PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Latar Belakang
Dari latar belakang diatas penulis mengambil sebuah judul “Perlindungan Konsumen”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen ?
2. Apa tujuan perlindungan konsumen ?
3. Apa saja prisnsip dan asas-asas perlindungan konsumen ?
4. Apa saja hak dan kewajiban konsumen ?
5. Apa saja hak dan kewajiban produsen terhadap konsumen ?6. Apa yang dimaksud
sengketa konsumen ?
BAB II
PEMBHASAN
1. Defenisi Konsumen
2. Hukum Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk melindungi dan
terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukka tanda harga sebagai
tanda pemberitahuan kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.Di Indonesia,
dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal
27 ,dan Pasal 33
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
No.3821.
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
UsahaUsaha Tidak Sehat.Ø Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan
Alternatif Penyelesian Sengketa.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam
Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan
kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota.
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.
Menurut Undang- undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:Pasal 1
butir 1,2 dan 3:
1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
2. konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau
j a s a y a n g t e r s e d i a d a l a m masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhluk hiduplain dan tidak untuk diperdagangkan
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan taua badan usaha, baik yang
berbentuk badanh u k u m m a u p u n b u k a b a d a n h u k u m y a n g d i d i r i k a n d a
n b e r k e d u d u k a n a t a u m e l a k u k a n kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama melalui perjanjian
menyelenggaraka kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
2. Tujuan Perlindungan Konsumen
uraian diatas kami akan menjelaskan alasan kenapa begitu pentingnya
h u k u m perlindungan konsumen ini, seperti dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, di
sebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.
1.Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungidiri;
2.Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari eksesnegatif pemakaian barang dan / atau jasa;
3.Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntuthak-haknya sebagai konsumen;
4.Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastianhukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5.Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumensehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
6.Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang, menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatankonsumen.
4. Prinsip dan asas-asas hukum perlindungan konsumena. Prinsip- prinsip hukum
perlindungan konsumen
1. Let The Buyer Beware
Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak
perlu proteksi.Ø Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab
sendiri.Ø Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak
terbuka.Ø Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.
2. The due Care Theory
Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasyarakatkan
produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan. Pasal
1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikanmempunyai
suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain, ataumenunjuk
pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau
peristirwatersebut. Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Bagi Konsumen agar lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi ecommerce,
mengingat antara konsumen dan pelaku usaha tidak saling bertatap muka dan tidak
saling mengenal, maka tindak kecurangan dari pelaku usaha yang tidak beretikad
baik akan lebih mudah muncul. Oleh karena itu, perlu sikap teliti serta waspada dari
konsumen dalam melakukan kesepakatan dalam transaksi ecommerce.
2. Bagi Pelaku Usaha agar tidak melakukan tidakan wanprestasi guna memperoleh
keuntungan yang berlebih. Dasar dalam membuka usaha e-commerce adalah
“kepercayaan” (trust) dari konsumen, oleh karena itu, pelayanan dengan kualitas
yang tinggi serta etikad baik dalam melakukan usaha dalame-commerce sangat
dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan usaha dari pelaku usaha e-commerce
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA