EKOLOGI PEMBANGUNAN
Permasalahan lingkungan hidup mendapat perhatian yang besar di semua negara di dunia, ini
terbukti dengan di adakannya konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm
yang di buka pada tanggal 5 Juni 1972. Tanggal pembukaan konferensi tersebut diperingati
sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memperhatikan pentingnya lingkungan hidup. Perhatian pada lingkungan ini mulai muncul
di media massa sejak tahun 1960-an.
Permasalahan lingkungan hidup telah ada pada saat manusia ada di bumi bahkan
permasalahan itu ada sejak bumi ini tercipta. Jika perubahan iklim, kejadian geologi yang
bersifat malapetaka dan kepunahan massal hewan serta tumbuhan kita gunakan sebagai
petunjuk permasalahan lingkungan, dapat kita ketahui bumi ini telah banyak mengalami
permasalahan lingkungan yang besar. Faktor yang sangat penting dalam permasalahan
lingkungan ialah besarnya populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang
cepat maka kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman serta timbah domestik
yang dikeluarkan pun semakin bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi ini telah
mengakibatkan permasalahan yang besar dalam lingkungan hidup. Di negara yang sedang
berkembang yang tingkat ekonomi dan teknologinya masih rendah, kerusakan hutan dan tata
air yang disertai kepunahan flora dan fauna dan erosi tanah serata sanitasi yang buruk yang
menyebabkan penyakit infeksi dan parasit terus meningkat merupakan permasalahan
lingkungan yang besar didaerah itu. Masalah - masalah tersebut hanya bisa di atasi dengan
pembangunan, karena dengan pembangunan akan menaikan perekonomian rakyat sehingga
penduduk akan lebih mampu mengatasi masalah tersebiut dengan kekuatannya sendiri.
Dengan demikian masalah lingkungan dinegara yang sedang berkembang hanya dapat diatasi
dengan pembangunan.
1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial: Proses ekologi merupakan penopang kehidupan
kita dibumi ini karena sumber energi, materi dan unsur unsur yang dibutuhkan untuk
mempertahankan hidup kita berasal dari proses ekologi yang terjadi di lingkungan. Proses
ekologi yang terjadi di lingkungan ini misalnya efek rumah kaca, fotosintesis, pengikatan
nitrogen oleh organisme, pengendalian populasi, penyerbukan dan pembuahan, serta
hidrologi air. Semua proses ekologi ini ada yang merugikan manusia seperti efek rumah kaca
dan beberapa menguntungkan manusia. Semua proses ekologi ini harus kita perhatikan
karena kerusakan fungsi pada proses ekologi tersebut dapat merusak hasil pembangunan
yang telah dicapai dan membahayakan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Tersedianya sumber daya yang cukup: Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan
manfaat yang kita dapatkan dari sumber daya yang tersedia di lingkungan. Peningkatan
manfaat dapat dicapai dengan cara menaikkan efisiensi penggunaan sumber daya tanpa
menambah kuantitas sumber daya yang kita pakai. Meningkatkan efisiensi sangat penting
untuk menjaga agar sumber daya yang kita butuhkan tidak menjadi langka dan juga untuk
menghindari adanya eksploitasi yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan serta untuk
mengurangi pencemaran lingkungan. Apabila eksploitasi terjadi maka akan mempercepat
penyusutan sumber daya, dan apabila sumber daya digunakan dalam jumlah yang besar maka
akan memperbesar juga masalah pencemaran. Adanya penyusutan sumber daya dan
pencemaran lingkungan akan membuat keanekaragaman sumber daya menurun sehingga
akan membuat sumber daya menjadi langka serta sumber daya alternatif pun sulit untuk
didapatkan, karena sumber daya alternatif hanya mungkin apabila ada keanekaragaman
sumber daya. Sumber daya yang dibutuhkan oleh manusia tidak semuanya bisa tergantikan
oleh teknologi yang berkembang. Tetapi teknologi dapat digunakan untuk mengefisienkan
sumber daya yang ada apabila didukung oleh manusia-manusia yang bermutu.
