Anda di halaman 1dari 17

LOMBA ESSAI NASIONAL (LEON) DAN SEMINAR NASIONAL

“LINGKUNGAN”

KAUM INTELEK HARUS PEKA TERHADAP LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Fahrizal S.Siagian 17110001/2017

Zuraida Lumbantungkup 17110028/2017

UNIVERSITAS AL-AZHAR

MEDAN

2019
2
Kaum Intelek Harus Peka Terhadap Lingkungan

Oleh : Fahrizal S.Siagian, Zuraida Thoriq Lumbantungkup, Fakultas Hukum


Universitas Al-Azhar Medan

ABSTRAK

Intensitas pembangunan di Indonesia sangatlah pesat seiring dengan berkembangnya gaya


pemerintahan berkuasa yang menjadi fokus utama pemerintah saat ini. Pembangunan
merupakan satu-satunya cara untuk mempercepat mobilisasi suatu bangsa. Pembangunan
dalam konteks untuk mencapai cita-cita luhur bangsa yaitu menjadikan rakyat sejahtera, adil,
dan makmur. Pembangunan sering berbenturan dengan kondisi lingkungan hari ini. Karena
lingkungan merupakan wadah atau lapangan utama di mana pembangunan itu berjalan. Ibarat
dua mata rantai yang saling berbenturan. Jika pembangunan tidak terlaksana maka
tertinggallah suatu bangsa itu. Di lain sisi Lingkungan tidak bisa diabaikan begitu saja.
Karena kewajiban setiap pihak untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tempat makhluk
hidup tumbuh dan berkembang melanjutkan kehidupan. Salah satunya esensi dan eksistensi
Kaum intelektual yang penuh dengan ilmu pengetahuan punya tanggung jawab besar untuk
menggunakan keilmuannya untuk membuat suatu terobosan yang mencerahkan berbagai
permasalahan, terkhusus masalah Lingkungan hidup. Kita tidak bisa membantah bahwa
kerusakan lingkungan diakibatkan kebijakan pembangunan. Oleh sebab itu di dalam essai
dibahas suatu solusi cerdas dan revolusioner yaitu gagasan menggabungkan dua mata rantai
tadi yaitu pembangunan dan lingkungan dalam satu konsep yaitu pembangunan yang
berwawasan lingkungan hidup.

Kata kunci : mobilisasi, menggabungkan, cerdas, revolusioner, esensi dan eksistensi, dua
mata rantai

