LAPORAN AKHIR
i
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
RINGKASAN EKSEKUTIF
LAPORAN AKHIR
i
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
RANGKUMAN
LAPORAN AKHIR
iii
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan berkahnya kepada kita
semua. Satu di antara nikmat yang diberikan-NYA adalah kita dapat berkarya untuk
melayani masyarakat melalui pengabdian di Pemprov Jabar. Buku ini adalah satu di antara
output dari pekerjaan yang berjudul: “PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN
INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA.” Buku laporan ini
ditujukan untuk menyajikan hasil kajian. Adapun target pembaca dari buku ini adalah pihak
internal BAPPEDA Pemprov Jabar.
“PPP – Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Raya” TA. 2016 di Jawa Barat meliputi fasilitasi Tim Perencana Pembangunan Ekonomi dalam
menyusun Kerangka Ekonomi Daerah, antara lain memfasilitasi Rapat, Penggandaan
danPencetakan, serta Perjalanan Dinas dalam rangka menginventarisasi data ekonomi
perencanaan pembangunan ke Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya.
Laporan ini memuat permasalahan, landasan pengerjaan, dan metode pemecahan
pekerjaan hingga pembahasan tindak lanjut dari kajian. Isi dari Laporan ini mencakup 8 bab
yang meliputi Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Landasan Teori dan Landasan Normatif, Bab 3
Metode Penyelesaian Pekerjaan, Bab 4 Gambaran Umum Pangandaran Raya, Bab 5 Gambaran
Investasi Terkini, Bab 6 Rencana Kebutuhan Investasi, Bab 7 Matriks Kebutuhan Investasi
dan Bab 8 Kesimpulan serta Tindak Lanjut. Berdasarkan seluruh bab tersebut, laporan ini
diharapkan dapat menjabarkan esensi dari kajian kebutuhan Penyusunan Rencana
Kebutuhan investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Sehingga dapat dicapai tujuan
pengembangan wilayah Jabar Selatan, yaitu mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan
menjadi kawasan agrobisnis, agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu. Tim
kajian pekerjaan ini menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
serta membantu, sehingga dapat dituntaskan pekerjaan ini.
LAPORAN AKHIR
iv
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
DAFTAR ISI
Halaman
2.3.5 Pola Penggunaan Lahan dan Struktur Ruang dalam Pengembangan Wilayah 38
LAPORAN AKHIR
v
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
vi
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
vii
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
viii
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
DAFTAR TABEL
LAPORAN AKHIR
ix
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
x
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 5. 29 Luas Kawasan Pelestarian Alam di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013 ........ 135
Tabel 5. 30 Produksi Kayu dari Areal Hutan Rakyat di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013
................................................................................................................................................ 136
Tabel 5. 31 Analisis SWOT Agrobisnis .................................................................................. 137
Tabel 5. 32 Rekapitulasi Jumlah Agroindustri di Pangandaran Raya .................................. 139
Tabel 5. 33 Jumlah dan Jenis Usaha Makanan dan Minuman di Kab. Pangandaran Th. 2013
................................................................................................................................................ 143
Tabel 5. 34 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Keripik Pisang di Growth Center
Kabupaten Pangandaran ....................................................................................................... 145
Tabel 5. 35 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Kopra di Growth Center Kabupaten
Pangandaran .......................................................................................................................... 145
Tabel 5. 36 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Gula Kelapa di Growth Center
Kabupaten Pangandaran ....................................................................................................... 146
Tabel 5. 37 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Ikan Asin di Growth Center Kabupaten
Pangandaran .......................................................................................................................... 146
Tabel 5. 38 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Pembekuan Ikan/Udang di Growth
Center Kabupaten Pangandaran ........................................................................................... 147
Tabel 5. 39 Analisis SWOT Agroindustri .............................................................................. 148
Tabel 6. 1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata .................................................. 150
Tabel 6. 2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan ............................ 151
Tabel 6. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agribisnis .................................................. 154
Tabel 6. 4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri .............................................. 157
Tabel 6. 5 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pendukung Lainnya .................................. 159
Tabel 7. 1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata .................................................. 166
Tabel 7. 2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan ............................ 169
Tabel 7. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agrobisnis ................................................. 170
Tabel 7. 4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri .............................................. 171
Tabel 7.5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan
Pangandaran Raya ..........................................................................................................174
LAPORAN AKHIR
xi
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Alur Proses Analisis the Highest and Best Use (HBU) untuk Pemanfaatan Aset
Tertinggi dan Terbaik .............................................................................................................. 15
Gambar 2. 2 Segmenting, Targeting, and Positioning ................................................................. 17
Gambar 2. 3 Pengembangan Investasi melalui Alternatif Penggunaan dan Pemanfaatan Aset
Barang Milik Daerah (BMD) .................................................................................................... 24
Gambar 2. 4 Penyelenggaraan MICE yang Memerlukan Penyediaan Prasarana dan Sarana 26
Gambar 2. 5 Grafik Hubungan Investasi dengan Suku Bunga ............................................... 29
Gambar 2. 6 Penggunaan Lahan Model Von Thunen ............................................................. 38
Gambar 2. 7 Model Penggunaan Lahan Burges ...................................................................... 39
Gambar 2. 8 Model Teori Pusat Lipat Ganda (Multiple Nucleiconcept).................................... 40
Gambar 2. 9 Model Penta Helix Desawisata.............................................................................. 42
Gambar 2. 10 Kolaborasi Pilar Utama Pengembangan Destinasi Wisata Berkelanjutan berbasis
Pentahelix Model........................................................................................................................ 43
Gambar 2. 11 Model Hipotetik Upaya Strategis Integrasi Pengembangan dan Pemasaran Aset
Destinasi Wisata untuk meningkatkan Jumlah Kunjungan dan Pendapatan Masyarakat
Setempat .................................................................................................................................. 44
Gambar 2. 12 Sistem Agrobisnis .............................................................................................. 45
Gambar 2. 13 Rente Ekonomi Sumber daya ............................................................................ 49
Gambar 3. 1 Alur Pekerjaan dan Lingkup Pekerjaan serta Output berdasarkan KAK .......... 57
Gambar 4. 1 Peta Administratif Kabupaten Pangandaran...................................................... 72
Gambar 4. 2 Peta Administrasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya ............................... 73
Gambar 4. 3 Grafik Jumlah Penduduk di Pangadaran Raya .................................................. 75
Gambar 4. 4 Grafik Kepadatan Penduduk .............................................................................. 75
Gambar 4. 5 DAS di Wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran ........................................... 89
Gambar 5. 1 Sebaran Pariwisata Pangandaran Raya .............................................................. 98
Gambar 5. 2 Body Rafting di Desa Kertayasa dan Desa Selasari ............................................ 113
Gambar 5. 3 Presentase Penduduk Pangandaran Raya Per Kecamatan Tahun 2015 ........... 115
LAPORAN AKHIR
xii
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
xiii
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
1
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Otonom Baru (DOB), tentu perlu mendapat
perhatian khusus. Meskipun Pangandaran baru menjadi daerah otonom, namun Kabupaten
Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang memegang peranan penting,
bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat. Hal tersebut dapat diketahui dari kebijakan
penataan ruang yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menjelaskan bahwa Pangandaran
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Kewilayahan (PKW). Sementara berdasarkan Peraturan
Daerah No 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029,
Pangandaran ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNP) masuk kedalam
wilayah pengembangan Priangan Timur, dan Pangandaran ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) penanganan ekonomi.
Kabupaten Pangandaran yang berada di Jawa Barat bagian selatan, memiliki potensi yang
cukup besar untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan. Karakteristik wilayah
Pangandaran ini didominasi oleh kawasan lindung. Berdasarkan pada Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No 12 Tahun 2004, tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan
Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan Jawa Barat disebutkan bahwa, Pusat Pertumbuhan
merupakan wilayah yang memiliki keunggulan karena lokasi, sejarah dan/atau kebijakan
pemerintah yang dimilikinya, sehingga mempunyai wilayah pengaruh yang luas dan dapat
dimanfaatkan sebagai penggerak percepatan pembangunan di seluruh wilayah daerah.
Berbeda dengan pendekatan delineasi Wilayah Metropolitan yang dilakukan berdasarkan
jumlah penduduk perkotaan, persentase kawasan terbangun dan kondisi aktivitas sosial dan
ekonomi masyarakatnya, maka delineasi Wilayah Growth Center Pangandaran dilakukan dengan
melihat potensi perkembangan sektor ekonomi lokal (dalam hal ini pariwisata) yang sudah
berkumpul pada suatu lokasi tertentu. Dengan adanya suntikan investasi dan percepatan
pembangunan infrastruktur di wilayah ini, sektor pariwisata dan perikanan diharapkan dapat
berkembang lebih cepat serta menarik berbagai aktivitas ekonomi lainnya untuk bersama-sama
mendorong terwujudnya Growth Center Pangandaran sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang
sangat potensial. Potensi yang dimiliki adalah di bidang pertanian yaitu kelapa, peternakan
LAPORAN AKHIR
2
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
yakni sapi dan domba. Kemudian perikanan tangkap dan kelautan, serta Objek dan Daya Tarik
Wisata (ODTW) unggulan wisata pantai.
Pangandaran memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai salah satu pusat
pertumbuhan di Jawa Barat, dan dipandang mampu untuk merangsang daerah lainnya.
Berdasarkan potensi yang ada maka, Pemerintah Jawa Barat mengambil langkah dan inisiatif
untuk mengelola pembangunan dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif
dan efisien, agar Pangandaran sebagai pusat pertumbuhan dapat terwujud dengan baik.
Berdasarkan kewilayahannya, dan menurut potensi untuk pusat pertumbuhannya, ada beberapa
kawasan potensial untuk dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Pangandaran Raya adalah
sebuah kawasan yang di antaranya berpotensi tinggi dijadikan pusat pertumbuhan. Karena
itulah, perlu kajian mengenai “PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT
PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA.”
LAPORAN AKHIR
3
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Adapun tujuan pengembangan wilayah Jabar Selatan, yaitu mewujudkan wilayah Jawa
Barat bagian Selatan menjadi kawasan agrobisnis, agroindustri, industri kelautan dan
pariwisata terpadu.
LAPORAN AKHIR
4
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
5
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 2
LANDASAN PENYELESAIAN PEKERJAAN
Pada Bab 2 ini disajikan landasan penyelesaian pekerjaan. Isi dari bab ini mencakup dua
bagian besar yang keduanya merupakan landasan pekerjaan dimaksud. Kedua landasan tersebut
adalah landasan teori, dan landasan normatif untuk kajian “Penyusunan Rencana Kebutuhan
Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.”
Jumlah kebutuhan investasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
I = k*g*Y
LAPORAN AKHIR
6
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
dimana :
I = Jumlah investasi
k = Angka ICOR
g = Laju pertumbuhan ekonomi
Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Banyak teori yang populer dalam teori perkembangan wilayah. Secara umum dikenal ada
4 kategori teori dalam perkembangan wilayah.
1. Kelompok yang menitikberatkan pada kemakmuran wilayah.
2. Fokus pada sumberdaya alam dan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi
keberlanjutan kegiatan produksi atau sustainable development.
3. Menitikberatkan pada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan.
4. Memberikan perhatian pada kesejahteraan masyarakat didalam daerah tersebut.
Masing-masing kelompok dalam 4 golongan tersebut di atas, ternyata muncul beberapa teori
yang popular mengenai pembangunan wilayah di antaranya dikenal:
1. Teori Keynes
2. Teori Neoklasik
3. Teori Inter dan Intra Wilayah
4. Teori Trickle Down Effect
5. Teori Tempat Sentral
6. Teori Von Thunen
7. Teori Biaya Lokasi Minimum
LAPORAN AKHIR
7
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
8
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata lain, suatu wilayah yang berkembang
akan membuat wilayah di sekitarnya ikut berkembang
Pada dasarnya teori polarisasi ekonomi dari Gunar Myrdal adalah berupa penyusunan
“konsep pusat-pinggiran atau coreperiphery.” Konsep ini memiliki keistimewaan terutama
pertumbuhan sebuah daerah akan sangat cepat. Di sisi lain, ada kelemahan yang sangat sulit
diatasi yakni, konsep pusat-pinggiran ini merugikan daerah pinggiran itu sendiri. Ada upaya
yang dapat dilakukan untuk membatasi perpindahan penduduk dari pinggiran ke perkotaan
(urbanisasi), misal upaya pembatasan migrasi (urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari
daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.
Rangkaian upaya tersebut umumnya tidak mudah dilakukan karena beragam faktor turut
mempengaruhinya.
Setiap pusat pertumbuhan ekonomi yang dirancang tentu diharapkan dapat berdampak
dan berpengaruh signifikan pada daerah yang ada di sekitarnya. Dampak dan pengaruh pusat
pertumbuhan ekonomi dapat bersifat positif atau negatif. Dampak dan pengaruh positif pada
perkembangan daerah di sekitarnya disebut spread effect atau efek menyebar. Umpama
terciptanya kesempatan kerja baru bagi penduduk setempat, makin meningkatnya investasi,
upah buruk semakin naik, distribusi barang makin cepat, pengolahan bahan mentah menjadi
barang setengah jadi dan barang jadi makin meningkat, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersangkutan. Adapun dampak dan pengaruh negative
disebut backwash effect atau efek sampingan. Umpama terjadinya ketimpangan pembangunan
antar wilayah terutama wilayah kota dengan pedesaan, makin meningkatnya kriminalitas,
kerusakan lingkungan alam dan budaya yang terus menurus meningkat, dan tentu masih banyak
lagi potensi efek negatif lainnya.
tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda antar satu tempat dengan lainnya. Kutub
pertumbuhan bukanlah kota atau wilayah, melainkan suatu kegiatan ekonomi yang dinamis.
Hubungan kekuatan ekonomi yang dinamis tercipta di dalam dan di antara sektor-sektor
ekonomi yang terbentuk.
Menurutnya pertumbuhan ataupun pembangunan tidak dilakukan di seluruh ruang, tetapi
terbatas pada beberapa tempat atau lokasi tertentu yang disebut kutub pertumbuhan. Secara
esensial teori kutub pertumbuhan dikategorisasikan sebagai teori dinamis. Proses pertumbuhan
digambarkan sebagai keadaan yang tidak seimbang karena adanya kesuksesan atau keberhasilan
kutub-kutub dinamis. Suatu kutub pertumbuhan dapat merupakan pula suatu kompleks
industri, yang berkelompok di sekitar industri kunci. Industri kunci adalah industri yang
mempunyai dampak berantai ke depan (forward linkage) yang kuat.
Teori Kutub Pertumbuhan dapat menarik kegiatan lain karena ada tarikan dari industri
yang dikembangkan. Sebagai contoh pembangunan industri pariwisata di sebuah daerah dapat
memiliki kemampuan menarik atau sentripental pada yang lainnya, di antaranya dapat menarik
bahan makanan dan minuman atau restaurant, tumbuhnya sektor perhotelan. Selain itu,
pembangunan kepariwisataan secara tidak langsung atau sentrifugal akan mendorong
tumbuhnya sektor lain misal sektor pertanian masyarakat setempat. Contoh lain pembangunan
industri baja di suatu daerah akan menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik kegiatan-
kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan baja, baik pada penyediaan bahan
mentah maupun pasar. Industri tersebut juga menimbulkan kekuatan sentrifugal, yaitu
rangsangan timbulnya kegiatan baru yang tidak berhubungan langsung dengan industri baja.
Jika dibandingkan dengan teori Polarisasi Ekonomi tentu memiliki perbedaan terutama pusat
pertumbuhan dalam polarisasi lebih cepat, sedangkan dalam teori Kutub Pertumbuhan proses
bertumbuh ekonominya lebih lamban.
LAPORAN AKHIR
10
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri yang mempunyai pengaruh yang besar,
pengaruh tersebut baik langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan lainnya di sekitar
populasi bersangkutan.
LAPORAN AKHIR
11
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
12
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset
tersebut. Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa optimasi aset adalah
salah satu proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi
aset yang ada baik itu potensi fisik, legal, maupun ekonomi dari suatu aset sehingga aset tersebut
dapat memberikan profit dan benefit bagi perusahaan, serta dapat meminimalkan risiko atas
kepemilikan aset tersebut. Analisis optimasi suatu aset dapat dilakukan dengan Highest and Best
Use Analysis (Siregar, 2004). Berdasarkan tujuannya, optimasi aset ditujukan untuk
memaksimalkan potensi aset sehingga dapat mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan.
LAPORAN AKHIR
13
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Use pada tanah kosong bertujuan mengembangkan potensi tanah kosong tersebut agar dapat
dibangun menjadi aset penunjang organisasi untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
tupoksinya.
2. Kegunaan Tertinggi dan Terbaik dari Properti yang telah Terbangun
Tujuan analisis Highest and Best Use untuk properti yang telah dibangun adalah untuk
mengidentifikasi kegunaan dari properti yang diharapkan dapat menghasilkan tingkat
pengembalian tertinggi dari modal yang diinvestasikan. Untuk mengetahui tingkat
pengembalian dari investasi diperlukan estimasi atas penggunaan tertinggi dan terbaik atas
properti tersebut.
Kriteria analisis HBU sebagaimana dinyatakan dalam KEPI & SPI (MAPPI, 2013) secara
umum dikaji berdasarkan empat kriteria yang harus dipenuhi dalam menganalisis kegunaan
tertinggi dan terbaik. Keempat aspek tersebut yaitu aspek legal, aspek fisik, aspek finansial, dan
aspek produkivitas maksimal. Analisis HBU mencakup 5 aspek yang perlu dikaji. Kelima aspek
tersebut:
1. Aspek Legal Aset;
2. Aspek Fisik Aset;
3. Aspek Pemasaran;
4. Aspek Keuangan;
5. Aspek Produktivitas Maksimum.
Rangkaian detail pekerjaan tersebut di atas dapat dirangkum secara skematik sebagaimana
dicerminkan dalam Gambar 2.10 berikut:
LAPORAN AKHIR
14
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
ANALISISKRITIS TINGKAT
ASPEK-ASPEK Analisis aspek Marketable PENGGUNAAN
DALAM pemasaran/ TERTINGGI DAN
HBU_PLUS pengguna TERBAIK
Analisis aspek
Keuangan
Financially feasible
Maximally
productive
LAPORAN AKHIR
15
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
3. Aspek Pemasaran
Pasar adalah semua pembeli aktual dan potensial dari suatu produk atau jasa, dan pemasaran
adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan
yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya (Kotler dan Amstrong; 2008:6). Pada analisis kelayakan aspek pemasaran (Sugiama,
2013), aspek pemasaran secara umum dapat mencakup analisis unsur STP (Segmenting, Targeting,
dan Positioning) serta analisis bauran pemasaran.
LAPORAN AKHIR
16
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
segmen. Guna melakukan segmentasi pasar, penentuan target dan menentukan posisi pasar, ada
tiga langkah utama sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.11.
LAPORAN AKHIR
17
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Segmentasi pasar mengungkap segmen pasar yang berpeluang bagi suatu perusahaan.
Selanjutnya, perusahaan harus mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan berapa banyak
dan menuntaskan segmen yang mana yang akan menjadi sasaran. Menurut Munandar (dalam
Pradipta, 2014), dalam memilih pasar sasaran yang optimal, perlu diperhatikan beberapa kriteria
berikut:
a) Responsif
Pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program-program pemasaran yang
dikembangkan.
b) Potensi penjualan
Potensi penjualan harus cukup luas. Semakin besar pasar sasaran, semakin besar nilainya.