Manusia merupakan sumber daya yang paling utama karena hanya manusia yang berperan
menentukan berhasil tidaknya suatu pembangunan. Dengan manusia yang berkualitas tinggi
dan perduli terhadap lingkungan meskipun hidup dalam keterbatasan sumber daya tetapi
meraka akan dapat hidup dengan baik dan lingkungan pun dapat perkembang ke arah yang
optimal.
3. lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai: Lingkungan sosial-budaya dan
ekonomi berperan penting bagi kesinambungan pembangunan berkelanjutan. Karena,
pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup dalam kondisi sosial-budaya
serta ekonomi tertentu. Ekonomi merupakan nilai yang sangat penting bagi pembangunan
karena apabila ekonomi disuatu negara tidak mendukung maka pembangunan tersebut tidak
akan berkelanjutan. Faktor lain yang mendukung pembangunan adalah sosial budaya.
Faktor ini juga menentukan apakah suatu pembangunan akan berjalan atau tidak karena
apabila pembangunan tidak sesuai dengan kondisi sosial-budaya di suatu bangsa maka
pembanguan tersebut pasti akan berhenti atau dihentikan oleh masyarakat, karena nilai sosial-
budaya merupakan cerminan suatu bangsa.
Faktor faktor tersebut diatas tidak saja merasakan dampak dari pembangunan juga
mempunyai peran dalam pembangunan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
yang memenuhi kebutuhan manusia sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang
akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar pembangunan berkelanjutan dapat
tercapai dan terjaga maka manusia yang memiliki peran paling besar harus mampu
melakukam penghematan sumber daya dengan hidup sederhana. Penghematan sumber daya
ini bukan berarti kita tidak mau memanfaatkan sumber daya tetapi lebih pada penggunaan
sumber daya untuk mendukung efisiensi dan efektivitas keperluan produktif yang bermanfaat
bagi kesejahteraan manusia serta lingkungannya. Agar sumber daya dapat dimanfaatkan
seefisien dan seefektivitas mungkin maka manusia bisa memanfaatkan teknologi tertentu.
Teknologi yang merupakan alat untuk mempertahankan hidup manusia dapat digunakan
sebijaksana mungkin sehingga sumber daya akan tetap terjaga. Perkembangan ilmu dan
teknologi dapat dimanfaatkan manusia untuk menguasai informasi. Penguasaan informasi
dapat digunakan manusia untuk menjaga sumber daya yang dimiliki dan memanfaatkan
sumber daya seefisien mungkin agar ekosistem tidak terganggu sehingga pembangunan
berkelanjutan akan terus berjalan.
Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya secara materi saja,
yaitu tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup melainkan juga harus
adanya pemerataan hasil dan biaya pembanguanan antar kelompok juga antar generasi.
Pemerataan pembangunan sangat penting agar tidak ada kesenjangan sosial antar kelompok
juga generasi, sehingga pembangunan berkelanjutan ini akan mereka jaga dan teruskan ke
arah yang lebih optimal baik itu bagi manusia dan juga bagi lingkungan.
Dalam suatu ekosistem (satu unit sistem ekologi), selalu ada keseimbangan antara energi
yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat terus
berlangsung. Ekosistem akan mengalami pertumbuhan apabila energi yang masuk lebih besar
dari energi yang keluar. Sebaliknya, ekosistem akan mengalami kemunduran apabila energi
yang masuk lebih kecil dari energi yang keluar.
Menurut hukum termodinamika II menyatakan bahwa energi yang ada itu tidak seluruhnya
dapat dipakai untuk melakukan kerja, atau dengan kata lain tidak mungkin mencapai efisiensi
100%. Dengan makna yang sama, entropi secara universal akan selalu bertambah. Kita dapat
menurunkan entropi di suatu tempat tetapi berbarengan dengan itu akan terjadi kenaikan
entropi di suatu tempat secara lokal. Misalnya pembuangan limbah dari rumah tangga ke
sungai dapat menurunkan entropi sehingga keteraturan di rumah tangga menjadi naik, tetapi
meningkatkan entropi atau menurunkan keteraturan di sungai.
