Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan.


Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan
perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan,
masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan
konsumen perlu diperhatikan.
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara
seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun
penawaran barang secara langsung.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,
konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa
yang dikonsumsinya.
Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian
hari kian meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada
konsumen karena ada beragam variasi produk barang dan jasa yang bias
dikonsumsi. Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh
teknologi informasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang
sangat bebas dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang
dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi.
  Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana
memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada
kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu
sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa
mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang

1 | Hk.Perlindungan Konsumen
berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan
undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga
bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut
dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan
kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang 
dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat
melakukan sasial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan
pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia
dapat lebih diperhatikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek hukum dalam perlindungan konsumen?
2. Bagaimana peranan hukum dalam perlindungan konsumen?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek hukum dalam perlindungan konsumen.
2. Untuk mengetahui peranan hukum dalam perlindungan konsumen

2 | Hk.Perlindungan Konsumen
BAB II
Pembahasan

A. Aspek Keperdataan
Hukum perdata yakni dalam arti luas, termasuk hukum perdata, hukum

dagang serta kaidah-kaidah keperdataan yang termuat dalam berbagai peraturan

perundang-undangan lainnya. Kesemuanya itu baik hukum perdata tertulis

maupun hukum perdata tidak tertulis (hukum adat). Dalam Kaedah-kaedah hukum

perdata umumnya termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(KUHPerdata). Disamping itu tentu saja juga kaedah-kaedah hukum perdata adat

yang tidak tertulis tetapi ditunjuk oleh pengadilan-pengadilan dalam perkara-

perkara tertentu.

Kaedah-kaedah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hokum

antara pelaku usaha penyedia barang dan atau penyelenggara jasa dengan

konsumennya masing-masing termuat dalam :

 KUH Perdata, terutama dalam buku kedua, ketiga dan keempat;

 KUHD, buku kesatu dan buku kedua;

 Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaedah-kaedah

hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum,

dan masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan

konsumen.

Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan

penyedia barang dan atau penyelenggara jasa antara lain sebagai berikut :

1.      Hal-hal yang Berkaitan dengan Informasi

3 | Hk.Perlindungan Konsumen
Hak atas informasi ini sangat penting, karena tidak memadai informasi

yang disampaikan kepada konsumen ini dapat juga merupakan salah satu bentuk

cacat produk, yaitu yang dikenal dengan cacat instruksi atau cacat karena

informasi yang tidak memadai. Hak atas informasi yang jelas dan benar

dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang

suatu produk, karena dengan informasi tersebut, konsumen dapat memilih produk

yang inginkan/sesuai kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan

dalam penggunaan.1

Bagi konsumen, informasi tentang barang dan atau jasa merupakan

kebutuhan pokok, sebelum ia menggunakan sumber dananya (gaji, upah, honor

atau apapun nama lainnya) untuk mengadakan transaksi konsumen tentang barang

atau jasa tersebut. Dengan traksaksi konsumen dimaksudkan diadakannya

hubungan hukum (jual beli, beli sewa, sewa menyewa, pinjam meminjam, dsb)

tentang produk konsumen dengan pelaku usaha itu.2 Meliputi tentang ketersediaan

barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat konsumen tentang kualitas produk,

keamanannya, harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya,

tentang jaminan atau garansi produk, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan

itu.

Informasi dari kalangan pemerintah dapat diserap dari berbagai penjelasan,

siaran, keterangan, penyusun peraturan perundang-undangan secara umum atau

dalam rangka deregulasi, dan/atau tindakan pemerintah pada umumnya atau

tentang sesuatu produk konsumen. Dari sudut penyusunan peraturan perundang-

1
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo,Hukum Perlindungan Konsumen, (PT RajaGrafindo Persada
2004) hlm.41
2
Celina Tri Siwi Kristiyani, Hukum Perlindungan Konsumen,(Sinar Grafika : Jakarta 2009) hlm.70

4 | Hk.Perlindungan Konsumen
undangan terlihat informasi itu termuat sebagai suatu keharusan. Beberapa di

antaranya, ditetapkan harus dibuat, baik secara dicantumkan pada maupun dimuat

di dalam wadah atau pembungkusnya ( antara lain label dari produk makanan

dalam kemasan ). Sedang untuk produk hasil industry lainnya, informasi tentang

produk itu terdapat dalam bentuk standar yang ditetapkan oleh pemerintah,

standar internasional, atau standar lain yang ditetapkan oleh pihak yang

berwenang.

Informasi dari konsumen atau organisasi konsumen tampak pada

pembicaraan dari mulut ke mulut tentang suatu produk konsumen, surat-surat

pembaca pada media massa, berbagai siaran kelompok tertentu, tanggapan atau

protes organisasi konsumen menyangkut sesuatu produk konsumen. Siaran pers

tentang organisasi konsumen, seperti Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia(YLKI). Sumber-sumber informasi itu umumnya terdiri dari berbagai

bentuk iklan melalui media nonelektonik atau elektronik, label termasuk

pembuatan berbagai selembaran seperti brosur, pamflet, katalog dan sejenisnya

dengan itu. Bahan-bahan informasi ini dibuat dengan tujuan mempekenalkan

produk, mempertahankan, meningkatkan pangsa pasar. Adapun label merupakan

informasi yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan tertentu.3

2.      Beberapa Bentuk Informasi

Diantara berbagai informasi tentang atau jasa konsumen yang diperlukan

konsumen , tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah informasi

yang bersumber dari kalangan pelaku usaha. Terutama dalam bentuk iklan atau

3
Ibid  hlm.55-57

5 | Hk.Perlindungan Konsumen
label, tanpa mengurangi pengaruh dari berbagai bentuk informasi pengusaha

lainnya.

Iklan adalah bentuk informasi yang umumnya bersifat sukarela, sekalipun

pada akhir-akhir ini termasuk juga yang diatur di dalam Undang-undang tentang

perlindungan konsumen (Pasal 9, 10, 12, 13, 17 dan 20).

a.       Tentang Iklan

Periklanan merupakan media informasi sangat penting dalam rangka

promosi atau pemasaran produk. Media ini malahan dipandang sebagai sarana

terpenting dari sejumlah media pemasaran yang dikenal dengan perdagangan.

Dengan demikian, periklanan sangat erat sekali hubungannya dengan dunia usaha,

karena media iklan merupakan jembatan penting antara pelaku usaha dan

konsumen. Media periklanan dapat dibedakan ke dalam tig jenis, yakni : 1. Media

lisan, 2. Media cetak, seperti surat kabar, majalah, brosur, pamflet, selebaran; 3.

Media elektronik, seperti televisi, radio, komputer atau internet. Dari sejumlah

jenis media tersebut, media yang paling efektif dan paling berpengaruh sekarang

ini dalam periklanan adalah media televisi.4

Menurut ketentuan dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Pasal 9 ayat (1) berbunyi :

“Pelaku Usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu

barang dan/ atau jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah… dan

seterusnya.”

Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang

dimaksud dengan iklan. Yang terdapat dalam perundang-undangan ini hanyalah


4
N.H.T Siahaan.,Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,
(Pantai Rei : Bogor 2005) hal.126-129

6 | Hk.Perlindungan Konsumen
berbagai larangan dan suruhan berkaitan dengan periklanan saja. Dari hal-hal

terurai diatas tentang kedudukan periklanan dalam masyarakat usaha, setidak-

tidaknya terdapat dua batasan iklan, yang satu ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan yang lainnya oleh sistem penyiaran nasional.5

Kedua batasan iklan tersebut berjalan bersama masing-masing untuk

bidang masing-masing. Sampai saat ini tidak terdapat gangguan apapun baik

terhadap masyarakat pembuat maupun pengguna produk konsumen yang

diiklankan berdasarkan masing-masing rumusan yang bersangkutan. Bagi

konsumen informasi produk konsumen sangat menentukan sehingga haruslah

informasi itu memuat keterangan yang benar, jelas, jujur, dan bertanggung jawab.

Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam Pasal 17

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, adalah

sebagai berikut:

1)      Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,

kegunaan dan  harga barang dan/atau tariff jasa serta ketepatan

waktu penerimaan barang dan/atau jasa;

b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;

c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai

barang dan/atau jasa;

d. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang

dan/atau jasa;

e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizing yang

berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;


5
Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen.,(Diadit Media : Jakarta : 2002) hlm.57-58

7 | Hk.Perlindungan Konsumen
f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai periklanan.

2)      Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah

melanggar ketentuan pada ayat (1).

Selanjutnya,  berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha periklanan ini diatur

dalam Pasal 20, sebagai berikut Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas

iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut.

b.      Tentang label

Informasi produk konsumen yang bersifat wajib ini, ditetapkan dalam

berbagi peraturan perundang-undangan. Pengaturan tentang informasi yang

disebut dengan berbagai istilah seperti penandaan, label, atau etiket. Ketentuan

tersebut terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan. 6

1.) UU Barang, UU No.10 Tahun 1961, memberikan informasi tentang

barang, Pasal 2 ayat (4) UU ini menentukan :

Pemberian nama dan/atau tanda-tanda yang menunjukkan asal, sifat, susunan

bahan, bentuk banyaknya dan/atau kegunaan barang-barang yang baik

diharuskan maupun tidak diperbolehkan dibubuhkan atau dilekatkan pada

barang pembungkusnya, tempat barang-barang itu diperdagangkan dan alat-alat

reklame, pun cara pembubuhan atau melekatkan nama dan/atau tanda-tanda itu.

2.) Baik produk makanan, maupun obat diwajibkan mencantumkan label

pada wadah atau pembungkusnya. Permenkes No.79 Tahun 1978

6
Ibid hal.68-67

8 | Hk.Perlindungan Konsumen
tentang Label dan Periklanan Makanan, Pasal 1 angka 2,

menyebutkan:

“Etiket adalah label yang dilekatkan, dicetak, diukir atau dicantumkan dengan

jalan apa pun pada wadah atau pembungkus.”

Selanjutnya keterangan yang harus dimuat pada label/etike tersebut ditetepkan

(Pasal 7 ayat (1) dan (2)) terdiri atas:

a) Nama makanan dan/atau merek dagang

b) Komposisi, kecuali makanan yang cukup diketahui komposisinya

secara umum

c) Isi netto

d) Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan

e) Nomor pendaftaran

f) Kode produksi

g) Untuk jenis makanan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan harus dicantumkan tanggal kadaluarsa, nilai gizi, petunjuk

penggunaan dan cara penyimpanannya.

c.       Hal-hal yang Berkaitan dengan Perikatan

Dalam KUHPerdata Buku ke-III tentang perikatan (Van Verbintenissen),

termuat ketentuan-ketentuan tentang subjek-subjek hukum dari perikatan, syarat-

syarat perikatan, tentang risiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat

pembatalannya, dan berbagai bentuk perikatan yang diadakan (Pasal 1233).

Perikatan yang terjadi karena undang-undang, dapat timbul karena

undang-undang, baik karena undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan

9 | Hk.Perlindungan Konsumen
seseorang. Perbuatan itu dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan (halal) atau

perbuatan yang melanggar hukum (Pasal 1352, 1353, dan seterusnya).

Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain yang

terpenting terlihat pada perikatan karena terjadinya perbuatan atau kealpaan yang

melanggar atau melawan hukum (selanjutnya disebut PMH). Apabila seseorang

dirugikan karena perbuatan seseorang lain, sedang diantara mereka itu tidak

terdapat sesuatu perjanjian maka berdasarkan undang-undang dapat juga timbul

atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut dan orang yang menimbulkan

kerugian itu. Pasal 1365 KUHPer berbunyi:

“setiap perbuatan melanggar hukum membawa kerugian pada orang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut.”

B. Aspek Hukum Publik

Hukum publik adalah aturan-aturan hukum yang mengatur kepentingan

umum sehingga yang melaksanakan adalah terutama pemerintah. Jika hukum

perdata hukum yang umum berlaku yang memuat ketentuan orang dalam

masyarakat pada umumnya sedangkan hukum publik memuat aturan tugas-tugas

atau kewajiban negara dan mengakibatkan hak-hak perorangan dicampuri oleh

alat perlengakapan negara. Termasuk hukum publik dalam kerangka hukum

konsumen dan/atau hukum perlindungan konsumen, adalah hukum administrasi

negara, hukum pidana, hukum acara perdata, dan/atau hukum acara pidana dan

hukum internasional khususnya hukum perdata internasional.7

1.      Hukum Pidana
7
Ibid hal.108-109

10 | Hk.Perlindungan Konsumen
Diantara semua aspek hukum publik, yang paling banyak menyangkut

perlindungan konsumen adalah hukum pidana dan hukum administrasi negara.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak disebutkan kata “konsumen”.

Meskipun demikian, secara implicit dapat ditarik beberapa Pasal yang

memberikan perlindungan hukum bagi konsumen, antara lain :

a. Pasal 204:

Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan

barang, yang diketahui bahwa membahayakan nyawa atau kesehatan orang,

padahal sifat berbahaya itu tidak diberitahukan, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima belas tahun. Jika perbuatan membuat matinya orang, yang

bersalah dikenakan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama

waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

b. Pasal 205:

Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan bahwa barang-barang yang

berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang dijual, diserahkan atau dibagi-

bagikan, tanpa diketahui sifat berbahayanya oleh yang memberi atau

memperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau

kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

c. Pasal 382:

Barangsiapa menjual, menawarkan  atau menyerahkan makanan, minuman atau

obat-obatan yang diketahui bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal itu,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Bahan makanan,

minuman atau obat-obatan itu dipalsu, jika nilainya atau faedahnya menjadi

kurang karena dicampur dengan sesuatu bahan lain.

11 | Hk.Perlindungan Konsumen
d. Pasal 383:

Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan, seorang

penjual yang berbuat curang terhadap pembeli: (1) karena sengaja menyerahkan

barang lain daripada yang ditunjuk untuk dibeli, (2) mengenai jenis keadaan

atau banyaknya barang yang diserahkan, dengan menggunakan tipu muslihat.

e. Pasal 390:

Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, dengan menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan

harga barang-barang dagangan, dana-dana atau surat-surat berharga menjadi

turun atau naik, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan.

Diluar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat banyak sekali

ketentuan pidana yang beraspekkan perlindungan konsumen. Lapangan

pengaturan yang paling luas kaitannya dengan hukum perlindungan konsumen

terdapat pada bidang kesehatan. Termasuk dalam kelompok ini adalah Undang-

undang No.7 Tahun 1996 tentang pangan.

Selain itu juga dalam pengaturan hak-hak atas kekayaan intelektual,

seperti hak cipta, paten, dan hak atas merek, dewasa ini diberi perhatian yang

cukup besar, khususnya dari sudut penerapan sanksi pidananya. Tindak pidana

berupa pembajakan hak cipta, misalnya sekarang diubah dari delik aduan menjadi

delik biasa.

2.      Hukum Administrasi Negara

Seperti halnya hukum pidana, hukum administrasi Negara adalah

instrument hukum publik yang penting dalam perlindungan konsumen. Sanksi-

12 | Hk.Perlindungan Konsumen
sanksi hukum secara perdata dan pidana seringkali kurang efektif jika tidak

disertai saknsi administratif.