Besarnya bukan hanya ditentukan oleh jumlah populasi tapi juga daya beli dan keinginan
pasar untuk memiliki produk tersebut.
c) Pertumbuhan yang memadai
Pasar tidak dapat dengan segera bereaksi. Pasar tumbuh perlahan-lahan sampai akhirnya
meluncur dengan cepat dan mencapai titik pendewasaan.
d) Jangkauan media
Pasar sasaran dapat dicapai dengan optimal kalau pemasar tepat memilih media untuk
mempromosikan dan memperkenalkan produknya.
LAPORAN AKHIR
18
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
adalah pembeli tidak tahu dengan tegas sesuatu yang khusus dari perusahaan. Kesalahan
kedua adalah over positioning yaitu memberikan gambaran yang sempit tentang perusahaan.
Kesalahan ketiga, confused positioning yaitu menghindari pembeli mendapatkan citra
perusahaan yang membingungkan.
c) Mengkomunikasikan dan menyampaikan posisi yang dipilih ke pasar
Setelah menetapkan satu posisi yang akan dipergunakan, perusahaan harus membuat
gerakan yang tegas dalam menyampaikan dan mengkomunikasikan posisi yang diinginkan
kepada pasar sasaran. Pada intinya adalah menjabarkan taktik strategi positioning secara
rinci, seperti mendesain bauran pemasaran produk, harga, distribusi, dan promosi.
b. Bauran Pemasaran
Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi tentang pemasaran. Menurut Stanton
(dalam Umar, 2005:31) pemasaran adalah “keseluruhan sistem yang berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan
kebutuhan pembeli baik yang aktual maupun yang potensial”. Dari definisi tersebut, dapat
diketahui pengertian pemasaran adalah kegiatan usaha yang dimulai dari perencanaan sampai
dengan pendistribusian barang/jasa kepada pembeli aktual maupun potensial.
Adapun ruang lingkup bauran pemasaran menurut Morrison dalam Sugiama (2013) terdiri
dari 8P yakni product, pricing, place, promotion, people, physical evidence, process dan packaging.
Berikut ini penjelasan bauran pemasaran.
Produk
Produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Jadi dapat disimpulkan bahwa produk adalah pemahaman subyektif produsen
mengenai jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Pengembangan suatu produk melibatkan pendefinisian manfaat yang akan ditawarkan produk
tersebut. Manfaat yang dikomunikasikan dan dihantarkan dapat berupa atribut produk yang
meliputi kualitas, fitur, serta gaya dan desain (Kotler dan Amstrong, 2003).
LAPORAN AKHIR
19
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2003), harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan
untuk memperoleh produk. Adapun menurut Suliyanto (dalam Pradipta, 2014) bahwa harga
adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari
barang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Dapat disimpulkan bahwa harga merupakan
sejumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh produk disertai pemberian jasa. Beberapa
pendekatan penetapan harga di antaranya biaya, laba dan persaingan (Kotler dan Amstrong;
2003).
Tempat
Tempat adalah tugas untuk membawa barang ke pasar. Kemajuan dalam pemesanan tempat
secara elektronik dan sistem komunikasi sedang mengubah cara distribusi. Distribusi termasuk
saluran distribusi, pemerataan distribusi, lokasi gerai, wilayah penjualan, tingkat inventaris, serta
lokasi dan transportasi.
Promosi
Promosi terdiri atas seluruh metode pengkomunikasian produk jasa yang ditawarkan pada
pasar yang ditargetkan. Peralatan promosi termasuk pemasangan iklan above-the-line yang
biayanya telah dibayar seperti televisi, radio, iklan pers, iklan di bioskop dan poster kampanye;
pemasangan iklan below-the-line mengacu pada promosi penjualan yang meliputi memberikan
contoh produk jasa secara cuma-cuma, kupon diskon, persaingan, titik penjualan, dan
pengiriman bahan promosi secara langsung (direct mailing), penjualan pribadi, dan publisitas.
Bukti Fisik
Physical evidence atau bukti fisik maksudnya adalah perhatian dipusatkan pada dekor,
lingkungan, dan suasana produk atau dimana produk akan dikonsumsi. Bentuk bukti fisik
LAPORAN AKHIR
20
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
termasuk ukuran, gedung, citra perusahaan, suasana, kenyamanan, fasilitas, dan kebersihan.
Proses
Process atau proses berkaitan dengan efisiensi dan kinerja proses yang dinilai. Sifat proses
adalah kecepatan, efisiensi, waktu pelayanan, sistem pembuatan janji, dan formulir serta
dokumen. Berkenaan dengan proses, perlu kemudian dikembangkan standar-standar pelayanan
dalam bentuk Operations Process Chart (OPC), Flow Process Chart (FPC), dan Standard Operating
Procedure (SOP).
Paket
Packaging atau merancang paket berarti para pemasar dalam kepariwisataan perlu memiliki
kemampuan merancangpaket wisata yang didalamnya mencakup layanan transportasi,
akomodasi dan lainnya (Morrison dalam Sugiama, 2013).
LAPORAN AKHIR
21
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
memberi positive return dianggap memiliki kelayakan keuangan. Untuk menentukan kelayakan
keuangan, seorang penilai mengestimasi pendapatan kotor yang akan diterima(future gross
income) yang diekspektasikan dari setiap potensial kegunaan tertinggi dan terbaik dari aset
tersebut.
Analisis finansial dimulai dengan analisa biaya pengembangan, analisa penjualan dan
pendapatan, biaya operasional, proyeksi cash flow, analisa kelayakan investasi. Berdasarkan pada
penjelasan mengenai aspek finansial dalam kajian HBU, dapat disimpulkan bahwa kelayakan
finansial dari alternatif pengembangan yang dianalisis dapat dilihat dari faktor-faktor kelayakan
finansial suatu proyek yang meliputi net operating income (NOI), payback period (PP), net present
value (NPV), internal rate of return (IRR) dan return on investment (ROI).
LAPORAN AKHIR
22
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Penggunaan Aset
Sewa Aset
Operasi/Pemakaian
Pinjam Pakai Aset
LAPORAN AKHIR
23
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Berdasarkan Gambar 2.3, dapat diketahui bahwa terdapat bentuk-bentuk pemanfaatan aset
meliputi sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah atau bangun serah
guna dan Kerjasama Penyediaan Infrastruktur sebagaimana dalam paparan di bawah ini:
1. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dan menerima imbalan berupa uang tunai. Penyewaan Barang Milik Negara dilakukan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara yang belum/tidak dipergunakan
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan.
2. Pinjam Pakai
Pinjam pakai Barang Milik Negara adalah penyerahan penggunaan Barang Milik Negara
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir, Barang Milik Negara tersebut
diserahkan kembali kepada pemerintah pusat. Barang Milik Negara yang dapat dipinjam
pakaikan adalah tanah dan/atau bangunan, serta Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan.
3. Kerjasama Pemanfaatan
Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan pendapatan dan sumber pembiayaan
lainnya. Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara dilakukan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan Barang Milik Negara yang belum/tidak dipergunakan, meningkatkan
penerimaan negara dan mengamankan Barang Milik Negara.
4. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna
Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain
dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian di
dayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan
kembali kepada Pengelola Barang setelah berakhirnya jangka waktu yang telah disepakati.
Sedangkan Bangun Serah Guna (BSG) adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
LAPORAN AKHIR
24
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
5. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara Pemerintah dan Badan Usaha
untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
LAPORAN AKHIR
25
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
nasional tentu berefek lebih luas daripada berskala lokal. Demikian pula MICE berskala
internasional jauh berbeda efeknya secara positif daripada berskala lokal.
Penyedia (provider)
Penyelenggaraan
MICE
LAPORAN AKHIR
26
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
(termasuk lembaga perbankan) yang memiliki kelebihan (Taswan dan Soliha; 2002:168). Investasi
dapat dilakukan baik di pasar uang maupun di pasar modal ataupun ditempatkan sebagai kredit
pada masyarakat yang membutuhkan. Investasi menjadi dua bagian utama, yaitu (Sunariyah;
2004):
1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset) meliputi aktiva berwujud seperti emas, perak,
intan, barang-barang seni dan real estate.
2. Investasi dalam surat berharga (financial asset) meliputi surat-surat berharga yang dikuasai
oleh entitas. Aktiva finansial dalam investasi pada sebuah entitas dapat dipilih dengan dua
cara, yaitu:
a. Investasi langsung (direct investment) yang dapat diartikan sebagai pemilihan surat-surat
berharga secara langsung untuk suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan
harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains.
b. Investasi tidak langsung (indirect investment) terjadi apabila surat-surat berharga milik
suatu entitas diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi sebagai perantara.
Irawan dan Suparmoko (1992) menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan ekonomi
suatu negara atau wilayah dapat dilakukan dengan mengusahakan besaran tingkat investasi
yang dijelaskan melalui beberapa teori sebagai berikut:
1. Teori Usaha Perlahan-lahan (Gradualist Theory)
Teknik-teknik produksi dan investasi dipilih berdasarkan biaya-biaya relatif. Industrialisasi
dilakukan secara perlahan untuk mengurangi risiko kekeliruan. Injeksi kapital dilakukan sesuai
dengan daya serap perekonomian. Kemajuan industri kecil dan pembangunan masyarakat desa
menjadi prioritas yang harus diusahakan. Kegiatan yang membutuhkan modal banyak
diusahakan bila keuntungan melebihi kegiatan padat karya.
2. Teori Dorongan Besar (Big Push)
Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan secara besar-besaran untuk
menghilangkan kemiskinan, memaksimumkan output melalui teknik yang paling produktif.
Investasi dipusatkan pada alat-alat modal untuk mempertahankan pertambahan dan
pertumbuhan output. Konsumsi diminimalkan agar investasi dapat selalu ada. Skala ekonomi
(economic of scale) dititikberatkan pada produksi massa dan membutuhkan modal yang banyak.
LAPORAN AKHIR
27
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
28
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
2. Suku Bunga
Suku bunga memberikan pengaruh yang besar pada investasi. Hal tersebut disebabkan karena
tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan tingginya biaya investasi sehingga akan
mempengaruhi tingkat pengembalian (return) dari investasi yang dilakukan. Sebaliknya,
apabila suku bunga rendah maka biaya investasi akan turun sehingga keuntungan atau
pengembalian investasi tersebut akan tinggi. Sukirno (2011) menyatakan hubungan suku
bunga dengan investasi dalam grafik sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
29
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
30
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
penjualan dengan total biaya dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Anwar dan
Asmawarn, 2013):
BEP Harga Jual: R = FC + VC
P x Q = FC + VC
P* =
P* = AFC + AVC
BEP Kuantitas: R = FC + VC
P x Q = FC + VC
P x Q = FC + AVC x Q
P x Q – (AVC x Q) = FC
Q(P - AVC) = FC
Q* =
Dimana:
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel total
P = Harga jual
P* = Harga pada saat break even point
AFC = Rata-rata biaya tetap
AVC = Rata-rata biaya variabel
Q = Kuantitas penjualan
Q* = Kuantitas pada saat break even point
Apabila:
a) P*< Ppasar maka usaha menguntungkan.
b) P*> Ppasar maka usaha mengalami kerugian.
c) P* = Ppasar maka usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
b. Payback Period (PP)
Payback period digunakan untuk mengukur seberapa cepat modal (arus kas keluar/
investasi awal) dapat diterima kembali oleh perusahaan (kembali modal) (Mardiyanto, 2009:
205). Menurut Sofyan (2005) teknik payback period menentukan jangka waktu modal akan
kembali jika alternatif aliran kas (cash flow) yang didapat dari usaha diusulkan kembali.
2. Rumus payback period sebagai berikut (Sofyan, 2002):
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
Payback Period =
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑖𝑛 𝑓𝑙𝑜𝑤
3. Discounting
Discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang mempergunakan suku bunga
compounding factor maupun discount factor. Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan
untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya
LAPORAN AKHIR
31
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
bunga (i) dan lamanya periode investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk
menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus; 2007:120). Kategori perhitungan discounting meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
Keterangan
CF = arus kas masuk (cash inflow)
I0 = arus kas keluar (cash outflow/initial investment/initial outlay)
k = biaya modal (cost of capital) atau imbal hasil (rate ofreturn)
n = umur proyek
Berdasarkan rumus IRR diatas, k tidak dapat dihitung secara langsung. Nilai k dapat
diperoleh dengan cara trial and error. Kriteria IRR yang dinilai layak adalah apabila nilainya
lebih besar daripada biaya modal (Mardiyanto, 2009).
LAPORAN AKHIR
33
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
secara optimal, maka pertumbuhan output masih bergantung kepada jumlah penduduk dan
stok modal. Pertumbuhan output akan berhenti jika sumber daya alam telah digunakan
secara penuh.
c. Sumber daya insani (jumlah penduduk) berperan pasif dalam proses pertumbuhan output,
yang berarti jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja
dari suatu masyarakat.
d. Stok barang modal yang besar dapat meningkatkan produktivitas per kapita dengan
melakukan spesialisasi dan pembagian kerja. Spesialisasi dapat meningkatkan keterampilan
setiap pekerja dalam bidang tertentu dan pembagian kerja dapat mengurangi waktu yang
hilang pada saat peralihan macam pekerjaan. Hal tersebut akan meningkatkan pertumbuhan
output.
LAPORAN AKHIR
34
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat
kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi
ditentukan oleh v (capital output ratio = rasio modal output).
LAPORAN AKHIR
35
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
terhadap tingkat produksi output. Fungsi produksi yang dikemukakan oleh Solow sebagai
berikut:
Y = f (K,L)
Keterangan
Y = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
K = Modal atau Capital
L = Tenaga kerja
Fungsi di atas menjelaskan bahwa output bergantung pada modal dan tenaga kerja. Jika
ingin menyatakan variabel fungsi produksi dalam per tenaga kerja maka fungsi produksi
menjadi sebagai berikut:
Y = f (K)
Jumlah output per tenaga kerja adalah fungsi dari jumlah modal per tenaga kerja. Dalam
model pertumbuhan neo-klasik dari Solow, akumulasi modal merupakan faktor terpenting yang
berkontribusi kedalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan produktivitas ditunjukan dengan
peningkatan modal per tenaga kerja atau disimbolkan Y (Fagerberg,1994).
LAPORAN AKHIR
36
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
37
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
pusat utamanya. Perambatan perkembangan yang tidak terjangkau oleh pusat utamanya
dapat dikembangkan oleh pusat pertumbuhan sekunder ini.
3. Pusat pertumbuhan tersier (ketiga). Pusat pertumbuhan tersier ini merupakan titik
pertumbuhan bagi daerah pengaruhnya. Fungsi pusat tersier ini ialah menumbuhkan dan
memelihara kedinamisan terhadap daerah pengaruh yang dipengaruhinya.
2.3.5 Pola Penggunaan Lahan dan Struktur Ruang dalam Pengembangan Wilayah
Di dalam pembangunan ekonomi, perencanaan wilayah sangat perlu untuk menetapkan
suatu tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota atau bukan. Hal ini
karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan fasilitasnya pun berbeda. Pada
dasarnya untuk melihat apakah daerah itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak
jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan.
Dalam pola penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah ada beberapa teori yang
mendasarinya seperti yang dikemukakan berikut ini (Rustiadi, 2009), yaitu:
1. Pola penggunaan lahan von Thunen. Von Thunen menggambarkan suatu kecenderungan
pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar seputar kota. Von Thunen memberi
gambaran pola penggunaan lahan yang didasarkan pada “economic rent”, dimana setiap
penggunaan lahan akan menghasilkan hasil bersih per unit areal yang berbeda-beda,
sehingga modelnya disusun berupa seri zona-zona konsentrik.
Gambar penggunaan lahan model Von Thunen dibagi menjadi dua bagian, bagian
pertama setengah lingkaran sebelah kiri, merupakan zona-zona konsentris yang
LAPORAN AKHIR
38
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
3. Teori pusat lipat ganda (Multiple Nucleiconcept) menurut Harris (Harvey dalam Rustiadi,
2009) adalah sebuah model skematis yang dikembangkan dalam mengelompokan
aktivitas-aktivitas atas dasar konsentrasi dalam jarak yang berturut-turut dalam kawasan
kota, dengan pola yang ditunjukan dalam Gambar 2.8.
LAPORAN AKHIR
39
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
40
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
41
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
sebagaimana dikenal dalam model triple helix (Sugiama, 2014). Perkembangan kolaborasi antar
pihak dalam sebuah stakeholders terus meningkat dan kini dikenal Penta Helix Model. Berdasarkan
Penta Helix Model pihak yang mendukung pengembangan desa wisata: pengelola desa wisata,
publik, bisnis, akademi, dan masyarakat sosial setempat (adaptasi dari Boras, 2013., Calzada dan
Bjork, 2013., Nano-technology, 2012., Noorul, 2014). Berkenaan dengan upaya integrasi para
pemangku kepentingan dan pihak yang berkolaborasi dalam pengembangan serta pemasaran
desa wisata dirancang model sebagaimana Pentahelix Model yang dicerminkan Gambar 2.9.
Pada dasarnya integrasi pengembangan dan pemasaran pariwisata perlu dibangun dengan
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Peran serta dalam berkolaborasi perlu
dirancang agar masing-masing berkontribusi bagi kepariwisataan. Masing-masing pihak
menjadi pilar kokoh untuk membangun kepariwisataan, baik untuk skala kawasan wisata (KW),
Satuan Kawasan Wisata (SKW), maupun Destinasi Tujuan Wisata (DTW). Keterlibatan masing-
masing stakeholder sebagaimana dicerminkan Gambar 2.10.
LAPORAN AKHIR
42
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
43
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
konsep konservasi alam dan budaya sesuai prinsip ecotourism atau pariwisata berwawasan
ekologi (Dorobantu et al., 2012., Sugiama, 2014c).
Studi menujukkan bahwa, khususnya di pedesaan tidak semua tempat wisata di kawasan
pedesaan dapat dikembangkan sebagai desa wisata yang dapat meningkatkan kunjungan dan
pendapatan masyarakat setempat, sebagaimana hasil studi Sugiama di Kawasan pantai Selatan
Cipatujah (2014c), dan hasil studi Boscovic et al. (2013). Beberapa tempat wisata di kawasan
pedesaan yang dikembangkan tidak berbasis pada labor intensive yang berasal dari desa setempat,
namun mengutamakan capital intensive yang berasal dari para investor. Pengembangan desa
wisata yang ideal bagi kesejahteraan masyarakat setempat adalah yang berbasis pada potensi
aset kepariwisataan setempat. Untuk itu, perlu rangkaian tahapan yang perlu di elaborasi, mulai
dari menggali potensi hingga pengendalian dampak kepariwisataan tersebut (Boskovic et al.,
2013., Sugiama, 2014a).
Pengembangan Kepuasan
Aset destinasi wisatawan
wisata Jumlah Pendapatan
(Atraksi, Kunjungan Penduduk
aksesibilitas, Wisatawan setempat
ameniti, Loyalitas
ansilari) wisatawan
Daya dukung: Pengelola, Pemerintah, Publik, Pebisnis, & Masyarakat setempat (Penta Helix)
Sumber: Sugiama,2016
Gambar 2. 11 Model Hipotetik Upaya Strategis Integrasi Pengembangan dan Pemasaran Aset
Destinasi Wisata untuk meningkatkan Jumlah Kunjungan dan Pendapatan Masyarakat
Setempat
LAPORAN AKHIR
44
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
(Soekartawi, 2005). Agrobisnis merupakan sistem yang meliputi beberapa subsistem. Hubungan
dan keterkaitan antar subsistem agrobisnis tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.12.
LAPORAN AKHIR
45
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Agrobisnis adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling
terkait erat, yaitu subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (subsistem agrobisnis
hulu), subsistem usaha tani atau pertanian primer, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran
serta subsistem jasa dan penunjang (Badan Agrobisnis , 1995).
Subsistem agrobisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang
menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia
(pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit.
Subsistem usaha tani (on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agrobisnis hulu untuk
menghasilkan produk pertanian primer. Subsistem usaha tani meliputi usaha tanaman pangan,
usaha tanaman hortikultura, usaha perkebunan, dan usaha peternakan. Subsistem agrobisnis
pengolahan adalah ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan,
baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik
maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agrobisnis
pengolahan meliputi industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri
pengolahan serat alam (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan
bahan kecantikan, industri biofarma dan industri agrowisata serta estetika. Subsistem
pemasaran meliputi distribusi, promosi, informasi pasar, kebijakan perdagangan dan struktur
pasar. Disamping keempat subsistem tersebut, diperlukan subsistem kelima sebagai bagian dari
pembangunan sistem agrobisnis . Subsistem jasa dan penunjang adalah seluruh kegiatan yang
menyediakan jasa bagi agrobisnis , yang meliputi perkreditan dan asuransi, penelitian dan
pengembangan pendidikan dan penyuluhan, serta transportasi dan pergudangan.
Hasyim dan Zakaria (1995) mengemukakan, agroindustri merupakan suatu kegiatan atau
usaha untuk mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan melalui proses
transformasi dengan menggunakan perlakuan fisik, kimia, penyimpanan, pengemasan, dan
distribusi. Ciri penting agroindustri adalah kegiatannya tidak tergantung musim, membutuhkan
manajemen usaha yang modern, pencapaian skala usaha yang optimal dan efisien, serta mampu
menciptakan nilai tambah yang tinggi. Pengolahan agroindustri memiliki tujuan agar produk
mudah diangkut, diterima konsumen dan tahan lama (Udayana, 2011).
LAPORAN AKHIR
46
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Secara garis besar agrobisnis digolongkan menjadi empat bagian yang meliputi (Udayana,
2011):
1. Agroindustri pengolahan hasil pertanian
2. Agroindustri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian
3. Agroindustri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain)
4. Agroindustri jasa sektor pertanian(supporting services)
Pendapatan dalam agroindustri satu diantaranya adalah penerimaan dari hasil usaha tani.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga
produksi (Soekartawi, 1986). Penerimaan tunai usaha tani dapat diartikan sebagai sejumlah
uang yang diterima dari penjualan produk usaha tani. Pengeluaran usaha tani dapat diartikan
sebagai sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usaha tani.
Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu kegiatan
usaha yang akan datang melalui pembuatan perencanaan usaha tani. Pendapatan usaha tani
adalah selisih penerimaan dengan semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut
(Soekartawi, 1986):
= TR – TC = Y. PY – (X . Px ) – BTT
Keterangan
= Keuntungan (pendapatan)
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Y = Produksi
Py = Harga satuan produksi
X = Faktor produksi
Px = Harga faktor produksi
LAPORAN AKHIR
47
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
48
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
2. Pembangunan Perikanan
Lemahnya akurasi data statistik perikanan menjadi satu diantara persoalan ayang paling
mendasar dalam pembangunan perikanan. Kebijakan pengembangan perikanan akan dapat
didukung oleh data-data yang akurat. Kebijakan memperbolehkan kapal asing menangkap ikan
pada ZEE mengandung berbagai kelemahan. Berdasarkan perspektif rente ekonomi (economic
rent) kebijakan tersebut memberikan keuntungan pada pengusaha nasional dan asing. Nilai
manfaat bersih dari pemanfaatan sumber daya perikanan setelah seluruh komponen biaya yang
diperhitungkan dapat dilihat pada Gambar 2.9.
LAPORAN AKHIR
49
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
50
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
7 . Bangunan Kelautan
Pesisir dan laut memiliki ekosistem dan fisik yang berbeda dengan daratan sehingga
pembangunan konstruksi di pesisir dan laut memerlukan kemampuan rekayasa yang sesuai
dengan kondisi alam (Design with the Nature).
8. Jasa Kelautan
Jasa kelautan meliputi segala jenis kegiatan yang bersifat menunjang dan mempelancar
kegiatan sektor kelautan seperti jasa pelayan pelabuhan, keselamatan pelayaran, perdagangan,
pengembangan sumberdaya kelautan seperti pendidikan, pelatihan dan penelitian. Karakteristik
bisnis jasa kelautan memerlukan kualifikasi sumber daya manusia yang prima, dukungan sarana
informasi, komunikasi dan dukungan teknologi maju.
LAPORAN AKHIR
51
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
52
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4816);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
15. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014;
16. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2013;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46);
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri D, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 47);
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64);
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan;
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029;
LAPORAN AKHIR
53
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
23. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025;
24. Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013;
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pengembangan
Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan Tahun 2010-2029;
26. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2010
Nomor 79 Seri E).
Keseluruhan sumber aturan di atas menjadi dasar dalam analisis khususnya berkenaan dengan
rencana kebutuhan investasi di daerah, sehingga dalam tahap akhir diperoleh penyimpulan
mengenai Pusat Pertumbuhan di Pangandaran Raya.
---agisu---
LAPORAN AKHIR
54
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 3
METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
LAPORAN AKHIR
55
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Pekerjaan ini juga memerlukan dasar aturan yang berlaku yakni aturan untuk analisis
perencanaan pengembangan investasi yang dapat dijadikan Pusat Pertumbuhan Wilayah.
LAPORAN AKHIR
56
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Lingkup Pekerjaan
1. Identifikasi aturan terkait “Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan.”
2. Studi komparatif (desk study & field study) pelaksanaan “Rencana Kebutuhan Investasi Pusat
Pertumbuhan” di daerah lain, dan melakukan testimony books;
3. Mengkaji empirik potensi beberapa alternatif pusat pertumbuhan di Pangandaran Raya yang
mencakup potensi untuk mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan menjadi
kawasan terpadu yang meliputi:
a. agrobisnis ,
b. agroindustri,
c. industrikelautan dan
d. pariwisata terpadu
4. Finalisasi penetapan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan.
Output/luaran Pekerjaan
Buku besar hasil kajian
Strategi Investasi
dalam Pengembangan
Rencana Rencana Kebutuhan Pangandaran Raya
Pembangunan Investasi
Pangandaran Raya Pangandaran Raya
2. Studi komparatif dalam bentuk desk study terhadap Rencana Kebutuhan Investasi Pusat
Pertumbuhan” di daerah lain; dan melakukan testimony books;.
Desk study ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai data sekunder, dan informasi
berkenaan dengan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan.
LAPORAN AKHIR
57
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Kajian ini dilatarbelakangi oleh central issue: Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah
Otonom Baru (DOB), namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu
daerah yang berperan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat (Jabar)
Pangandaran berpotensi sangat besar dijadikan satu di antara pusat pertumbuhan di Jawa Barat,
dan dapat merangsang pertumbuhan daerah lainnya. Berdasarkan potensi yang ada, Pemerintah
Jabar mengambil langkah dan inisiatif untuk membangun dan mengembangkan Kabupaten
Pangandaran secara efektif dan efisien, agar Pangandaran dapat dijadikan pusat pertumbuhan.
Karena itulah perlu dikaji mengenai “PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI
PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA.”
Berdasarkan central issue dan judul di atas, kajian ini difokuskan untuk mendapatkan
gambaran empirik mengenai potensi untuk mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan
yakni di Pangandaran Raya sebagai Pusat Pertumbuhan dan menjadikannya kawasan terpadu
yang meliputi:
1. agrobisnis ,
2. agroindustri,
3. kelautan dan perikanan
4. pariwisata terpadu
Fokus kajian diarahkan pada 4 sektor di atas, dan untuk itu diperlukan data primer serta data
sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi. Disamping
mengumpulkan data, teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data dari berbagai teknik
LAPORAN AKHIR
58
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Teknik pengumpulan data melalui triangulasi
meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak yang secara teknis sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi ditujukan untuk memperoleh gambaran empirik di lapangan mengenai kondisi
pertumbuhan terkini, dan potensi pertumbuhan yang dapat dikembangkan menjadi pusat
pertumbuhan di Pangandaran Raya.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan melalui face-to-face (tatap muka) dengan para pelaku (stake holders)
ekonomi masyarakat di Pangandaran Raya. Para pemangku kepentingan yang
diwawancarai terutama pihak pemerintah, pengusaha, investor, dan masyarakat umum
sebagai local communities.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data internal terutama
dari Pemprov Jabar dan Pemkab Pangandaran. Selain itu, studi dokumentasi diperoleh
dengan cara membaca buku atau jurnal ilmiah berkenaan dengan analisis Rencana
Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan.
4. FGD atau Focus Group Discussion adalah kegiatan untuk mencari solusi dalam Rencana
Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan di Pangandaran Raya.
Proses teknis kajian dalam pekerjaan ini mencakup empat (4) sektor yang selanjutnya
dijabarkan ke dalam sejumlah laten untuk kemudian dielaborasi. Adapun keempat sektor
dimaksud:
1. agrobisnis ,
2. agroindustri,
3. kelautan dan perikanan
4. pariwisata terpadu
Proses penjabaran yang bermula dari masing-masing sektor hingga butir pertanyaan
dicerminkan sebagaimana dalam tabel operasionalisasi dan pemetaan alat ukur di bawah ini.
LAPORAN AKHIR
59
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
60
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
61
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
2. Potensi agroindustri 2.1 Jenis usaha yang ada 2.1.1 Potensi agroindustri apa sajakah
masa datang sebagai utk masa datang yang dilaksanakan oleh masyarakat
pusat pertumbuhan di 2.2 Jumlah usaha dalam di masa yad.
Pangandaran Raya tiap jenis usaha 2.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
2.3 Tempat usaha masa agroindustri yang potensial
datang dialaksanakan oleh masyarakat di
2.4 Penyerapan tenaga masa yad. ✓ Penduduk
kerja 2.1.3 Di mana sajakah tempat usaha setempat
2.5 Total biaya mereka (kecamatan dan desa) yang ✓ Kantor Desa/
2.6 Rata-rata pendapatan potensial dilakukan di masa yad. kelurahan
2.7 Total pendapatan 2.1.4 Berapa potensi jumlah serapan ✓ Kantor
tenaga kerja dari masing-masing Kecamatan
usaha agroindustri tsb di masa yad. ✓ Kantor Pemkab
2.1.5 Berapakah estimasi total biaya untuk Pangandaran
pengembangan usaha agroindustri ✓ Kantor Pemprov
pada setiap desa Jabar
2.1.6 Berapa prakiraan besar rata-rata
pendapatan per kapita dari usaha
agroindustri tsb.
2.1.7 Berapakah prakiraan jumlah
pendapatan dari usaha agroindustri
di masing-masing desa tsb.
LAPORAN AKHIR
62
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
63
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
64
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
65
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
66
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
67
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
68
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
69
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
70
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 4
GAMBARAN UMUM PANGANDARAN RAYA
LAPORAN AKHIR
71
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
5. Kecamatan Langkaplancar,
6. Kecamatan Mangunjaya,
7. Kecamatan Padaherang,
8. Kecamatan Kalipucang,
9. Kecamatan Pangandaran dan
10. Kecamatan Sidamulih.
Sebaran seluruh kecamatan dalam peta Kabupaten Pangandaran dapat dicerminkan
sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Otonom Baru (DOB), tentu perlu mendapat
perhatian khusus. Meskipun Pangandaran baru menjadi daerah otonom, namun Kabupaten
Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang memegang peranan penting,
bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat. Satu di antara kawasannya adalah Pangandaran
Raya. Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran terdiri dari 5 (lima) kecamatan di Kabupaten
LAPORAN AKHIR
72
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
1 Cijulang 93,42 7
2 Parigi 83,00 10
3 Sidamulih 90,02 7
4 Pangandaran 52,39 8
5 Kalipucang 107,43 9
Jumlah 426,26 41
Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2014
Adapun sebaran kelima kecamatan tersebut lebih jelasnya dapat digambarkan sebagaimana
dalam gambar di bawah ini.
LAPORAN AKHIR
73
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
4.2 Demografi/Kependudukan
Demografi berhubungan dengan dinamika kependudukan manusia. Demografi yang
dibahas dalam hal ini adalah mengenai Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk,
Proyeksi Penduduk Kawasan Pengembangan di Pangandaran Raya.
LAPORAN AKHIR
74
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
13% Cijulang
20%
Parigi
22% Sidamulih
30% Pangandaran
15% Kalipucang
Mengacu pada data kepadatan penduduk, Kecamatan Pangandran menjadi kecamatan dengan
tingkat kepdatan tertinggi, sedangkan paling rendah kepadatannya di Cijulang.
Kepadatan Penduduk
15
Cijulang
10
Parigi
5 Sidamulih
Pangandaran
0
Kalipucang
Perkembangan penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya relatif cepat dari tahun
ke tahun. Dari tahun 2010 ke tahun 2011, penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
bertambah sebanyak 16.018 jiwa, dengan pertumbuhan paling banyak dialami oleh Kecamatan
Kalipucang sebanyak 5.392 jiwa. Di tahun 2012, jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan
Pangandaran cenderung meningkat yaitu menjadi 205.901 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk yang positif namun terjadi penurunan penduduk pada tahun 2013 yang terjadi pada
4 kecamatan lainnya, hanya Kecamatan Pangandaran yang mengalami kenaikan penduduk. Hal
ini tidak lepas dari fungsi Pangandaran sebagai destinasi wisata untuk wisatawan regional dan
internasional. Faktor ini menjadi penarik utama dari pertumbuhan penduduk di Pusat
Pertumbuhan Pangandaran. Berikut ini merupakan gambaran jumlah penduduk dan
persebarannya di wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan
penduduk pada hampr tiap kecamatan kecuali Kecamatan Pangandaran dan Kalipucang, hal ini
disebabkan adanya penyebaran distribusi penduduk untuk mengurangi kepadatan di kedua
kecamatan tersebut sehingga terjadi penurunan pertumbuhan penduduk di Pusat Pertumbuhan
Pangandaran.
Tabel 4. 4 Laju Pertumbuhan Penduduk
Untuk proyeksi penduduk hingga tahun 2035 jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan
Pangandaran Raya adalah sebanyak 340.478 jiwa. Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan
Parigi menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak hal ini dapat dikarenakan sebagai
implikasi dari arahan pengembangan yang ditetapkan di Kecamatan Parigi dan Pangandaran.
LAPORAN AKHIR
76
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Trans-portasi
Pedagang
PNS
TNI
Jumlah
Peternak
Nelayan
Polri
Lainnya
Petani
Konstruksi
Jasa Lainnya
No Kecamatan
1 Cijulang 9.537 660 226 1 190 512 191 428 13 12 172 0 11.942
2 Parigi 9.941 902 850 300 107 2.003 234 886 20 23 117 53 15.436
3 Sidamulih 7.870 1.313 40 154 96 1.636 89 279 19 12 12 0 11.520
4 Pangandaran 12.543 960 2.395 199 1.548 2.379 188 635 78 60 196 98 21.279
5 Kalipucang 10.248 365 630 995 134 2.936 249 248 21 30 149 318 16.323
LAPORAN AKHIR
77
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Industri
Trans-portasi
Pedagang
PNS
TNI
Jumlah
Peternak
Nelayan
Polri
Lainnya
Petani
Konstruksi
Jasa Lainnya
No Kecamatan
Pusat
Pertumbuhan 50.139 4.200 4.141 1.649 2.075 9.466 951 2.476 151 137 646 469 76.500
Pangandaran
% terhadap
65,54 5,49 5,41 2,16 2,71 12,37 1,24 3,24 0,20 0,18 0,84 0,61 100,00
penduduk bekerja
Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2014
4.4 Pendidikan
Tersedianya fasilitas pendidikan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran merupakan salah
satu wujud di bidang pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai suatu cara yang efektif untuk
meningkatkan pembangunan dimana negara-negara berkembang mencurahkan perhatian yang
cukup besar terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan
usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuannya.
Oleh karena itu dewasa ini masyarakat sudah menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan
dan sudah menjadi simbol status sosial dan merupakan sarana yang diharapkan mampu
menyelesaikan banyak permasalahan.
Dalam sebaran sarana pendidikan tidak semua fasilitas pendidikan (TK, SD, SMP dan
SMA) baik itu pendidikan negeri maupun swasta. Semua kecamatan belum memiliki fasilitas
taman kanak - kanak untuk pendidikan negeri tetapi untuk fasilitas pendidikan lainnya seperti
SD, SMP dan SMA sudah tersebar di semua kecamatan tetapi untuk Kecamatan Kalipucang tidak
memiliki sarana pendidikan SMA. Sedangkan untuk pendidikan swasta jumlah sarana
pendidikan taman kanak kanak lebih banyak dan tersebar di semua kecamatan dibandingkan
negeri, Kecamatan Parigi memiliki taman kanak-kanan dengan jumlah paling tinggi yaitu 21 unit
dengan total 5 kecamatan yaitu 58 unit. Lokasi sarana pendidikan pada kawasan ini cukup baik
karena ditempatkan di sekitar permukiman warga sehingga terdapat aksesibilitas atau
keterjangkauan dalam menuju sarana pendidikan.
LAPORAN AKHIR
78
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan secara langsung dalam proses
pendidikan. Sarana pendidikan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
meliputi Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SMU dan SMK. Kebutuhan ruang dan
jumlah fasilitas pendidikan dihitung mengacu kepada Petunjuk Perencanaan Kawasan
Perumahan kota (Standar SNI 03-6981-2004).
- Fasilitas pendidikan Sekolah Dasar dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar
1.600 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 2.000 m2/unit.
- Fasilitas pendidikan tingkat menengah dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800
jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 9.000 m2/unit.
- Fasilitas pendidikan tingkat menengah atas serta sederajat dengan jumlah penduduk
pendukung sebesar 4.800 jiwa/unit dengan luas lahan 12.500 m2/unit.
LAPORAN AKHIR
79
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
80
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
dilakukan secara maksimal dikarenakan ketersediaan daya tampung lahan yang terbatas
seiring bertambahnya pembangunan, maka yang perlu di lakukan adalah meningkatkan
kualitas pelayanan fasilitas pendidikan atau merehabilitasi lingkungan sekolah.
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kualitas masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin tinggi pula tingkat kualitas yang dimilikinya, maka sarana
pendidikan ini harus lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas agar
nantinya dapat memberdayakan sumber daya manusia yang memiliki
keahlian,keterampilan dan wawasan yang luas dalam mengembangkan Pusat
Pertumbuhan Pangandaran.
4.5 Kesehatan
Sarana kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat setempat. Tingkat kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh besar dan jumlah
sarana kesehatan yang ada. Ketersediaan sarana yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan
Pangandaran sudah cukup lengkap untuk menunjang masyarakat yang ada di dalamnya seperti
posyandu sudah sangat banyak dan tersebar di 5 kecamatan dengan total 229 unit tetapi untuk
rumah sakit tidak tersedia di 5 kecamatan pusat pertumbuhan Pangandaran akan tetapi sudah
cukup didukung oleh Puskesmas yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 7 unit.
Tabel 4. 9 Jumlah Sarana Kesehatan di Pangandaran Raya Tahun 2013
Kesehatan
UPTD Pos Balai
No Kecamatan Rumah
Puskesmas Kesehatan Posyandu Pos KB Kesdes Pengobatan
Sakit
Pembantu
1 Cijulang 0 1 3 37 7 6 0
2 Parigi 0 2 3 58 10 5 0
3 Sidamulih 0 2 3 42 3 0 0
4 Pangandaran 0 1 2 50 0 0 0
5 Kalipucang 0 1 5 42 0 3 0
Jumlah 0 7 16 229 20 14 0
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 201
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan upaya kesehatan. Sarana
kesehatan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdiri atas Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu dan Apotik. Perhitungan dilakukan
LAPORAN AKHIR
81
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
mengacu kepada Peraturan Menteri No.11 Tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan
Perumahan dan Permukiman, yaitu sebagai berikut :
1. Fasilitas kesehatan Rumah Sakit dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar
240.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 86.400 m2/unit.
2. Fasilitas kesehatan Puskesmas dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 120.000
jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 1.000 m2/unit.
3. Fasilitas kesehatan Pustu dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000
jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 300 m2/unit.
4. Fasilitas kesehatan klinik bersalin dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000
jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 3.000 m2/unit.
5. Fasilitas kesehatan posyandu dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 1.250 jiwa/unit
dengan luas lahan 60 m2/unit.
6. Fasiltas kesehatan apotik dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit
dengan luas lahan 250 m2/unit
Sarana kesehatan seperti Rumah sakit, balai pengobatan dan posyandu belum mampu
melayani kebutuhan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat melalui standar dan ketesediaan
sarana yang ada. Sedangkan untuk sarana kesehatan puskesmas telah mampu mencukupi
kebutuhan masyarakat dengan tingkat pelayanan yang baik.
LAPORAN AKHIR
82
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
4.6 Peribadatan
Beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat menggambarkan toleransi kehidupan
beragama dan indikator makin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat diantaranya
adalah semakin mudahnya masyarakat melakukan ibadah menurut agama yang dianutnya.
Untuk kemudahan tersebut diantaranya tersedia tempat dalam hal melakukan ibadah. Sarana
peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Total sarana
peribadatan di wilayah pusat pertumbuhan Pangandaran sebanyak 1.213 unit yang didominasi
oleh mushola yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 816 unit dan masjid yang tersebar di 5
kecamatan dengan total 382 unit yang dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat yang ada di
Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mayoritas beragama Islam akan tetapi terdapat
sarana peribadatan gereja untuk beragama Kristen dengan total 12 unit. Sarana peribadatan pura
dan wihara tidak tersedia di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
Peribadatan
No Kecamatan
Masjid Mushola Gereja Pura Wihara
1 Cijulang 65 264 0 0 0
2 Parigi 95 205 0 0 0
3 Sidamulih 57 70 7 0 0
4 Pangandaran 86 145 4 0 0
5 Kalipucang 79 132 1 0 0
Jumlah 382 816 12 0 0
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
LAPORAN AKHIR
83
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
ST EK TP ST EK TP ST EK TP ST EK TP ST EK TP
3 Parigi 1 57 B 121 70 K 0 7 K 0 0 K 0 0 K
Berdasarkan standar diatas, perlu diadakan penambahan sarana. Penambahan sarana yang
perlu diperhatikan adalah langgar karena sarana masjid sudah mencukupi kebutuhan
masyarakat hingga tahun 2035 (Renip, 2016) hal ini mengingat mayoritas penduduk di
Kecamatan ini beragama muslim. Penambahan sarana bisa saja dilakukan karena keterjangkauan
pelayanan peribadatan yang harus dipenuhi, namun mengingat ketersediaan lahan yang terbatas
hal tersebut sulit dilakukan, sehingga kemungkinan solusi yang didapatkan adalah merubah
fungsi atau menghibahkan lahan bagi warga yang ingin menjadikan lahan mereka untuk
dijadikan tempat ibadah.
4.7 Transportasi
LAPORAN AKHIR
84
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 4. 13 Nama, Panjang, dan Lebar Jalan Desa di Kawasan Pangandaran Raya
Volume
No.
No. Nama Pangkal Ruas Nama Ujung Ruas Panjang Lebar Kecamatan
Ruas
km m
1 62 Prapat Pananjung 3.0 6.0 Pangandaran
2 72 Babakan Pagergunung 7.0 3.0 Pangandaran
3 74 Pantai Barat Batu Karas Pantai Timur Batu Karas 3.1 3.0 Cijulang
4 75 Prapat Pantai Barat 1.1 4.0 Pangandaran
Pangandaran
LAPORAN AKHIR
85
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Volume
No.
No. Nama Pangkal Ruas Nama Ujung Ruas Panjang Lebar Kecamatan
Ruas
km m
5 76 Cibanten Cimindi 8.7 3.0 Cijulang
6 78 Kalipucang Santolo 0.5 3.5 Kalipucang
7 938 Karangkedawung Bantardawa 2.3 3.0 Kalipucang
8 942 Tiwar Pagergunung 7.4 3.5 Pangandaran
9 943 Karapyak Bagolo 1.1 3.5 Kalipucang
10 944 Cibenda Bontos 2.6 3.0 Parigi
11 945 Cijulang Nusawiru 2.5 3.0 Cijulang
12 946 Batuhiu Bojongsalawe 5.0 3.0 Parigi
13 947 Parigi Cibenda 4.3 3.0 Parigi
14 948 Parigi Bojongsalawe 0.9 3.0 Parigi
15 965 Pelebaran Jalan Masuk Batuhiu 0.8 6.0 Parigi
Sumber: SK Gubernur Jawa Barat Nomor 620/74 Tahun 1998, disesuaikan dengan data pemekaran
4.7.2 Terminal
Terminal yang ada di Pusat Pertumbuhan terdapat di Kecamatan Pangandaran dan
Kecamatan Cijulang. Terminal Cijulang telah menunjukkan fungsi sebagai terminal tipe B yang
cukup signifikan, sedangkan dilihat dari fasilitas yang ada berstatus sebagai terminal tipe C
(salah satu indikasi terminal tipe C tidak tersedianya fasilitas ruang tunggu penumpang).
Terminal tipe C (terminal lokal) terdapat di kawasan perkotaan Kecamatan Parigi dan
Kalipucang. Begitupun terminal yang ada di Kecamatan Pangandaran.
LAPORAN AKHIR
86
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
dilengkapi dengan ruang udara dan training diluar ruang udara bandar udara untuk
mengadakan pelatihan, dimensi ruang udara tersebut sebagai berikut :
Aerodrome Controlled (ADC) Nusawiru
Lateral limit : Area dalam lingkaran dengan r=10 NM berpusat di “NWR” VOR.
Vertikal limit : Permukaan bumi/air sampai ketinggian 2500 ft.
Kelas ruang udara :B
Altitude transisi : 11.000 ft
Level transisi : FL. 130
Kriteria ruang udara Bandar Udara Nusawiru dengan klasifikasi “ B ” adalah sebagai berikut :
1. Digunakan untuk kaidah penerbangan instrumen dan visual;
2. Diberikan separasi kepada semua pesawat udara;
3. Diberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan;
4. Tidak ada batas kecepatan;
5. Memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
6. Pemberian izin oleh Air Traffic Control (ATC Clearance).
Pesawat komersial yang direncanakan melayani Bandara Nusawiru adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama sejenis pesawat penumpang 12 orang , sejenis Cessa B208B.
2. Tahap Kedua sejenis pesawat dengan penumpang 50 orang, sejenis F-50, ATR-42, Dash-
8, dan MA-60.
LAPORAN AKHIR
87
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
88
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Berikut merupakan DAS yang terkait dengan wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
LAPORAN AKHIR
89
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran fasilitas produksi yang ada di PDAM Kabupaten
Ciamis dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4. 15 Jumlah Pelanggan dan Penggunaan Air Minum di Kabupaten Ciamis Tahun
2011-2012
2011 2012
No Kategori Pelanggan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Pelanggan Konsumsi Pelanggan Konsumsi
(SL) (m3) (SL) (m3)
1 Sosial Umum 316 80.072 368 77.212
2 Sosial Khusus 288 104.245 223 97.993
3 Rumah Tangga 18.917 1.085.084 18.815 3.083.299
Pemerintah, Badan/Lembaga Pemerin-
4 222 158.974 218 116.954
tah, Lembaga Pendidikan Tinggi
5 Niaga (Niaga Besar & Niaga Kecil) 880 199.812 890 193.747
6 Industri 0 0 0 0
7 Pelabuhan 0 0 0 0
Jumlah 20.623 1.628.187 20.514 3.569.205
Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, Tahun 2013
Unit Kerja Cabang Pangandaran (unit Pangandaran, unit Parigi dan unit Kalipucang)
• Kehilangan air tinggi 31,20 %;
• Instalasi pengolahan kurang berfungsi dengan baik.
Unit Kerja Cabang Banjarsari (unit Banjarsari, unit Pamarican, unit Padaherang)
a. Cakupan pelayanan baru mencapai 5 %;
b. Tingkat kehilangan air cukup tinggi sebesar 34 % (>dari standar nasional= 20%);
c. Tingginya biaya produksi, operasional, pemeliharaan untuk IPA Banjarsari dibandingkan
dengan harga jual ke konsumen.
Pada penyusunan masterplan air baku akan direncanakan pembangunan waduk di
wilayah pusat pertumbuhan Pangandaran yaitu Waduk Sukahurip di Kecamatan Kalipucang
dan juga akan direncanakan bendungan di Kecamatan Parigi yang sesuai dengan arahan master
plan air baku.
LAPORAN AKHIR
90
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
4.8.3 Persampahan
TPA adalah salah satu komponen penting dalam sistem pembuangan sampah. TPA yang
ada di Kabupaten Pangandaran saat ini masih diartikan tempat pembuangan akhir sampah yang
menggunakan model pembuangan sampah open dumping yang secara teoretis tidak baik.
Beberapa lokasi TPA yang mendukung terhadap Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah TPA
Purbahayu Pangandaran, termasuk dalam wilayah Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran.
Luas lahan TPA ini kurang lebih 3 Ha dengan status lahan milik Pemerintah Kabupaten
Pangandaran namun akan dilakukan perluasan TPA menjadi 10 Ha dengan pengelolaan TPS 3R
yang lokasinya tidak jauh dari TPA. Volume sampah yang masuk di TPA ini kurang lebih 48
m3/hari. Sistem pengelolaan sampah bersifat open dumping. TPA ini mempunyai wilayah
pelayanan meliputi Kawasan Wisata Pangandaran, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan
Kalipucang, Kecamatan Parigi dan tempat–tempat komersial sekitarnya.
LAPORAN AKHIR
91
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
4.8.6 Perekonomian
Sektor ekonomi unggulan di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi sektor ini terhadap total PDRB (atas harga konstan
tahun 2000) di 5 (lima) kecamatan di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mencapai
35,96% dengan nilai ekonomi mencapai Rp 431 Milyar, dimana konsentrasi aktivitas sektor
perdagangan terdapat di Kecamatan Pangandaran.
LAPORAN AKHIR
92
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 4. 18 PDRB Per Kecamatan di Kawasan Pangandaran Raya Pertumbuhan Tahun 2012
atas dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
KECAMATAN
NO LAPANGAN USAHA
CIJULANG PARIGI SIDAMULIH PANGANDARAN KALIPUCANG
1. Pertanian 93.493,408 90.266,988 42.141,134 76.013,185 50.675,934
2. Pertambangan dan 0 1.604,886 4.634,646 924,046 2.891,566
Penggalian
3. Industri Pengelolaan 201,547 2.033,652 13.285,328 38.476,998 1.157,227
4. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 16.268,857 0
Bersih
5. Bangunan 4.892,889 14.692,190 4.356,222 10.396,643 6.766,527
6. Perdagangan, Hotel, 40.727,307 73.823,061 48.462,832 206.314,850 62.151,700
dan Restoran
7. Pengangkutan dan 2.181,711 2.781,149 1.271,468 18.059,487 1.989,970
Konstruksi
8. Keuangan Persewaan 8.449,694 21.942,342 7.349,678 12.264,460 7.105,616
dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 26.833,211 54.505,594 31.519,297 50.598,731 46.741,830
Jumlah 176.325,037 261.649,861 153.194,604 429.315,257 179.480,369
Sumber: Kecamatan-Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
Perdagangan merupakan penggerak ekonomi tertinggi di Pusat Pertumbuhan
Pangandaran. Berdasarkan data yang didapat, jumlah perusahaan perdagangan menurut status
permodalannya sebanyak 242 perusahaan, dengan dominasi perusahaan kecil, dan 2 perusahaan
sedang.
Tabel 4. 19 Jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional di di Pangandaran Raya Pangandaran
Tahun 2012
Perusahaan
No Kecamatan Perusahaan Besar Perusahaan Kecil
Menengah
1 Cijulang 0 1 28
2 Parigi 0 0 70
3 Sidamulih 0 0 32
4 Pangandaran 0 0 84
5 Kalipucang 0 1 28
Pusat Pertumbuhan Pangandaran 0 2 242
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2013
Adanya pasar dan kegiatan perdagangan lainnya mendukung terlaksananya kegiatan
perekonomian masyarakat. Tidak hanya bagi pendorong roda perekonomian tapi juga bagi
ketersediaan bahan pokok yang diperlukan bagi masyarakat sekitar. Pemda Kabupaten
Pangandaran mengelola 13 pasar yang tersebar di beberapa kecamatan. Kios terbanyak terdapat
di Kecamatan Kalipucang sebanyak 874 unit, juga terdapat bank sebanyak 22 unit yang tersebar
di seluruh Kecamatan Wilayah Pertumbuhan Pusat Pangandaran. Fasilitas Perdagangan dan jasa
LAPORAN AKHIR
93
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
yang tersedia di Pusat Pertumbuhan Pangandaran beraneka ragam, kondisi ini menunjukkan
ragam kegiatan usaha penduduk yang ada. Kegiatan usaha yang banyak berkembang di
Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah warung.
Tabel 4. 20 Jumlah Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di di Pangandaran Raya Tahun
2013
Warung/
Pasar Pasar Tidak Non
No Kecamatan Kios/ Minimarket Bank KUD
Permanen Permanen KUD
Toko
1 Cijulang 391 3 0 0 5 2 1
2 Parigi 59 3 0 0 5 2 3
3 Sidamulih 0 2 0 3 1 1 0
4 Pangandaran 760 3 0 0 9 1 10
5 Kalipucang 874 2 0 0 2 0 2
Pusat Pertumbuhan
2084 13 0 3 22 6 16
Pangandaran
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
LAPORAN AKHIR
94
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 5
GAMBARAN KONDISI TERKINI SEKTOR STRATEGIS
DI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
disajikan pula analisis masalah yang disajikan dalam model SWOT untuk masing-
masing sektor. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap sektor dapat diketahui kekuatan,
kelemahan, kesempatan, dan ancaman.
LAPORAN AKHIR
95
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Atraksi wisata yang kini telah berkembang di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
meliputi wisata alam (pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa), wisata budaya dan wisata
atraksi minat khusus.
LAPORAN AKHIR
96
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
1. Wisata Alam
Atraksi wisata alam terdiri dari pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa. Di bawah
ini, disajikan tabel mengenai atraksi wisata alam yang di kelompokan berdasarkan
kecamatan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.
5 Mangrove Bojongsalawe
6 Citumang
7 Pantai Batu Hiu
V. Kecamatan Sidamulih
1 Curug luhur
2 Curug pule
3 Komplek Sodong Panjang
4 Curug Kurung
5 Curug Bebek
6 Mangrove Karangtirta
Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015
Di Kecamatan Cijulang terdapat 10 wisata alam dan sekaligus sebagai jumlah wisata alam
terbanyak di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Gambar 5.1 disajikan peta sebaran
wisata di pusat pertumbuhan Pangandaran Raya.
2. Wisata Budaya
Pada Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdapat wisata budaya berupa hasil
kebudayaan dari masyarakat setempat. Pada Tabel 5.2 disajikan daftar wisata budaya pada
kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya.
LAPORAN AKHIR
99
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Gambar 5.1 menunjukkan gambaran terkini sebaran tempat wisata yang ada di masing-
masing kecamatan di Pangandaran Raya.
4. Event pariwisata
Pariwisata dalam layanan Event di Kabupaten Pangandaran akan dapat menarik minat
wisatawan. Event yang ada di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya di antaranya:
1. Event wisata Rally Foto pariwisata Pangandaran
2. Event wisata Pangandaran Fair (carnival dan pameran pembangunan)
3. Event wisata Orari Fox Hunting
4. Event wisata Ngarung Bareng Green Canyon
5. Event wisata Hajat Laut
6. Event wisata Pesona Purnama Pesisir Pangandaran
7. Event wisata Aksi Sapta Pesona
8. Event KITE Festival
5.1.2 Aksesibilitas
Kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan.
Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas
umum lainnya. Artinya dalam mencapai suatu tujuan terdapat kemudahan dan jangkauan yang
dicapai oleh orang. Untuk mencapai Kabupaten Pangandaran khususnya Pusat Pertumbuhan
Pangandaran sudah terdapat akses yang dapat dijangkau berupa fasilitas umum seperti
bangunan masjid, pertokoan juga akses dimudahkan dengan adanya 1 terminal penumpang tipe
B dan 4 terminal tipe C Bandar Udara Nusawiru, dan juga 3 Pelabuhan serta terdapat rencana
reaktivasi rel kereta api yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sehingga
meskipun dengan adanya fasilitas diatas belum dirasakannya akses yang tinggi karena belum
optimalnya pengoperasian masing-masing fasilitas transportasi. Dan juga yang menjadi kendala
aksesibilitas ini hanya kondisi jalan yang sebagian besar dalam keadaan rusak khususnya untuk
mencapai destinasi wisata.
LAPORAN AKHIR
100
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
1. Kondisi Jalan
Akses jalan menuju objek pariwisata cukup penting untuk memudahkan wisatawan
dalam mengunjungi objek-objek wisata yang ada Kawasan Pusat Pertumbuhan
Pangandaran. Berikut akan dijelaskan kondisi akses jalan menuju objek pariwisata yang
ada di Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Tabel 5. 4 Kondisi Jalan Objek Pariwisata
Objek Kondisi
No Lokasi
Wisata
Pantai Kec. Akses jalan menuju objek wisata pantai barat kondisinya
1
Barat Pangandaran sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal.
Pantai Kec. Akses jalan menuju objek wisata pantai timur kondisinya
2
Timur Pangandaran sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal.
Hutan Akses jalan menuju objek wisata hutan cagar budaya
Kec.
3 Cagar kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah
Pangandaran
Budaya diaspal.
Akses jalan menuju objek wisata pantai karang nini
Pantai kondisinya cukup buruk walaupun kondisi jalan yang
Kec.
4 Karang sudah diaspal tetapi banyak jalan yang masih berlubang
Kalipucang
Nini yang sangat mengganggu wisatawan dalam melakukan
wisata.
Akses jalan menuju objek wisata pantai karapyak
Pantai Kec.
5 kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah
Karapyak Kalipucang
diaspal.
Pantai Akses jalan menuju objek wisata pantai karapyak
6 Karang Kec. Sidamulih kondisinya cukup baik dengan kondisi jalan yang sudah
Tirta diaspal tetapi masih terdapat jalan yang berlubang.