2. Etika Lingkungan
Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang
dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara
manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku
moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga
pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini
adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan
manusia’ Albert Schweitzer. Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan
hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan
memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral.
ANTROPOSENTRISME
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari
sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam
tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara
langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya
manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam
semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi
kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana
bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian
tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya
teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada
penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan
etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk
mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada
komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada
ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya
(ekosentrism).
TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara
keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep
etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan
lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan
lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia
dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan
manusia dengan lingkungan (Palemahan).
Tata ruang adalah wujud struktural pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun
tidak, sedangkan yang dimaksud ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara
beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan.
Kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya membutuhkan ruang untuk berbagi lokasi
pemanfaatan ruang.
Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan unsur
alam yang terdiri dari berbagai proses ekologi merupakan satu kesatuan yang mantap.
Sehingga perencanaan dan pengelolaannya harus memperhatikan lingkungan hidup yang
sesuai dengan dasar dari pembangunan berkelanjutan.
Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup harus di dasarkan pada prinsip Pembangunan
Berkelanjutan (PB) yang berwawasan lingkungan. Komitmen untuk mempertimbangkan
aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan harus
dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan holistik. Dengan demikian, setiap usaha
untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, perlu didasari dengan semangat
kebersamaan, kemitraan, keberlanjutan dan akuntabilitas pada semua fihak yang terkait
dengan Pembangunan Berkelanjutan. Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
keberlanjutannya merupakan tugas bersama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dan bertumpu pada kemitraan pemerintah dan
masyarakat. Upaya untuk memperluas jangkauan kepedulian dan kesadaran lingkungan hidup
perlu terus ditumbuhkan, agar dapat mengikat komitmen semua fihak yang terkait guna
terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan panduan integrative untuk
dapat secara nyata memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam seluruh perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Arif Novianto
Di dalam konteks Negara-negara dunia ketiga, pembangunan sebagai salah satu paradigma
dan teori perubahan sosial pada dewasa ini telah mengalami kegagalan dan tengah berada
pada masa krisis (Fakih, 2001: 97). Kegagalan dan krisis tersebut terjadi akibat dari tidak
pernah tercapainya fungsi dan tujuan dari Pembangunan tersebut, yaitu untuk dapat
menciptakan kesejahtraan, pemerataan dan keadilan. Sedangkan yang sering terjadi dari
Pembangunan tersebut malahan peningkatan kemiskinan, semakin melebarnya ketimpangan,
ketidakmerataan dan kerusakan lingkungan.
Di Indonesia, kata Pembangunan seolah lebih dieratkan dengan rezim Orde Baru. Kata
Pembangunan di dalam konteks Orba, sangat erat kaitannya dengan discourse development
yang dikembangkan oleh Negara Kapitalis barat. Sehingga pembangunan pada era Soeharto
tersebut merupakan bagian dari Ideologi Pertumbuhan, yang di mana poin Pertumbuhan
ekonomi digenjot setinggi mungkin, tetapi dengan harga kerusakan sumber daya alam dan
kesenjangan sosial yang terus dibiarkan, hingga akhirnya justru berbalik menghancurkan
hasil-hasil pertumbuhan itu sendiri (Rachbini, 2004). Dan model pembangunan tersebutlah,
pada era pasca-reformasi ini masih tetap digunakan oleh para Pemerintah Daerah dan
Nasional.