3
Kaum Intelek Harus Peka terhadap Lingkungan
PENDAHULUAN
Kompleksitas berbagai permasalahan lingkungan hidup di Indonesia masih terjadi
hingga saat ini. Permasalahan tersebut diantaranya pencemaran lingkungan air, udara,
kebakaran hutan dan lahan (KARHUTLA), degradasi hutan dan lahan serta emisi Gas Rumah
Kaca (GRK).
Lingkungan merupakan kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, udara, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan
juga dapat diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan merupakan wadah utama pembangunan,
yang baik dapat tercipta bila terjadi keseimbangan antara mahluk hidup satu dengan yang
lainnya serta terhadap benda lain (misalnya : air, tanah, udara dan sumber energi). Namun,
seiring perkembangan teknologi yang pesat membantu manusia untuk menemukan inovasi
yang memudahkan mereka melakukan pekerjaan. Perkembangan inovasi ini tidak
diseimbangkan dengan akibat dari apa yang dihasilkan dari inovasi tersebut. Sehingga
menimbulkan ketimpangan yang berujung pada permasalahan lingkungan.
Penyebab terbesar terjadinya permasalahan lingkungan ialah manusia. Pernyataan ini
bukan tidak beralasan. Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyebutkan bahwa lebih kurang 90% Permasalahan lingkungan terkhusus kasus
KARHUTLA disebabkan oleh ulah manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Sedangkan degradasi hutan dan lahan serta emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan permasalahan
lainnya juga disebabkan oleh aktivitas manusia. Diantaranya peningkatan intensitas alih
fungsi dan alih guna hutan dan lahan yang dewasa ini sungguh mengkhawatirkan.
Wawasan pengetahuan dan kemauan untuk melindungi lingkungan dikategorikan
masih cukup. Namun apabila secara terus menerus dihujani perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan permasalahan lingkungan, sama saja mengantarkan lingkungan pada kondisi
degradasi lingkungan.
Berbicara mengenai Lingkungan Hidup, sangat menarik apabila menyinggung seputar
pembangunan. Pembangunan merupakan salah satu produk kebijakan unggul dari pemerintah
yang berkuasa sebagai senjata ampuh rezim untuk memikat hati rakyat. Pembangunan
dihadapkan pada dua kutub yang saling bertolak belakang. Pembangunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah sering menimbulkan problematika dalam kehidupan sehari-
4
hari, salah satunya dampak negatif bagi lingkungan sekitar yang menjadi perbincangan
hangat ditengah-tengah masyarakat. Pembangunan dilakukan dengan tujuan mewujudkan
kehidupan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Disamping itu Lingkungan tidak
bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan menjadi wadah atau lapangan utama pembangunan itu
berjalan. Maka dari itu, muncullah suatu solusi tentang pembangunan yang berwawasan
lingkungan disertai gagasan yang merupakan ajakan inspiratif yaitu Kaum Intelek Harus Peka
Terhadap Lingkungan.
PEMBAHASAN
Kaum Intelek Harus Peka Terhadap Lingkungan
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mencakup seluruh aspek demi
tercapainya mobilisasi kesejahteraan dan kemakmuran pada suatu bangsa. Pembangunan
dalam kaitannya dengan lingkungan, karena wadah utama suatu pembangunan ialah
lingkungan. Pembangunan memiliki dampak positif dan negatifnya. Terkadang dampak
negatif dari pembangunan yang dilakukan pemerintah kurang disorot ke publik. Sehingga
banyak pihak yang melihat Pembangunan dari satu sisi saja yakni sisi positifnya tanpa
melihat sisi yang lain. Pembangunan ibarat seperti buah simalakama. Pembangunan tidak
dilaksanakan maka bangsa itu akan tertinggal dengan bangsa lain. Karena pada hakikatnya
kehidupan manusia selalu mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman. Bergerak ke
arah modernisasi di era globalisasi. Pembangunan dilakukan agar memudahkan segala
aktivitas kehidupan manusia dan makhluk hidup secara universal. Demi terciptanya tujuan
pembangunan yang luhur yaitu menciptakan rakyat yang adil, makmur dan sejahtera. Di sisi
lain, Lingkungan hidup tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena lingkungan terjaga
kelestariannya apabila manusia yang di dalamnya beserta aktivitasnya sesuai dengan prinsip-
prinsip Lingkungan Hidup. Dampak Pembangunan dan perkembangan IPTEK memang
ambivalen. Kemakmuran di satu sisi dan bahaya di sisi lainnya.
Lingkungan hidup merupakan sumber daya dan sumber sarana yang mutlak bagi
pembangunan yang berarti sumber itu harus tetap ada agar pembangunan dapat
berkesinambungan. Hal itu pula berarti bahwa apabila sumber daya dan sumber sarana itu
telah rusak maka pembangunan akan berhenti. Tetapi hari ini, walaupun lingkungan tercemar,
pembangunan masih tetap ngotot dijalankan.
Prof. Dr. Emil Salim menyatakan bahwa disamping masalah penyediaan sumber daya
alam yang semakin langka, dunia juga dihadapkan pada merosotnya kualitas alam lingkungan
bumi kita. Kualitas lingkungan hidup negara kita masih sangat rendah. Namun, belum

