Anda di halaman 1dari 10

ETIKA HUKUM DAN BISNIS

PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh: Bolo ansah Nasution


Jurusan: Magister Manajemen
Mata Kuliah: Etika Hukum Bisnis

A. Latar Belakang

Kondisi konsumen yang banyak dirugikan memerlukan peningkatan upaya


untukmelindunginya, sehingga hak-haknya dapat ditegakkan. Namun di sisi lain,
perlindungantersebut harus juga melindungi eksistensi produsen yang sangat esensial dalam
perekonomiannegara. Oleh karena itu, diperlukan perundang-undangan yang dapat
melindungi kedua belah pihak.Permasalahan perlindungan konsumen ini tidak akan
pernah habis dan akan selalumenjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih
banyak konsumen yang dirugikan,masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,
masalah perlindungan konsumen perludiperhatikan.Hak konsumen yang diabaikan
oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi yang
semakin maju dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam
produk  barang/pelayanan jasa yang dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui 
promosi,iklan, maupun penawaran barang secara langsung.Jika tidak berhati-hati
dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumenhanya akan
menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpadisadari,
konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya.

Dari latar belakang diatas penulis mengambil sebuah judul “Perlindungan Konsumen”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen ?
2. Apa tujuan perlindungan konsumen ?
3. Apa saja prisnsip dan asas-asas perlindungan konsumen ?
4. Apa saja hak dan kewajiban konsumen ?
5. Apa saja hak dan kewajiban produsen terhadap konsumen ?6. Apa yang dimaksud
sengketa konsumen ?
BAB II

PEMBHASAN

1. Defenisi Konsumen

Pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK,“Konsumen adalah


setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalammasyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hiduplain.dan.tidak .untuk .diperdagangkan.”Jadi, Konsumen ialah orang yang
memakai barang atau jasa guna untuk memenuhi keperluan dan kebutuhannya.
Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga
yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah Tangga
Produksi (RTP). 

2.  Hukum Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk melindungi dan
terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukka tanda harga sebagai
tanda pemberitahuan kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.Di Indonesia,
dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal
27 ,dan Pasal 33
 Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
No.3821.
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
UsahaUsaha Tidak Sehat.Ø Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan
Alternatif Penyelesian Sengketa.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam
Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan
kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota.
 
 Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.
Menurut Undang- undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:Pasal 1
butir 1,2 dan 3:
1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
2. konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau
j a s a   y a n g   t e r s e d i a   d a l a m masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhluk hiduplain dan tidak untuk diperdagangkan
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan taua badan usaha, baik yang
berbentuk badanh u k u m   m a u p u n   b u k a   b a d a n   h u k u m   y a n g   d i d i r i k a n   d a
n   b e r k e d u d u k a n   a t a u   m e l a k u k a n kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama melalui perjanjian
menyelenggaraka kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

2. Tujuan Perlindungan Konsumen
uraian diatas kami akan menjelaskan alasan kenapa begitu pentingnya 
h u k u m  perlindungan konsumen ini, seperti dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, di
sebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.
1.Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungidiri;
2.Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari eksesnegatif pemakaian barang dan / atau jasa;
3.Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntuthak-haknya sebagai konsumen;
4.Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastianhukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5.Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai  pentingnya perlindungan
konsumensehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
6.Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang, menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatankonsumen.

4. Prinsip dan asas-asas hukum perlindungan konsumena. Prinsip- prinsip hukum 
perlindungan konsumen
1. Let The Buyer Beware
Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak
perlu proteksi.Ø Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab
sendiri.Ø Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak
terbuka.Ø Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.
2. The due Care Theory
 Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasyarakatkan
produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan. Pasal
1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikanmempunyai
suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain, ataumenunjuk
pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau
peristirwatersebut. Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

