Anda di halaman 1dari 5

Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Non Konstruksi – Belanja Jasa Konsultansi Berorientasi Bidang –

Pengembangan Pertanian dan Perdesaan – Masterplan Rumput Laut

Bab D
Tanggapan dan Saran Terhadap KAK

Kerangka Acuan Kerja (KAK) merupakan landasan konsultan dalam merencanakan


pelaksanaan pekerjaan. Mengapa pekerjaan ini dilaksanakan, seperti apa pekerjaan yang
akan dilakukan, bagaimana dan kapan pekerjaan akan dilaksanakan, kesemuanya tertuang
secara rinci dalam KAK. Bagian berikut akan memaparkan tanggapan konsultan terhadap KAK
yang diberikan oleh pemberi kerja, personil dan Fasilitas Pendukung dari PPK.

D.1 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


Pada prinsipnya, secara substansial Konsultan dapat memahami secara rinci apa yang
telah diuraikan di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Masterplan Rumput Laut.
Kerangka Acuan Kerja telah memuat secara komprehensif aspek yang diperlukan untuk
diketahui dan dipahami sebelum melaksanakan pekerjaan ini. Berikut adalah tanggapan
Konsultan terhadap KAK.
D.1.1 Masterplan Rumput Laut
Dalam rangka revitalisasi, pengembangan, dan percepatan industri rumput laut, pemerintah
perlu melakukan akselerasi yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat pelaku usaha
budidaya rumput laut dengan penekanan pada pembangunan sarana dan prasarana
penunjang serta sistem pengelolaan sumber daya, yang tidak hanya bertumpu pada
penguatan sektor hilir (pengolahan), tetapi juga pada sektor hulu (penyediaan bahan baku
perikanan). Untuk mencapai target itu, yaitu salah satunya dengan melakukan pembangunan
Sentra Rumput Laut Terpadu yaitu ekonomi kawasan berbasis komoditas rumput laut. Hal ini
sesuai dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yaitu sovereignty
(kedaulatan), sustainability resources (keberlanjutan sumber daya), dan prosperity
(kesejahteraan).
Sentra Rumput Laut Terpadu adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dengan pendekatan sistem manajemen kawasan yang berprinsip pada integrasi,

Usulan Teknis D-1


Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Non Konstruksi – Belanja Jasa Konsultansi Berorientasi Bidang –
Pengembangan Pertanian dan Perdesaan – Masterplan Rumput Laut

efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Sentra Rumput Laut Terpadu merupakan pusat bisnis
kelautan dan perikanan berbasis rumput laut secara terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir
berbasis kawasan. Tujuan Sentra Rumput Laut Terpadu adalah membangun dan
mengintregasikan proses bisnis kelautan dan perikanan melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil.
Pembangunan Sentra Rumput Laut Terpadu didahului dengan menetapkan lokasi
pembangunan Sentra Rumput Laut. Program Sentra Rumput Laut Terpadu diharapkan akan
meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan dengan pasar. Program ini mengarah pada optimalisasi usaha budidaya rumput laut,
serta pengolahan dan pemasaran hasil, sehingga pelaku utama dan pelaku usaha akan
mendapatkan keuntungan ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi. Pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha khususnya di pulau-pulau kecil.
Diharapkan dari program ini, adanya penataan ruang dan upaya peningkatan nilai tambah
ekonomi kegiatan pengembangan kawasan rumput laut terintegrasi dengan melakukan
perencanaan, pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari proses produksi
(budidaya), pengolahan, hingga pemasaran, serta infrastruktur pendukungnya.
Penyusunan Masterplan Rumput Laut sangat berperan penting sebagai acuan pembangunan
ekonomi kawasan berbasis komoditas rumput laut terintegrasi dalam rangka memajukan dan
mensejahterakan masyarakat pulau-pulau kecil.