5
mencapai titik yang mengkhawatirkan. Keadaan lingkungan masih dapat diperbaiki apabila
ada kesadaran dan terus menerus diambil langkah untuk mengembangkan Iingkungan.
Mengembangkan lingkungan hidup menjadi suatu wadah yang memiliki banyak
manfaat, salah satunya menjadi wahana pengembangan ilmu tentang berbagai macam
makhluk hidup. Hal ini sangat bermanfaat bagi generasi muda untuk mengembangkan
keilmuannya berkaitan dengan alam. Pada kodratnya manusia berasal dari alam, merupakan
bagian dari alam dan akan kembali ke alam. Karena manusia tercipta dari setetes sperma
(alam), tumbuh berkembang di lingkungan sekitar (alam) hingga pada akhir hayat kembali ke
alam. Maka dari itu sudah sepantasnya manusia menjaga alamnya (lingkungan hidup) secara
tulus ikhlas, berkesinambungan dan bertanggung jawab.
Pembangunan yang paling sempurna ialah pembangunan yang memegang teguh
prinsip-prinsip lingkungan hidup. Sebelum kebijakan pembangunan itu direalisasikan, maka
perlu dikaji bersama para stake holder dan pihak-pihak terkait tentang bagaimana sebenarnya
dampak apabila pembangunan itu dilaksanakan bagi lingkungan sekitar. Pembangunan ideal
itu apabila dilakukan di segala sektor, baik dia sektor keilmuan maupun kemampuan
teknologinya. Sebagaimana permasalahan yang terjadi dijelaskan pada suatu filosofi yakni
“semakin tinggi peradaban ilmu dan teknologi, maka kemungkinan terjadinya kerusakan
lingkungan juga akan semakin besar”. Sebagai contoh pemahaman, ditinjau dari sisi sejarah,
dimana kerusakan terhadap lingkungan hidup diawali ketika Revolusi Industri di Inggris pada
tahun 1750-1850 dimana terjadi perubahan secara besar-besaran di berbagai bidang antara
lain di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi dan teknologi serta sangat
berdampak secara sosial, ekonomi, dan budaya. Revolusi ini berawal dari Britania Raya
menyebar ke Eropa Barat, Eropa Utara, hingga ke Benua Amerika dan Asia. Pabrik tidak lagi
menggunakan tenaga manusia dan hewan, tetapi beralih ke tenaga mesin manufaktur yang
mana kita ketahui mesin akan selalu mengeluarkan zat ataupun senyawa yang tidak baik bagi
makhluk hidup dan lingkungan.
Perubahan dirasakan sangat signifikan, dimana negara-negara di seluruh dunia
berlomba-lomba memperkuat kekuatan dalam negerinya sendiri di berbagai sektor.
Menimbulkan hasrat yang kuat untuk mencari dan memperluas kekuasaan hingga keseluruh
dunia. Akhirnya timbullah kolonialisme atau kolonialisasi di berbagai belahan dunia. Ketika
terjadi kolonialisme atau kolonialisasi maka timbul perlawanan dari bangsa yang dijajah.
Timbullah gejolak yang berujung pertumpahan darah yang merenggut nyawa manusia dan
menimbulkan kerusakan baik secara infrastruktur maupun secara lingkungan.

6
Kerusakan secara lingkungan sangat dirasakan ketika Bom Atom dijatuhkan di dua
kota, yakni Kota Hirosima tanggal 6 Agustus dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945. Dimana
sekejap manusia dikota tersebut berubah menjadi gas nitrogen. Hingga sekarang masyarakat
di kedua Kota tersebut mengalami gangguan kulit dan gangguan kesehatan lainnya. Jelas
sekali bahwa gejolak peperangan di berbagai negara di dunia telah mencemari lingkungan.
Kalau lingkungan telah tercemar sudah pasti kesehatan juga akan terganggu.
Dari kejadian itu jelas terlihat bahwa ketika tingkat peradaban ilmu dan teknologi
semakin tinggi maka akan menimbulkan gangguan keseimbangan di berbagai sektor serta
memunculkan hasrat yang kuat untuk menguasai segalanya yang berujung pada kerugian
besar yaitu kerusakan lingkungan. Sebagaimana Bapak Bangsa India Mahatma Gandhi
pernah berkata “Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi tidak cukup
untuk memenuhi keinginan segelintir manusia”. Artinya, bahwa bumi yang kita pijak ini
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang utama (pokok) untuk tumbuh dan
berkembang, tetapi tidak cukup untuk memenuhi hasrat dan nafsu beberapa orang yang rakus.
Kerusakan terhadap lingkungan berupa kerusakan akibat perang dan non perang.
Kerusakan akibat perang sudah jelas diatas, bahwa setiap alat ataupun bahan yang menunjang
kelangsungan perang itu kebanyakan membahayakan bagi lingkungan. Yang dikatakan
kerusakan lingkungan akibat non perang yaitu ulah manusia meliputi kerusakan lingkungan
air (tumpahnya minyak yang mencemari lautan dan pembuangan limbah pabrik ke laut,
pembuangan sampah plastik ke laut yang menyebabkan terganggunya ekosistem laut,
menyebabkan kematian biota laut), kerusakan lingkungan udara (yang disebabkan ulah
pabrik yang semakin tumbuh subur ibarat jamur yang tumbuh di musim penghujan),
kerusakan hutan akibat penebangan hutan sembarangan, pembakaran hutan dan perambahan
hutan (eksploitasi hutan berlebihan) juga semakin merajalela.
Pembuangan limbah pabrik ke alam secara sembarangan juga dapat berakibat fatal
bagi ekosistem. Satu poin bahwa Perusahaan/pabrik yang bersangkutan tidak memasukkan
pembuatan saluran khusus pembuangan limbah yang aman bagi lingkungan di dalam rencana
anggaran perusahaan. Sehingga Perusahaan mencari jalan lain yang instan dan gratis yaitu
membuang limbah secara sembarangan ke lingkungan alam. Sehingga berdampak buruk bagi
ekosistem. Salah satu contohnya yaitu Chiso Corporation merupakan produsen pupuk kimia,
pengguna karbit, produsen petrokimia dan plastik akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh
Pemerintah Jepang, karena telah mencemari Teluk Minamata. Namun kerusakan teluk
Minamata sudah diubah menjadi kawasan destinasi dan tempat belajar kelas dunia.