Di dalam konteks Otonomi Daerah sekarang ini, hampir setiap Daerah berupaya untuk
memacu pertumbuhan PAD (Pendapatan Asli Daerah) mereka masing-masing. Hal tersebut
tak lain akibat dari kesalahan penafsiran tetang Otonomi Daerah ini sendiri, yang dimana
keberhasilan dari pelaksanaan Otonomi Daerah hanya dimaknai ketika Daerah-Daerah
tersebut memiliki PAD yang tinggi dibanding daerah-daerah lainnya. Akhirnya muncul
tendensi para Pemerintah Daerah melakukan pemaksaan-pemaksaan pembangunan tertentu
atas nama untuk peningkatan PAD dan mitos kesejahtraan yang dihadirkannya.
Adanya pemaksaan di dalam pembangunan daerah tersebut, selain dipengaruhi oleh kesalah
penafsiran tentang otonomi daerah juga dikarenakan adanya faktor persekongkolan gelap
yang dapat memberikan keuntungan terhadap para Kepala Daerah beserta kroninya. Yaitu
melalui deal-deal politik tertentu dengan para pengusaha dan investor untuk mendapat jalan
kemudahan akses terhadap IUP. Dan timbal-baliknya pasti menguntungakan para Kepala
Daerah dan pengusaha/investor sedangkan rakyatlah yang menanggung besarnya kerugian
yang harus mereka terima. Apalagi didorong dengan mahalnya biaya di dalam mengarungi
setiap ajang kontestasi politik di Indonesia sekarang ini, yang semakin memiliki tendensi kuat
munculnya perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha tersebut.
Akibatnya seperti data dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), bahwa 35 persen daratan
Indonesia diizinkan untuk dibongkar guna industri pertambangan oleh 1.194 perusahaan
pemegang kuasa pertambangan, 341 kontrak karya pertambangan, dan 257 Kontrak
Pertambangan Batu bara (PKP2B). Data tersebut memperlihatkan bagaimana frame kebijakan
dari Pemerintah pusat maupun daerah yang masih berkutat dengan idiologi pertumbuhan,
tanpa sedikit pun melihat akan dampak yang ditimbulkan oleh pemaksaan pembangunan itu
sendiri. Buah dari pembangunan pertambangan tersebut yang terjadi malahan menciptakan
bencana dengan rakyat menjadi korbannya, sedangkan hanya segelintir orang yang
menikmati manfaatnya. Itu memperlihatkan praktek pembangunan yang Mudarat.
Keadaan tersebutlah yang pelak membuat terjadinya berbagai mobilisasi Gerakan Sosial
dengan tujuan melakukan penolakan terhadap pembangunan yang berusaha dihadirkan oleh
pemerintah. Seperti pada kasus penolakan rakyat terhadap pembangunan pertambangan pasir
besi di Kulonprogo atau gerakan penolakan rakyat Pati terhadap rencana eksplorasi
pertambangan pabrik semen di kawasan Pegunungan kedeng utara-pati.
Akibat yang ditimbulkan salah satunya adalah munculnya pemiskinan secara bertahap
terhadap para petani atau masyarakat lokal di area pertambangan. Yaitu sebuah gejala dimana
terjadi suatu perampasan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar terhadap tanah-
tanah milik para petani melalui relasi jual-beli di bawah bayang-bayang tekanan dan represi
dengan nilai yang dibawah rata-rata. Ketiadaan lahan pertanian, telah membuat para petani
tersebut harus beralih menjadi buruh tani atau pekerja kasar di industri pertambangan dengan
upah rendah. Keadaan tersebutlah yang membuat perlahan kehidupan para petani yang
kehilangan lahan pertaniannya akan semakin terpuruk.
Itu terjadi akibat besarnya dampak lingkungan dan sosial yang mengalir ke dampak ekonomi
yang harus dihadapi oleh para petani yang telah diciptakan oleh perusahaan pertambangan
tersebut. Kemudian Perusahaan tersebut seolah akat tangan terhadap dampak yang telah
diciptakannya, sedangkan pemerintah harus membuta melihat keadaan tersebut akibat
tersandra oleh persekongkolan gelap. Dan disatu sisi program CSR yang dihadirkan oleh
perusahaan hanya seperti obat pelipur lara yang masih menyakitkan. Atau seperti sebuah
makanan ringan yang diberikan kepada para warga sekitar agar mereka dapat terus dihisap
darahnya.