3. The Privity of Contract 


Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi
konsumen,tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungankontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang
diperjanjikan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perlindungan konsumen terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan pelaku


usaha dalam transaksi e-commerce, khususnya dalam hal pengaturan tentang perlindungan
konsumen terhadap tindakan wanprestasi pelaku usaha dalam e-commerce masih perlu
dibenahi lagi. Pada dasarnya, belum ada ketentuan yang mengatur secara khusus mengenai
perlindungan konsumen terhadap tindakan wanprestasi pelaku usaha dalam transaksi e-
commerce. Selama ini peraturan yang digunakan untuk melindungi hak-hak konsumen
adalah UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun
undang-undang ini tidak secara khusus mengatur mengenai hak-hak konsumen dalam e-
commerce. Dengan kata lain, konsumen sulit menggugat pelaku usaha e-commerce dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena pelaku
usaha e-commerce sangat sulit dijangkau.

Sedangkan peraturan yang digunakan untuk mengatur mengenai transaksi e-


commerce adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, namun dalam undang-undang ini, tidak ada ketentuan yang secara khusus
mengatur mengenai perlindungan konsumen terhadap tindakan wanprestasi pelaku usaha
dalam transaksi e-commerce. Seharusnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ini disesuaikan dengan perkembangan e-commerce,
termasuk banyaknya kasus kerugian konsumen yang muncul dalam masyarakat, akibat
tindakan wanprestasi dari pelaku usaha e-commerce, sehingga dapat dibuat suatu ketentuan
dalam undang-undang ini mengenai perlindungan konsumen terhadap tindakan wanprestasi
pelaku usaha dalam transaksi e-commerce.

Tanggung jawab pelaku usaha yang melakukan wanprestasi terhadap konsumen


yang menjadi korban pada umumnya dapat berupa dua bentuk, yaitu pengembalian uang
dan penggantian barang baru. Pada kenyataannya, penggantian barang dengan barang yang
baru tersebut biasanya membutuhkan waktu yang lama, sehingga konsumen sering merasa
diabaikan kepentigannya. Hal terpenting yang perlu diperhatikan konsumen yang
mengalami kerugian adalah berani melakukan komplain kepada pelaku usaha yang
bersangkutan, karena dengan melakukan komplain konsumen telah berusaha untuk
menuntut dan memperjuangkan haknya.

B. SARAN
1. Bagi Konsumen agar lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi ecommerce,
mengingat antara konsumen dan pelaku usaha tidak saling bertatap muka dan tidak
saling mengenal, maka tindak kecurangan dari pelaku usaha yang tidak beretikad
baik akan lebih mudah muncul. Oleh karena itu, perlu sikap teliti serta waspada dari
konsumen dalam melakukan kesepakatan dalam transaksi ecommerce.
2. Bagi Pelaku Usaha agar tidak melakukan tidakan wanprestasi guna memperoleh
keuntungan yang berlebih. Dasar dalam membuka usaha e-commerce adalah
“kepercayaan” (trust) dari konsumen, oleh karena itu, pelayanan dengan kualitas
yang tinggi serta etikad baik dalam melakukan usaha dalame-commerce sangat
dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan usaha dari pelaku usaha e-commerce
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Barkatullah,S.Ag.,S.H.,M.Hum, 2009. Perlindungan Hukum


Bagi Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Lintas Negara Di Indonesia,
Pasca Sarjana FH UII, Yogyakarta.
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, 2005. Bisnis E-commerce
(Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia ), Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ade Maman Suherman, 2004. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, Ghalia
Indonesia, Bogor.
Adrian Sutedi, 2008. Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan
Konsumen, Ghalia Indonesia, Bogor.
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, 2004. Hukum Perlindungan Konsumen,
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Az.Nasution, 1995. Konsumen dan Hukum,Pustaka Sinar Harapan,Jakarta.
Celina Tri Siwi K., S.H.,M.Hum., 2008. Hukum Perlindungan Konsumen,
Sinar Grafika, Jakarta.
Hj.Endang Purwaningsih,S.H.,M.Hum., 2010. Hukum Bisnis, Ghalia

Anda mungkin juga menyukai