Sanksi administratif tidak ditujukan pada konsumen pada umumnya, tetapi

justru kepada pengusaha, baik itu produsen maupun penyalur hasil-hasil

produknya. Saknsi administratif berkaitan dengan perizinan yang diberikan. Jika

terjadi pelanggaran, izin-izin itu dapat dicabut secara sepihak oleh Pemerintah.8

Pencabutan izin hanya bertujuan menghentikan proses produksi dari

produsen/penyalur. Produksi di sini harus diartikan secara luas, dapat berupa

barang atau jasa. Dengan demikian, dampaknya secara tidak langsung berarti

melindungi konsumen pula, yakni mencegah jatuhnya lebih banyak korban.

Adapun pemulihan hak-hak korban (konsumen) yang dirugikan bukan lagi tugas

instrument hukum administrasi Negara. Hak-hak konsumen yang dirugikan dapat

dituntut dengan bantuan hukum perdata dan/atau pidana.

Campur tangan administratur negara idealnya harus dilatarbelakangi itikad

melindungi masyarakat luas dari bahaya. Pengertian bahaya disini terutama

berkenaan dengan kesehatan dan jiwa. Itulah sebabnya, sejak pra kemerdekaan,

peraturan-peraturan tentang produk makanan, obat-obatan, dan zat-zat kimia,

diawasi secara ketat. Syarat-syarat pendirian perusahaan yang bergerak dibidang

tersebut dan pengawasan terhadap proses produksinya dilakukan ekstra hati-hati.

Sanksi administrative seringkali lebih efektif dibandingkan dengan sanksi

perdata atau pidana, ada beberapa alasannya:

Pertama,  sanksi administratif dapat diterapkan secara langsung dan

sepihak. Dikatakan demikian karena penguasa sebagai pihak pemberi izin tidak
8
Celina Tri Siwi Kristiyani, Hukum Perlindungan Konsumen,(Sinar Grafika : Jakarta 2009) hlm.81-
82

13 | Hk.Perlindungan Konsumen
perlu meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak manapun. Persetujuan,

kalaupun itu dibutuhkan, mungkin dari instansi-instansi pemerintah terkait.

Kedua, sanksi perdata dan/atau pidana acapkali tidak membawa efek

“jera” bagi pelakunya. Nilai ganti rugi dan pidana yang dijatuhkan mungkin tidak

seberapa dibandingkan dengan keuntungan yang diraih dari perbuatan negative

produsen.

Walaupun secara teoritis instrumen hukum administratif Negara ini cukup

efektif, tetap ada kendala dalam penerapannya. Contohnya adalah ketentuan yang

tercantum dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan

Lingkungan Hidup. Sanksi administratif terhadap perusahaan-perusahaan yang

mencemari lingkungan masih teramat jarang dilakukan. Bahkan, untuk kasus-

kasus tertentu, seperti pencemaran oleh PT. Inti Indorayon Sumatera Utara,

Pemerintah masih mengandalkan inisiatif konsumen untuk mempersalahkannya.

Pemerintah tampaknya menjadikan sanksi administratif ini sebagai ultimum

remedium, karena dikaitkan dengan pertimbangan tenaga kerja dan perpajakan.

Tentu saja, kedua pertimbangan tersebut seharusnya tidak menjadi alasan pemaaf

bagi pengusaha yang merugikan konsumen tersebut, sepanjang memang didukung

oleh bukti-bukti yang cukup.