Tanpa hal tersebut maka yang terjadi adalah proses destruksi dengan mengatas namakan
pembangunan. Atau semakin memperbanyak potret-potret gambaran keadaan Neraka kecil di
Dunia, yang salah satunya dapat kita lihat di Mimika Papua dengan panorama alam yang
menyengangkan yang telah diciptakan oleh PT Freeport McMoRan Copper and Gold dan
juga berbagai rengekan kesengsaraan yang menyertainya.
Arif Novianto
Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik di
Universitas Gadjah Mada (UGM) - Yogyakarta
Kontak: arifnovianto92@gmail.com / Twitter: @arifnovianto92
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organism dan sesamanya
serta dengan lingkungan tempat tinggalnya. Ekologi adalah suatu studi yang mempelajari
struktur dan fungsi ekosistem. Struktur di sini menunjukkan suatu keadaan atau susunan dari
system ekosistem. Keadaan itu termasuk kepadatan/kerapatan,biomas,penyebaran potensi
unsur-unsur (materi),energy, factor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan
sisitem tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya
menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam system ekologi atau ekosistem. Jadi
pokok utama ekologi dalam pembangunan bagaimana antara mahluk hidup mempunyai
hubungan interaksi dengan pembangunan.
B.Ruang Lingkup
Ekologi berkaitan dengan dengan berbagai ilmu pengetahuan yanag relevan dengan
kehidupan (peradaban) manusia seperti hubungannya dala pembangunan.
C.Tujuan
1.Dapat memahami pengertian ekologi
2.Dapat memahami hubungan pembangunan dengan lingkungan hidup.
3.Dapat mengetahui interaksi mahluk hidup dalam pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ekologi Manusia dan Pembangunan
Secara harafiah, ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau
dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Menurut Haeckel
(1868) dalam Suarna (2003) memberi batasan tentang ekologi sebagai hubungan yang
menyeluruh antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dengan abiotiknya. Suatu
konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem. Di dalam ekologi pembangunan manusia
mempunyai peranan yang sangat penting, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan.
Dalam suatu ekosistem (satu unit sistem ekologi), selalu ada keseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat
terus berlangsung. Ekosistem akan mengalami pertumbuhan apabila energi yang masuk lebih
besar dari energi yang keluar. Sebaliknya, ekosistem akan mengalami kemunduran apabila
energi yang masuk lebih kecil dari energi yang keluar.
Menurut hukum termodinamika II menyatakan bahwa energi yang ada itu tidak
seluruhnya dapat dipakai untuk melakukan kerja, atau dengan kata lain tidak mungkin
mencapai efisiensi 100%. Dengan makna yang sama, entropi secara universal akan selalu
bertambah. Kita dapat menurunkan entropi di suatu tempat tetapi berbarengan dengan itu
akan terjadi kenaikan entropi di suatu tempat secara lokal. Misalnya pembuangan limbah dari
rumah tangga ke sungai dapat menurunkan entropi sehingga keteraturan di rumah tangga
menjadi naik, tetapi meningkatkan entropi atau menurunkan keteraturan di sungai.
2. Etika Lingkungan
Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini
berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan
hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati
bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral
subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar
semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara
manusia dengan manusia’ Albert Schweitzer. Dalam perkembangan selanjutnya, etika
lingkungan hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu
dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral.
ANTROPOSENTRISME
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai
pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan
alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan
kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala
sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh
menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai
obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat
bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh
karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu
pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi
keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika
untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada
komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada
ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya
(ekosentrism).
TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan
lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada
teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan
manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam
suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan
manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan
hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).
3. Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan
seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara
keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan
lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun
interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini,
eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan,
harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam
lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap
upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan
keberlanjutan fungsi alam semesta.
Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan,
dapat dikontrol dari segi sains dan teknologi. Penggunaan perangkat hasil teknologi
diarahkan untuk tidak merusak lingkungan alam, serta bersifat teknologi bersih, dan
mengutamakan sistem daur ulang. Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan
menekan beaya eksternal akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap usaha
pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme pengaturan
keseimbangan sistem masukan dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian atau komitmen
sumberdaya manusia, sistem yang berlaku, infrastruktur fisik, sumberdaya lain yang
dibutuhkan. Dengan prinsip keterlanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
perlu disusun dalam arah strategis untuk menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi
mendatang. Upaya peningkatan kesejahteraan manusia harus seiring dengan kelestarian
fungsi sumberdaya alam, agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan potensi
keanekaragaman hayati tidak akan menurun kualitasnya.
4. Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan
Tata ruang adalah wujud struktural pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan
maupun tidak, sedangkan yang dimaksud ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan
ruang udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan
penghidupan. Kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya membutuhkan ruang untuk
berbagi lokasi pemanfaatan ruang.
Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan unsur alam yang terdiri dari berbagai proses ekologi merupakan satu kesatuan yang
mantap. Sehingga perencanaan dan pengelolaannya harus memperhatikan lingkungan hidup
yang sesuai dengan dasar dari pembangunan berkelanjutan.
Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup harus di dasarkan pada prinsip Pembangunan
Berkelanjutan (PB) yang berwawasan lingkungan. Komitmen untuk mempertimbangkan
aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan harus
dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan holistik. Dengan demikian, setiap usaha
untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, perlu didasari dengan semangat
kebersamaan, kemitraan, keberlanjutan dan akuntabilitas pada semua fihak yang terkait
dengan Pembangunan Berkelanjutan. Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
keberlanjutannya merupakan tugas bersama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dan bertumpu pada kemitraan pemerintah dan
masyarakat. Upaya untuk memperluas jangkauan kepedulian dan kesadaran lingkungan hidup
perlu terus ditumbuhkan, agar dapat mengikat komitmen semua fihak yang terkait guna
terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan panduan integrative untuk
dapat secara nyata memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam seluruh perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
A.Pembangunan dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan hidup
Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bagian yang satu dengan yang
lainnya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan, karena tidak akan terjadi sebuah
pembangunan dalam kehidupan manusia jika tidak ada lingkungan yang mendukung kearah
terwujudnya pembangunan tersebut. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup
membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem.
Pembangunan bertujuan untuk menaikan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat.
Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan
permintaan atas sumber daya alam, sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam.
Di dalam undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup, bab I ketentuan
umum pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Disini kita dapat melihat selama manusia ada pembangunanpun akan terus
berlangsung, apalagi ditunjang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu pesat akan memacu pembangunan yang cepat karena kebutuhan manusiapun akan
semakin meningkat.
Jadi sangatlah jelas bahwa pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan hidup
B.Pembangunan berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, kedalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Terpeliharanya keberlanjutan lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat
sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan peran serta anggota masyarakat, yang
dapat di disalurkan melalui perseorangan, oraganisasi lingkungan hidup, seperti lembaga
swadaya masyarakat dan lain-lain untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup mendukung yang menjadi tumpuan keberlanjutan
pembangunan.
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan ialah:
Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja,
yaitu tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga dengan
adanya pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-negara dan antara
kelompok masyarakat kaya dan masyarakat miskin dimasing-masing negara harus dikurangi.
Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam,
menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi
kesejateraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu,
lingkungan hidup Indonesia harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang serasi, selaras dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu generasi masa kini
dan generasi masa depan.
Selain itu ada pula beberapa pakar yang memberikan rumusan untuk lebih penjelaskan makna
dari pembangunan yang berkelanjutan itu antara lain:
1. Emil Salim :
Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan atau suistainabledevelopment adalah
suatu proses pembangunan yang mengoptimalkanmanfaat dari sumber daya alam sumber
daya manusia, denganmenyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan
(yayasan SPES,1992:3)
2. Ignas Kleden :
Pembangunan berkelanjutan di sini untuk sementara di definisikan sebagai jenis
pembangunan yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun
sumber daya manusia secara optimal, dan di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara
keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling bertentangan terhadap sumber
daya tersebut (yayasan SPES, 1992:XV).
3. Sofyan Effendi :
a. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber
dayanya, arah invesinya, orientasipengembangan teknologinya dan perubahan
kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada
saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat
(Wibawa,1991:14).
b. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai transformasi
progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk meningkatkan kepastian
masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memnuhi kepentingan mereka) (Wibawa,1991:26).
ini, yaitu :
Asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut
- Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus di
topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara
berlanjut,
- Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana
penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti
berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara
berlanjut, sehingga
menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya manusia.
- Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan, semakin posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain
tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada turunnya tingkat
kematian dan lain
sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan, supaya memberi pengaruh positif
terhadap kualitas hidup.
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan makalah dapat disimulkan bahwa :
1. Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organism dan sesamanya serta
dengan lingkungan tempat tinggalnya. Ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur
dan fungsi ekosistem.
2. Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bagian yang satu dengan yang lainnya saling
mendukung dan tidak dapat dipisahkan, karena tidak akan terjadi sebuah pembangunan dalam
kehidupan manusia jika tidak ada lingkungan yang mendukung kearah terwujudnya
pembangunan tersebut. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk
sistem ekologi yang disebut ekosistem.
3. Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, menjadi
sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi kesejateraan
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu, lingkungan
hidup Indonesia harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
serasi, selaras dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu generasi masa kini dan generasi
masa depan.
PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI
Disusun oleh :
IKM B 2010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Ekologi
Sejak dalam kandungan induk, suatu organisme sudah mulai berhubungan dengan alam lingkungan.
Proses hidup yang mengantarnya pada kehidupan lebih lanjut, dimulai dari perkembangannya dalam
rahim induk. Selanjutnya, ketika organisme tersebut lahir tidak berhenti berhubungan dengan
lingkungannya. Organisme tersebut mulai berkembang dan berinteraksi lebih lanjut dengan
lingkungan.
Perkembangan makhluk hidup sangat membutuhkan lingkungannya, dimulai dari hirupan oksigen
dalam lingkungan menuju alat pernafasannya, asupan makanan alam menuju alat pencernaannya.
Namun bukan hanya hubungan fisiologis saja yang terjalin, ada hubungan menyeluruh yang terjadi,
seperti hubungan psikologis. Hubungan tersebut mengharuskan makhluk hidup mengadakan
pembangunan dan perkembangan lingkungan untuk tetap bertahan hidup. Sebelum membahas
mengenai ekologi, harus ditelaah terlebih dahulu mengenai konsep ekologi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekologi memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena ekologi itu sendiri adalah
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk ditelaah lebih
dalam. Di dalam pembangunan itu sendiri, manusia memegang peranan yang sangat penting untuk
melakukan pembangunan berbasis ekologi, karena kodrat manusia sebagai subyek dalam lingkunan
dan pelaksana dalam pembangunan.
Banyak manfaat dan risiko yang akan dialami lingkungan dalam pembangunan, tantangan pun harus
dihadapi untuk terus melakukan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga pendekatan ekologi
harus dilakukan dalam setiap melakukan pembangunan, terutama yang berhubungan dengan
lingkungan. Sehingga pembangunan terus berlanjut agar mutu dan kualitas hidup terjamin, serta
lingkungan pun tidak akan rusak dengan pembangunan yang terus berjalan mengikuti arus waktu.
3.2 Saran
Pemerintah seharusnya sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang
berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat
penting untuk dibahas dan juga diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Soemarwoto, Otto, 1991, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : PT. Penerbit
Djambatan.
Soeriaatmadja,R.E, 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung : ITB.
Slamet, Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Sumaatmadja, Nursid DR., 1989, Studi Lingkungan Hidup, Bandung : PT. Alumni.
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan berkelanjutan dibidang ekologi merupakan salah satu cara yang digunakan
oleh Negara didunia untuk mempertahankan keberlangsungan sumberdaya alam bagi
generasi berikutnya dimasa yang akan datang. Selain untuk keberlangsungan hidup generasi
mendatang, pembangunan ekologi secara berkelanjutan juga dibutuhkan untuk
keberlangsungan ekosistem yang ada dibumi. Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan
merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga
merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam
hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga
sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang
seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen
sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan
pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan
harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai
kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.
konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu tujuan yang operasional di seluruh dunia,
baik di tingkat lokal, nasional, dan regional atau international.Untuk mencapai kelanjutan
dalam bidang ekologi ini, perlu dilakukan keseimbangan antara ekonomi sosial budaya serta
gaya hidup masyarakat, selain itu juga diperlukan pemahaman juga pola pikir yang lebih
matang mengenai mengolah, mengkonsumsi serta mengambil keputusan yang akan
mempengaruhi ekologi guna keberlangsungannya dimasa yang akan datang. Dan untuk
melihat bagaimana pelaksanaan dan pengembangan pembangunan berkelanjutan di bidang
ekologi ini penulis akan menghubungkannya dengan pembangunan ekonomi. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa pengeksploitasian alam atau ekologi tidak akan terlepas dari
konsumsi manusia dan itu sangat erat sekali hubungannya dengan ekonomi, baik itu
mencakup produksi , distribusi atau tingkat konsumsi yang dilakukan oleh manusia itu
sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah itu pembangunan yang berbasis ekologi ?
2. Bagaimana hubungan pembangunan ekologi dengan masalah ekonomi ?
3. Dan bagaimana pelaksanaannya di Sumatra Barat khususnya daerah Pasaman?
4. Kendala apa yang dihadapi dalam pembangunan ekologi ini?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pembangunan berkelanjutan berbasis ekologi
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pembangunan berkelanjutan berbasis
ekologi dengan masalah ekonomi
3. Untuk mengetahui pperkembangan pembangunan berkelanjutan di daerah Pasaman dan
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkunagn merupakan hal yang penting untuk
keberlanjutan ekosistem.dan hal ini dapat dilaksanakan dengan : pencegahan pencemaran
lingkungan, rehabilitasi dan pemuluhan ekosistem serta sumberdaya alam yang rusak,
selanjutnya yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan binaan
manusia.
Bahwa aktivitas ekonomi pasti membutuhkan alam sebagai sumber dayanya yang paling
penting. Namun, yang membuat risau, aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia saat ini
sudah berlebihan sehingga membuat alam mengalami kerusakan. Panayatou (2000)
membenarkan hal tersebut dalam tesisnya bahwa pertumbuhan ekonomi berdampak pada
degradasi lingkungan. Alasan pertama, ialah kapasitas lingkungan yang terbatas untuk
menampung limbah yang dihasilkan oleh aktivitas ekonomi. Dan, kedua adalah keterbatasan
sumber daya alam yang tidak bisa diperbaruhi. Dan "Dunia ini sanggup untuk memenuhi
kebutuhan setiap manusia, namun tidak untuk kerakusannya." (Mahatma Gandhi)
Bermula dari revolusi industri Inggris pada awal abad 19, kaum serakah mulai mengalami
peningkatan "kerakusan" dengan menganggap bahwa alam memang benar-benar disediakan
untuk "kepentingan" mereka. Terjadilah invansi besar-besaran atas alam. Mereka melakukan
invansi ke negara-negara Dunia Ketiga yang sedang berkembang, yang dikenal sebagai
negara-negara kaya sumber daya alam. Indonesia pun tidak luput dari invansi negara-negara
serakah tersebut. Dalam perjalannya, Indonesia malah semakin tidak bisa melepaskan diri
dan menjadi "anak emas" para penguasa kapital itu. Terbukti pola pembangunan yang
dijalankan negara kita selama ini hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tanpa
melihat masalah ekologi yang mempengaruhi kesejahteraan rakyat.