7
Masalah lingkungan yang terjadi di atas sudah dicari jalan keluarnya. Di awali ketika
wakil Swedia dalam Dewan Ekonomi dan Sosial PBB menyoroti masalah lingkungan
menjadi suatu isu yang memprihatinkan. Maka wakil Swedia kemudian mengusulkan kepada
dewan tersebut agar dibuat suatu gagasan atau terobosan, berupa gerakan yang dinamakan
Dasawarsa Pembangunan Dunia I (1960-1970) dan Dasawarsa Pembangunan Dunia II (1970-
1980). Pada pertemuan Dasawarsa Pembangunan Dunia II, wakil Swedia mengusulkan agar
diadakan suatu konferensi atau deklarasi yang membahas Lingkungan Hidup Dunia dan
Swedia bersedia menjadi tuan rumah konferensi tersebut. Usulan tersebut disampaikan pada
Sidang Umum PBB Tahun 1969 yang pada akhirnya disetujui setelah melewati tahap
pembahasan yang rumit. Maka pada tanggal 5 sampai 16 Juni 1972 diadakan Konferensi
yang bertempat di Stockholm Ibu Kota Swedia, yang akhirnya dinamakan Konferensi
Stockholm 1972 yang membahas Perlindungan dan pelestarian Lingkungan Hidup Dunia.
Pada Konferensi tersebut disepakati sebuah gerakan menyeluruh perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup, lahirnya UNEP (United Nations Environmental Programme)
dan ditetapkan 5 Juni sebagai hari Lingkungan Hidup Internasional. Setelah Konferensi
tersebut diselenggarakan sebuah pertemuan di Montevideo, Uruguay tanggal 28 Oktober
sampai dengan 6 November 1981, yang dinamakan Deklarasi Montevideo. Setelah Deklarasi
tersebut, kemudian diselenggarakan sebuah konvensi di Rio de Jainero Brazil, yang
dinamakan Konvensi Rio de Jainero (1992-1993).
Konferensi Stockholm Swedia 1972 menjadi dasar pembentukan Undang-Undang
Lingkungan Hidup Nasional. Setelah melalui tahap ratifikasi di tingkat legislatif dan
pemerintah, yang akhirnya lahirlah UU No.4 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
dan Perlindungan Lingkungan Hidup Nasional. Undang-Undang tersebut dicabut, kemudian
digantikan UU No.23 Tahun 1997 dan pada akhirnya dicabut digantikan UU No.32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nasional yang menjadi
payung hukum berlakunya peraturan perlindungan lingkungan hidup nasional.
Dari beberapa pertemuan negara-negara diatas yang sadar bahwa bumi sudah tua,
bumi sudah semakin tercemar dan mengkhawatirkan meluncurkan sebuah konsep yang
disebut dengan istilah MDGs atau Millenial Development Goals. MDGs yang akhirnya
berubah menjadi SDGs atau Sustainable Development Goals.
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals merupakan konsep pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup. SDGs merupakan sebuah dokumen negara-negara di dunia
yang menjadi acuan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
8
lingkungan. SDGs memiliki tujuan mulia yaitu mewujudkan dan memelihara keseimbangan
tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yakni Lingkungan, Sosial dan Ekonomi.
Dimana terdapat tiga pilar dalam SDGs yang bersumber dari ketiga dimensi
Pembangunan. Pilar pertama yaitu Human Development atau Pembangunan kualitas
manusianya, yaitu suatu pilar yang menjelaskan bahwa pentingnya pembangunan di bidang
kemampuan Sumber Daya Manusia terlebih dahulu.Seperti pelayanan Pendidikan dan
kesehatan sebagaimana tercantum di dalam Konstitusi Indonesia.
Selanjutnya pilar Social Economic Development atau pembangunan ekonomi
masyarakat, yaitu suatu pilar yang setingkat lebih luas dari pilar sebelumnya, menekankan
pembangunan (pengembangan) dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena kodrat
manusia sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi membutuhkan segala sesuatu dan
membutuhkan bantuan manusia yang lainnya. Maka di bagian ini ditekankan agar