3.      Hukum Transnasional

Sebutan “Hukum transnasional” mempunyai dua konotasi. Pertama,

hukum transnasional yang berdimensi perdata, yang lazim disebut hukum perdata

internasional. Kedua, hukum internasional yang berdimensi public, yang biasanya

dikenal sebagai hukum internasional publik. Hukum perdata internasional

sesungguhnya bukan hukum yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari hukum

14 | Hk.Perlindungan Konsumen
perdata nasional. Hukum perdata internasional hanya berisi petunjuk tentang

hukum nasional mana yang akan diberlakukan jika terdapat kaitan lebih dari satu

kepentingan hukum nasional. Melalui petunjuk inilah lalu ditentukan hukum atau

pengadilan mana yang akan menyelesaikan perselisihan tersebut.

Hukum internasional (publik) sering dinilai sebagai instrument yang

“mandul” dalam menangani banyak kasus hukum yang berdimensi lintas Negara.

Kepentingan nasional masing-masing Negara kerapkali membuatnya harus

menjadi “macan kertas” yang dengan sendirinya tidak bergigi dan tidak

mempunyai kekuatan memaksa.

Maslah perlindungan konsumen merupakan salah satu bukti diantaranya.

Gerakan ini memang berkembang pesat di berbagai penjuru dunia, namun

intensitas gerakan tersebut tidak selalu sama pada tiap-tiap Negara. Kondisi suatu

Negara sangat dominan menentukan seberapa jauh gerakan ini mendapat tempat

di masyarakatnya.

Sumber terpenting dari hukum internasional adalah perjanjian antarnegara

dan konvensi-konvensi internasional. Walaupun begitu, keberadaan sumber-

sumber hukum internasional itu tetap tidak banyak artinya jika belum diratifikasi

oleh Negara yang bersangkutan.

Salah satu resolusi yang pernah dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa adalah tentang Perlindungan Konsumen, masalah ini dimuat dalam

Resolusi No.39/248 Tahun 1985. Didalam Guidelines for Cosumer Pontection

dinyatakan hal-hal apa saja yang dimaksud dengan kepentingan konsumen itu:9

9
Shidarta,op.cit.,hlm.97

15 | Hk.Perlindungan Konsumen
a. Perlindungan konsumen dan bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

keamanannya

b. Promosi dan perlindungan dan kepentingan sosial ekonomi konsumen

c. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk

memberikan mereka kemampuan melakukan pilihan yang tepat sesuai

kehendak dan kebutuhan pribadi

d. Pendidikan konsumen

e. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif

f. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi

lainnya yang relevan

Organisasi yang membawa misi perlindungan hak-hak konsumen secara

bijak menyadari betapa kondisi suatu negara tidak selalu mampu menampung

kepentingan konsumen itu kedalam perangkat hukum positifnya. Dengan

demikian, jika prinsip-prinsip umum Resolusi No. 39/248 Tahun 1985 itu

dihormati, paling tidak hak-hak konsumen di negara yang bersangkutan akan

memperoleh perhatian secara memadai.

C. Peranan Hukum Dalam Perlindungan Konsumen

Pada era perdagangan bebas di mana arus barang dan jasa dapat masuk ke

semua Negara denga bebas, maka yang seharusnya terjadi adalah persaingan jujur.

Persaingan jujur adalah suatu persaingan di mana konsumen dapat memiliki

barang atau jasa karena jaminan kualitas dengan harga yang wajar. Oleh karena

itu, pola perlindungan konsumen perlu diarahkan pada pola kerja sama

16 | Hk.Perlindungan Konsumen
antarnegara, antarsemua pihak yang berkepentingan agar terciptanya suatu model

perlindungan yang harmonis berdasarkan atas persaingan jujur.

Sampai saat ini secara universal diakui adanya hak-hak konsumen yang

harus dilindungi dan dihormati, yaitu :

1.      Hak keamanan dan keselamatan ;

2.      Hak atas informasi;

3.      Hak untuk memilih;

4.      Hak untuk didengar, dan

5.      Hak atas lingkungan.

Aspek-aspek hukum terhadap perlindungan konsumen di dalam era pasar

domestic dan bebas, pada dasarnya dapat dikaji dari dua pendekatan, yakni dari

sisi pasar dan dari sisi pasar global. Keduanya harus diawali dan sejak barang dan

jasa diproduksi, didistribusikan/dipasarkan dan diedarkan samapi barang dan jasa

tersebut dikonsumsi oleh konsumen.