D.1.2 Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Masterplan Rumput Laut


Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung merupakan sentra produksi rumput laut
terbesar di Bali sejak tahun 1980-an. Usaha budidaya rumput laut di wilayah ini merupakan
usaha masyarakat dan menjadi mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat pesisir.
Potensi areal budidaya rumput laut di Nusa Penida sebesar 308,0 ha yang tersebar di Nusa
Lembongan, Nusa Ceningan dan pesisir utara-timur Nusa Penida yaitu Toyapakeh, Ped,
Batununggul, Kutampi Kaler, dan Suana. Menurut data Dinas Ketahanan Pangan dan
Perikanan Kabupaten Klungkung, pada tahun 2015 tercatat sebanyak 2.841 Rumah Tangga
Perikanan (RTP) budidaya rumput laut di Kecamatan Nusa Penida.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali (2017), produksi rumput laut di Nusa
Penida pada tahun 2016 mencapai 106.295,5 ton. Dalam periode 2006-2016, produksi rumput
laut hampir selalu berada di atas 100 ribu ton per tahun kecuali tahun 2014 terdapat penurunan
produksi hingga hanya mencapai 83.780,8 ton. Pada awal tahun 2017 terjadi penurunan luas
tanam rumput laut secara drastis dan pertengahan tahun terhenti total, kecuali di Desa Suana
masih terdapat sedikit pembudidaya yang melanjutkan usahanya. Produksi rumput laut pada
tahun 2017 hanya sebanyak 597,7 ton.
Permasalahan utama yang dikemukakan oleh masyarakat yang menyebabkan terhentinya
usaha budidaya rumput laut antara lain rumput laut tidak berkembang sebagaimana biasanya
dan bahkan mengalami kematian massal. Secara bersamaan harga jual rumput laut di tingkat
pembudidaya turun di bawah harga keekonomian sehingga mayoritas masyarakat tidak
berupaya menanam kembali setelah rumput laut yang ditanam mengalami kematian.
Sementara itu, bisnis pariwisata di Nusa Penida berkembang pesat seiring dengan
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan sejak tahun 2014. Meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan yang signifikan tersebut mendorong pesatnya peluang usaha dan
lapangan pekerjaan di bidang penyediaan akomodasi pariwisata, restoran/rumah makan, jasa
perjalanan wisata (tur), transportasi, jasa atraksi wisata, dan jasa-jasa penunjang pariwisata
lainnya. Dengan adanya alternatif lapangan usaha dan pekerjaan yang lebih menjanjikan di
sektor pariwisata maka secara drastis terjadi migrasi besar-besaran dari usaha budidaya
rumput laut ke usaha atau lapangan pekerjaan pariwisata. Jumlah pembudidaya rumput laut
semakin menyusut dan bahkan secara total ditinggalkan oleh masyarakat di Desa Lembongan,
Jungutbatu, Toyapakeh, dan Ped yang merupakan pusat-pusat pengembangan bisnis
pariwisata di Nusa Penida.
Usulan Teknis D-2
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Non Konstruksi – Belanja Jasa Konsultansi Berorientasi Bidang –
Pengembangan Pertanian dan Perdesaan – Masterplan Rumput Laut

Tidak sedikit masyarakat, terutama yang berusia lanjut kehilangan pekerjaan karena tidak
dapat memasuki pasar tenaga kerja di sektor pariwisata, akan tetapi tidak berupaya untuk
melanjutkan budidaya rumput laut. Mereka beranggapan bahwa rumput laut sudah tidak dapat
dikembangkan lagi karena perairan telah “tercemar” oleh limbah yang berasal dari hotel dan
restoran. Karena kegiatan budidaya rumput laut secara total telah terhenti maka ketersediaan
bibit rumput laut pun tidak dapat dipertahankan. Ini menjadi masalah besar bagi keberlanjutan
budidaya rumput laut.
Usaha budidaya rumput laut menunjukkan perkembangan yang signifikan pada awal tahun
2020 setelah seluruh usaha pariwisata tutup sebagai dampak pembatasan masuknya
wisatawan sebagai akibat dari adanya pandemi covid-19. Namun perkembangan budidaya
rumput laut pada tahun ini terkendala masih terbatasnya sediaan bibit rumput laut dan di sisi
lain masih banyak masyarakat yang berharap dan menunggu pariwisata segera pulih. Pada
awal berkembangnya budidaya rumput laut yaitu bulan April sampai Agustus 2020, para
pembudidaya masih berfokus pada pengembangan bibit. Sumber bibit utama untuk
pengembangan budidaya rumput laut di masa pandemi ini berasal hasil pelaksanaan Demplot
yang diusahakan oleh pembudidaya di Desa Lembongan.
Berkenaan dengan permasalahan ini, Pemerintah Kabupaten Klungkung pada tahun 2023
berupaya mempercepat revitalisasi budidaya rumput laut di Nusa Penida. Percepatan
revitalisasi dan pengembangan budidaya rumput laut perlu dilakukan secara terpadu. Untuk
itu diperluan sebuah perencanaan yang komprehensif melalui Penyusunan Masterplan
Rumput Laut di Kecamatan Nusa Penida.