diprogramkan pembangunan di sektor pasar dan mengontrol kehidupan pasar. Dengan adanya
ekonomi, maka dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan manusia dalam hal sandang, pangan
dan papan untuk tumbuh berkembang melanjutkan kehidupan.
Dan pilar yang ketiga yakni melekat pada lingkungan yang lebih besar yaitu
Environmental Development merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada
ketersediaan Sumber Daya Alam dan kualitas Lingkungan yang baik. Pilar demi pilar
tersebut harus terukur, tidak terlepas dari prinsip Environmental Sustainability, Economic
Sustainability dan Social Sustainability. Diharapkan konsep awal SDGs tersebut dapat
menjamin kelanjutan dari Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Terutama yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh dunia internasional kedepannya yaitu
tantangan Revolusi Industri 4.0. Tantangan tersebut dalam bidang ketahanan pangan,
ketahanan energi dan ketahanan air.
Tantangan Revolusi Industri 4.0
Tantangan tersebut dalam bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan
air. Ketahanan pangan merupakan kemampuan Bangsa Indonesia untuk menjaga kondisi
ketersediaan bahan-bahan pokok supaya tetap stabil dan bertahan dari gempuran ancaman,
hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar negeri yang mungkin terjadi.
Seperti halnya ketersediaan beras nasional. Pemerintah harus bisa menjamin dan
mengupayakan secara maksimal ketersediaan stok beras nasional. Lebih diutamakan produk
dalam negeri. Karena latar belakang Bangsa Indonesia sebagai bangsa agraris. Sedangkan
ketahanan energi merupakan kemampuan Bangsa Indonesia untuk menjaga ketersediaan
Sumber Daya Energi Nasional agar tetap stabil dan bertahan dari berbagai gempuran
9
ancaman, hambatan dan gangguan yang bisa terjadi. Ketahanan air ialah suatu kemampuan
Bangsa Indonesia untuk tetap stabil dalam hal ketersediaan air nasional. Karena
bagaimanapun juga, air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Walaupun
demikian prinsip-prinsip lingkungan hidup harus tetap dijunjung tinggi.
Menjunjung tinggi prinsip-prinsip hingkungan hidup merupakan hal yang wajib
dalam setiap penyelenggaraan program baik dia program kebijakan maupun kegiatan.
Terkadang prinsip-prinsip tersebut sering diabaikan begitu saja, sehingga terjadilah kerusakan
lingkungan. Kerusakan lingkungan sering disebabkan ulah tangan manusia. Selain kerusakan
lingkungan yang disebabkan ulah tangan manusia di era modernisasi ini, kerusakan
lingkungan juga dapat disebabkan kebijakan pemerintah yang terkadang berbenturan dengan
prinsip lingkungan hidup. Sebagai contoh fakta bahwa kebijakan penenggelaman kapal
pencuri ikan di wilayah NKRI. Kalau dikaji kebijakan tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem laut. Mengapa demikian? Karena, walau bagaimana pun juga setiap
yang namanya alat-alat peledak yang digunakan untuk meledakkan kapal pencuri ikan
pastinya tidak sesuai dengan lingkungan. Dengan kondisi meledakkan kapal juga dapat
mencemari dan mengancam organisme laut. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
terkadang berbenturan dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah itu sendiri. Bukankah
pemerintah telah bertindak inkonstitusional ?
Sejalan dengan contoh fakta sebelumnya, demikian juga suatu program pembangunan
Gardu SUTET (Saluran Udara Tegangan Tinggi) di areal pemukiman warga. Dimana gardu
SUTET tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kenyamanan masyarakat serta
merusak lingkungan. Menurut analisis kesehatan, bahwa Pancaran gelombang
elektromagnetik dari gardu SUTET tersebut dapat menyebabkan kanker dan penyakit kronis
lainnya yang ditandai gejala-gejala yang familiar di telinga masyarakat. Salah satunya