Akses jalan menuju objek wisata pantai batu hiu
Pantai
7 Kec. Parigi kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah
Batu Hiu
diaspal.
Akses jalan menuju objek wisata pantai batu karas
Pantai
8 Kec. Cijulang kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah
Batu Karas
diaspal.
Green Akses jalan menuju objek wisata green canyon kondisinya
9 Kec. Cijulang
Canyon sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal.
Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016
Capaian bidang transportasi di Pangandaran Raya pada tahun 2015 capaian indikator
untuk kemantapan jalan, pengaturan antar moda, dan keterhubungan dicerminkan sebagaimana
dalam Tabel 5.5. Ternyata kemantapan jalan baru mencapai 56,68% dari tingkat optimasi yang
LAPORAN AKHIR
101
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
diharapkan. Sedangkan kemantapan antar moda belum tersedia dan keterhubungan belum
terintegrasi. Khususnya tingkat keterhubungan dalam transportasi belum terintegrasi.
CAPAIAN 2015
Indikator Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
Kemantapan Jalan 56,68% mantap
Pengaturan Antarmoda Belum Tersedia
Keterhubungan Belum Terintegrasi
Sumber : Hasil Analisis dan Pusdalitbang, 2016
Adapun capaian indikator tahun 2035 bidang transportasi di Pangandaran Raya, indikator
untuk kemantapan jalan ditargetkan mencapai 100%, pengaturan antar moda, dan
keterhubungan sudah terintegrasi, dan pengaturan antar moda sudah tersedia sepenuhnya
sesuai kebutuhan. Capaian tersebut dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.6.
Berdasarkan Renip 2016, untuk mencapai indikator Infrastruktur Utama perlu beberapa hal yang
harus dilakukan yaitu melalui upaya:
1. Memperbaiki akses jaringan jalan agar terdapat kemudahan dan kenyamanan dalam
mencapai tujuan.
2. Meningkatkan pelayanan transportasi umum dengan memberikan kenyamanan kepada
penumpang.
3. Meningkatkan pelayanan fasilitas transportasi umum seperti ruang tunggu, halte.
4. Pengelolaan berkelanjutan pada fasilitas terminal, dermaga, dan bandara.
LAPORAN AKHIR
102
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
5. Dibentuk suatu sistem transportasi antar moda yang memudahkan masyarakat memilih
alternatif moda untuk mencapai tujuan pergerakan.
5.1.3 Ameniti
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan. Karena pariwisata
tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang
terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
1. Perhotelan
Data Dinas Parperindagkop dan UMKM Kabupaten Pangandaran (2013) mencatat bahwa
di seluruh destinasi Pangandaran (termasuk Pangandaran, Batu Hiu, dan Batu Karas) terdapat
119 fasilitas akomodasi, yang terdiri dari 1 unit dengan klasifikasi bintang dan 118 unit dengan
klasifikasi Melati. Data ini menunjukkan penurunan dari data 2008, yang mencatat 129 fasilitas
akomodasi. Pangandaran, 2009; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011).
Sementara itu, PHRI Kabupaten Pangandaran mempunyai 111 anggota di kawasan
Pangandaran; yang terdiri dari 100 anggota di Pangandaran dan 11 anggota di Batukaras. Survey
fasilitas akomodasi pada tahun 2011 berhasil mendata 173 fasilitas akomodasi di Pangandaran
atau sekitar 73% lebih banyak dari data resmi saat ini.
LAPORAN AKHIR
103
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
lokal (makanan tradisional Indonesia), menu makanan laut (seafood), serta masakan cina (Chinese
food).
Restoran menu makanan laut cukup mendominasi dan merupakan favorit bagi wisatawan
yang berkunjung ke Pangandaran. Harga makanan di Pangandaran pun cukup terjangkau.
Untuk restoran yang paling baik rata-rata harga adalah Rp 50.000 – 70.000 per kepala (termasuk
minum); sementara restoran-restoran yang lebih sederhana sekitar Rp 20.000 – 40.000 per kepala.
Warung makan menawarkan makanan dengan kisaran harga Rp 10.000 – 20.000 per kepala.
Usaha Jasa makanan yang ada I Pangandaran berjumlah 57 restoran antara lain sate
galunggung, karya bahari, tunas rejeki, UNI, lestari, laksana, kidang mas, kidang mas putra, dita,
risma, sanyunan, sari melatih, berkah, mitra bahari, bitang timur, karya putra, yans, cibanjer,
karya bahari 2, RM pananjung pantai timur, warung jambu bandra, bu surman, erlin, holiday,
murasakhi, Mambo Jalan Jaga Lautan, Rasa Sayang, RM Chez Mama Resto, Mutya's, Sarimbit,
RM 33, A & R, Holiday Ayam, Pak Jaja Jalan, Lonely Planet, Sunrise Bgs Resto, Kedai Ulin,
Pujasera Nanjung, Christie, Rumah Makan Mina Bahari, Salero Mande, Sawargi, Bakso
Cemplang, Zurqa, Sate Bundaran, Bamboo, Mungil, Jacko, Number One, Diam Cafe, Warung
Nasi Butut, Mie Baso Podo Moro, Warung Ellis, Mas Yanto.
5.1.4 Ansilari
Ansilari adalah penyedia layanan kepada wisatawan. Adanya lembaga pariwisata,
wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari daerah wisata apabila wisatawan
dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. Hal yang termasuk ansilari
yaitu pemandu wisata dan pelayanan kurir, agen periklanan, konsultan, pendidikan dan
penyedia pelatihan dan koordinasi kegiatan oleh dewan kepariwisataan lokal.
1. Usaha Jasa Biro/Agen Perjalanan Wisata
Walaupun kegiatan pariwisata di Pangandaran telah berlangsung sejak tahun 1970-an,
akan tetapi tidak banyak biro perjalanan wisata yang beroperasi di kawasan ini. Biro perjalanan
wisata nasional seringkali mengoperasikan tournya dari kantor pusat; tanpa bekerja sama
dengan biro perjalanan wisata lokal. Sebagian besar pemandu juga menjual paket wisata secara
otodidak; sehingga fungsi biro perjalanan wisata sangat kecil. Biro perjalanan wisata yang
beroperasi di Pangandaran, yaitu:
LAPORAN AKHIR
105
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
106
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
2) Mengembangkan kerangka sumber daya tarik wisata dengan tema umum budaya
sunda, berupa rangkaian simpul-simpul aspek sejarah, alam, seni, dan budaya Jawa
Barat.
3) Mengembangkan dan meng-enforce tema yang jelas di setiap simpul yang mengakar
pada alam dan budaya sunda, sehingga membentuk suatu produk wisata yang spesifik,
unik, khas Jawa Barat.
4) Memanfaatkan sumber daya tarik wisata provinsi sebagai gerbang pendorong/penarik
wisatawan ke produk wisata yang dikembangkan di kota dan kabupaten di Provinsi
Jawa Barat.
5) Secara Keruangan, pengembangan pariwisata diarahkan untuk mendorong
perkembangan wilayah di seluruh Jawa Barat, khususnya ke wilayah-wilayah yang
belum berkembang seperti, Jawa Barat bagian selatan dan Jawa Barat bagian timur.
Kemudian dari sisi kelembagaan Kompepar Curug Bojong ini juga memiliki strategi
pengembangannya, yaitu:
1) Mengembangkan perangkat kelembagaan yang memungkinkan pengembangan
pariwisata antar wilayah administrasi kota/kabupaten.
2) Peningkatan koordinasi dan konsolidasi antar lembaga pemerintah tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota, antar lembaga pemerintah dengan swasta, dan masyarakat
dalam pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat.
3) Pengembangan lembaga pendidikan pariwisata sebagai pencetak sumber daya manusia
pariwisata yang kompeten/berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pasar.
c. Kompepar Margacinta
Kompepar Margacinta merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang
mengelola Desa Margacinta yang merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
Kecamatan Cijulang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Margacinta ini
beberapa diantaranya Cijulang Rafting, Wisata Mangrove, Sirkuit Metro Jaya, dan Kampung
Badud untuk jenis wisata alamnya. Sedangkan, untuk wisata budaya desa ini memiliki
potensi seni dan budaya berupa, Seni Badud, Seni Gondang, Seni Beluk, Seni Angklung,
Seni Degung, Kecapi Suling, Seni Pongdut, Seni Wayang Golek, Seni Reog, Seni Qosidah
LAPORAN AKHIR
107
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
dan Pengrajin Angklung. Seiring dengan diketahuinya kekuatan, peluang dan ancaman
serta tantangan maka pihak kompepar mengajukan permohonan bantuan dana guna
membangun panggung pagelaran yang dilengkapi oleh museum/galeri tentang sejarah
arsitektur dan budaya tradisional seni sunda. Adapun maksud dan tujuan dalam kegiatan
tersebut adalah untuk mengembangkan potensi kepariwisataan terutama di bidang potensi
alam, seni dan budaya secara umum dan mempertahankan serta menjaga kearifan lokal
Desa Margacinta. Sedangkan yang menjadi tujuan diantaranya:
1) Pembangunan TIC (Tourist Information Center),
2) Pembangunan gedung Padepokan Agung,
3) Pembangunan prasarana Desa Wisata dan Budaya (Akses),
4) Permodalan pengrajin/pengembangan ekonomi kreatif masyarakat pengrajin,
5) Pengembangan sarana dan prasarana atraksi wisata Cijulang Rafting,
6) Pembangunan homestay tradisional, dan
7) Pembangunan wahana atraksi wisata outbound.
Di samping itu ada juga sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh stakeholders kepariwisataan
dengan menitik beratkan kepada pengunjung, sehingga mereka bisa merasa nyaman dan
kembali berkunjung ke Desa Margacinta.
d. Kompepar Pangandaran
Kompepar Pangandaran merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata di
kawasan Pantai Pangandaran. Kompepar Pangandaran ini terbentuk dengan tujuan
sebagai berikut:
1) Meningkatkan peran serta pelaku usaha pariwisata dan masyarakat dalam menata
pelayanan dan kebutuhan wisatawan di Objek dan Daya Tarik Wisata.
2) Meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.
3) Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berwisata.
4) Meningkatkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona bagi masyarakat di sekitar objek dan
Daya Tarik Wisata.
5) Memanfaatkan dan meningkatkan potensi Objek Wisata dan peningkatan mutu
pelayanan bagi wisatawan.
LAPORAN AKHIR
108
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
1) Tumbuhnya sadar wisata di kalangan masyarakat sehingga timbul rasa memiliki, rasa
turut bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata.
2) Tumbuhnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan
meningkatkan kesadaran pengusaha jasa usaha pariwisata untuk meningkatkan
pelayanan kepada pengunjung dan atau wisatawan.
3) Tersedianya sarana dan prasarana kepariwisataan yang memadai sesuai dengan upaya
peningkatan kegiatan kepariwisataan.
4) Terciptanya citra kepariwisataan yang serasi dengan lingkungan.
5) Terpeliharanya kebersihan dan ketertiban dalam rangka pelestarian lingkungan.
6) Meningkatnya pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat serta
memperluas kesempatan kerja.
7) Peningkatan arus kunjungan wisatawan.
8) Adanya hubungan timbal balik antara pihak Pembina dan yang dibina sehingga
diharapkan terciptanya hubungan yang harmonis.
e. PHRI
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau sering di singkat PHRI, adalah sebuah
himpunan yang beranggotakan Hotel - Hotel, Penginapan, Restoran ataupun Rumah
Makan yang memiliki Visi dan Misi yang sama. Adapun Visi dan Misi PHRI sebagai
berikut:
VISI:
1) Bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia hanya dapat dicapai dengan mengisi
pembangunan nasional di segala bidang kehidupan dan berkesinambungan.
2) Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang meliputi
juga pembangunan pariwisata, dan hanya dapat diwujudkan dengan peran aktif para
pelakunya termasuk badan usaha, perhotelan, restoran, jasa pangan, lembaga
pendidikan pariwisata serta jasa boga yang bersatu dalam satu wadah.
MISI:
LAPORAN AKHIR
109
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Beragam misi penting diemban PHRI sebagai organisasi yang memayungi anggota-
anggotanya yang bergerak di bidang perhotelan, restoran, jasa boga serta lembaga
pendidikan pariwisata, diantaranya mengembangkan potensi anggota, bimbingan,
konsultasi, penggalangan kerja sama & solidaritas, memberikan perlindungan, promosi
dalam & luar negeri, serta penelitian, perencanaan pengembangan usaha. Adapun misi-
misinya sebagai berikut:
1) Membina dan mengembangkan badan-badan usaha yang bergerak di bidang
perhotelan, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
2) Turut serta mengembangkan potensi kepariwisataan nasional.
3) Membantu dan membina para anggota, memberikan perlindungan, menerima
masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan mutu hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan, serta lembaga pendidikan
pariwisata.
4) Menggalang kerja sama dan solidaritas sesama anggota dan seluruh unsur serta
potensi kepariwisataan nasional maupun internasional.
5) Berperan aktif dalam kegiatan promosi di dalam dan diluar negeri, untuk
meningkatkan dan memantapkan iklim usaha kepariwisataan.
6) Melakukan kegiatan penelitian, perencanaan dan pengembangan usaha.
7) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai asosiasi profesi bidang hotel,
restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
Dengan jumlah hotel yang terdaftar sebanyak 188 hotel di Kabupaten Pangandaran, PHRI
berusaha untuk selalu menjaga kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan dan
sertifikasi bagi tenaga kerja pariwisata di Kabupaten Pangandaran.
f. ASITA
Untuk organisasi terkait dengan agen atau biro perjalanan atau yang dikenal dengan ASITA
(Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) di Kabupaten Pangandaran sendiri
berdasarkan pada hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa di Kabupaten
Pangandaran belum ada organisasi ASITA, agen dan biro perjalanan yang ada di
Kabupaten ini.
LAPORAN AKHIR
110
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
g. HPI
Himpunan Pramuwisata Pangandaran merupakan organisasi yang mewadahi para
pramuwisata di Kabupaten Pangandaran. Kepengurusan HPI Pangandaran sendiri sudah
terbentuk sejak tahun 1990-an. hingga saat ini keanggotaan HPI Pangandaran berjumlah 58
orang anggota aktif. Pihak HPI sangat terbuka kepada siapa saja, terutama masyarakat
Pangandaran yang ingin bergabung dengan organisasi ini. Walaupun terbuka kepada siapa
saja, tetapi pihak HPI sendiri memiliki regulasi/aturan yang menjadi acuan bagi mereka
yang ingin bergabung. Berikut beberapa syarat yang diberikan oleh pihak HPI bagi
masyarakat yang ingin bergabung di organisasi ini.
1) Harus mengikuti pelatihan yang diadakan selam 14 hari dengan materi guiding. Dimana
para calon peserta akan diberi pelatihan mengenai bagai mana cara memandu tamu,
memberikan pelayanan kepada tamu dengan mempresentasikan setiap daya tarik atau
atraksi wisata di dalam sebuah kawasan. Sehingga wisatawan yang menjadi tamu bagi
pemandu dapat mendapatkan pengalaman yang menarik pada saat mereka melakukan
aktivitas wisata.
2) Kemudian yang kedua adalah harus menguasai salah satu bahasa asing baik itu Bahasa
Inggris, Bahasa Belanda, Bahasa Perancis, Bahasa German, Maupun Mandarin. Hal
tersebut untuk mempermudah penyampaian informasi kepada wisatawan yang
dipandu oleh anggota HPI.
3) Dan harus memiliki KTA Nasional.
LAPORAN AKHIR
111
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
3) Penetapan denda sebesar Rp. 500,000 kepada pelaku perahu wisata yang melanggar
aturan keselamatan
OP3 sendiri menetapkan uang kas kepada anggotanya sebesar Rp. 10,000 per minggu untuk
kegiatan anggota dan asuransi kecelakaan. HPP adalah Himpunan Pengrajin Pangandaran.
Himpunan ini dikelola oleh warga masyarakat Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Para
pengrajin ini membuat kerajinan dengan bahan baku dari laut, seperti pasir, kerang, dan
lain sebagainya. Adapun hiasan yang diambil dari hewan laut seperti kuda laut yang sudah
diawetkan, lobster yang sudah diawetkan, ikan buntal yang sudah diawetkan, penyu yang
sudah diawetkan. Selain menghimpun para pengrajin di Kabupaten Pangandaran, HPP
sendiri mempunyai kegiatan rutin operasi kebersihan (opsih) yang dilakukan setiap hari
jumat di kawasan Pantai Timur dan Pantai Barat Pangandaran.
i. Organisasi/kelompok/himpunan yang terkait dengan pariwisata lainnya
Selain organisasi dan himpunan yang skala kepengurusannya sudah hingga tingkat
nasional seperti PHRI dan HPI, Kabupaten Pangandaran juga memiliki
organisasi/kelompok/himpunan yang terkait dengan terkait dengan pariwisata lainnya,
diantaranya:
1) Organisasi Pemotret Wisata Pangandaran (OPWP)
2) Pengusaha Bugie dan Ban Renang Pangandaran (PPBRP)
3) Himpunan Pengemudi Pariwisata Pangandaran (HPPP)
4) Kelompok Sewaan Sepeda Wisata Pangandaran (KSSWP)
5) Himpunan Pengrajin Pangandaran (HPP)
6) Himpunan Pedagang Aksesoris dan Tatto ( HPAT )
7) Himpunan Pedagang Asongan
LAPORAN AKHIR
112
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
113
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Unsur Deskripsi
Strength • Pangandaran sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata
Weakness • Hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik
• Sadar wisata masyarakat masih rendah
• Pantai kecamatan Pangandaran sudah dalam keadaan jenuh
• Atraksi seni dan budaya masih sangat terbatas
• Kondisi aksesibilitas rendah.
• Tidak meratanya sebaran wisatawan di pusat pertumbuahn
Pangandaran Raya.
Opportunity • Pangandaran memiliki kesempatan untuk dibangun bandara,
pelabuhan kereta api Jalan nasional lintas pantai selatan,
• Terdapat beberapa tempat wisata alam yang belum dikembangkan
menjadi kawasan wisata dan satuan kawasan wisata
• Memiliki lapangan pacuan kuda Cimerak
Threat • Struktur dan karakteristik pantai Pangandaran memiliki kemiripan
sebagaimana pantai – pantai lain di Indonesia.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Jumlah Penduduk
No Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cijulang 27621 28432 25825 26215 26945
2 Parigi 45070 46442 44511 44806 31391
3 Sidamulih 29117 30273 29777 30145 47020
4 Pangandaran 55937 58696 59998 57200 60450
5 Kalipucang 40746 42058 38820 36287 40077
Total 198.491 205.901 198.931 194.653 205.883
Sumber: Hasil analisis 2014
Berdasarkan data pada tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Pangandaran yaitu sebesar 29.36% yang diikuti oleh Sidamulih sebagai
LAPORAN AKHIR
114
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
kecamatan terpadat kedua di Pangandaran Raya. Pertumbuhan ini diproyeksikan akan terus
meningkat hingga 20 tahun ke depan. Menurut hasil proyeksi, Kecamatan Sidamulih
diperkirakan akan menjadi Kecamatan dengan penduduk terbanyak di Pangandaran Raya pada
tahun 2035. Selain itu, Kecamatan Pangandaran menjadi wilayah dengan penduduk terbanyak
kedua seperti yang tertera pada tabel 5.9.