D.2 APRESIASI DAN INOVASI


D.2.1 Apresiasi Terhadap Pekerjaan
Apreasiasi yang yang setinggi-tingginya perlu diberikan kepada Pemerintah Kabupaten
Klungkung atas upayanya untuk melakukan revitalisasi dan pengembangan ekonomi rumput
laut berbasis kawasan secara terpadu melalui penyusunan Masterplan Rumput Laut yang
berlokasi di Kecamatan Nusa Penida.
Rumput laut menjadi komoditas unggulan dalam kegiatan perikanan budidaya di
Indonesia. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2017), volume produksi
rumput laut Indonesia terus meningkat rata-rata 22,3% per tahun sedangkan nilai produksinya
rata-rata naik 11,8% per tahun. Tahun 2013 produksi rumput laut sebanyak 9,31 juta ton senilai
Rp. 11,59 triliun, tahun 2014 naik menjadi 10,07 juta ton senilai Rp. 21,71 triliun, dan pada
tahun 2015 mencapai 11,27 juta ton dengan nilai Rp. 13,20 triliun. Sedangkan pada tahun
2016, produksi naik menjadi 11,69 juta ton (angka sementara). hingga mencapai 11,7 juta ton
tahun lalu (angka sementara). Ekspor rumput laut Indonesia pun sudah berhasil menyasar
berbagai negara. Negara-negara utama pengimpor rumput laut asal Indonesia di antaranya
Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, Denmark, Jerman, Filipina, dan Vietnam. Volume ekspor
rumput laut tahun 2015 mencapai 211,871 ribu ton senilai USD205,32 juta, dan pada tahun
2016 sebesar 188,298 ribu ton senilai USD161,801 juta. Meskipun turun, namun volume dan
nilai ekspor rumput laut masih menduduki urutan kedua komoditas hasil perikanan budidaya
setelah udang.
Dilihat dari aspek budi daya, rumput laut memiliki banyak keuntungan, antara lain tidak
memerlukan modal tinggi, teknologi budidayanya sederhana sehingga mudah dilakukan oleh
masyarakat, tidak perlu menggunakan pakan, peralatan yang digunakan mudah didapatkan,
mudah dalam penanganan saat panen, siklus budidayanya singkat, dapat diolah secara rumah
tangga untuk menjadi produk siap konsumsi, serta bisa dilakukan sebagai usaha sampingan.
Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung merupakan sentra produksi rumput
laut terbesar di Bali sejak tahun 1980-an. Usaha budidaya rumput laut di wilayah ini merupakan
usaha masyarakat dan menjadi mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat pesisir.
Potensi areal budidaya rumput laut di Nusa Penida sebesar 308,0 ha yang tersebar di Nusa
Lembongan, Nusa Ceningan dan pesisir utara-timur Nusa Penida yaitu Toyapakeh, Ped,

Usulan Teknis D-3


Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Non Konstruksi – Belanja Jasa Konsultansi Berorientasi Bidang –
Pengembangan Pertanian dan Perdesaan – Masterplan Rumput Laut