muncul gejala sering sakit kepala dan gejala letih menahun. Tentu hal ini merupakan salah
satu problematika di tengah-tengah masyarakat. Di kala masyarakat harus memperoleh
kehidupan yang sehat dan bersih serta kehidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan
apa yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 28H ayat 1 “ setiap warga negara berhak
untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan “. Setiap warga negara
berhak memperoleh lingkungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Layak dari segi
kesehatan, keamanan dan ketenteraman demi menunjang kelangsungan kehidupan tumbuh
dan berkembang melanjutkan keturunan. Namun, akibat pemerintah yang bertindak
inkonstitusional yaitu ketika pemerintah membuat suatu kebijakan yang tidak sejalan dengan
10
apa yang tertera di dalam konstitusi, menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Timbul sebuah
permasalahan besar, bagaimana rakyat yang dipimpin taat pada peraturan, sedangkan
pemerintah sendiri memberi contoh yang tidak taat pada peraturan. Walaupun demikian tidak
mungkin pula kebijakan pembangunan ditiadakan. Karena kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara tidak selamanya jalan di tempat. Butuh pergerakan dengan sebuah
pembaharuan di segala bidang.
Maka dari itu dibutuhkan komitmen dalam proses pembangunan tidak terhambat dan
perlindungan terhadap lingkungan juga harus tetap berjalan dengan baik. Pengundangannya
merupakan tonggak sejarah yang amat penting dalam rangka melaksanakan pembangunan
berwawasan Iingkungan. Duduk bersama antar pihak-pihak terkait untuk membicarakan,
mendiskusikan dan memusyawarahkan tentang suatu kebijakan pembangunan bagaimana
solusi apabila suatu kebijakan pembangunan akan dilaksanakan. Dan analisis mengenai
dampak Iingkungan ( AMDAL ) sungguh merupakan instrumen pengaman masa depan yang
sangat penting, terkadang esensi dan eksistensi AMDAL hanya sekedar formalitas saja untuk
meloloskan sebuah izin kegiatan ataupun usaha pihak-pihak tertentu. Namun, bagaimanapun
sempurna dan bagusnya suatu undang-undang, tidak akan dapat terlaksana efektif tanpa
kemauan politik yang kuat dari pemerintah untuk menjalankannya serta partisipasi rakyat
dalam menjaga lingkungan. Untuk itu perlu kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah
dan rakyat dalam menangani masalah Iingkungan dengan mengadakan "gerakan menyeluruh"
tentang partisipasi masyarakat atau menerapkan secara konsekuen pasal 67 UU No.32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup yang menetapkan kewajiban
bagi semua orang untuk menjaga lingkungan, menanggulangi kerusakan dan pencemaran
lingkungan. Atas dasar UU tersebut, kaum intelektual yang memiliki segudang ilmu
pengetahuan dan pengalaman memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal menjaga,
mengawasi, menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Mahasiswa merupakan Kaum intelek sebagai garda terdepan Pejuang Lingkungan
Hidup
Dengan bekal keahlian yang dimiliki, kaum intelektual dapat mengaplikasikan
keahlian yang dimilikinya demi perjuangan bagi lingkungan hidup. Salah satunya yaitu
dengan melakukan aksi turun ke lapangan meninjau situasi lingkungan alam sekitar dan
bergotong-royong bersama. Disamping itu kaum intelektual juga harus menyiapkan sebuah
gagasan atau ide yang nantinya diusulkan kepada pemerintah tentang usaha-usaha agar
lingkungan hidup kita ini tetap terjaga dan lestari. Usaha-Usaha tersebut yakni dengan cara
menjaga lingkungan ibarat menjadi seorang ibu yang baik bagi anaknya. Kita bisa memahami
11
bahwa, seorang ibu tidak pernah mencelakai anaknya dan sungguh-sungguh menjaga,