19,46% 13,09%
15,25%
29,36% 22,84%
Struktur geografis Pangandaran Raya yang merupakan wilayah pesisir dan pantai
membuat banyak masyarakat memilih profesi sebagai nelayan. Berdasarkan aplikasi ke nelayan,
jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pangandaran Per 30 Agustus 2016 adalah 4.411 orang.
Adapun jumlah nelayan di wilayah Pangandaran Raya mencapai 4.141 orang per tahun 2015.
Tahun
No Kecamatan
2020 2025 2030 2035
LAPORAN AKHIR
115
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
No Kecamatan Jumlah
1 Cijulang 226
2 Parigi 850
3 Sidamulih 40
4 Pangandaran 2395
5 Kalipucang 630
TOTAL 4.141
Sumber: Ciamis dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014 dan Hasil analisis 2014
Hingga saat ini, para nelayan di daerah Pangandaran Raya mampu menghasilkan jumlah
produksi yang besar meskipun dengan menggunakan peralatan penangkapan yang minim dan
belum berteknologi canggih. Sebagian besar nelayan menggunakan mesin motor tempel 2 GT
untuk menangkap ikan karena biaya operasional yang dibutuhkan lebih terjangkau
dibandingkan dengan penggunaan kapal yang berkapasitas lebih besar. Adapun jumlah armada
penangkapan ikan yang ada di daerah Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.11.
Dalam rangka menganalisis potensi yang ada di kawasan Pangandaran Raya dalam sektor
kelautan dan perikanan, kita perlu melihat nilai dan hasil produksi existing terlebih dahulu.
Jumlah dan nilai produksi dari sektor kelautan dan perikanan dibagi menjadi 2 sub bab yaitu
nilai dari hasil tangkapan di laut dan budidaya.
LAPORAN AKHIR
116
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 5. 11 Jumlah Perahu, Motor Tempel dan Kapal Motor Per Kecamatan Tahun 2014-2015
5.2.1 Tangkapan
Nilai produksi ikan terbanyak dari hasil tangkapan tahun 2015 berada di wilayah
Kecamatan Pangandaran. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, penangkapan hasil laut di
kecamatan Pangandaran mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 1,881,080.40 kg
menjadi 1,447,556.00 kg karena pengaruh kekeringan yang terjadi pada tahun tersebut. Namun,
secara nilai keseluruhan hasil penangkapan ikan di Pangandaran Raya mengalami peningkatan.
Tabel 5. 12 Nilai Produksi Ikan Laut Menurut Tempat PeIelangan Ikan
2015 kecuali pada tahun 2013. Pada tahun 2013, udang menjadi produk dengan jumlah produksi
tangkapan terbanyak di kawasan Pangandaran Raya hingga 674.35 ton. Untuk rincian data yang
lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 5.13
LAPORAN AKHIR
118
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 5. 13 Jumlah Produksi Unggulan Penangkapan di laut di Kab.Pangandaran Tahun 2007 – 2015
LAPORAN AKHIR
119
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Pada tahun 2015, udang menjadi produk hasil tangkapan laut terbanyak kedua setelah
ikan layur. Adapun jumlah produksi udang adalah sekitar 54% lebih banyak apabila
dibandingkan dengan hasil tangkapan ikan layur. Untuk data yang lebih jelas mengenai hasil
tangkapan di laut pada tahun 2015 dapat kita lihat pada gambar 5.3.
60
50
40
30
20
10
0
5.2.2 Budidaya
Selain dari hasil tangkapan laut, produksi ikan juga diperoleh dari hasil budidaya seperti
tambak dan kolam. Tabel 5.14 menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan terbanyak dengan
tambak dan kolam adalah masing-masing di Kecamatan Cijulang dan Parigi sebesar 366.74 ton
dan 419.36 ton. Sedangkan produksi ikan dari sawah hanya dihasilkan dari Kecamatan Cijulang
sebanyak 3.62 ton. Peta sebaran produksi kelautan Pangandaran Raya dapat dilihat pada
Gambar 5.6
LAPORAN AKHIR
120
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 5.14 menyajikan jumlah produksi ikan menurut tempat pemeliharaan pada tahun
2014 di Pangandaran Raya.
Tabel 5. 14 Jumlah Produksi Ikan Menurut Tempat Pemeliharaan Pada Tahun 2014
LAPORAN AKHIR
121
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Kawasan Pangandaran Raya belum memiliki budidaya perikanan laut. Budidaya yang
saat ini berjalan adalah budidaya air tawar dan budidaya air payau. Budidaya air tawar meliputi
beberapa jenis ikan seperti ikan mas, tawes, nila, gurame, udang galah, patin dan jenis ikan lain.
Jumlah produksi ikan terbanyak dalam budidaya air tawar pada tahun 2015 adalah ikan nila
dengan nilai 225 juta. Rincian lebih jelas dari nilai produksi ikan budidaya air tawar dapat dilihat
pada tabel 5.15.
Tabel 5. 15 Jumlah Nilai Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Pada Tahun 2015
Produksi ikan nila mencapai 34.88% dari total hasil produksi budidaya air tawar. Adapun jumlah
produksi budidaya air tawar terbanyak kedua adalah ikan gurame sebanyak 31.01% dari total
produksi. Adapun persentase gambaran jumlah produksi ikan pada budidaya air tawar dapat
dilihat pada gambar 5.5.
LAPORAN AKHIR
122
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
9,30% 3,10%
24,80%
13,95% 34,88%
31,01%
7,75%
Berbeda dengan budidaya air tawar yang terdiri dari berbagai jenis ikan, budidaya air
payau saat ini hanya dilakukan pada udang vaname. Nilai produksi ikan udang vaname pada
tahun 2015 mencapai 6 miliar rupiah. Adapun jumlah dan nilai produksi ikan budidaya air payau
dapat dilihat pada tabel 5.16.
Tabel 5. 16 Jumlah Nilai Produksi Ikan Budidaya Air Payau Pada Tahun 2015
Berdasarkan Rencana Induk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya, luas lahan yang
cocok dan dapat digunakan untuk kegiatan budidaya adalah seluas 41.497 hektare. Sedangkan
hingga tahun 2015, luas areal tempat penangkapan yang digunakan untuk budidaya seperti
LAPORAN AKHIR
123
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
tambak, kolam dan minapadi hanya sekitar 0.6% atau seluas 250.71 hektare. Hal ini menunjukkan
bahwa Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya memiliki potensi yang sangat besar dalam
budidaya. Untuk lebih rinci, luas areal tempat penangkapan menurut kecamatan dapat dilihat
pada tabel 5.17.
Tabel 5. 17 Luas Areal Tempat Penangkapan Menurut Kecamatan
LAPORAN AKHIR
124
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
125
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Pertanian tanaman padi (sawah dan ladang) merupakan komoditas utama di sektor
pertanian. Luas Panen padi sawah dan padi ladang di seluruh Kecamatan yang ada di
Pangandaran Raya berjumlah 13.323 hektare. Dari keseluruhan jumlah tersebut kecamatan yang
paling banyak memproduksi padi sawah maupun padi ladang yaitu Kecamatan Parigi, dengan
jumlah produksi sebanyak 27.260 ton dengan luas panen 4.290 Ha. Sedangkan, kecamatan yang
jumlah produksinya paling sedikit adalah Kecamatan Kalipucang dengan hasil produksi
sebanyak 11.609 ton dengan luas panen 1.900 Ha. Untuk melihat data yang lebih rinci mengenai
luas panen dan produksi panen di setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya dapat dilihat
pada tabel 5.20.
Tabel 5. 20 Luas Panen dan Produksi Padi (Padi Sawah dan Padi Ladang) Menurut
Kecamatan Di Pangandaran Raya Tahun 2013
Produksi padi di atas terbagi kedalam komoditas pertanian dan ternak yang juga tersebar
pada setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya. Adapun komoditas tersebut diantaranya
kayu sengon, karet, kelapa, dan keledai untuk komoditas pertanian, sedangkan untuk komoditas
LAPORAN AKHIR
126
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
ternak diantaranya domba dan sapi. Dari berbagai komoditas tersebut dihasilkan dari kelompok
tani yang ada di setiap kecamatan. Untuk rincian data mengenai jumlah kelompok tani dapat
dilihat pada tabel 5.21.
Tabel 5. 21 Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Komoditas di Kecamatan di Pangandaran
Raya
Berdasarkan tabel 5.20 terlihat bahwa jumlah kelompok tani di Pangandaran Raya
berjumlah 182 kelompok dan mayoritas adalah kelompok tani dengan jenis komoditas pertanian
Kayu Sengon, Karet, Kelapa dengan jumlah 65 kelompok, sedangkan jumlah kelompok tani
paling sedikit yaitu dengan komoditas sapi yang berjumlah 20 kelompok.
Berdasarkan jumlah pada setiap kecamatan, kelompok tani paling banyak terdapat di
Kecamatan Pangandaran dan Parigi yaitu dengan jumlah 45 kelompok. Sedangkan, kecamatan
yang paling sedikit memiliki kelompok tani adalah Kecamatan Cijulang, yaitu dengan jumlah 24
kelompok.
5.3.2 Perkebunan
Lahan panen tanaman budidaya yang ada di Pangandaran Raya pada data Dinas
Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan tahun 2015 didominasi oleh jenis tanaman kelapa, dimana
luas lahan panen tanaman kelapa di Kabupaten Pangandaran berjumlah 20.394,92 Ha. Dari
jumlah luas lahan tersebut yang menjadi lokasi terluas berdasarkan kecamatan adalah
Kecamatan Parigi yang memiliki luas 5.019,12 Ha.
LAPORAN AKHIR
127
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 5. 22 Lokasi dan Luas Lahan Panen Tanaman Budidaya Kayu Sengon, Salak, Karet,
Kelapa, Kacang Tanah, Kedelai di Pangandaran Raya
LAPORAN AKHIR
128
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Penentuan rencana kebutuhan untuk investasi produk unggulan perlu didahului analisis
existing yang menunjukkan produktivitas masing-masing produk. Produktivitas tanaman padi,
palawija dan perkebunan di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2012-2013 menunjukkan hasil
yang tidak terlalu signifikan jika dibandingkan satu sama lain. Gambaran tingkat produktivitas
tanaman padi, palawija dan perkebunan dapat dilihat pada Tabel 5.23 berikut.
Tabel 5. 23 Produktivitas Tanaman Padi, Palawija, dan Perkebunan di Growth Center
Kabupaten Pangandaran Tahun 2012-2013
Kecamat Jenis Tanaman 2012 2013 +/-
an Padi/
Luas Produksi Produkti Luas Produks Produk Produk
Palawija/ Panen vitas Pane i tivitas tivitas
(Ton)
Perkebunan n (%)
(Ha) (Ton/Ha) (Ton) (Ton/H
(Ha) a)
LAPORAN AKHIR
129
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Padi Sawah
Padi
Ladang/Gogo
Jagung
Ubi kayu
Pangand
aran Ubi Jalar
LAPORAN AKHIR
130
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Kacang Tanah
Kacang Kedelai
Kacang Hijau
Pisang
Kelapa
Berdasarkan Tabel 5.24 tanaman budidaya kelapa memiliki luas lahan tanaman budidaya
yang paling besar. Luas lahan panen tanaman budidaya kelapa yang terbesar berada di
Kecamatan Parigi. Sedangkan lahan panen tanaman budidaya kelapa yang paling besar berada
di Kecamatan Parigi.
LAPORAN AKHIR
131
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tabel 5. 24 Luas Lahan Panen Tanaman Budidaya Kayu Sengon, Karet, Kelapa, Kedelai di
Growth Center Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
5.3.3 Peternakan
Jumlah ternak di Kabupaten Pangandaran dari tahun 2013 hingga tahun 2015 terus
mengalami pertumbuhan, baik untuk jenis ternak domba maupun sapi. Dapat dilihat pada tabel
di bawah ini bahwa jumlah ternak domba dan sapi mengalami pertumbuhan hampir tiap tahun.
Adapun jumlah ternak domba tertinggi pada tahun 2015 berada di Kecamatan Sidamulih dengan
jumlah ternak sebanyak 7.303 ekor. Sedangkan untuk ternak sapi, kecamatan yang paling
mendominasi adalah Kecamatan Cijulang yaitu dengan jumlah ternak sebanyak 4.186 ekor.
LAPORAN AKHIR
132
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Selain ternak domba dan sapi terdapat pula ternak unggas yang terdapat di Kabupaten
Pangandaran. Adapun jenis unggas yang diternakkan oleh penduduk Kabupaten Pangandaran
terdiri dari ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik. Berdasarkan jenis unggas
tersebut mayoritas unggas yang terdapat di Pangandaran Raya adalah jenis ayam buras yang
pada data tahun 2013 jumlahnya mencapai 319.034 ekor. Sedangkan unggas dengan jenis itik
hanya berjumlah 21.879 ekor atau menjadi jenis unggas yang paling sedikit di Pangandaran Raya.
LAPORAN AKHIR
133
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
5.3.4 Kehutanan
Berdasarkan Data Utama Kabupaten Pangandaran tahun 2014 luas hutan Kabupaten
Pangandaran tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Pangandaran (Madati, Cikoneng,
Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar Selatan (Pamarican, Cicapar,
Banjarsari); Pangandaran (Kalipucang, Pangandaran, Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, Cigugur,
Langkap). Luas kawasan hutan baik yang sudah dikukuhkan maupun yang belum seluas
28.327.92 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,28
Ha yang tersebar di Kecamatan Cijulang, Parigi, Cigugur dan Langkaplancar. Hutan terluas
LAPORAN AKHIR
134
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
berada di Gn. Gadung, Cigugur yang mencapai 3.168,9 Ha. Selain hutan yang dikelola oleh
BKPH/RPH. Ada pula hutan rakyat yang memiliki luas 1.033.728 Ha yang tersebar di 10
kecamatan di Kabupaten Pangandaran. Salah satu kecamatan yang memiliki luas hutan rakyat
terbesar adalah Kecamatan Kalipucang dengan luas 3.599 Ha.
Tabel 5. 28 Luas Hutan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013
LAPORAN AKHIR
135
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
adalah jenis kayu albasia yaitu sebanyak 63.806.674 m3 dan yang produksinya paling rendah
yaitu dari jenis kayu ricam dengan besar produksi 4.168.614 m3. Sedangkan dilihat dari total
produksi per kecamatan, yang total produksinya paling tinggi adalah Kecamatan Parigi, yaitu
dengan total produksi 51.106.431 m3. Dan Kecamatan Pangandaran merupakan kecamatan yang
memiliki total produksi kayu paling rendah yaitu sebesar 3.293.616 m3.
Untuk melihat investasi agrobisnis di kawasan pertumbuhan Pangandaran raya maka akan
dilihat dari analisis SWOT pada Tabel 3.10
LAPORAN AKHIR
136
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Unsur Deskripsi
Strength • Agribisnis di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya komoditas
terbesar dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu; 1) Tanaman
pangan (Padi, Kayu, Sengon, dan Kelapa, 2) Peternakan yaitu
Domba, dan Sapi
• Semua Komoditas Agribisnis terdapat di seluruh kecamatan di Pusat
Pertumbuhan Pangandaran raya dengan produksi yang sangat luas
dan merata hal ini terlihat dari jumlah kelompok tani semua
komoditas yang ada di semua kecamatan.
• Untuk Tanaman Pangan Komoditas Tanaman Kelapa mempunyai
jumlah dan produksi yang sangat dominan dimana luas lahan panen
Tanaman Kelapa di Kabupaten Pangandaran berjumlah 20.394,92
Ha.
• Untuk peternakan, komoditas yang dominan adalah domba dan sapi
dengan tren pertumbuhan yang selalu naik terbukti dari jumlah
ternak dari tahun 2013 sampai 2015 yang selalu naik signifikan.
LAPORAN AKHIR
137
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
5.4 Agroindustri
Sebagaimana umumnya pertanian yang berada di pesisir daerah tropis, Pangandaran Raya
juga dipenuhi oleh beragam usaha penduduk dalam mengolah hasil pertanian setempat. Tabel
5.31 merupakan pengolahan hasil pertanian (produksi) yang ada di Pangandaran Raya tepatnya
di lima kecamatan yaitu Kecamatan Cijulang, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Parigi,
Pangandaran, dan Kalipucang. Gambar 5.8 disajikan peta sebaran Agroindustri Pangandaran
Raya.
No Jenis
Kecamatan
Industri
Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang
1 Olahan Minyak Sawit - - - 1 -
2 Olahan Minyak Kelapa 1 - - 1 -
3 Olahan Minyak VCO 1 - - - -
4 Kopra 1 1 2 2 4
5 Tepung Tapioka - 1 - - 2
6 Roti Sopia - - 2 - -
7 Gula Kelapa 18 - - - -
8 Nata De Coco 4 1 3 1 -
9 Pengolahan Kelapa - 1 - - -
10 Ikan Asin 2 - 12 2 -
11 Pembekuan Ikan/Udang - - - 2 -
12 Udang Beku - - - 1 -
13 Udang dan Ikan Asin - - - 1 -
14 Industri Tempe 4 - 8 7 11
15 Industri Tahu 4 1 6 1 -
16 Kembang Tahu - - 1 - -
17 Industri Kecap - 1 2 2 -
LAPORAN AKHIR
139
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
No Jenis
Kecamatan
Industri
Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang
18 Industri Kerupuk 6 1 2 2 -
19 Kerupuk Singkong - 1 - - -
20 Makanan Ringan 7 - - 2 -
21 Opak 18 - - - -
22 Sale - - 4 - -
23 Gudril - - 1 - -
24 Simping - - 1 - -
25 Sale Pisang 5 - - - 4
26 Kue - - - - 3
27 Kue Lapis - - 1 - -
28 Kue Kering - - 1 - -
29 Rengginang - - 3 - -
30 Aneka Kue - - 2 - -
31 Kue Kaldu - - 2 - -
32 Telor Asin - - 2 - -
33 Sekoteng - - 1 - -
34 Opak Singkong - - 4 -- -
35 Cimpring Singkong - - 1 - -
36 Kerupuk Selondok - - 1 - -
37 Kerupuk Ikan - - 1 - -
38 Semprong - - - - 1
39 Opak Bolu - - - - 1
40 Cocorot 5 - - - -
41 Cilok 1 - - - -
42 Comet 1 - - - -
43 Sorabi 1 - - - -
44 Kue Basah 1 - - - -
45 Kawungsari 1 - - - 2
46 Kripik 10 1 3 1 -
47 Kripik Pisang - - 10 - -
48 Terasi - - 2 - -
49 Opak Bakar - - 10 - -
50 Opak Oven 8 - -
51 Mie Jepang 1 - -
52 Air Minum Isi Ulang 3 1 6 6 -
53 Jamu Godok - - 1 - -
54 Industri Es Balok - - - 1 -
55 Minuman Limun 1 - - - -
56 Es Sitrun 1 - - - -
LAPORAN AKHIR
140
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
No Jenis
Kecamatan
Industri
Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang
57 Industri Gula Merah - - - 2 6
58 Huler 83 - 113 28 36
59 Penggergajian Kayu 47 25 141 22 39
60 Industri Meubel 3 - - 14 2
61 Industri Ijuk - - - - 2
62 Industri Sapu Ijuk - - - - 10
63 Kapur - - - - 20
64 Bata - - - - 1
65 Pipiti - - - - 1
66 Bengkel - - - - 1
67 Meubel/Ukiran Kayu - 2 9 1 -
68 Pengolahan Sabut Kelapa - 4 - -
69 Pengrajin Sabut Kelapa - - 2 - -
70 Pabrik Sabut Kelapa - - 3 - -
71 Tambang Batu - - 4 - -
72 Industri Batako - 2 - - -
73 Pemasok dan Jasa - 2 - - -
74 Anyaman Sapu Lidi 1 - - - -
75 Anyaman Bambu 3 - - - -
76 Anyaman 4 - - - -
77 Sangkar Burung - - - 1 -
78 Bengkel - - - 10 -
79 Konveksi - - - 17 -
80 Kusen Cor - - - 1 -
Sumber: Rakor Pangandaran, 2016
LAPORAN AKHIR
141
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
142
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Sidamulih, Kalipucang, dan Cijulang. Dari keenam kecamatan tersebut yang paling banyak
terdapat jasa usaha makanan dan minuman yaitu Kecamatan Pangandaran dengan mayoritas
usaha rumah makan yang berjumlah 39 unit.
