Anda di halaman 1dari 9

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

EPIDEMIOLOGI
dr. Maftuhah Nurbeti

A. Pendahuluan

Knowledge is not enough, we must apply. Willingness is not enough, we must do


(Goethe dalam Killoran et al, 2006)

Kutipan dari ilmuwan terkenal abad 18 di atas menunjukkan bahwa tindakan


berhubungan erat dengan pengetahuan atau dalam islam sering disebut dengan
amal ilmiah dan ilmu amaliah, sehingga setiap tindakan sebaiknya didasari dengan
pengetahuan yang cukup. Tidak terkecuali dalam bidang kesehatan masyarakat
sehingga memunculkan adanya istilah evidence-based public health (Killoran et al,
2006; Brownson et al., 2010) atau evidence-based decision making dan pengambilan
kebijakan berbasis data kesehatan.
Dalam hubungannya dengan epidemiologi, informasi yang diperoleh dari
penelitian/kajian epidemiologi akan membantu pengambilan keputusan kesehatan
masyarakat untuk membuat keputusan yang terbaik dalam penggunaan sumber
daya manusia dan sumber daya keuangan yang dimiliki (McKenzie et al., 2011). Hal
tersebut dimungkinkan karena epidemiologi merupakan salah satu kegiatan
kesehatan masyarakat yang antara lain bertujuan untuk 1) mengidentifikasi
penyebab dan faktor risiko penyakit/masalah kesehatan; 2) menentukan tingkat,
jangkauan atau luasnya penyakit/masalah kesehatan; 3) mempelajari perjalanan
alamiah dan prognosis penyakit di masyarakat; 4) mengevaluasi cara-cara
pencegahan dan penatalaksanaan, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang
baru, dan 5) menyediakan dasar bagi pengembangan keputusan dan kebijakan
kesehatan (Gordis, 2004).
Untuk lebih memahami epidemiologi dan perannya, dapat dilakukan
perbandingan antara epidemiologi dalam praktek kesehatan masyarakat dan
praktek pelayanan kesehatan yang sudah cukup familiar bagi banyak orang.
Pertama, jika dokter mengumpulkan data dari individu pasien dengan menggali
riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik, pada epidemiologi data
dikumpulkan dari masyarakat luas melalui data surveilans atau kajian epidemiologi
deskriptif. Dokter menggunakan data untuk menyusun diagnosis banding, sedangkan
pada epidemiologi data digunakan untuk membuat hipotesis, contohnya mengenai
hubungan antara penyakit dan paparan. Pada keduanya, hipotesis tersebut
kemudian diuji. Jika dokter menguji diagnosisnya dengan pemeriksaan diagnostik

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

tambahan, pada epidemiologi pembuktian hipotesis dilakukan dengan melakukan


penelitian analitik seperti penelitian kasus kontrol atau kohort. Tindakan terakhir
adalah bertindak. Jika dokter membuat resep mengenai terapi medis yang dipilihnya,
pada epidemiologi tindakan yang diambil berupa intervensi kesehatan masyarakat
untuk mengatasi masalah kesehatan dan mencegahnya agar tidak terjadi lagi
(Center for Disease Control and Prevention, 2004).
Melalui modul epidemiologi ini, dokter muda melakukan kegiatan-kegiatan yang
dapat membantu dokter muda agar menguasai dan menerapkan metodologi riset
epidemiologi serta memanfaatkan prinsip-prinsip epidemiologi untuk menganalisis
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah pelayanan Puskesmas.

B. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi disebutkan merupakan the mother science of public health
(Blakley, 1990). Meskipun terdapat berbagai definisi epidemiologi, epidemiologi
didefinisikan oleh International Epidemiological Association sebagai ilmu yang
mempelajari distribusi dan determinan (faktor yang menentukan) dari keadaan atau
peristiwa terkait kesehatan pada populasi tertentu, dan aplikasi dari ilmu tersebut
untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan (McKenzie et al., 2011; Center
for Disease Control and Prevention, 2004; Murti, 1997). Definisi tersebut dapat
dipecah menjadi kata kunci-kata kunci berikut:
1) Ilmu
Sebagai ilmu pengetahuan atau sains yang merupakan dasar dari ilmu kesehatan
masyarakat, epidemiologi menggunakan metode ilmiah melalui metode penelitian
dan biostatistika, untuk menarik kesimpulan yang benar (valid) dan dapat
diandalkan untuk jangka panjang (reliabel).
2) Distribusi
Epidemiologi mempelajari distribusi frekuensi dan pola dari penyakit/masalah
kesehatan berdasarkan tempat, orang, dan waktu. Pendekatan ini sering disebut
dengan epidemilogi deskriptif.
3) Determinan
Epidemiologi mempelajari determinan penyakit pada populasi tertentu.
Pendekatan ini sering disebut dengan epidemiologi analitik. Pada epidemiologi
analitik, dipelajari hubungan sebab akibat antara paparan dengan terjadinya
penyakit. Penggunaan istilah determinan mencakup faktor risiko dan penyebab
penyakit. Faktor risiko dimaknai sebagai hal-hal yang meningkatkan peluang atau
kemungkinan untuk terjadinya penyakit atau masalah kesehatan, baik ada
hubungan sebab akibat atau tidak. Dengan demikian, pada epidemiologi analitik,

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

kita tidak sekedar bertanya mengenai What, who, where, dan when, melainkan
bertanya mengenai how dan why.
4) Keadaan atau peristiwa terkait kesehatan
Dahulu, penyakit menular memang banyak menjadi perhatian dari epidemiologi.
Tetapi, hal ini tidak sepenuhnya benar karena praktek epidemiologi saat ini
menunjukkan bahwa epidemiologi juga telah diterapkan pada kejadian kesehatan
dalam pengertian yang lebih luas. Dengan demikian, selain masalah infeksi,
masalah lingkungan, penyakit kronik, masalah perilaku, dan trauma juga menjadi
obyek dari epidemiologi.
5) Populasi
Fokus studi epidemiologi bukan individu, melainkan kelompok individu, misalnya
penduduk kota atau wilayah tertentu, masyarakat miskin, kelompok pekerja
tertentu seperti buruh pabrik, kelompok umur tertentu seperti anak yang
mengalami gizi buruk, kelompok lansia yang mengalami hipertensi, kelompok ibu
hamil, dan lain-lain. Perspektif populasi juga mengandung arti, epidemiologi
memperhitungkan kausa penyakit yang terletak pada level makro, yaitu populasi
dan lingkungan. Hal ini berangkat bahwa individu hidup dalam lingkungannya, baik
fisik, sosial, ekonomi, maupun kultural, sehingga timbulnya penyakit/masalah
kesehatan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
6) Penerapan
Epidemiologi tidak hanya sebagai cara atau alat untuk menganalisis penyakit dan
determinannya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian latar belakang di atas,
epidemiologi memiliki peran yang lebih aktif. Data-data epidemiologis akan
digunakan oleh pengambil keputusan/kebijakan untuk menentukan dan
mengembangkan serta mengevaluasi intervensi dalam rangka mengendalikan dan
mencegah masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi. Hal ini merupakan
fungsi utama dari epidemiologi terapan.

C. Penelitian Epidemiologi

Epidemiologi dapat menggunakan berbagai jenis penelitian, baik penelitian


eksperimental seperti efektivitas vaksin, maupun penelitian observasional, dan
bahkan ada juga yang menggunakan pendekatan kualitatif misalnya dalam
analisis mendalam mengenai kejadian luar biasa tertentu. Penelitian observasional
sendiri dapat terbagi menjadi penelitian deskriptif (Epidemiologi Deskriptif)
maupun penelitian analitik (Epidemiologi Analitik).

1. Epidemiologi Deskriptif

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Pada penelitian deskriptif, informasi dikumpulkan untuk menandai atau


merangkum kejadian atau masalah kesehatan. Epidemiologi deskriptif
mengevaluasi semua keadaan yang berada di sekitar seseorang yang dapat
mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan. Yang menjadi fokus dalam
epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola (Ellis-Christensen, 2012).
Frekuensi digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola dapat
digunakan untuk membantu epidemiologi analitik menunjukkan faktor risiko.
Penelitian deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who (siapa saja yang
terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka terpengaruhi), dan where (dimana
mereka terpengaruhi).

Pada who (orang), epidemiologi deskriptif meneliti faktor-faktor antara lain:

a. Variabel Demografi, sebagai contoh: usia, jenis kelamin, ras, penghasilan,


pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, dan lain-lain.

b. Variabel Keluarga, sebagai contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan,


pendidikan ibu, pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.

c. Perilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola


olahraga.

d. Variabel lain, seperti: Golongan darah, paparan factor lingkungan tertentu,


status kekebalan, status imunisasi, status gizi.

Contoh penelitian epidemiologi deskriptif yang menganalisis faktor orang antara


lain tekanan darah tinggi pada orang yang bekerja shift malam, obesitas pada
remaja siswi SMA, Diabetes Mellitus pada lansia Desa Z, dan lain-lain.

Hal penting lain yang dapat diamati pada epidemiologi deskriptif adalah where
(tempat). Tempat disini dapat berupa:

a. Tempat tinggal

b. Tempat bekerja

c. Sekolah

d. Rumah Makan

e. Tempat Rekreasi

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

f. Dan lain-lain

Contoh penelitian: Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah


yang berdekatan dengan stasiun atau kuburan, karena di tempat tersebut
pengendalian jentik nyamuk relatif kurang diperhatikan daripada rumah tinggal.

Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemiologi deskriptif
adalah factor when (waktu). Yang dimaksud dengan waktu disini bias merupakan
waktu tahun, atau hal yang terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam.
Sebagai contoh, penyakit demam berdarah lebih sering muncul di musim hujan,
demikian halnya dengan penyakit leptospirosis atau bahkan flu, dan kecelakaan
lebih sering terjadi di masa liburan. Pengukuran prevalensi pada periode waktu
tertentu akan dapat membantu upaya pencegahan.

Berikut ini contoh-contoh lain penelitian epidemiologi deskriptif:

1) Penilaian aktifitas fisik dan pengeluaran energi pada lansia penderita penyakit
kronis di Desa Sukamakmur.

2) Tren angka kejadian stroke di Kecamatan Kondang dari tahun 1990-2010

3) Perilaku merokok pada Kelahiran Preterm di Kecamatan Sanden

4) Perbedaan jenis kelamin pada gangguan lemak di Padang dan di Yogyakarta

5) Tren angka harapan hidup berdasarkan kelompok latar belakang pendidikan di


Yogyakarta

2. Epidemiologi Analitik

Penelitian epdemiologi analitik membandingkan kelompok-kelompok untuk


menentukan adanya peran dari berbagai faktor risiko dalam menyebabkan sebuah
penyakit atau masalah kesehatan. Desain dari penelitian analitik yang sering
digunakan dalam penelitian epidemiologi adalah cross sectional, case-control, dan
cohort.

a. Rancangan cross sectional (potong lintang)

Pada dasarnya, penelitian cross sectional menyerupai sebuah survei. Pada


penelitian cross sectional, informasi mengenai status penyakit dan paparan
dikumpulkan dari anggota kelompok tertentu. Dan karena datanya mencerminkan
satu titik dalam satu waktu, metode ini seolah memotret populasi tertentu. Metode
ini bagus untuk digunakan dalam meneliti hubungan antara variabel dan penyakit,
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

namun tidak digunakan untuk mengetahui hubungan antara penyebab dan efek
(cause and effect) yang memerlukan data dari waktu ke waktu.

b. Rancangan cohort

Penelitian case-control dan cohort lebih tepat untuk meneliti hubungan


antara penyebab dan efek. Pada penelitian cohort, peneliti memilih sekelompok
individu yang terpapar dan sekelompok individu yang tidak terpapar. Kedua
kelompok tersebut diikuti ke periode waktu yang akan datang (prospektif) untuk
membandingkan adanya outcome berupa kejadian penyakit pada kelompok
tersebut. Hubungan antara paparan dan penyakit dikatakan positif bila kejadian
penyakit lebih besar pada kelompok terpapar dibandingkan dengan kelompok
tidak terpapar. Berikut ini gambar-gambar yang memperjelas gambaran mengenai
rancangan cohort.
Arah waktu

Terpapar Tidak Terpapar

Sakit Tidak sakit Sakit Tidak Sakit

Menjadi sakit Tidak menjadi Total Angka


sakit kejadian
penyakit
Sekarang a b a+b a/(a+b)
Terpapar
Sekarang c d c+d c/(c+d)
Tidak terpapar

Odds Ratio= Odds orang terpapar yang menjadi sakit = (a/b)/(c/d)=ad/bc


Odds orang tak terpapar yang menjadi sakit

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

c. Rancangan case control

Pada penelitian case control, peneliti bergerak kebelakang, dari efek ke


dugaan penyebab. Oleh karena itu jenis rancangan ini sering disebut penelitian
retrospektif. Subyek dipilih berdasarkan ada tidaknya penyakit atau outcome.
Kelompok yang memiliki penyakit disebut kasus, dan yang tidak memiliki penyakit
disebut kontrol. Kedua kelompok ini kemudian dibandingkan berdasarkan ada
tidaknya paparan.faktor risiko. Hubungan antara paparan dan outcome pada
penelitian case control dilakukan dengan perhitungan Odds Ratio.

Terpapar

Tidak Terpapar Sakit

Terpapar
Tidak Sakit
Tidak Terpapar

Sekarang sakit Sekarang tidak


sakit
Sebelumnya A b
Terpapar
Sebelumnya Tidak C d
terpapar
TOTAL a+c b+d
Proporsi terpapar a/(a+c) b/(b+d)

Paparan akan berhubungan dengan penyakit bila proporsi kasus yang terpapar lebih
besar daripada proporsi control yang terpapar.

Odds Ratio= Odds kasus yang terpapar = (a/c)/(b/d)=ad/bc


Odds control yang terpapar

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Perhitungan besar sampel dapat dibuat berdasarkan rumus case control study
(Lemeshow, et al, 1997) sebagai berikut:

n= { Z1-/2[2P2*(1- P2*)] + Z1-[P1*(1- P1*)] +P2*(1- P2*)]2


(P1*-P2)2

dimana : P1 = (OR) P2
(OR) P2 + (1 P2)
Keterangan:
Z1-/2 =1,96
P1 = proporsi paparan pada kelompok kasus (bisa dari referensi penelitian
sebelumnya)
P2 = proporsi paparan pada kelompok kontrol (bisa dari referensi penelitian
sebelumnya)
OR= nilai odds ratio (bisa dari referensi penelitian sebelumnya)
= tingkat kemaknaan ( 5%)
= Kekuatan uji (80%)

Daftar Pustaka

1. Center for Disease Control and Prevention (CDC), Principle of Epidemiology in


Public Health Practice. diunduh dari
http://www.cdc.gov/training/products/ss1000/ss1000-ol.pdf
2. Dahlan S, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan,2010, Jakarta: Salemba Medika
3. Dahlan S, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan,2011, Jakarta: Salemba
Medika
4. Greenberg RS et al, Medical Epidemiology, 2001, New York: McGraw Hill.
5. Gordis L, Epidemiology, USA : Penerbit Elsevier.
6. Morton RF,Hebel JR,Mc Carter RJ, Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika,
ed 5, Alih Bahasa : Apriningsih, 2009, Jakarta : EGC
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

7. Murti,B, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi , Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
8. Murti,B , Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
9. Rothman KJ et al, Epidemiologi Modern (terjemahan). Penerbit Pustaka Nusatama

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)

Anda mungkin juga menyukai