Bertolak dari pemikiran di atas, pada dasarnya Negara dapat diketahui

bahwa aspek hukum public dan aspek hukum perdata mempunyai peran dan

kesempatan yang sama untuk melindungi kepentingan konsumen. Aspek hukum

public berperan dan dapat dimanfaatkan oleh Negara, pemerintah instansi yang

mempunyai peran dan kewenangan untuk melindungi konsumen. Kewenangan

dari peran tersebut dapat diwujudkan melalui:

1. Politic will/kemauan politik untuk melindungi kepentingan konsumen

domestik di dalam persaingan global dan atas persaingan tidak sehat

lokal

17 | Hk.Perlindungan Konsumen
2. Birokrasi dengan sadar dan senang hati menciptakan kondisi dengan

berbisnis jujur dalam mewujudkan persaingan sehat

3. Didalam hukum positif, yang sudah mengandung unsur melindungi

kepentingan konsumen antara lain:

- Undang-undang kesehatan

- Undang-undang barang

- Undang-undang pengawasan atau edar barang

- Pengaturan tentang wajib daftar obat

- Peraturan tentang produksi dan peredaran produk tertentu

Dari aspek hukum publik, termasuk didalamnya hukum administrasi

negara, mempunyai sumbangan terbesar dalam rangka melindungi kepentingan

konsumen. Sumbangan terbesar pada hukum publik disini adalah kemapuan untuk

mengawasi, membina dan mencabut izin sesuai ketentuan apabila terbukti:

- Melanggar ketentuan undang-undang

- Merugikan kepentingan umum/konsumen

Aspek hukum perdata secara umum hanya dapat dimanfaatkan oleh pihak

untuk kepentingan-kepentingan subjektif. Meskipun demikian hubungan hukum

para pihak terjadi karena berbagai alasan dan faktor kebutuhan.

Dalam hukum perlindungan konsumen, aspek perjanjian ini merupakan

factor yang sangat penting, walaupun bukan factor mutlak yang harus ada. Dalam

perjalanan sejarah hukum perlindungan konsumen, pernah ada suatu kurun waktu

yang menganggap unsure perjanjian mutlak yang harus ada lebih dahulu, barulah

konsumen dapat memperoleh pelindungan yuridis dari lawan sengketanya.

18 | Hk.Perlindungan Konsumen
Adanya hubungan hukum berupa perjanjian tentu saja sangat membantu

memperkuat posisi konsumen dalam berhadapan dengan pihak yang merugikan

hak-haknya. Dalam perikatan dikarenakan adanya perjanjian, para pihak

bersepakat untuk mengikat diri melaksanakan kewajiaban masing-masing dan

untuk itu masing-masing memperoleh hak-haknya. Kewajiban yang dinamakan

prestasi  dan agar perjanjian itu memenuhi harapan kedua pihak, masing-masing

perlu memiliki itikad baik untuk memenuhi prestasinya secara tanggung jawab.

Dan peranan hukum untuk memastikan bahwa kewajiban memang dijalankan

dengan penuh tanggung jawab sesuai kesepakatan semula.

Jika terjadi pelanggaran dari kesepakatan atau yang lazim disebut

wanprestasi, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut pemenuhannya

berdasarkan perjanjian. Pengadilan yang memutus apakah gugatan tersebut

dibenarkan. Selain perjanjian sumber perikatan lainnya adalah: UU yang

dibedakan dalam pasal 1352 KUHPerdata menjadi; perikatan yang memang

ditentukan UU dan perikatan yang timbul karena perbuatan orang .