merawat, mengontrol serta bertanggung jawab demi kelangsungan hidup sang anak.
Demikian juga halnya, kita sebagai kaum terpelajar yang memiliki segudang ilmu
pengetahuan dan pengalaman, diberikan sebuah tanggung jawab besar untuk menjaga,
merawat dan mengontrol serta memelihara lingkungan hidup. Sesuai esensi mahasiswa
sebagai Agent of Change, Agent of Social Control dan Iron Stock.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual harus bisa sebagai Agen perubahan ( Agen Of
Change) dalam bidang Lingkungan. Yaitu memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana
sebenarnya menjadi orang-orang yang mencintai lingkungan tersebut. Sering mengadakan
kerja bhakti lingkungan dan upaya-upaya yuridis dalam hal penyusunan kebijakan
pemerintah mengenai pelestarian lingkungan.
Dengan adanya mahasiswa sebagai Agen perubahan (Agent of Change) diharapkan
dapat memberi perubahan terhadap masyarakat, agar tidak apatis terhadap segala program
perlindungan dan pelestarian lingkungan. Masyarakat diharapkan turut serta secara aktif
dalam upaya-upaya tersebut. Mahasiswa sebagai Agen pengontrol masyarakat ( Agent of
Social Control ) dalam bidang lingkungan. Yaitu mengontrol masyarakat dengan cara
menyampaikan segala hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian
lingkungan hidup. Dijelaskan bagaimana sebenarnya masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Menghimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan suatu kegiatan yang berseberangan
dengan prinsip lingkungan hidup. Dan sudah sepantasnya mahasiswa sebagai Agent of Social
Control menyampaikan kepada pemerintah agar merevisi segala kebijakan yang dinilai
berbenturan dengan prinsip lingkungan hidup. Sejalan dengan esensi Mahasiswa yang
sebelumnya, esensi mahasiswa yang ketiga yaitu mahasiswa harus berperan sebagai Iron
Stock, artinya Mahasiswa sebagai garda terdepan generasi penerus bangsa yang berintelektual
tinggi harus bisa memberi contoh sebagai manusia-manusia yang tangguh guna memperbaiki
generasi penerus bangsa. Mahasiswa harus bisa mengubah paradigma dan pola pikir
masyarakat dalam hal lingkungan hidup. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan
menumbuhkan komitmen yang kuat agar menjaga dan melestarikan lingkungan hidup serta
cinta terhadap lingkungan. Dahulu, sesuai pandangan klasik, bahwa Lingkunganlah yang
menjaga manusia (makhluk hidup). Namun saat ini, semua bertolak belakang sesuai
pandangan modern. Dimana saat ini manusia (makhluk hidup) yang menjaga lingkungan.
Para aktivis dari kaum intelek harus dapat mengampanyekan dan mencegah program-
program yang berdampak buruk pada lingkungan. Gerakan yang terorganisasi ini sangat
peduli dan merupakan pejuang lingkungan antara lain Greenpeace dan World Wild Fund
12
(WWF). Di samping itu, sejak beberapa tahun terakhir ada gerakan-gerakan massal yang
bersifat sosial dan komersial mengampanyekan gerakan ramah lingkungan, perlindungan
lingkungan, penanaman pohon secara massal, penyelenggaraan pameran tentang lingkungan
hidup, lomba karya tulis tentang lingkungan dan kegiatan lain yang berkaitan dengan
lingkungan hidup pada hari-hari besar lingkungan hidup antara lain hari habitat sedunia, hari
lingkungan hidup dunia, Hari bumi dan hari air sedunia.
PENUTUP
Pembangunan dan perkembangan IPTEK sangat ambivalen, yakni kemakmuran di
satu sisi dan bahaya di sisi lainnya. Pembangunan tidak dilaksanakan, suatu bangsa akan
mengalami ketertinggalan. Pembangunan dijalankan tetapi lingkungan tidak bisa diabaikan
begitu saja. Lingkungan merupakan wadah utama pembangunan. Sesuai apa yang dijelaskan
di dalam SDGs, bahwa SDGs lahir sebagai sebuah dokumen yang menjadi acuan dalam