Tabel 5. 33 Jumlah dan Jenis Usaha Makanan dan Minuman di Kab. Pangandaran Th. 2013
No Jenis Usaha
Makanan
dan Minuman Kecamatan
Pangandaran Padaherang Mangunjaya Sidamulih Kalipucang Cijulang
1 Rumah Makan 39 1 0 0 0 11
2 Restoran 2 0 0 0 0 0
3 Kafe 2 0 0 0 0 0
4 Kantin 18 9 3 5 7 0
Jumlah 61 10 3 5 7 11
Total 97
Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025
Berada di daerah Desa Mangunjaya, tempat ini digerakkan oleh ibu-ibu PKK yang
terwadahi oleh koperasi serba usaha. Tempat ini memiliki letak koordinat S7 29.684 E108 41.966.
Seluruh bentuk pengelolaan masih dengan metode tradisional guna mempertahankan kealamian
dari jus honje tersebut namun rumah produksi jus honje Bu Ooy ini masih banyak sekali memiliki
kekurangan dikarenakan promosi, fasilitas pendukung kegiatan pariwisata masih belum tersedia
serta tempat ini juga harus dilakukan penataan ulang.
LAPORAN AKHIR
143
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Kondisi Lingkungan
3,13
Daya Tarik dan Aktivitas
Informasi DTW
Wisata
2,50 2,58
3,10
4,09
Prasarana Aksesibilitas
Daya tarik wisata Kuliner Jus Honje memiliki bobot nilai tertinggi pada aspek kondisi
prasarana yaitu dengan bobot nilai 4,09, sedangkan untuk bobot nilai terendah berada pada
aspek sarana dan fasilitas yang memiliki bobot nilai 1,50. Dimana dengan perolehan bobot nilai
tersebut terlihat bahwa daya tarik wisata Kuliner Jus Honje dari aspek prasarana sudah baik,
tetapi masih perlu dilakukan pembangunan terhadap sarana dan fasilitas wisata untuk
menunjang aktivitas wisata di kawasan ini. Namun, pengembangan agroindustri honje masih
menghadapi kendala sangat mendasar yakni, sangat sulit dalam membudidayakan honje
tersebut. Oleh karena itu perlu bantuan riset dan pengembangan untuk pembudidayaan honje
bahan juice tersebut.
LAPORAN AKHIR
144
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Jumlah
Jumlah
Biaya Rata- Rata-Rata
Jumlah Rata-Rata Daerah
Kecamatan Rata Produksi Penjualan
Industri Produksi Pemasaran
(per hr/kg) (per
(per hr/kg)
hr/kg)
Kalipucang 192 5.426 Rp 28.800.000 5.426 Dalam Negeri
Cijulang 13 104 Rp 1.950.000 104 Dalam Negeri
Parigi 83 664 Rp 12.450.000 664 Dalam Negeri
Pangandaran - - - - -
Sidamulih - - - - -
Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016
3. Pengolahan Kopra
Tabel 5. 35 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Kopra di Growth Center Kabupaten
Pangandaran
LAPORAN AKHIR
145
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
4. Gula Kelapa
Tabel 5. 36 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Gula Kelapa di Growth Center
Kabupaten Pangandaran
LAPORAN AKHIR
146
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah
usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan
penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternatif
LAPORAN AKHIR
147
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
investasi yang maksimal. Analisis SWOT untuk bidang Agroindustri pada pusat pertumbuhan
Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.38.
Tabel 5. 39 Analisis SWOT Agroindustri
Unsur Deskripsi
Strength 1. Pangandaran Raya termasuk kedalam rencana pengembangan sektor
agroindustri wilayah jawa barat bagian selatan tahun 2010-2035.
2. Tanaman kelapa, padi dan pisang menjadi komoditas andalan yang
dapat diolah menjadi berbagai varian produk.
3. Hasil tangkapan laut yang melimpah dapat dijadikan aneka produk
olahan.
Weaknes 1. Kurangnya kreativitas masyarakat dalam mengolah hasil pertanian dan
perikanan.
2. Tidak memiliki gastronomi (makanan khas Pangandaran)
3. Kondisi terkini aksesibilitas masih rendah.
4. Adanya keterbatasan IPTEK untuk mengolah hasil pertanian.
---agisu---
LAPORAN AKHIR
148
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 6
RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI
PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
Bab 6 ini menyajikan rencana kebutuhan investasi untuk setiap sektor yang dielaborasi.
Berkenaan dengan penyusunan rencana investasi tersebut, digunakan asumsi umum untuk
semua sektor, dan asumsi dasar untuk setiap sektor yang berbeda-beda. Berikut ini asumsi
umum yang dijadikan dasar dalam perencanaan investasi:
1. Menjadikan grand design Pembangunan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat
sebagai acuan dalam membuat rencana kebutuhan investasi di Pusat Pertumbuhan
Pangandaran Raya (Bappeda, 2014)
2. Menggunakan Renip (Rencana Induk Pembangunan) Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
(Bappeda, 2016)
3. Kondisi sosial budaya, ekonomi dan politik stabil
4. Tanpa adanya gangguan bencana alam
5. Semua fasilitas transportasi darat, laut dan udara telah terbangun (Renip Pangandaran Raya,
2016)
a. Bandara Nusawiru sudah dapat digunakan untuk pesawat berbadan lebar
b. Pelabuhan Nusawiru sudah menjadi Pelabuhan Samudera dan sudah dapat digunakan
c. Pelabuhan Bojongsalawe sudah dapat digunakan
d. Reaktivasi transportasi kereta api dari banjar ke Cijulang
e. Jalan darat pantai selatan menjadi jalan nasional lintas pantai selatan
6. Perhitungan rencana kebutuhan investasi tidak didasarkan pada hasil feasibility study bisnis
yang bersangkutan
6.1 Kepariwisataan
Investasi pada sektor Kepariwisataan mempunyai potensi yang sangat besar untuk terus
dikembangkan. Tren perkembangan wisata yang akan datang adalah sustainable tourism. Pada
Tabel 6.1 disajikan rencana kebutuhan investasi sektor pariwisata
LAPORAN AKHIR
149
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
150
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Nilai
Aktor
No Jenis Investasi Lokasi Investasi Keterangan
investasi
(juta Rp)
1 Keramba Jaring Pemerintah Kecamatan 78,000 Berdasarkan hasil
Apung ( KJA ) Pangandaran interview, 1 KJA
(digunakan digunakan untuk 10
untuk orang nelayan maka
pembibitan Kecamatan Pangandaran
atau budidaya dengan jumlah nelayan
ikan laut di 2395 jiwa membutuhkan
perairan yang 240 KJA. Harga KJA
tenang/tahan modern yaitu 325
ombak) juta/unit.
LAPORAN AKHIR
152
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
153
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
6.3 Agrobisnis
Dalam investasi Agribisnis terdapat tiga aktor pelaku investasi dalam
pengembangan agribisnis yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Berdasarkan analisis
SWOT maka pengembangan investasi di bidang agribisnis akan dijabarkan melalui
berbagai aspek seperti jenis investasi, nilai investasi maupun lokasi investasi. Untuk lebih
lengkap akan dijabarkan dalam Tabel 6.3.
Tabel 6. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agribisnis
Nilai
Aktor Tahun
No Jenis Investasi Lokasi Investasi Keterangan
investasi investasi
(juta Rp)
A. Tanaman
Pangan
1 Pengadaan Pemerinta Kecamatan 2.000 Meliputi 2017 / tiap
sarana produksi h Cijulang, pengadaan sarana tahun
(bibit, pupuk, Parigi, produksi
pestisida, dll) Sidamulih, pertanian antara
Pangandara lain terdiri dari
n, dan benih, bibit,
Kecamatan makanan ternak,
Kalipucang pupuk , obat
pemberantas
hama dan
penyakit,
lembaga kredit,
bahan bakar, alat-
LAPORAN AKHIR
154
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
155
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
n utama
pemilihan
lokasi.
Wilayah
Pangandara
n yang
memenuhi
aspek ini
adalah
Kecamatan
Cijulang
3 Penyediaan sapi Swasta Kecamatan 4.000 Jenis Sapi Limosin 2018 /tiap
calon induk Cijulang, 200 x 20 juta tahun
dengan Parigi, (ekor) = 4 miliar
kapasitas 200 Sidamulih, /tahun
ekor/tahun Pangandara
(Jenis Sapi n, dan
Limosin) Kecamatan
Kalipucang
4 Fasilitas Swasta Kecamatan 2.000 Asumsi kandang 2018, 2019,
kandang Cijulang, seluas 100 m2 2020
dengan Kecamatan atau berukuran
kapasitas 1000 Sidamulih 10m x 10m,
ekor jumlah sapi ideal
atau kapasitas
ideal kandang
tersebut paling
banyak mencapai
25 ekor (4m2 x 25
ekor = 100m2)
6.4 Agroindustri
Dalam investasi Agroindustri terdapat tiga aktor pelaku investasi dalam pengembangan
agroindustri yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Berdasarkan analisis SWOT maka
pengembangan investasi di bidang agroindustri akan dijabarkan melalui berbagai aspek seperti
jenis investasi, nilai investasi maupun lokasi investasi. Untuk lebih lengkap akan dijabarkan dalam
Tabel 6.4.
LAPORAN AKHIR
156
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Nilai
Aktor
No Jenis Investasi Lokasi Investasi Keterangan
investasi
(juta Rp)
A. Industri
Pengolahan
Kelapa
1 Produksi Minyak Masyarakat Kecamatan 7.986 1. Perizinan Rp 300.000
Kelapa VCO Setempat Cijulang, 2. Lahan dan Bangunan
Kecamatan 1 Ha. Rp 7 M
Parigi, 3. Peralatan dan Mesin
Kecamatan Produksi Rp
Kalipucang 109.570.000 @3 Paket Rp
328.710.000 @3
Kecamatan Rp
986.130.000.
2 Produksi Masyarakat Kecamatan 9.024 1. Perizinan Rp
Minuman Sari Setempat Cijulang, 3.300.000
Kelapa Nata De Kecamatan 2. Lahan dan Bangunan
Coco Parigi, 1 Ha. Rp 7 M
Kecamatan 3. Peralatan dan Mesin
Kalipucang Produksi Rp
224.570.000 @3 Paket Rp
673.710.000 @3
Kecamatan Rp
2.021.130.000
3 Produksi Gula Masyarakat Kecamatan 21.597 1. Perizinan : Rp.
Semut Setempat Cijulang, 3.300.000 Jt.
Kecamatan 2. Investasi Tanah
Parigi, (1Ha) &Bangunan: Rp.
Kecamatan 7.0 M. satu paket mesin
Kalipucang produksi terdiri dari:
mesin/alat pencacah
gula merah-gula aren,
mesin pemasak gula
semut, oven, mesin
penepung, mesin
pengayak seharga Rp.
66 Jt. (diasumsikan
untuk setiap kegiatan
produksi memerlukan
masing-masing 3 unit
LAPORAN AKHIR
157
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
158
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
agrobisnis dan agroindustri. Jika faktor pendukung ini dalam keadaan baik maka dukungan
terhadap keempat sektor akan mudah terealisasi. Faktor pendukung dalam hal ini dibagi
kedalam sub sektor yakni kelistrikan, kesehatan, pendidikan, perekonomian, transportasi dan
jaringan utilitas. Investasi dalam hal sektor pendukung lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.5.
Tabel 6. 5 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pendukung Lainnya
Nilai
Aktor
No Jenis Investasi Lokasi Investasi Keterangan
investasi
(juta Rp)
Pendidikan
1 Pembangunan Pemerintah Kecamatan 1.600 Jurusan meliputi
SMK terpadu dan parigi/ pariwisata, perikanan,
Politeknik Kecamatan kelautan dan pertanian
sidamulih/
Kecamatan
Kalipucang
Transportasi
1 Pelebaran jalan Pemerintah Pusat 7.500 Ruas Jalan Kabupaten
yang tidak sesuai Pertumbuhan
dengan kelas dan Pangandaran
statusnya (150,83) Raya
2 Penambahan Pemerintah Kecamatan 1.000
Moda pada rute Pangandaran
yang dibutuhkan Kecamatan
Parigi,
Kecamatan
Cijulang
3 Reaktivasi jalur Pemerintah Pusat 150.000 Banjar-Cijulang (83 km)
kereta Pertumbuhan
Pangandaran
Raya
4 Pembangunan Pemerintah Kecamatan 40.000 8 km
Runway Nusawiru Cijulang
5 Peningkatan Pemerintah Kecamatan 20.000
Pelabuhan Cijulang
Nusawiru menjadi
pelabuhan
samudera
6 Pembangunan Pemerintah Jalur Cileunyi- 5.500.000
jalan tol Nagreg-
LAPORAN AKHIR
159
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Tasikmalaya-
Ciamis-Banjar
Jaringan Utilitas
1 Pengembangan Pemerintah Pusat 700.000 Penambahan kapasitas,
ketenagalistrikan Pertumbuhan penyaluran listrik,
Pangandaran pembangunan prasarana
Raya listrik tenaga angin arus
bawah laut, penerangan
jalan umum
2 Peningkatan Pemerintah Pusat 1.422 Pemisahan limbah,
sanitasi Pertumbuhan perbaikan dan perawatan
lingkungan Pangandaran saluran, penyediaan
Raya sumur resapan,
penyediaan unit
pengolahan tinja
3 Pengelolaan Pemerintah Pusat 10.000 Penyediaan lahan TPS3R,
sampah terpadu Pertumbuhan container, bak sampah,
Pangandaran sosialisasi teknologi
Raya pengelolaan sampah
4 Penyediaan air Pemerintah Pusat 700.550,5 Distribusi air bersih,
bersih Pertumbuhan Pembangunan waduk &
Pangandaran bendungan,
Raya pembangunan SPAM,
baik penampungan dan
kran umum
5 Pengembangan Pemerintah Pusat 30.000 Penempatan menara
jaringan Pertumbuhan bersama, pembangunan
komunikasi Pangandaran jaringan fiber optik,
Raya fasilitas komunikasi
umum,
LAPORAN AKHIR
160
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
161
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
162
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
163
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
164
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 7
MATRIKS KEBUTUHAN INVESTASI
PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
Sektor yang dikaji dalam hal kebutuhan investasi meliputi 4 sektor yakni kepariwisataan,
kelautan dan perikanan, agrobisnis, agroindustri yang terletak di 5 kecamatan Pusat
Pertumbuhan Pangandaran Raya. Kelima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan
dimaksud adalah Cijulang, Parigi, Pangandaran, Kalipucang, dan Sidamulih.
Dalam sektor pariwisata, kebutuhan investasi berdasar pada komponen pariwisata
meliputi atraksi wisata, aksesibilitas, ansilari dan amenity. Untuk sektor kelautan dan perikanan
rencana investasi yang dibutuhkan meliputi keramba jaring apung, tempat ikan, blong, cool box,
armada kapal, pembangunan/renovasi tempat pelelangan ikan, pabrik es curah dan mesin
potong ikan. Sektor agrobisnis membutuhkan investasi pengadaan sarana produksi (bibit,
pupuk, pestisida dll), laboratorium kesehatan hewan, pabrik pakan, penyedia sapi calon induk
dengan kapasitas 200 ekor/tahun dan fasilitas kandang dengan kapasitas 1000 ekor. Sektor
terakhir adalah sektor agroindustri dimana sektor ini membutuhkan investasi dalam hal industri
pengolahan kelapa dan industri pengolahan pisang.
Untuk lebih rinci mengenai tempat perencanaan investasi, tahun rencana, prospek investor,
strategi dan total investasi dapat dilihat pada tabel 7.1 sampai dengan tabel 7.5.
LAPORAN AKHIR
165
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
KOMPON
STRATEGI
Pangandaran INVEST
EN
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
PARIWIS
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
ATA
Rp)
Atraksi
1
Wisata
DESA
KERTAYA
SA
Body
a
Rafting
camping
b
Ground
5,500
c Off Road
Cross
d
Country
e Flying Fox
DESA
SELASARI
Body
a
Rafting
5,500
camping
b
Ground
LAPORAN AKHIR
166
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
KOMPON
STRATEGI
INVEST
Pangandaran
EN
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
PARIWIS
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
ATA
Rp)
c Off Road
Cross
d
Country
e Flying Fox
Aksesibilita
2
s
Bus
135,00
a Khusus
0
Wisata
3 Ameniti
Eco
a
Homestay 20,000
Centra
b
Kuliner 5,000
Convention 200,00
c
Hall 0
Hotel 250,00
d
Bintang 5 0
4 Ansileri
LAPORAN AKHIR
167
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
KOMPON
STRATEGI
INVEST
Pangandaran
EN
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
PARIWIS
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
ATA
Rp)
Pengelolaa
n
Kepariwisa
taan
a (Penyediaa 10,000
n fasilitas
perkantora
n, dan
pelatihan)
LAPORAN AKHIR
168
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
STRATEGI
INVEST
Pangandaran
N KOMPONEN
Pemerintah
Kalipucang
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
O PARIWISATA
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
II Kelautan
Keramba Jaring
1
Apung 78,000
Tempat Ikan,
2
Blong, Cool Box 85
Armada Kapal 10
3
GT 15,435
Armada Kapal 30 208,50
4
GT 0
Pembangunan/Re
5 novasi Tempat 500,00
Pelelangan Ikan 0
6 Pabrik Es Curah 7,500
7 Mesin Potong Ikan 260
LAPORAN AKHIR
169
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
STRATEGI
INVEST
Pangandaran
KOMPONEN
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
PARIWISATA
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
II
I Agrobisnis
Pengadaan Sarana
1 Produksi (bibit, 2,000
pupuk, pestisida dll)
Laboratorium
2 10,000
Kesehatan Hewan
3 Pabrik Pakan 20,500
Penyedia Sapi calon
Induk Dengan
4 4,000
Kapasitas 200
Ekor/Tahun
Fasilitas Kandang
5 Dengan Kapasitas 2,000
1000 ekor
LAPORAN AKHIR
170
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
STRATEGI
INVEST
Pangandaran
KOMPONEN
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
PARIWISATA
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
I
V Agroindustri
Industri
1 Pengolahan
Kelapa
Produksi
a Minyak Kelapa 7,986
VCO
Produksi
Minuman Sari
b 9,024
Kelapa Nata De
Coco
Produksi Gula
c 21,597
Semut
Produksi Coco
d 7,288
Vinegar
Industri
2 Pengolahan
Pisang
LAPORAN AKHIR
171
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
STRATEGI
INVEST
Pangandaran
KOMPONEN
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
PARIWISATA
Parigi
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
LAPORAN AKHIR
172
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
7.5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
Tabel 7.5 adalah rekapitulasi matriks pencana kebutuhan investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya untuk setiap kecamatan dalam
setiap sektor masing-masing.
Tabel 7. 5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
INVEST
Pangandaran
JENIS
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
KOMPONEN
Parigi
STRATEGI
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
Komponen
Pariwisata
1 Atraksi Wisata
DESA
KERTAYASA
a
Body Rafting
b camping Ground
c 5,500
Off Road
d Cross Country
e Flying Fox
DESA SELASARI
a Body Rafting
b camping Ground
5,500
c Off Road
d Cross Country
LAPORAN AKHIR
173
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
INVEST
Pangandaran
JENIS
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
KOMPONEN
Parigi
STRATEGI
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
e Flying Fox
2 Aksesibilitas
a 135,000
Bus Khusus Wisata
3 Ameniti
a Eco Homestay 20,000
b Centra Kuliner 5,000
c Convention Hall 200,000
d Hotel Bintang 5 250,000
4 Ansileri
Pengelolaan
Kepariwisataan
a (Penyediaan fasilitas 10,000
perkantoran, dan
pelatihan)
Komponen Sektor
Kelautan dan
Perikanan
Keramba Jaring
1
Apung 78,000
Tempat Ikan, Blong,
2
Cool Box 85
LAPORAN AKHIR
174
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
INVEST
Pangandaran
JENIS
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
KOMPONEN
Parigi
STRATEGI
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
Armada Kapal 10
3
GT 15,435
Armada Kapal 30
4
GT 208,500
Pembangunan/Ren
5 ovasi Tempat
Pelelangan Ikan 500,000
6 Pabrik Es Curah 7,500
7 Mesin Potong Ikan 260
Kompone
n sektor
Agrobisni
s
Pengadaan Sarana
1 Produksi (bibit, 2,000
pupk, pestisida dll)
Laboratorium
2 10,000
Kesehatan Hewan
3 Pabrik Pakan 20,500
Penyedia Sapi calon
Induk Dengan
4 4,000
Kapasitas 200
Ekor/Tahun
LAPORAN AKHIR
175
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
PROSPEK
KECAMATAN TAHUN
INVESTOR TOTAL
INVEST
Pangandaran
JENIS
Pemerintah
Kalipucang
NO
Sidamulih
ASI
Cijulang
Maslok
Swasta
KOMPONEN
Parigi
STRATEGI
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
(Juta
Rp)
Fasilitas Kandang
5 Dengan Kapasitas 2,000
1000 ekor
Komponen Sektor
Agroindustri
Industri Pengolahan
1
Kelapa
Produksi Minyak
a 7,986
Kelapa VCO
Produksi Minuman
b Sari Kelapa Nata De 9,024
Coco
Produksi Gula
c 21,597
Semut
Produksi Coco
d 7,288
Vinegar
Industri Pengolahan
2
Pisang
a Produksi Sale 1,380
Produksi
b Pengolahan Ikan 132
Kering
Sumber: Hasil Analisis, 201
LAPORAN AKHIR
176
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
BAB 8
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
RENCANA INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN
PANGANDARAN RAYA
8.1 Kesimpulan
Secara umum kondisi 4 sektor yang dielaborasi yakni 1) kepariwisataan, 2) kelautan dan
perikanan, 3) agrobisnis, serta 4) agroindustri di 5 kecamatan Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Raya memasuki siklus awal pengenalan atau “introduksi” investasi. Kelima kecamatan yang
menjadi pusat pertumbuhan dimaksud adalah 1) Cijulang, 2) Parigi, 3) Pangandaran, 4)
Kalipucang, dan 5) Sidamulih. Berikut ini kesimpulan gambaran kondisi investasi terkini dan
rencana investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya:
1. Kondisi 4 sektor strategis terkini di Pangandaran Raya:
a. Kepariwisataan di Pangandaran Raya telah memiliki komponen kepariwisataan baik
atraksi wisata, aksesibilitas, ameniti maupun ansilari khususnya untuk wisatawan
domestik. Keseluruhan komponen tersebut masih sangat terbatas untuk menyambut
kedatangan wisatawan mancanegara. Kepariwisataan telah menjadi tumpuan kehidupan
ekonomi masyarakat setempat. Atraksi wisata yang jadi andalan adalah pariwisata
pantai, sungai, dan panorama alam pedesaan. Pangandaran Raya masih memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata lokal, domestik dan mancanegara. Namun
demikian, perlu penataan fasilitas yang telah tersedia, dan perlu pengembangan potensi
yang ada.
b. Agrobisnis yang menjadi pencaharian masyarakat adalah bercocok tanaman rakyat
sebagaimana umumnya di daerah pesisir (tipikal). Pertanian rakyat yang dijalankan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, peternakan dan perikanan masyarakat
setempat, namun sebagian besar masih bersifat subsisten (gurem).
c. Kelautan dan perikanan yang menjadi andalan masyarakat setempat adalah ikan laut
tangkapan dan tambak, serta perikanan air tawar milik penduduk setempat. Budidaya
LAPORAN AKHIR
177
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
ikan laut dan tambak ikan menjadi potensi besar untuk dikembangkan untuk sub sektor
ikan laut.
d. Agrobisnis yang menjadi unggulan di Pangandaran Raya adalah hasil budidaya kelapa,
padi dan pisang. Budidaya dan hasil tanaman tersebut merupakan produk yang serupa
dan tipikal untuk daerah pesisir sebagaimana dihasilkan daerah lainnya di Indonesia
sebagai negara tropis. Budidaya produk pertanian dikembangkan oleh masyarakat lokal
dan masih bersifat budidaya subsisten (gurem).
e. Agroindustri yang jadi pencaharian masyarakat berupa pengolahan hasil pertanian
setempat dan masih berskala kecil;
f. Agroindustri yang jadi andalan penduduk lokal adalah pengolahan hasil pertanian dari
kelapa, pisang dan padi untuk makanan dan minuman. Skala usaha di Pangandaran Raya
tersebut masih berupa industri rumahan (home industry). Namun demikian produk-
produk yang dihasilkan tersebut bukan berupa gastronomi (makanan khas daerah
setempat). Penduduk di Pangandaran Raya juga mengolah produk aneka industri
rumahan.
2. Mengacu pada RENIP (Rencana Induk Pembangunan) Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Raya (2016) bahwa, Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya titik sentralnya adalah di
Kecamatan Cijulang. Berdasarkan pemetaan pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan
primer untuk pariwisata membentang sepanjang pantai di Pangandaran Raya. Adapun
pusat pertumbuhan sekunder menyebar hingga ke ujung Pusat Pertumbuhan di tiap
kecamatan di Pangandaran Raya. Demikian pula untuk sektor kelautan dan perikanan
berpusat dari sepanjang pantai sebagaimana dalam kepariwisataan. Berbeda dengan sektor
agrobisnis dan agroindustri, pusat pertumbuhan primer berada membentang di ujung
daerah kecamatan di Pangandaran Raya, seterusnya disusul oleh pertumbuhan sekunder
dan tersier, hingga mencapai bentangan pantai di Pangandaran Raya. Polarisasi
pertumbuhan akan menyebar dari 5 kecamatan di Pangandaran Raya ke daerah lain di
sekitarnya.
3. Rencana Investasi di Pangandaran Raya yang potensial dikembangkan sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
178
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
179
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
180
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
d. Rencana investasi untuk agroindustri yang tepat diarahkan pada investasi yang berbasis
pada pengembangan “kreasi dan inovasi” masyarakat setempat untuk mengolah bahan
yang berasal dari hasil budidaya tanaman, dan kelautan di Pangandaran Raya. Beberapa
potensi besar adalah pengolahan dalam industri hilir dari kelapa, padi, pisang, ikan laut,
dan ikan tangkapan, serta pengolahan hasil panen budidaya ikan tawar.
LAPORAN AKHIR
181
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
1. Sektor Pariwisataan
Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Pembangunan Dan Pengembangan Metropolitan Dan Pusat Pertumbuhan Di Jawa Barat, salah
satu Pusat Pertumbuhan Pangandaran yaitu pusat pertumbuhan berbasis sektor pariwisata.
Penguatan Pusat Pertumbuhan Pariwisata Pangandaran Raya dimulai dari pengelolaan
kepariwisataan yakni penyediaan fasilitas perkantoran, pelatihan, dan penyediaan bus khusus
wisata. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menunjang kepariwisataan Pangandaran Raya.
Penguatan Pusat Pertumbuhan Pariwisata Pangandaran Raya sebaiknya dilakukan pada tahun
2018-2020. Sasaran berikutnya adalah menjadi destinasi wisata berkelas internasional pada tahun
2021-2025. Menjadikan Pangandaran Raya sebagai destinasi wisata berkelas internasional perlu
membangun produk pariwisata ameniti mulai dari Eco Homestay, Sentra Kuliner, Convention Hall,
dan Hotel Bintang 5. Selain Ameniti, pendekatan pengembangan destinasi wisata berikutnya
yaitu atraksi wisata. Atraksi wisata yang diperlukan adalah Body Rafting, Camping Ground, Off
Road, Cross Country, dan Flying Fox. Sasaran berikutnya yaitu konektivitas pusat pertumbuhan
Pangandaran Raya dengan Rancabuaya dan Pelabuhan Ratu. Pada tahun 2026-2030 merupakan
target pencapaian kebutuhan produk pertanian khususnya untuk kebutuhan pangan yang di
pasok dari Rancabuaya. Selanjutnya adalah penguatan positioning di pasar internasional yang
perlu dilakukan melalui sustainable tourism (wisata kelautan dan perikanan yang berkelanjutan)
sehingga dapat tercapai tujuan Destinasi Wisata Berkelas Internasional dengan Positioning
Pariwisata dan Kelautan yang Berkelanjutan. Gambar 8.1 adalah roadmap investasi sektor
Pariwisata.
LAPORAN AKHIR
182
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa
Barat, bahwa arah kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan Pangandaran Raya berfokus
pada sektor pariwisata, kelautan dan perikanan. Pengembangan sektor kepariwisataan
Pangandaran Raya perlu dilengkapi oleh komponen kepariwisataan yaitu atraksi wisata,
aksesibilitas, ameniti dan ansileri. Diharapkan dengan bertumbuhnya pariwisata di Pangandaran
Raya dapat memberikan dampak terhadap daerah lain, khususnya terhadap tiga pusat
pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada kerangka kerja Gambar
8.2 berikut ini
LAPORAN AKHIR
183
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Aksesibilitas Ansilari
Penyedia
Atraksi
Organisasi wisata
kepariwi- Penyedia
sataan Layanan
Integrasi transportas
pemasaran aset i
kepariwisataan
Penyedia
paket Penyedia
perjalanan makanan dan
Penyedia layanan minuman
wisata penginapan
Dampak kepariwisataan
Pengendalian dampak
kepariwisataan
Sumber: Hasil Adaptasi Dari Kerangka Kerja Umum Pengembangan Desawisata dan Integrasi Pemasaran
Berbasis Potensi Aset Kepariwisataan Masyarakat Setempat (Sugiama, 2014)
Gambar 8. 2 Kerangka Kerja Umum Pengembangan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat
Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Pangandaran Raya
LAPORAN AKHIR
184
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
185
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
186
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
3. Sektor Agrobisnis
Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agrobisnis seperti halnya peternakan
dan perkebunan yang merupakan penguat sektor agroindustri. Penguatan komoditas andalan di
Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan sarana
produksi dan pembangunan lab kesehatan hewan.
LAPORAN AKHIR
187
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Sasaran berikutnya adalah agrobisnis Pangandaran Raya berbasis pada potensi masyarakat
lokal dan memenuhi permintaan pasar pada tahun 2026-2030. Hal ini didukung dengan
pengembangan budidaya ternak melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak khususnya
pada pengembangan kapasitas besar memlalui penyediaan kapsistas 1000 ekor, karena dalam 10-
20 tahun mendatang diperkirakan ada tambahan permintaan yang sangat signifikan setiap
tahunnya, baik untuk tujuan konsumsi, maupun kebutuhan tujuan ekspor. Pengembangan
ternak ini diharapkan dapat menjawab permintaan khusus yang cukup potensil. Usaha untuk
mendorong pengembangan ternak untuk tujuan ekspor merupakan salah satu alternatif yang
harus dilakukan, dengan resiko pasokan di dalam negeri telah terpenuhi. Hal tersebut perlu
dilakukan sebagai pendukung pemenuhan kebutuhan agrobisnis di kawasan pertumbuhan Jawa
Barat lainnya yakni khususnya untuk pertumbuhan di Rancabuaya.
LAPORAN AKHIR
188
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Di dalam kerangka kerja agrobisnis, langkah awal yaitu penentuan lokasi yang prospektif
untuk pengembangan agrobisnis. Penentuan tersebut berdasarkan pada potensi alam dan
masyarakat hingga sampai pada pengembangan sektor agrobisnis yang terdapat masukan
berupa komoditas andalan. Dalam mendukung pengembangan sector agrobisnis tersebut perlu
adanya penyediaan sarana prasarana sebagai pendukung meliputi sarana untuk pendidikan,
pelatihan, laboratorium, sarana produksi, bibit dan calon anakan sehingga dapat menjadi
komoditas unggulan yang berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat lokal.
Untuk mengawasi keberlangsungan proses pengembangan sektor agrobisnis perlu dilakukan
pengendalian dampak agrobisnis. Gambar 8.6 menjelaskan mengenai kerangka kerja untuk
sektor agrobisnis.
LAPORAN AKHIR
189
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
4. Sektor Agroindustri
Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agroindustri yang merupakan penguat
sektor pariwisata. Penguatan produk andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun
2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan fasilitas produksi turunan kelapa, pisang, dan produksi
pengolahan ikan. Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki produk unggulan dengan
capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan
adalah pengolahan produk turunan kelapa meliputi minyak kelapa VCO, Nata De Coco, Gula
Semut, Coco Vinegar dan pengolahan produk turunan pisang yaitu Sale serta Pengolahan Ikan.
Sasaran berikutnya yaitu agroindustri Pangandaran Raya berbasis masyarakat lokal dan
LAPORAN AKHIR
190
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
memenuhi permintaan pasar pada tahun 2026-2030. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai
pendukung pemenuhan kebutuhan agroindustri di kawasan pertumbuhan Jawa Barat lainnya
yakni Rancabuaya dan Pelabuhan Ratu. Selanjutnya adalah peningkatan kualitas agroindustri
dengan positioning agroindustri berbasis masyarakat lokal. Hal tersebut menjadi dukungan
terhadap sustainable tourism dalam hal agroindustri dengan berbasis masyarakat lokal sehingga
tujuan Agroindustri Berbasis Masyarakat Lokal dapat tercapai. Gambar 8.4 merupakan
penjelasan roadmap investasi sektor Agroindustri.
LAPORAN AKHIR
191
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
LAPORAN AKHIR
192
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
DAFTAR RUJUKAN
Boshoff, Louis., Rob Childs., dan Lisa Roberts, (2009), Guidelines for Infrastructure Asset
Management In Local Government, Department of Provincial and Local Government,
Department Provincial and Local Government Republic of South Africa, Pretoria
Brinkman, Richard (1999), Strategic Asset Management Framework: Achieving better value for South
Australians from our investment in State Assets, Second Edition, Government of South
Australia, Published by Government of South Australia, Produce by Treasury and Finance
Campbell, John D., Andrew K. S. Jardine, dan Joel McGlynn (2011), Asset Management: Excellence
Optimizing Equipment Life-Cycle Decisions, second Edition, Taylor & Francis Group, Boca
Raton
Chapin, F.S. (1995), Urban Land Use Planning, University of Illinois, Urbana
Christiawan, Y. J. dan J. Tarigan (2007), Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan
Nilai Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1. Mei 2007. Hal:1 8
Danastri, Sasha (2011). Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti,
Cirebon Selatan. Semarang : Universitas Diponegoro
Hasting, Nicholas AJ (2010), Physical Asset Management, Springer, London
Hasting, Nicholas AJ (2010), Physical Asset Management, Springer, London
Irawan, dan Suparmoko M. (1992), Ekonomi Pembangunan, Edisi kelima, Yogyakarta: BPFE
Mitchell, John S (2006), Physical Asset Management Handbook, Edisi ke empat, Penerjemah: Hendro
Purwanto, PT MTS Indonesia
Hidayati, dan Harjanto.(2014). Konsep dasar penilaian properti.Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE
Hindrawan, I., Hariyono, A., dan Murtaji. (2006). Manajemen Properti:Tinjauan atas Real Properti
dan Aset Publik (Buku Digital). Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Keuangan Publik dan
Akuntan.
Keown, Arthur J &et al.(2005). Financial management. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Kusumasanto, Tridoyo, (2016), Guru Besar Kebijakan Ekonomi Kelautan, Institut Pertanian
Bogor,
Ladkin, Adele and Julie Spiller (2000), Meetings, Incentives, Conferences and Exhibition Industry,
Cornell University
Mardiyanto, Handono. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
MAPPI, (2013). KEPI & SPI 2013: Kode Etik Penilai Indonesia & Standar Penilaian Indonesia 2013.
Jakarta: CV Gelora Karya Bharata
Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
LAPORAN AKHIR
193
Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pangandaran Raya BAPPEDA Pemprov Jabar 2016
Pradipta, Faisal Rahman. (2014).Analisis Potensi Pasar Dan Keuangan Dalam Pengembangan Bisnis
Perumahan Aset Lahan PT Taman Kuling Raya. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
RPJMD Transisi Provinsi Jawa Barat Tahun 2014, (2014), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Transisi Provinsi Jawa Barat Tahun 2014, Pemrpov Jawa Barat, Bandung
Rustiadi, Ernan., Sunsun Saefulhakim dan Dyah R Panuju. (2009). Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan yayasan Obor Indonesia
Siregar, Doli. (2004). Manajemen aset. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Samsudin, Didin. 2003. “Penentuan Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten
Tangerang” Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Program Pasca Sarjana,
Universitas Indonesia. Sumber: http://www.digilib.ui..ac.idopacthemeslibri
2detail.jspid=74983
Sugiama, Gima. (2013). Manajemen aset pariwisata: pelayanan berkualitas agar wisatawan puas
dan loyal (1 ed.). Bandung:Guardaya Intimarta
st
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Andi
Sukirno, Sadono (2005), Mikro Ekonomi Teori: Pengantar, Edisi ketiga, Raja Grafindo. Persada.
Jakarta
Sunariyah (2006), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP STIM, YKPN,
Yogyakarta
Todaro, Michael, (2014), The Urban Employment Problem in Less Developed Countries – An Analysis
of Demand and Supply", ProQuest., Retrieved January 14, 2014
Umar, Husein. (2005). Riset pemasaran dan perilaku konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Vellas, Francois dan Becherel, Lionel. (2008). The international marketing and tourism: a strategic
approach. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (YOI).
Sumber Lainnya:
BI (2016), Data BI Rate, Bank Indonesia, Retrived 2 Februari 2016; Sumber :
www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data
ICCA (2007), "Definition of "MICE"". International Congress & Convention Association.
Retrieved 2007-05-30. Retrived 12 Dec 2015; Sumber:
http://www.iccaworld.com/aeps/aeitem.cfm?aeid=29
Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2014 mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
LAPORAN AKHIR
194