secara benar dan usaha, baik dalam perusahaan, atau pun
jujur serta tidak diskriminatif” usaha lainnya. Dari tangan konsumen lah
Hal ini penting karena sebagai mana kita mendapatkan pundi-pundi uang buah
diketahui bahwa salah satu penyebab usaha kita atas barang dan jasa yang kita
terjadinya kerugian konsumen adalah jual atauusahakan.
mis interpretasi terhadap barang dan/atau Hak konsumen wajib diketahui oleh
jasa tertentu. Kerugian yang dialami oleh para pebisnis agar para pengusaha atau
konsumen di Indonesia juga sering pebisnis tidak semena–mena dalam
terjadi karena tergiur oleh iklan atau memperlakukan konsumen. Jikapara
brosur barang dan/atau jasa yang pebisnis tidak mematuhinya maka
ternyata tidak benar. Informasi berupa parapebisnis akan mendapatkan ganjaran
janji yang dinyatakan dalam penawaran, atau hukuman tersebut bias sampai
promosi, dan pengiklanan barang kepengadilan dan yang lebih parah bisa
dan/atau jasa tersebut dapat menjadi alat sampai penutupan usaha tersebut.
bukti yang dipertimbangkan oleh hakim Kedudukan konsumen terhadap
atas gugatan yang berdasarkan produsen yang seharusnya seimbang
wanprestasi pelaku usaha. menjadi lemah karena rendahnya
pengetahuan konsumen akan hak-hak nya
2. Akibat Hukum Pelaku Usaha Yang sebagai konsumen. Konsumen memiliki
Tidak Beritikad Baik Kepada berbagai macam hak yang seharusnya
Konsumen Berdasarkan Undang – diperhatikan dan tidak boleh dilanggar oleh
Undang Nomor 8 Tahun 1999 para pelaku usaha. Menurut pasal 4
Tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Konsumen adalah setiap orang Tentang Perlindungan Konsumen tersebut
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia terdapat 9 macam hak yang melekat pada
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan konsumen, tetapi hanya empat hak dasar
diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun yang diakui oleh Internasional yaitu:
makhluk hidup lain. Hak Konsumen adalah a. Hak untuk mendapatkankeamanan
hak yang harus dipatuhi oleh para b. Hak untuk mendapatkaninformasi
produsen.14 Keberadaan konsumen sangat c. Hak untuk memilih, dan
d. Hak untuk didengar
14
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Hak-hak konsumen ini perlu diketahui
Konsumen (Suatu Pengantar), (Jakarta: Diadit
Media,2001), hlm. 22. oleh masyarakat luas sebagai konsumen,

85
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
untuk menjamin kepastian hukum dan dirugikan, sesuai dengan ketentuan
perlindungan terhadap konsumen. Pasal 19 Undang-Undang Republik
Akibat hukum adalah akibat suatu Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tindakan yang dilakukan untuk memperoleh Tentang Perlindungan Konsumen.
suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku 2. Sanksi pidana berupa hukuman
15
dan yang diatur oleh hukum. Tindakan penjara paling lama
1
5
2 (dua) tahun
yang dilakukannya merupakan tindakan atau pidana denda paling banyak
hukum yakni tindakan yang dilakukan guna Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
memperoleh sesuatu akibat yang rupiah), sesuai dengan ketentuan
dikehendaki hukum. Akibat hukum dapat Pasal 62 ayat (2) Undang-Undang
berupa: Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
(1) Lahir berubah atau lenyap nya 1999 tentang Perlindungan
suatu keadaan hukum, Konsumen.
(2) Lahir, berubah, atau lenyap nya 3. Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang
suatu hubungan hukum dan Perlindungan Konsumen, pelaku
(3) Sanksi apabila melakukan tindakan usaha yang melanggar ketentuan
16
melawan hokum. Pasal 8 Undang-Undang
Dalam kaitannya dengan adanya Perlindungan Konsumen dapat
perbuatan melawan hukum berupa tidak dipidana penjara paling lama 5
dicantumkannya hargabarang dan/atau jasa (lima) tahun atau pidana denda
pada brosur yang disediakan oleh pelaku paling banyak Rp 2.000.000.000,00
usaha, maka timbulah sanksi akibat adanya (dua miliar Rupiah).
norma yang dilanggar. 4. Sanksi hukuman tambahan,
Adapun sanksi yang timbul bagi pelaku berdasarkan pada Pasal 62 , yakni
usaha yang melakukan perbuatan tersebut perampasan barang tertentu,
adalah : pengumuman keputusan hakim,
1. Sanksi yang bersifat keperdataan, pembayaran ganti rugi, perintah
yakni memberikan ganti rugi penghentian kegiatan tertentu yang
kepada konsumen yang merasa menyebabkan timbulnya kerugian
konsumen, kewajiban penarikan
15
Soedjono Dirdjosisworo, PengantarI barang dari peredaran, dan
lmuHukum,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, pencabutan izin usaha. Sesuai
2003), hlm. 131.
16
Surojo Wignjodipuro, 1983, Pengantar dengan ketentuan Pasal 63 Undang-
Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Gunung Agung,1983),
hlm. 38. Undang Republik Indonesia Nomor