kerangka pembangunan negara-negara di dunia yang tetap pada rumusan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam menghadapi tantangan di era
Revolusi Industri 4.0. Konsep SDGs sangat tepat digunakan agar dapat hidup dan berjaya di
era tersebut yang menjadikan mahasiswa sebagai pelopor utamanya. Revolusi Industri 4.0
memiliki tantangan dalam hal ketahanan pangan, ketahanan energi dan ketahanan air, yang
merupakan ujian pemerintah untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan
menerapkan konsep SDGs dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi menghadapi
tantangan Revolusi Industri 4.0 tersebut. Hal ini menyebabkan program pembangunan
nasional tetap berjalan sebagaimana mestinya dan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip
lingkungan hidup.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual sangat diperlukan dalam konteks perlindungan
dan pelestarian lingkungan hidup. Karena mahasiswa dengan segala keilmuan yang
dikuasainya disertai pengalaman yang banyak bermanfaat dalam perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup nasional. Mahasiswalah sebagai garda terdepan pelopor
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup dan sudah sepantasnya mengamalkan apa
yang diajarkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Lingkungan yang sudah rusak harus
direhabilitasi dan dilindungi secara berkelanjutan karena kita hidup tumbuh dan berkembang
di dalam lingkungan. Jika lingkungan itu rusak kita yang merasakan dampaknya. Maka dari
itu, sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang berasal dari alam dan akan kembali ke
alam, harus ditanamkan cinta tehadap lingkungan dan berperan seperti ibu yang baik bagi
anaknya. Menjaga lingkungan dengan tulus dan ikhlas agar kearifan dan keasrian lingkungan
tetap terjaga selamanya.
13
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
 Amsyari,Fuad.1976.Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Jakarta:
Ghalia Indonesia
 Arjuna, I Gusti Bagus.2013.Geografi Lingkungan Sebuah Introduksi. Jakarta:
Rajawali Pers
 Hardjasoemantri, Koesnadi.1983. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
 Kamus Terbaru Bahasa Indonesia . Dilengkapi dengan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD).2008.Surabaya:Reality Publisher.
B. Undang-Undang
 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945 (UUD 1945) Pasal 28H ayat 1
 UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
C. Website
 http://wantaufik96.blogspot.com/2017/03/definisi-lingkungan-pengertian.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_atom_Hiroshima_dan_Nagasaki
 https://lingkunganhidup.co/pencemaran-lingkungan-hidup/
 https://www.academia.edu/11896575/Pembangunan_Berwawasan_Lingkungan
 https://www.academia.edu/11896575/Pembangunan_Berwawasan_Lingkungan
 https://www.google.com/search?q=revolusi+industri&safe=strict&client=firefo
x-b-
d&channel=crow&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=ha208mm1LtZ3PM%253
A%252CfXN1WjcphCW6JM%252C%252Fm%252F03vl8&vet=1&usg=AI4_-
kReoYOFv5LnkVCzcwN_MhKAby_SZg&sa=X&ved=2ahUKEwiOzJfzz9XjA
hUIEnIKHbeNDW0Q_B0wD3oECAQQAw#imgrc=ha208mm1LtZ3PM:&vet=
1
 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3824/penerapan-deklarasi-
stockholm-di-indonesia
 https://www.maxmanroe.com/revolusi-industri-4-0.html

14
LAMPIRAN

 Revolusi Industri di Inggris pertama kali

 Perkembangan IPTEK dari Revolusi Industri ke 1.0 sampai Revolusi Industri 4.0

 Masalah kerusakan Lingkungan

15
16
 Konsep Sustainable Development Goals (SDGs)

 Skema Relasi antara Kaum Intelektual/Mahasiswa dengan konsep SDGs dalam


menghadapi Revolusi Industri 4.0

KAUM INTELEKTUAL

S
D
G
s

REVOLUSI INDUSTRI 4.0

17

Anda mungkin juga menyukai