Batununggul, Kutampi Kaler, dan Suana. Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian Tahun 2013,
rumah tangga perikanan budidaya rumput laut di Kecamatan Nusa Penida sebanyak 2.272
RTP (BPS Kabupaten Klungkung, 2013). Sedangkan Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Klungkung tahun 2015 mencatat sebanyak 2.841 RTP budidaya rumput
laut di Kecamatan Nusa Penida. Menurut BPS Provinsi Bali (2017), produksi rumput laut di
Nusa Penida pada tahun 2016 mencapai 106.295,5 ton. Dalam periode 2006-2016, produksi
rumput laut hampir selalu berada di atas 100 ribu ton per tahun kecuali tahun 2014 terdapat
penurunan produksi hingga hanya mencapai 83.780,8 ton.
Pada awal tahun 2017 terjadi penurunan luas tanam rumput laut secara drastis dan
pertengahan tahun terhenti total, kecuali di Desa Suana masih terdapat sedikit pembudidaya
yang melanjutkan usahanya. Permasalahan utama yang dikemukakan oleh masyarakat yang
menyebabkan terhentinya usaha budidaya rumput laut antara lain rumput laut tidak
berkembang sebagaimana biasanya dan bahkan mengalami kematian massal. Secara
bersamaan harga jual rumput laut di tingkat pembudidaya turun di bawah harga keekonomian
sehingga mayoritas masyarakat tidak berupaya menanam kembali setelah rumput laut yang
ditanam mengalami kematian. Lambat laun jumlah rumput laut semakin menyusut dan bahkan
tidak mampu mempertahankan keberadaannya sebagai persediaan untuk bibit.
Berkenaan dengan permasalahan ini, Pemerintah Kabupaten Klungkung sudah sangat
tepat Menyusun Masterplan Rumput Laut dalam rangka revitalisasi dan pengembangan
rumput laut secara komprehensif di Kecamatan Nusa Penida. Budidaya rumput laut di wilayah
ini yang telah berlangsung lebih kurang 30 tahun telah memberi kesejahteraan yang signifikan
bagi masyarakat. Rumput laut juga telah menjadi ikonik Nusa Penida. Terhentinya budidaya
rumput laut ini menyebabkan sebagian besar masyarakat kehilangan mata pencahariannya
tanpa mampu beralih ke mata pencaharian lainnya.

D.2.2 Inovasi
Guna memperkaya aspek-aspek kajian pada pekerjaan Penyusunan Masterplan
Rumput Laut, berikut beberapa invovasi yang disampaikan Konsultan sebagai berikut:
1. Penyusunan Masterplan Rumput Laut merupakan bentuk perencanaan pembangunan
ekonomi kawasan berbasis komoditas rumput laut atau disebut juga sentra ekonomi
rumput laut secara terintegrasi melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan secara berkelanjutan. Perencanaan ini menghasilkan rumusan kebijakan,
strategi dan program pengembangan kawasan sebagai sentra budidaya rumput laut
terpadu.
2. Permasalahan utama yang perlu ditangani untuk mewujudkan sebuah kawasan ekonomi
berbasis rumput laut melalui pengembangan kebijakan, strategi dan program meliputi:
a. penyediaan sarana dan prasarana secara terintegrasi untuk menopang usaha pelaku
utama menjadi usaha rumput laut yang berskala ekonomi.
b. pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai
produksi usaha rumput laut antara pelaku utama dengan pelaku usaha dan/atau
pemangku kepentingan di sektor kelautan dan perikanan.
c. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi, dan supervisi pelaksanaan
usaha rumput laut.
3. Program yang dibutuhkan dalam pembangunan Sentra Rumput Laut Terpadu meliputi:
a. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana, ditujukan untuk penyediaan
hasil produksi, penanganan dan pengolahan hasil produksi, dan pemasaran hasil, yang
dilaksanakan dengan:
• penataan Kawasan Rumput Laut Terpadu sesuai dengan rencana tata ruang
dan/atau rencana zonasi.
• penyusunan rencana bisnis (bussiness plan).
b. penguatan kapasitas sumber daya manusia dan pengembangan kelembagaan,
dilakukan melalui:
• pelatihan dan pendampingan oleh penyuluh perikanan.
• penguatan kelembagaan di masyarakat menjadi korporasi.
Usulan Teknis D-4
Pekerjaan Belanja Jasa Konsultasi Non Konstruksi – Belanja Jasa Konsultansi Berorientasi Bidang –
Pengembangan Pertanian dan Perdesaan – Masterplan Rumput Laut

• pengembangan kelembagaan Kawasan Rumput Laut Terpadu diarahkan untuk


menjadi unit pelaksana teknis pemerintah daerah.
c. pengembangan usaha, dilaksanakan dengan:
• fasilitasi bantuan dan akses permodalan usaha.
• fasilitasi bantuan sarana dan prasarana.
• diseminasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
• penerapan sistem usaha.
• penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil dan penguatan penjaminan
mutu (quality assurance).
• pengelolaan kawasan konservasi perairan dalam rangka menjaga kelestarian
sumber daya ikan untuk mendukung usaha rumput laut serta wisata bahari.
d. Pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan melalui penerapan pengendalian
mutu dan keamanan hasil perikanan.

Usulan Teknis D-5

Anda mungkin juga menyukai