Adapun kriteria perikatan yang timbul karena perbuatan orang lain ada

yang memenuhi kebutuhan yang disebut perbuatan menurut hukum dan tidak

memenuhi ketentuan menurut hukum disebut PMH.

1.      Perikatan berupa perbuatan menurut hukum dalm KUHPerdata ada 2 yaitu

o Wakil tanpa kuasa (zaakwaarneming) yang diatur dalam pasal 1354 s.d 1358

o Pembayaran tanpa hutang yang diatur dala pasal 1359 s.d 1364

19 | Hk.Perlindungan Konsumen
2.  PMH sangat penting untuk dicermati lebih lanjut karena paling memungkinkan

untuk digunakan oleh konsumen sebagai dasar yuridis penuntutan terhadap pihak

lawan sengketanya.10

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
10
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen   kajian teoritis dan perkembangan
pemikiran.( cet 1 FH Unlam Press:Banjarmasin.2008). hlm 29-32

20 | Hk.Perlindungan Konsumen
1. Hukum Perlindungan Konsumen dalam banyak aspek berkorelasi erat dengan
hukum-hukum perikatan perdata, tidak berarti hukum perlindungan konsumen
semata –mata ada dalam wilayah hukum perdata. Ada aspek –aspek  Hukum
Perlindungan Konsumen yang berada dalam hukum public, terutama hukum
pidana dan hukum administrasi Negara. Jadi, tepatnya hukum perlindungan
konsumen ada di wilayah hukum Privat (perdata) dan diwilayah hukum Publik.
Dalam membangun hukum Perlindungan Konsumen dengan kerangka sistem
hukum Indonesia adanya kaitan antara Hukum Perlindungan Konsumen
dengan peraturan UU yang mempunyai tujuan memberikan perlindungan
kepada konsumen. Sebagaimana diketahui , hubungan hukum dapat ditinjau
dari sisi hukum administrasi, perdata, pidana dan hukum acara, baik acara
perdata dan pidana.
2. Hukum Publik maupun privat sangat mempengaruhi hukum perlindungan
konsumen, dalam aspek keperdataan membahas tentang hak-hak dan
kewajiban konsumen. Dan juga hal-hal yang membahas tentang pelaku usaha
sebagai penyedia barang atau jasa. Seperti tentang informasi yang harus
diberikan kepada para konsumen, informasi yang benar-benar sesuai dengan
kualitas barang/jasa yang disediakan oleh para pelaku usaha.
B. Saran

1. kita sebagai konsumen memiliki hak-hak serta kewajiban yang harus kita
laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hukum dan UU
yang berlaku yang bisa digunakan kapan saja ketika diri kita mendapat
perlakuan yang tidak sesuai dengan apa-apa yang telah ditetapkan bagi
konsumen.
2. Hal terpenting yang perlu diperhatikan konsumen yang mengalami kerugian
adalah berani melakukan komplain kepada pelaku usaha yang bersangkutan,
karena dengan melakukan komplain konsumen telah berusaha untuk menuntut
dan memperjuangkan haknya.

DAFTAR PUSTAKA

http://rumah-akuntansi.blogspot.com/2014/03/makalah-aspek-hukuk-

21 | Hk.Perlindungan Konsumen
perlindungan.html, diakses pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 19:00

https://www.academia.edu/16883193/ASPEK_HUKUM_PERLINDUNGAN_KONSUMEN
,diakses pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 19:00

http://repository.unpas.ac.id/26589/3/7%20BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 17


Januari 2020 pukul 19:00

file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/19113-1-36558-1-10-20160229%20(1).pdf,
diakses pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 19:00

http://skullcmeira.blogspot.com/2011/10/hukum-perlindungan-konsumen-ditinjau.html,
diakses pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 19:00

http://rahmiarrahman.blogspot.com/2012/11/aspek-aspekhukum-perlindungan-
konsumen-a.html, diakses pada tanggal 17 Januari 2020 pukul 19:00

22 | Hk.Perlindungan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai