JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id
EPIDEMIOLOGI
dr. Maftuhah Nurbeti
A. Pendahuluan
B. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi disebutkan merupakan the mother science of public health
(Blakley, 1990). Meskipun terdapat berbagai definisi epidemiologi, epidemiologi
didefinisikan oleh International Epidemiological Association sebagai ilmu yang
mempelajari distribusi dan determinan (faktor yang menentukan) dari keadaan atau
peristiwa terkait kesehatan pada populasi tertentu, dan aplikasi dari ilmu tersebut
untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan (McKenzie et al., 2011; Center
for Disease Control and Prevention, 2004; Murti, 1997). Definisi tersebut dapat
dipecah menjadi kata kunci-kata kunci berikut:
1) Ilmu
Sebagai ilmu pengetahuan atau sains yang merupakan dasar dari ilmu kesehatan
masyarakat, epidemiologi menggunakan metode ilmiah melalui metode penelitian
dan biostatistika, untuk menarik kesimpulan yang benar (valid) dan dapat
diandalkan untuk jangka panjang (reliabel).
2) Distribusi
Epidemiologi mempelajari distribusi frekuensi dan pola dari penyakit/masalah
kesehatan berdasarkan tempat, orang, dan waktu. Pendekatan ini sering disebut
dengan epidemilogi deskriptif.
3) Determinan
Epidemiologi mempelajari determinan penyakit pada populasi tertentu.
Pendekatan ini sering disebut dengan epidemiologi analitik. Pada epidemiologi
analitik, dipelajari hubungan sebab akibat antara paparan dengan terjadinya
penyakit. Penggunaan istilah determinan mencakup faktor risiko dan penyebab
penyakit. Faktor risiko dimaknai sebagai hal-hal yang meningkatkan peluang atau
kemungkinan untuk terjadinya penyakit atau masalah kesehatan, baik ada
hubungan sebab akibat atau tidak. Dengan demikian, pada epidemiologi analitik,
kita tidak sekedar bertanya mengenai What, who, where, dan when, melainkan
bertanya mengenai how dan why.
4) Keadaan atau peristiwa terkait kesehatan
Dahulu, penyakit menular memang banyak menjadi perhatian dari epidemiologi.
Tetapi, hal ini tidak sepenuhnya benar karena praktek epidemiologi saat ini
menunjukkan bahwa epidemiologi juga telah diterapkan pada kejadian kesehatan
dalam pengertian yang lebih luas. Dengan demikian, selain masalah infeksi,
masalah lingkungan, penyakit kronik, masalah perilaku, dan trauma juga menjadi
obyek dari epidemiologi.
5) Populasi
Fokus studi epidemiologi bukan individu, melainkan kelompok individu, misalnya
penduduk kota atau wilayah tertentu, masyarakat miskin, kelompok pekerja
tertentu seperti buruh pabrik, kelompok umur tertentu seperti anak yang
mengalami gizi buruk, kelompok lansia yang mengalami hipertensi, kelompok ibu
hamil, dan lain-lain. Perspektif populasi juga mengandung arti, epidemiologi
memperhitungkan kausa penyakit yang terletak pada level makro, yaitu populasi
dan lingkungan. Hal ini berangkat bahwa individu hidup dalam lingkungannya, baik
fisik, sosial, ekonomi, maupun kultural, sehingga timbulnya penyakit/masalah
kesehatan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
6) Penerapan
Epidemiologi tidak hanya sebagai cara atau alat untuk menganalisis penyakit dan
determinannya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian latar belakang di atas,
epidemiologi memiliki peran yang lebih aktif. Data-data epidemiologis akan
digunakan oleh pengambil keputusan/kebijakan untuk menentukan dan
mengembangkan serta mengevaluasi intervensi dalam rangka mengendalikan dan
mencegah masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi. Hal ini merupakan
fungsi utama dari epidemiologi terapan.
C. Penelitian Epidemiologi
1. Epidemiologi Deskriptif
Hal penting lain yang dapat diamati pada epidemiologi deskriptif adalah where
(tempat). Tempat disini dapat berupa:
a. Tempat tinggal
b. Tempat bekerja
c. Sekolah
d. Rumah Makan
e. Tempat Rekreasi
f. Dan lain-lain
Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemiologi deskriptif
adalah factor when (waktu). Yang dimaksud dengan waktu disini bias merupakan
waktu tahun, atau hal yang terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam.
Sebagai contoh, penyakit demam berdarah lebih sering muncul di musim hujan,
demikian halnya dengan penyakit leptospirosis atau bahkan flu, dan kecelakaan
lebih sering terjadi di masa liburan. Pengukuran prevalensi pada periode waktu
tertentu akan dapat membantu upaya pencegahan.
1) Penilaian aktifitas fisik dan pengeluaran energi pada lansia penderita penyakit
kronis di Desa Sukamakmur.
2. Epidemiologi Analitik
namun tidak digunakan untuk mengetahui hubungan antara penyebab dan efek
(cause and effect) yang memerlukan data dari waktu ke waktu.
b. Rancangan cohort
Terpapar
Terpapar
Tidak Sakit
Tidak Terpapar
Paparan akan berhubungan dengan penyakit bila proporsi kasus yang terpapar lebih
besar daripada proporsi control yang terpapar.
Perhitungan besar sampel dapat dibuat berdasarkan rumus case control study
(Lemeshow, et al, 1997) sebagai berikut:
dimana : P1 = (OR) P2
(OR) P2 + (1 P2)
Keterangan:
Z1-/2 =1,96
P1 = proporsi paparan pada kelompok kasus (bisa dari referensi penelitian
sebelumnya)
P2 = proporsi paparan pada kelompok kontrol (bisa dari referensi penelitian
sebelumnya)
OR= nilai odds ratio (bisa dari referensi penelitian sebelumnya)
= tingkat kemaknaan ( 5%)
= Kekuatan uji (80%)
Daftar Pustaka