86
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan yang benar yang dilakukan oleh
Konsumen. pelakuusaha, merupakan perbuatan
melawan hukum untuk mengelabuhi
D. PENUTUP konsumen dengan cara menyesatkan
Berdasarkan pembahasan yang telah informasi barang melalui brosur yang
dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya di tawarkan oleh pelaku usaha. Disini
dan berhubungan dengan rumusan seharusnya pelaku usaha memiliki
masalah, maka dapat ditarik kesimpulan itikad baik dalam memperlakukandan
sebagai berikut: melayani konsumen dengan benar
1. Hukum Perlindungan Konsumen dan jujur, serta tidak diskriminatif,
menggaris bawahi pentingnya hak sehingga sesuai dengan ketentuan
konsumen atas informasi yang jujur, Pasal 7 huruf a dan c, maupun
benar, dan jelas pada masa Pasal 10 huruf a Undang-Undang
promosi, dimana dinyatakan dalam Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
Pasal 4 huruf (c) disebutkan bahwa 1999 tentang Perlindungan
salah satu hak konsumen adalah “hak Konsumen. Mengingat apabila
atas informasi yang benar, jelas, dan ketentuan tersebut dilanggar maka
jujur mengenai kondisi dan jaminan akan timbul akibat hukum berupa
barang dan/atau jasa”. Informasi yang sanksi. Dimana sanksi- sanksi
disampaikan dalam brosur secara tersebut dapat berupa ganti rugi,
yuridis mengikat sebagai hak atas hukuman penjara atau denda, serta
informasi bagi konsumen dan juga pidana tambahan yang masing-
pelakuusaha.Maka pelaku usaha telah masing diatur pada Pasal 62 ayat (1)
melanggar salah satu pasal dalam dan (2) dan Pasal 63 Undang-
Undang-Undang Nomor 8 tahun Undang Republik Indonesia Nomor 8
1999 tentang perlidungan konsumen. Tahun 1999 tentang Perlindungan
Hal ini terlihat dalam Putusan BPSK Konsumen.
dengan Nomor perkara
099/Pts.A/BPSK-DKI/II/2012, DAFTAR PUSTAKA
Perkara Nomor: 06/Pts/BPSK/
A.Z. Nasution. Hukum Perlindungan
I/2011 dan kegiatan promosi JSM Konsumen (Suatu Pengantar).
Jakarta: Diadit Media. 2001.
melalui brosur yang sedang
Ahmad dimiru dan Sutarman Yodo.
penomenal yangdilakukan oleh ritail. Hukum Perlindungan Konsumen.
Jakarta; Raja Grapindo Persada.
2. Bahwa tidak di berikannya informasi

87
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020
2004.
Ahmad Dimiru. Prinsip-Prinsip
Perliindungan Bagi Konsumen Di
Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grapindo Persada. 2013.
Erman Raja Guguk, Dikutip dari Janus
Sidabalok. Hukum perlindungan
Konsumen Di Indonesia. Bandung:
Citra Aditiya. 2012.
Husni Syawali & Neni Sri Imaniati.
Hukum Perlindungan Konsumen,
Bandung: Mandar Maju. 2000.
Inosentius Samsul. Perlindungan
Konsumen; Kemungkinan
Penerapan Tanggung Jawab
Mutlak. Jakarta: Bantuan Pusat
Studi Universitaw Indonesia. 2004.
Irawan & M.Suoparmoko. Ekonomika
Pembangunan. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta. 2012.
Kotler & Gerry Amsrong. Dassar-Dasar
Pemasaran. Jakarta: Prenhellindo.
2007.
Soedjono Dirdjosisworo. Pengantar Ilmu
Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2003.
Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori dan
Analisa Kasus. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2008.
Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori dan
Analisa Kasus. Jakarta: Prenada
Media Group. Cet. 6. 2009.
Surojo Wignjodipuro. Pengantar Ilmu
Hukum. Jakarta: PT. Gunung
Agung. 1983.
Taufik H. Simatupang. Aspek Hukum
Periklanan dalam Perspektif
Perlindungan Konsumen. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti. 1994.
Taufik H. Simatupang. Aspek Hukum
Periklanan, dalam Perpektif
Perlindungan Konsumen. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti. Cet. 1.
2004.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.

88
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.01 | Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai