Pembuangan di
17% 21% 8% 8%
tanah Bocor ke laut,
0.7 juta ton
danau, atau sungai
45%
Lainnya yang salah
36% Pembakaran
kelola
4.1 juta ton
61% 64%
Sampah terkelola 2.0 juta ton
Penimbunan
9% terbuka resmi 74%
Terkumpul
Pembuangan
20% terkelola
45%
3 Sumber: National Plastic Action Partnership (NPAP), SYSTEMIQ, World Economic Forum, ; Tingkat pengumpulan 39% di NPAP termasuk sampah yang di
daur ulang dan dikumpulkan baik sector formal dan informal dan yang diangkut ke TPA pembuangan terkelola (sanitary dan controlled) dan open
dumping; Data NPAP berfokus pada sampah plastik tetapi hasilnya mewakili keseluruhan sampah (perhitungan berdasarkan data seluruh sampah).
Pasuruan
Muncar -
Banyuwangi
Sungai Citarum
Sungai Citarum
4
Status TPSTS/TPS3R¹
Jumlah unit di Indonesia, 2021
Beroperasi
Terbengkalai/status tidak diketahui
1,807
28%
72%
335
59%
41%
TPST TPS3R
157
194 188
198
161 167
KLHK: Peluncuran GERAKAN INDONESIA BERSIH dan Rapat Kerja Nasional Pusat dan Daerah, Jakarta, 21 Februari 2019; Data Program Adipura 2017,
6 Pengelolaan Sampah Plastik, Presentasi Dr. Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah pada HPSN 2019.
Pertanyaan kunci: Faktor penentu apa saja yang paling penting untuk meningkatkan pengumpulan sampah 2x lipat pada tahun 2030?
Ulasan ekstensif lebih dari Analisa 10 negara dengan Focus group discussions (FGD) Pembelajaran dari
30 peraturan dan kebijakan ekonomi yang mirip terkait stakeholders: Kami menga- implementasi di lapangan
pengelolaan sampah di hipotesa faktor penentu dakan 10 FGD, 4 workshop • Project STOP (Muncar,
Indonesia tingkat pengumpulan sampah dan 2 wawancara mendalam Pasuruan, Jembrana)
dengan 13 direktorat kemen- • Program Bersih Indonesia
terian, 4 asosiasi pemerintah (Malang)
daerah (Pemda), 8 NGO dan
ahli-ahli. Bersih
Indonesia
• 2 Undang-undang (UU)
• 4 Peraturan Presiden
• 8 Standar Nasional (SNI)
• 3 Peraturan Pemerintah
• 14 Peraturan Menteri
(Permen)
• 4 Peraturan Gubernur
• 4 Peraturan Bupati
7
Tantangan yang kita lihat
• Pencemaran lingkungan: 40 juta ton sampah (4 juta ton plastik) mencemari
lingkungan setiap tahun
• Tingkat pengumpulan rendah: 165 juta orang tidak terkumpul sampahnya
• TPS3R dan TPST terbengkalai: 70% TPS3R dan >40% TPST terbengkalai
• Peralihan sistem TPA: Tiap tahun jumlah TPA saniter dan terkendali berubah
menjadi fasilitas open dumping
AKAR MASALAH
1) Tata kelola yang tidak stabil dan tidak kuat
• Struktur kelembagaan yang menyulitkan tercapainya keberlanjutan dan
keberhasilan sistem bergantung kepada figure pemimpin
• Tanggungjawab pengeloaan sampah terbagi antara pemerintah kab/kota
dengan masyarakat (desa/RT/RW)
• Penegakan hukum yang tidak berjalan untuk larangan
pembuangan/pembakaran sampah dan belum adanya intensif dan
konsekuensi jika target-target pengelolaan sampah (pemerintah,
produsen) tidak tercapai
2) Pendanaan yang tidak mencukupi dan tidak stabil
• Pendanaan yang ada belum mencukupi
• Sumber -sumber pendanaan yang ada tidak stabil untuk menutup
gap/selisih pendanaan
• Potensi pendanaan lain yang umum di negara lain belum maksimum
3) Kurangnya kapasitas menjalankan sistem pengelolaan sampah
8
berkelanjutan
▪ Tata kelola pengelolaan sampah yang stabil dan kuat
▪ Pendanaan pengelolaan sampah yang memadai dan stabil
9
Diekspor Didaur ulang secara mekanis Landfill terkendali Fasilitas open dumping Pembakaran Mencemari tanah Bocor ke laut Contoh plastik
DIDOMINASI WILAYAH PERKOTAAN DIDOMINASI WILAYAH PEDESAAN
Analisa SYSTEMIQ
Catatan: Hasil untuk daerah arketipe rural dan remote utamanya dipengaruhi asumsi bahwa semua fasilitas pembuangan pemerintah di daerah ini
10 adalah fasilitas open dumping dan bukan TPA terkendali
Lebih cepat dan
Kelurahan – wilayah perkotaan Desa – wilayah pedesaan
mudah meningkatkan
Karakteristik kota Padat dan berkarakter kota Tidak padat dan berkarakter desa dan mengelola sistem
persampahan di
Jumlah di 8,488 74,953 wilayah dengan
Indonesia sistem tata kelola
Rerata jumlah 5,943 (luar Jawa) – 12,586 1,645 (luar Jawa) – 4,366 (Jawa) kelurahan
penduduk1 (Jawa)
Kabupaten/kota Kota (semua) dan kabupaten Hanya kabupaten Desa Kelurahan
(beberapa)
Kepala daerah Ditunjuk oleh Bupati Dipilih oleh masyarakat Kabupaten
(Kabupaten)/Walikota (Kota) Banyuwangi
1. NPAP Analysis; 2. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, KLHK https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/, data diakses pada 9
12
Juni, 2021.
Contoh dalam
pengumpulan
Fase pengelolaan sampah (contoh pengumpulan sampah), % penduduk yang sampahnya dikumpulkan sampah
>90%
80-90%
60-80%
40-60%
<40%
DB1: Inisiasi DB2: Perkembangan awal DB3: Perluasan layanan DB4: Konsolidasi DB5: Implementasi DB6-9 – sistem
kendali masif sistem yang lebih maju
• Pengelolaan • Pemerintah mulai • Cakupan layanan • Penegakan aturan • Akses universal
sampah oleh mengkoordinasikan mulai lebih luas yang tegas pengumpulan
masyarakat dan • Sistem persampahan di • mewajibkan sampah di kota,
pengangkut Pendanaan sistem
perkotaan dipimpin persampahan yang masyarakat bertang- dan pengumpulan
sampah swasta pemerintah, di gung jawab menge- di desa sudah tinggi
skala kecil baru dan stabil mulai
pedesaan berbasis muncul lola sampah mereka • Tata kelola
masyarakat (mis. peraturan ketat persampahan di
• Tata kelola ad- • Tata kelola di kota tentang membuang
• Tata kelola bergantung desa tersistematis,
hoc mulai tersistematis, di sembarangan dan
pada figur pemimpin tidak lagi
desa masih pembakaran)
dan bisa dipengaruhi bergantung figur
bergantung pada
politik • Tata kelola di desa pemimpin
figur pemimpin
mulai tersistematis
13 “The Nine Development Bands (9DBs) – A Conceptual Framework and Global Theory for Waste and Development”, Whiteman, Webster and Wilson, ISWA Waste
Management and Research. DB=Development Band atau tingkat perkembangan.
Fase pengelolaan sampah (contoh pengumpulan sampah)
% penduduk yang sampahnya terangkut
>90%
80-90%
60-80%
40-60%
<40%
DB1: Inisiasi DB2: Perkembangan DB3: Perluasan layanan DB4: Konsolidasi DB5: Implementasi
awal kendali masif sistem
Bergantung pada individu (kota + desa) Kota: bergantung pada sistem Bergantung pada
1 Susunan tata Desa: bergantung pada individu sistem (kota + desa)
kelola
3 Penegakan Masyarakat memiliki opsi membuang sembarangan/membakar Aturan dan konsekuensi tegas bagi yang
hukum sampah dan ikut atau tidak dalam layanan sampah tanpa membuang sembarangan/membakar
membuang/ konsekuensi tegas, layanan sampah sampah dibaringi dengan
membakar juga terbatas upaya akses universal layanan sampah
sampah
1
• Layanan sampah yang sudah bagus dapat • Minimnya anggaran untuk modal belanja
berubah ketika pemimpin berganti (CAPEX) dan ketat nya aturan/prosedur untuk
anggaran belanja operasional (OPEX)
• Pengurus dan petugas pengelola sampah dipilih
atas kepentingan politik oleh kepala desa (Kades) • Ada paham bahwa anggaran persampahan
serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan seharusnya dari APBD kabupaten
umumnya mengabaikan kompetensi teknis serta
dapat diganti kapan saja
• Kades vs BPD
• Minimnya tata kelola untuk proses perekrutan, • Kades vs Kepala BUMDes
pelatihan, dan penyusunan sistem keuangan yang
transparan • Kades terpilih vs calon yang tidak terpilih
17
Kekuatan Diantara Kelemahan
1,2
▪ Memenuhi kriteria-kriteria ideal sistem tata kelola: mencakup seluruh kabupaten/kota, lebih berkelanjutan
secara pendanaan, dapat mengelola pemasukan secara mandiri dan memungkinkan pendanaan
sepenuhnya digunakan untuk sistem persampahan
▪ Menjawab hambatan susunan tata kelola: Sistem kelembagaan BLUD bisa lebih mandiri dan professional,
terpisah dari perubahan politik dan tidak bergantung figur pemimpin daerah
▪ Menjawab hambatan koordinasi tata kelola: Tanggungjawab persampahan dapat dikelola secara terpusat di
tingkat kabupaten/kota melalui BLUD
▪ Memisahkan peran BLUD sebagai operator dan DLH sebagai regulator. Sebagai operator, BLUD dapat
Kerjasama/men-subkontrak layanan kepada operator pengelola sampah, mis.: KSM, BumDes, operator swasta.
▪ Mengelola penanganan sampah dari pengumpulan dan pengangkutan, pemilahan dan pemprosesan di TPST
dan juga pengelolaan TPA.
▪ Menjadi bank sampah induk dan off-taker untuk sampah daur ulang dari TPST/3R, bank sampah dan sektor
informal – dapat mengatasi sampah plastik bernilai rendah yang membutuhkan volume besar untuk dijual.
19
1,2
20 1. Permendagri 12/2017 (Pasal 20-25) 2. Permendagri 79/2018 (Pasal 29-45); 3. KSM umumnya beroperasi di tingkat kelurahan/desa sehingga ada
kompleksitas tambahan untuk KSM di tingkat kabupaten atau kecamatan
3
1. UU 18/2008 pasal 29 tentang larangan membuang dan membakar sampah serta sanksi, 2). Misalnya Perda Banyuwangi
21
09/2013, Perda Jembrana 8/2013 mengatur larangan membuang sembarangan dan membakar sampah dan sanksi pidana
Usulan kebijakan jangka pendek:
Bekerja sama denan Kemendagri, APKASI, APEKSI untuk:
1. Sosialisasi manfaat kelembagaan BLUD pengelolaan sampah ke kabupaten/kota (telah
berjalan)
2. Piloting penerapan PPK-BLUD pengelolaan sampah pada UPTD di 1 s/d 3 kabupaten/kota
(sedang berjalan)
3. Membuat buku panduan teknis pembentukan BLUD pengelolaan sampah (sedang berjalan)
Usulan kebijakan jangka panjang:
1 1. Mengusulkan proses percepatan penerapakan PPK BLUD pada UPTD: memasukan klausul di
Susunan
persyaratan Administratif, Pasal 36 Permendagri 79/2018: “dalam mengelola UPTD, dapat
tata kelola
diusulkan sistem/pola Administrasi dan Keuangan UPTD dengan penerapan PPK BLUD”,
sehingga ketika UPTD baru terbentuk, dapat langsung menerapkan PPK BLUD.
2. Memisahkan peran DLH sebagai regulator dan BLUD sebagai operator persampahan
3. Memperkuat landasan hukum BLUD pengelolaan sampah melalui:
a. Tambahan pasal tentang pengaturan UPTD Pengelolaan Sampah di Permendagri 12/2017
Tentang Pembentukan UPT, seperti UPTD Kesehatan di Pasal 23.
b. Memasukkan layanan pengelolaan sampah dalam penjelasan PP 23/2005 Tentang BLU
agar menjadi pertimbangan dalam perubahan Permendagri 12/2017 untuk
22 mengamanatkan penerapan BLUD pada UPTD Pengelolaan Sampah
Institusionalisasi tanggung jawab pengumpulan sampah: mengusulkan diterbitkannya
Permendagri pengganti Permendagri 33/2010 untuk:
▪ Mengubah sistem kelembagaan pengelolaan sampah dari yang berbasis masyarakat ke
berbasis institusi, serta memberikan tanggung jawab pengelolaan sampah sepenuhnya
Koordinasi
2 kepada pemerintah kabupaten/kota termasuk untuk pengumpulan dan pengangkutan
tata kelola
sampah dari sumber.
▪ Memberikan peran utama kepada masyarakat/desa dalam hal kampanye perubahan
perilaku untuk pengurangan sampah atau 3R – reduce (pembatasan), reuse (pemanfaatan
kembali), dan recycle (pendauran ulang) sampah.
23
▪ Tata kelola pengelolaan sampah yang stabil dan kuat
24
Fokus kajian
KOMITMEN PEMERINTAH
SUMBER DAYA YANG DIPERLUKAN
70% PENANGANAN
1
untuk semua jenis sampah1 54-67 triliun IDR
($3,8-4,8 miliar USD)
CAPEX4
2X PENGUMPULAN MENJADI 80%
2 antara 2017 dan 2025
pengumpulan sampah di 20252
1. Perpres No. 97 Tahun 2017; 2. NPAP: Mengurangi Polusi Plasttik Secara Radikal di Indonesia – Rencana Aksi Multi Pemangku Kepentingan; 3. PerpresNo.
25 83 Tahun 2018; 4. Keseluruhan untuk 2017-2025, capaian pertama komitmen
1 CAPEX: Biaya awal pembentukan sistem 2 OPEX: Biaya operasional berjalan
Wadah sampah
Pendirian
Gaji pegawai
TPS3R/TPST
pengumpulan
Conveyor belt
Gaji pegawai, perawatan TPA
26
Sistem persampahan linier Sistem persampahan sirkular
Pilihan 1:
Jenis sistem
Pengumpulan Pengang- Pembuangan Pengumpulan TPS3R/TPST Pengang- Pembua-
kutan /TPA Door-to-door kutan residu ngan/TPA
27
Beragam wadah sampah
Mesin press/baling,
Kendaraan pengumpul khusus
forklift
Perubahan perilaku
-21%
4.8 Selisih CAPEX Pengumpulan 0.7 1.2
~ $ 1M
3.8
Pemilahan 0.0 1.0
Pembuangan
4.0 1.6
/TPA
Linier Sirkuler
Catatan: (1) Kebutuhan CAPEX dihitung dengan mengalikan $/ton CAPEX setahun dengan usia pakai dan kapasitas rancangan pada 2040,
kecuali biaya fasilitas daur ulang; (2) Untuk pembuangan, diasumsikan pembuangan yang baru membutuhkan CAPEX meskipun ada sisa dari
kapasitas yang ada karena keperluan meningkatkan operasional pembuangan saat ini secara signifikan; (3) Asumsi depresiasi asset: sanitary
29 landfill (9 tahun), TPS3R (fasilitas pemilahan) (10 tahun - peralatan, 20 tahun - bangunan), truk (10 tahun), motor roda tiga, peralatan (5 tahun).
Sumber: Analisa SYSTEMIQ
Total OPEX/tahun untuk Linier: OPEX/tahun untuk pengumpulan 80% Sirkular: OPEX/tahun untuk pengumpulan 80%
pengumpulan sampah 80%
Juta USD/year, rerata 2017-2025 Juta USD/tahun, rerata 2017-2025
Juta USD, % selisih
+79%
Pengumpulan &
271 444
373 pengangkutan
Selisih
Pemilahan 0 293
tahunan
OPEX ~$165
juta 218 88
Pembuangan
Pendapatan
0 171
(penjualan sampah)
Pendapatan
282 282
(retribusi)
Linier Sirkuler
Catatan: Pendapatan di sistem sirkular dihitung dari rerata jumlah sampah yang dipilah di TPS3R serta harga dan tingkat serapan organik dan
30 anorganik di TPS3R, berdasarkan data proyek STOP. Pendapatan dari iuran kemungkinan tidak menggambarkan realita dan diestimasikan iuran
sebesar IDR 8.000/KK-bulan di kota dan IDR 2.500/KK-bulan di desa di seluruh Indonesia.
Perbandingan keuangan sistem persampahan
Perbandingan biaya sistem persampahan linier dan sirkular dari waktu ke waktu
linier dan sirkular
Miliar USD, biaya CAPEX + OPEX selama 10 tahun pelayanan Miliar USD, kumulatif 2017-2025
Linier Sirkuler
12,000
11,000 Sirkuler
10,000 4.4
OPEX +68%
9,000 Linier 7.4
8,000
4.8
7,000 CAPEX -21%
6,000 3.8
5,000
2.5
4,000 Pendapatan +64%
4.1
3,000
2,000
6.6
1,000 Selisih Total +9%
7.2
0
Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Catatan: (1) Sistem sirkular memiliki sistem TPA sanitary landfill yang lebih baik dan lebih sedikit sampah yang dikirim ke TPA. Ini menandakan
kebergantungan yang lebih rendah pada TPA sehingga usia layannya lebih panjang dan biaya penggantian aset lebih kecil dalam jangka
31 panjang. Hal ini belum diperhitungkan dalam grafik karena rentang waktu yang terbatas.
Source: SYSTEMIQ Analysis
Kecil, terdesentralisasi Sedang, semi-terpusat Besar, terpusat
(Development Band 2) (Development Band 3) (Development Band 4/5)
Otomasi Terkadang YA YA
Jumlah
pekerja/TPST-3R ~35 ~65 ~250
32
CAPEX dan OPEX linier vs sirkular
Satuan dalam IDR per kapita per tahun, baseline 2017-2025
POIN UTAMA
50 48.661 Dengan semakin terpusatnya sistem
48 47.155 persampahan:
▪ Terciptanya stabilitas ekonomi karena
46 rantai nilai end-to-end yang lebih
44 baik, dan
42.457
28.653 Opex Sirkuler ▪ Lebih sedikit aset terbengkalai karena
28 27.216 sistem akan berkelanjutan secara
26.650 keuangan dengan sendirinya
26.841 Capex Linier
26
25.327 25.764
24 22.729
23.386 Opex Linier
22
20 19.245
Capex Sirkuler
18
Kecil, Sedang, Besar,
terdesentralisasi semi- terpusat
terpusat
33 Catatan: Biaya sistem linier terdiri atas kegiatan pengumpulan, transport dan TPA, sementara sirkular mencakup juga pemilahan. Dalam satuan per ton, sistem
sirkular akan jauh lebih mahal daripada linier, namun pendapatan dan manfaat ekonomi hanya dapat dibentuk dengan sistem sirkular.
Sumber pendanaan untuk membayar OPEX sistem persampahan Sumber pendanaan untuk membayar CAPEX sistem
persampahan
Sumber pendanaan
Sumber
sistem Dibayar oleh Saat ini? Dibayar
pendanaan sistem Saat ini?
persampahan oleh
persampahan
Berjalan, meskipun besaran
01 Rumah tangga retribusi umumnya rendah Umum, meskipun banyak TPST/TPS3R
Retribusi
& usaha dan jumlah yang Kementeri-an Pemerintah yang terbengkalai dan TPA
terkumpulkan juga rendah. 01 PUPR pusat terkendali/sanitary landfills menjadi
Berjalan, meskipun bervariasi open dumping.
02 antar daerah, rata2 saat ini
Pendanaan Pemerintah Beberapa pinjaman dana
pemda membelanjakan Rp.
pemerintah daerah Lembaga infrastruktur hijau tersedia tetapi
24.113/kapita/tahun atau Pembiaya-an
Pembang- tidak digunakan karena
0,7% dari total APBD 02 Pembangu-
unan (e.g., pengembalian pinjaman dan
Tidak umum karena nan
Perusahaan KFW, JICA) diperlukan nya implementasi lintas
03 yang
kebanyakan sistem daerah.
Penjualan persampahan adalah linier
menggunakan
sampah dan pemerintah tidak terlibat
bahan daur 1) Tidak umum karena Plastic
jual beli sampah, umumnya
ulang Credits adalah mekanisme
TPS3R dikelola masyarakat. 03 Plastic “Produsen”
keuangan yang baru.
Credits dan , e.g.
“Produsen”, 2) Sistem PRO yang bersifat
pendanaan FMCGs,
04 Pendanaan misalnya e.g. Hadir di negara lain, belum di sektor swasta ritel,
sukarela dan saat ini masih baru;
sektor swasta FMCGs, ritel, Indonesia. belum ada pendanaan swasta
yang lain converter
converter yang wajib.
OPEX tahunan sistem sirkular
Juta USD per tahun untuk pengumpulan 80%, rerata 2017-2025
Belanja pemerintah
Linier 432 826
Sirkular
336
Belanja OPEX pemerintah saat ini1 Selisih OPEX Total kebituhan OPEX tahunan
(1) Berdasarkan rerata biaya pengelolaan sampah dari studi FITRA + SYSTEMIQ terhadap 60 sampel kabupaten/kota + 3 kabupaten STOP (2019) serta 12
35 sampel kabupaten kota untuk rerata proporsi capex dan opex. Belanja opex sudah termasuk retribusi persampahan.
OPEX tahunan untuk sistem sirkular per kapita1
IDR/kapita setiap tahunnya, rerata 2017-2025
5.000
43K 50K 37K
19.000 Per kapita ($3) ($4) ($3)
15.000
23.000 24.000
5.000
22K 26K 19K
Per kapita
9.300 ($2) ($2) ($1)
7.000
50%-80%
19.000
9.300
20%-30%
8.100
11.300
?
1.700 15
1.500
Total pendapatan Retribusi Subisidi pemerintah Selisih biaya Pemanfaatan sampah Pendanaan
(non-retribusi, sektor swasta
dana desa dll)
38 Catatan: Model diambil dari Proyek STOP di Tembokrejo, Muncar, yang melingkupi 31.215 orang; Data diambil dari 3 bulan terakhir yang berakhir pada
Maret 2020; Pembuangan tidak termasuk karena ditanggung pemerintah; Proyek STOP P&L lintas kota
01
39
Source: SYSTEMIQ policy team analysis
01
100
90 Avg: 74%
Tembokrejo
80
70
65
60
Avg: 71%
55
Sumberberas
0
Jul-20 Sep-20 Nov-20 Jan-21 Mar-21
Apa itu “Sistem pengumpulan retribusi sampah secara tidak langsung”? Opsi umum untuk sistem retribusi sampah
tidak langsung
Mengikatkan retribusi pada utilitas atau sistem pembayaran yang sudah
terbentuk (co. listrik, pajak properti, tagihan sampah), tingkat ketaatan • Tagihan listrik
pembayarannya tinggi, dan dapat dibayarkan lewat banyak media • Pajak properti
pembayaran (sistem non-tunai), sehingga dapat meningkatkan • Tagihan air
pendanaan sistem persampahan dan transparansi iuran sampah
PRELIMINARY
Keunggulan
Contoh sistem retribusi sampah tidak langsung
✓ Sistem retribusi yang lebih andal
Alur pembayaran
✓ Dana sistem persampahan yang stabil
✓ Tidak ada lagi pembayaran tunai
Rumah tangga ✓ Transparansi data lebih baik karena
pelacakan keuangan lebih mudah
✓ Potensi korupsi lebih rendah
+ Electricity Waste System ✓ Terbukti secara global: beberapa
(PLN) negara telah mendapatkan banyak
Rumah tangga membayar tagihan bulanan untuk retribusi sampah yang sudah manfaat dari sistem tidak langsung
digabungkan dengan tagihan listrik merupakan salah satu contoh sistem ✓ Ketaatan lebih tinggi sehingga ada
pengumpulan retribusi secara tidak langsung yang sudah digabungkan dengan
tagihan utilitas yang ada. Karena PLN adalah pemilik sistem pembayaran, retribusi
potensi mematok iuran per rumah
akan masuk ke PLN, dan sistem persampahan akan menerima porsinya melalui tangga lebih rendah untuk mendanai
realokasi. sistem persampahan
41
01
0 0
35% 3% 0 0
7%
0 0 0 0
32%
59%
68%
41%
100% 0
(0) 91% 69% 9% 0
0 0 100% 85%
0 76% 0 63%
100% 96%
100%
66% 68%
0 0%
100% 0 91%
59%
41% 11%
28% 28% 0% 0
0 16% 27%
9% 15%
0 0 0
0
0 0
0
0 0 0
Indonesia
Venezuela Kolombia Uruguay Chile Kosta Belize Panama Ekuador Peru Bolivia El Guatemala Paraguay
Argentina Rika Salvador Honduras
42 Sumber: Pengelolaan Sampah Padat di Amerika Latin dan Karibia IDB; www.iadb.org/agua
02
2. Pengelolaan sampah masuk Lingkungan Hidup Alokasi APBD Pelayanan Dasar vs Non Pelayanan Dasar
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib – Non % APBD dari 3 Kab. Program STOP
Pelayanan Dasar, sehingga tidak prioritas dalam Banyuwangi (2017)
34%
penganggaran APBD 28% Pasuruan (2019)
23% 21% Jembrana (2019)
3. Jika menjadi Urusan Wajib – Pelayanan Dasar, 19%
13% 14%
pengelolaan sampah menjadi prioritas alokasi 10% 9%
anggaran 1% 2% 1%
Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Lingkungan
4. Meningkatnya anggaran diperlukan mencapai akses Umum & hidup
universal layanan pengelolaan sampah sesuai amanat Penataan
ruang
undang-undang. Wajib - Pelayanan dasar Wajib - Non
Pelayanan dasar
Desember 2019
44 1. Plenarikan Kembali Sampah dari produk, kemasan produk, dan/atau wadah. Jenis dari produk, kemasan produk dan/atau wadah termasuk plastik
04
Mengusulkan pengelolaan sampah menjadi Urusan Pemerintahan Wajib - Pelayanan Dasar agar pengelolaan
Pendanaan sampah menjadi prioritas alokasi anggaran agar tercapai akses universal layanan pengelolaan sampah
2 Pemerintah memenuhi hak setiap orang mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah secara baik sesuai amanat
undang-undang.
Menggali potensi pendanaan Bersama (co-funding) sektor swasta (seperti halnya EPR atau PRO di negara lain)
Pendanaan dengan mengusulkan implementasi Permen LHK 75/2019 dalam penarikan kembali plastik oleh produsen
3 sektor swasta bersifat wajib untuk meningkatkan kontribusi pendanaan sektor swasta untuk menutup selisih pendanaan
(opex) OPEX. Langkah awal dengan piloting di 1 atau lebih kabupaten/kota dan mengeksplorasi sistem yang sesuai
dengan konteks peraturan dan kelembagaan Indonesia.
Menggali potensi pendanaan plastic credits dan implementasi Permen LHK 75/2019 dalam penarikan kembali
Pendanaan
sektor swasta plastik oleh produsen dengan beberapa piloting di kabupaten/kota. Plastic credits dan penarikan kembali
4 plastik (khususnya jika diwajibkan) berpotensi menutupi 50% dari biaya CAPEX infrastruktur persampahan baru.
(capex)
46
47
48
Rerata anggaran persampahan Kota dan Rerata anggaran persampahan Kota vs
Kabupaten Kabupaten
Rp/kapita/tahun (2019) Rp/kapita/tahun (2019)
CAPEX
CAPEX OPEX
OPEX
Kota 7,570 31,034 38,604
Kabupaten
2,980 12,215 15,195
Rata-rata : 24,113
49 (1) Berdasarkan rerata biaya pengelolaan sampah dari studi FITRA + SYSTEMIQ terhadap 60 sampel kabupaten/kota + 3 kabupaten STOP (2019) serta 12
sampel kabupaten kota untuk rerata proporsi capex dan opex.